• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP KECOAK JERMAN (Blattella germanica L.) Populasi VCRU-WHO,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP KECOAK JERMAN (Blattella germanica L.) Populasi VCRU-WHO,"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS EKSTRAK SEREH WANGI (Cymbopogon nardus L. Rendle) TERHADAP KECOAK JERMAN (Blattella germanica L.) Populasi VCRU-WHO,

GFA-JKT DAN HHB-JKT

Syafni Sahara1), Gustina Indriati1), Resti Rahayu2)*

1) Jurusan Pendidikan Biologi, STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang 2) Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Limau Manis, Padang

 Koresponding authors: resti_rahayu@yahoo.com

ABSTRAK

German cockroaches are one of insect species that pests classified, because it is habit which damaging the cloth, books and other household equepments. In addition, cockroaches also left the small of area or in a food which visited. Cockroach act as a vector of diseases such as diarrhea, dysentery, cholera, typhoid, and leprosy, as well as can cause asthma and allergies of human. Long standing cockroach controled by use of synthetic insecticiedes. The use of synthetic insecticides in not only has the adventages but also has disadvantages. Furthermore, necessary to find other alternative are safe for the enviroment. The one of is use of plant base insecticides such as extracts of sereh wangi (Cymbopogon nardus). This research aims to determine the potensial of sereh wangi in controlling the population of male german cockroach VCRU-WHO, GFA-JKT, and HHB-JKT. This research used an experimental methode with glass jar (kontak) using a three population of german cockroach. The experimental cockroach was use an adult male cockroach which was about 2 until 3 months and everytime treathment is done three time replay. Based on the on the criteria of effectiveness of insecticide that prepared by the directorate of fertilizer and pesticides (2004) the consentration of sereh wangi extract has not been effectively use to immobilize and lethal german cockroach population VCRU-WHO, GFA-JKT, and HHB-JKT because KT90> 20 minutes and LT90> 6 hours.

Key words: Blattella germanica, Cymbopogon nardus, insectisides, vector

PENDAHULUAN

Menurut Whitworth dan Ahmad (2007) kecoak jerman merupakan salah satu jenis yang termasuk hama. Kecoak ini lebih menyukai lokasi yang dekat dengan makanan dan sumber air. Kehadiran serangga ini sangat mengganggu manusia, karena kebiasaannya yang merusak kain, buku dan peralatan rumah tangga lainnya.

Selain itu, kecoak juga meninggalkan bau pada daerah atau makanan yang dikunjunginya.

Kecoak berperan sebagai agen penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, kusta dan tipus serta dapat menyebabkan asma dan alergi pada manusia (Agrawal et al., 2005). Di Indonesia, kecoak jerman mudah ditemukan di tempat-tempat umum seperti hotel, restoran, moda transportasi umum, dan industri makanan, sedangkan di rumah-rumah penduduk kehadirannya masih sangat jarang (Rahayu, 2011).

Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat untuk pengendalian populasi kecoak salah satunya adalah penggunaan insektisida sintetis. Pada beberapa tempat, pemakaian

insektisida sintetis dapat membunuh kecoak secara cepat, namun pada tempat lain bisa saja tidak efektif (Rahayu dkk, 2012). Pemakaian yang terus menerus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan resistensi (Untung, 2008).

Selain itu, insektisida sintetis juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, akumulasi dalam rantai makanan karena senyawa kimia sintetis membutuhkan waktu yang lama untuk terurai di alam. Upaya mengatasi permasalahan tersebut salah satunya dapat dimanfaatkan senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan untuk mengendalikan populasi serangga hama (Nurdamayanti, 2011).

Cymbopogon nardus L. (sereh wangi) adalah salah satu tanaman yang dapat dijadikan bioinsektisida. Sereh wangi mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder, senyawa utama penyusunnya adalah sitronelal, sitronelol, dan geraniol (Wijesekara, 1973 dalam Kristiani, 2013). Menurut Ningtyas (2008), sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi. Berdasarkan masalah di atas, maka dilakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak sereh wangi

(2)

(Cymbopogon nardus (L). Rendle) terhadap kecoak jerman (Blattella germanica L.).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2014. Penelitian ini menggunakan metoda eksperimental dengan glass jar (kontak) menggunakan tiga populasi kecoak jerman, yaitu populasi VCRU-WHO sebagai standar, GFA-JKT, dan HHB-JKT sebagai populasi lapangan. Uji bioinsektisida ekstrak sereh wangi ini mengacu kepada penelitian Scharf et al. (1995) dengan sedikit modifikasi. Pertama, bioinsektisida sereh wangi dituangkan ke dalam petridish yang berdiameter 9 cm sebanyak 200µl dengan menggunakan mikropipet, lalu ditambahkan etanol sebanyak 300µl. Kemudian petridish digoyang-goyangkan agar insektisida tersebar merata, lalu dikering anginkan selama lebih kurang 24 jam. Setelah itu bagian atas petridish diolesi campuran vaseline dan baby oil terakhir dimasukkan 10 ekor kecoak uji ke dalam petridish tersebut.

Selanjutnya kecoak diamati setiap menit selama 10 menit, setiap 10 menit selama 50 menit, setiap satu jam selama 6 jam dan setiap 24 jam.

Setiap pengamatan dilakukan pencatatan jumlah kecoak yang lumpuh (knockdown) dan yang

mati (lethal). Knockdown adalah keadaan di mana hewan tidak mampu berpindah dari satu titik ke titik lain, namun ketika disentuh masih bisa bergerak, sedangkan lethal adalah hewan yang sudah tidak bergerak (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2004).

Angka kelumpuhan dan kematian yang diperoleh dari setiap perlakuan dianalisis probit dengan menggunakan program POLO-PC (LeOra software, 2004). Kriteria efektivitas insektisida berdasarkan Metode Pengujian Efikasi Hygene Lingkungan dari Direktorat Pupuk dan Pestisida (2004), yaitu efektifitas insektisida dapat ditentukan dari knockdown time 90% (KT90) dan lethal time 90% (LT90) dalam periode tertentu. Kriteria efektivitas untuk kecoak jerman adalah sebagai berikut, KT90harus dicapai paling lama 20 menit setelah pemaparan dan LT90harus dicapai paling lama 6 jam setelah pemaparan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efikasi ekstrak sereh wangi terhadap kecoak jerman populasi VCRU-WHO, GFA-JKT, dan HHB-JKT berdasarkan waktu kelumpuhan

Tabel 1. Pengaruh ekstrak sereh wangi terhadap rata-rata kelumpuhan tiga populasi kecoak jerman (VCRU-WHO, GFA-JKT, HHB-JKT)

Waktu Rata- rata kelumpuhan (ekor)± SD

VCRU-WHO GFA-JKT HHB-JKT

1 menit - - -

2 menit - - -

3 menit - - -

4 menit - - -

5 menit - - -

6 menit - - -

7 menit - - -

8 menit - - -

9 menit - - -

10 menit - - -

20 menit 1,00 ± 0,00 - -

30 menit 3,00 ± 1,73 - 1,00 ± 0,00

40 menit 3,33 ± 2,08 - 1,00 ± 0,00

50 menit 4,00 ± 1,73 1,00 ± 0,00 1,33 ± 0,58

1 jam 4,33 ± 1,15 1,33 ± 0,58 2,33 ± 0,58

2 jam 8,00 ± 2,00 2,00 ± 1,00 2,33 ± 0,58

3 jam 8,33 ± 2,08 2,33 ± 0,58 4,33 ± 1,15

4 jam 9,00 ± 1,73 2,33 ± 0,58 4,67 ± 1,53

5 jam 9,00 ± 1,73 3,67 ± 0,58 5,67 ± 1,53

6 jam 10,00 ± 0,00 4,67 ± 1,15 6,33 ± 0,58

24 jam 10,00 ± 0,00 8,33 ± 1,15 10,00 ± 0,00

48 jam 10,00 ± 0,00 10,00 ± 0,00 10,00 ± 0,00

(3)

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak adanya terjadi kelumpuhan sampai menit ke-10 pada ketiga populasi kecoak jerman.

Kelumpuhan baru terjadi saat menit ke-20 sebanyak 10% pada kecoak jerman populasi VCRU-WHO, sedangkan untuk populasi GFA- JKT dan HHB-JKT masih 0%. Kelumpuhan 10% kecoak jerman, baru dicapai pada menit ke-30 untuk populasi HHB-JKT dan menit ke- 50 pada populasi GFA-JKT. Kelumpuhan 100%

kecoak jerman dicapai setelah 6 jam pemaparan untuk populasi VCRU-WHO, namun pada populasi GFA-JKT masih 46,7% dan populasi HHB-JKT masih 63%. Setelah 24 jam pemaparan didapatkan kelumpuhan 100% untuk populasi HHB-JKT, namun populasi GFA-JKT masih 83,3%. Kelumpuhan 100% kecoak uji

untuk populasi GFA-JKT baru didapatkan setelah 48 jam pemaparan.

Efikasi ekstrak sereh wangi terhadap kecoak jerman populasi VCRU-WHO, GFA-JKT, dan HHB-JKT berdasarkan waktu kematian

Pengaruh ekstrak sereh wangi berdasarkan waktu kematian dapat dilihat pada Gambar 1. Kematian baru dicapai setelah 1 jam pemaparan pada kecoak jerman populasi VCRU-WHO, namun pada kedua populasi lapangan yaitu populasi GFA-JKT dan HHB- JKT belum terjadi. Pada kecoak jerman populasi HHB-JKT, kematian dicapai setelah 2 jam pemaparan dan untuk populasi GFA-JKT setelah 3 jam pemaparan. Kematian 100%

kecoak uji untuk semua populasi baru didapatkan setelah 48 jam pemaparan.

Gambar 1. Pengaruh ekstrak sereh wangi terhadap rata-rata kematian kecoak jerman Berdasarkan pengamatan yang telah

dilakukan pada kecoak jerman, waktu kelumpuhan 90% yang diperoleh lebih dari 20 menit setelah pemaparan dan waktu kematian 90% yang diperoleh lebih dari 6 jam setelah pemaparan. Ini berarti ekstrak sereh wangi tidak efektif untuk ketiga populasi kecoak jerman yang diujikan menurut kriteria efikasi yang disusun oleh Direktorat Pupuk dan Pestisida (2004) yang menyebutkan bahwa waktu kelumpuhan 90% (KT90) harus dicapai paling lama 20 menit setelah pemaparan dan waktu kematian 90% (LT90) harus dicapai paling lama 6 jam setelah pemaparan. Hal ini diduga karena daya kerja ekstrak sereh wangi yang relatif lambat. Sereh wangi tidak membunuh langsung

atau cepat, tetapi bekerja lambat seperti mempengaruhi nafsu makan.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa kedua kecoak populasi lapangan (GFA-JKT dan HHB-JKT) lebih tahan terhadap ekstrak sereh wangi. Kedua kecoak populasi lapangan memiliki tingkat resistensi rendah terhadap ekstrak sereh wangi yaitu dengan rasio resistensi (RR50) 3,417 untuk kecoak populasi GFA-JKT dan 2,731 untuk kecoak populasi HHB-JKT. Hal ini diduga karena populasi lapangan telah terkena aplikasi insektisida sintetis yang memiliki cara kerja yang hampir sama dengan insektisida nabati, sehingga kecoak kurang peka terhadap zat aktif yang terkandung didalam ekstrak sereh wangi.

0 2 4 6 8 10 12

Rata-rata Kematian

Waktu

VCRU-WHO GFA-JKT HHB-JKT

(4)

Tabel 2. Waktu kematian 50% (LT50) dan rasio resistensi (RR50) tiga populasi kecoak jerman terhadap ekstrak sereh wangi

Populasi LT50(Jam) RR50 Tingkat Resistensi

VCRU-WHO 6,927 1 Rentan RR50≤1

GFA-JKT 23,667 3,417 Resistensi Rendah 1< RR50≤5

HHB-JKT 18,921 2,731 Resistensi Rendah 1< RR50≤5

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan adalah:

1. Ekstrak sereh wangi tidak efektif untuk ketiga populasi kecoak jerman (VCRU- WHO, GFA-JKT, HHB-JKT) yang diujikan (KT90> 20 menit dan LT90> 6 jam).

2. Nilai Knockdown time (KT) yang didapat adalah KT50VCRU-WHO: 61,305 menit, KT90VCRU-WHO: 194,65 menit, KT50 GFA-JKT: 82,86 menit, KT90GFA-JKT:

125,657 menit, KT50HHB-JKT: 109,704 menit, KT90 HHB-JKT: 307,268 menit dan nilai Lethal time (LT) yang didapat adalah LT50 VCRU-WHO: 6,927 jam, LT90 VCRU-WHO: 33,514 jam, LT50

GFA-JKT: 23,667 jam, LT90GFA-JKT:

87,593 jam, LT50HHB-JKT: 18,921 jam, LT90HHB-JKT: 69,126 jam.

SARAN

Diharapkan untuk mengujikan ekstrak sereh wangi dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kecoak jerman.

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, V. K., R. Tilak, dan K. K. D. Gupta.

(2005). Efficacy of synthetic pyrethroid and propoxur aerosol in the control of German cockroaches (Dictyoptera:

Blatellidae) in cookhouses. Journal Veck Borne 117:121.

Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2004. Metode Pengujian Efikasi Hygene Lingkungan.

Departeman Pertanian Republik Indonesia. Jakarta

Kristiani, B. R. (2013). Kualitas minuman sebruk Effervescent Serei (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) dengan Variasi Konsentrasi Asam Sitrat dan NA- Bikarbonat. [Skripsi]. Universitas Atmajaya. Yogyakarta.

LeOra Software. (2004). POLO-PC: Probit and Logit Analysis, LeOra Software, California

Nurdamayanti, M. (2011). Pengaruh Fraksi Ekstrak Daun Cocor Bebek (Kalanchoe Daigremontiana hammet & Perrier) Terhadap Fekunditas dan Lolos Hidup Kumbang Koksi ( Epilachna Vigintioctopunctata Fabricius). Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia. Bandung.

Ningtyas, D. R. (2008). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Daun dan Batang Sereh Wangi sebagai Pestisida Botani Pembasmi Larva Nyamuk Aedes aegypti. [Skripsi].

IKIP PGRI. Semarang.

Scharf, M. E., Bennet, G.W., Reid, B. L., dan Qui C. F. (1995). Comparison of Three Insecticide Resistance Methods for the German Cockroach (Dictyoptera:

Blattellidae). J Econ Entomol. 88: 536- 542.

Rahayu, R. (2011). Status dan mekanisme resistensi serta fitnes Blattela germanica L. (Dytyoptera; Blattellidae) asal Bandung, Jakarta dan Surabaya terhadap propoksur, permetrin dan fipronil.

[Disertasi]. Institut Teknologi Bandung.

Bandung.

Rahayu, R., Ahmad, I., Ratna, E. S., Tan, M. I.

dan Hariani, N. (2012). Present Status of Carbamate, Pyrethroid dan Phenylpyrazole Insecticide Resistance to German Cockroach, Blattella germanica (Dictyoptera: Blattellidae) in Indonesia.

Journal of Entomology 9 (6): 361-367.

Untung, K. (2008): Manajemen Resistensi Pestisida Sebagai Penerapan Pengelolaan

Hama Terpadu.

http://cdsindonesia.wordpress.com/2008/

04/-08/manajemen-resistensi-pestisida- sebagai-penerapan-pengelolaan-hama- terpadu/. Diunduh 13 April 2014.

Whitworth, R. J. dan Ahmad, A. (2007).

Household Pests. Kansas State University.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi selanjutnya yang dilakukan berdasarkan Tabel 1 yaitu identifikasi terhadap berbagai kelemahan yang selama ini dimiliki oleh petani sereh wangi di