• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL MELALUI TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENGENTASKAN KEBIASAAN MEMBOLOS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL MELALUI TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENGENTASKAN KEBIASAAN MEMBOLOS SISWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL MELALUI TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENGENTASKAN

KEBIASAAN MEMBOLOS SISWA

THE EFFECTIVENESS OF BEHAVIORAL GROUP COUNSELING THROUGH A SELF-MANAGEMENT TECHNIQUE

TO ERADICATE STUDENTS’TRUANCY HABITS Oleh:

Nika Dihana1), Hamdiansah2)

1)2)Universitas Halu Oleo Email: [email protected] Kata Kunci:

Konseling Kelompok Behavioral, Self Management, Kebiasaan Membolos

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas layanan konseling kelompok behavioral dengan teknik self management untuk mengentaskan kebiasaan membolos siswa SMP Negeri 17 Kendari. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen dengan desain one group pre test-post test design. Subyek penelitian ini adalah 7 siswa terdiri dari 5 orang siswa yang sering membolos dan 2 orang siswa yang tidak pernah membolos. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan angket kebiasaan membolos. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan melakukan uji wilcoxon signed rank test dengan bantuan Program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan skor setelah diberikan layanan konseling kelompok behavioral dengan teknik self management, dari skor 154,4 (75,69%) menjadi 107,6 (52,75%) atau mengalami penurunan sebesar 46,8 (22,94%). Hasil uji wilcoxon signed rank test diperoleh nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) = 0,042 < α = 0,05. Artinya ada perbedaan kebiasaan membolos siswa sebelum dan setelah diberikan konseling kelompok behavioral dengan teknik selft management.

Keywords:

Behavioral Group Counseling, Self Management, Truancy Habits

ABSTRACT

This study aims to find out the effectiveness of behavioral group counseling services with self-management techniques to alleviate the truancy habit of the students of SMP Negeri 17 Kendari. This research is an experimental design with one group pretest-posttest design. The subjects of this study were seven students consisting of 5 students who often played truant and two students who had never played truant. The research data were collected using a truancy questionnaire. The data analysis method used descriptive analysis and inferential analysis by conducting the Wilcoxon signed-rank test with the help of the SPSS Program. The results show that there was a decrease in scores after being given behavioral group counseling services with self- management techniques, from a score of 154.4 (75.69%) to 107.6 (52.75%) or decreased by 46.8 (22.94 %). The Wilcoxon signed-rank test results obtained the value of Asymp.Sig. (2-tailed) = 0.042 <α = 0.05. It means that there are differences in the habit of truant students before and after being given behavioral group counseling with self-management techniques.

(2)

Pendahuluan

Kebiasaan membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak pelajar setidaknya mereka yang pernah mengenyam pendidikan sebab kebiasaan membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tidak hanya di kota-kota besar saja siswa yang terlihat sering membolos, bahkan di daerah- daerah pun kebiasaan membolos sudah menjadi kegemaran bagi siswa. Membolos dapat diartikan tidak masuk sekolah tanpa keterangan, tidak masuk ke sekolah selama beberapa hari, dari rumah berangkat tapi tidak sampai ke sekolah dan meninggalkan sekolah pada jam saat pelajaran berlangsung (Gunarsa, 2009: 79). Sering kali kita mendapati anak-anak sekolah yang masih berseragam berkeliaran di luar sekolah pada jam sekolah. Jika zaman dahulu mungkin hanya sebatas anak laki-laki saja yang melakukan atau melestarikan kebudayaan ini namun akhir-akhir ini tidak jarang kita temukan anak perempuan yang membolos di jam sekolah sendiri dengan sesama teman atau membolos sendiri. Perilaku demikian dapat dipengaruhi oleh lingkungan (Mustaqim dan Wahid, 2008: 127).

Kebiasaan membolos seperti yang dikemukakan di atas, jika dibiarkan begitu saja dan tidak ditanggulangi dengan segera tentu akan membawa kerugian bagi anak-anak yang bersangkutan serta orangtuanya sendiri. Kerugian nyata yang akan dialami anak adalah menurunnya prestasi belajar karena jarang mengikuti pelajaran. Pada akhirnya anak yang bersangkutan tidak naik kelas bahkan kemungkinan bisa berakibat fatal yaitu tidak dapat mengikuti pelajaran untuk seterusnya dan dinyatakan drop out atau dikeluarkan dari sekolahnya. Hal ini menjadi tanggung jawab pihak sekolah khususnya guru bimbingan dan konseling yang memiliki peran penting terhadap masalah sosial dan psikologis peserta didik di sekolah.

Kebiasaan siswa membolos juga dilakukan oleh siswa di SMP Negeri 17 Kendari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling (BK) disebutkan bahwa ada beberapa siswa yang sering membolos dan dilakukan berulang-ulang. Siswa membolos dengan cara tidak masuk saat jam pelajaran sekolah, keluar kelas lebih awal tanpa sepengetahuan guru dan siswa membolos dengan pulang lebih awal sebelum jam pulang sekolah. Berdasarkan data buku kasus ditemukan siswa yang sering membolos sebanyak 4 orang siswa. Perilaku membolos pada 4 orang siswa ini bahkan menjadi kebiasaan yang selalu dilakukannya hingga kini. Kebiasaan membolos ini sangat merugikan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain dan juga bagi pihak sekolah. Bagi diri siswa, membolos menyebabkan ia selalu melakukan perilaku melanggar aturan, membuat siswa ketinggalan materi pelajaran dan jika pelanggaran ini selalu diulang-ulang maka dapat menyebabkan siswa tidak naik kelas. Bagi siswa lain, kebiasaan membolos ini dapat memengaruhi siswa lain baik karena melihat siswa yang membolos maupun karena ajakan membolos oleh siswa yang selalu membolos. Sedangkan bagi sekolah perilaku membolos ini merupakan sebuah masalah yang dapat menganggu ketertiban sekolah serta menghabiskan energi dan waktu para guru untuk mengatasinya.

Kebiasaan membolos di SMP Negeri 17 Kendari masih terus dilakukan siswa hingga kini, walaupun sekolah telah melakukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling yaitu melalui pemberian informasi, pemberian bimbingan kelompok, konseling kelompok dan juga memberikan konsultasi kepada siswa melalui konseling individu. Guru bimbingan dan konseling pernah melakukan konseling kelompok kepada siswa-siswa yang sering membolos namunpun telah diberikan berbagai macam layanan. Konseling kelompok yang dilakukan menurut penjelasan guru bimbingan dan konseling dianggap memberikan efek positif yaitu ada beberapa siswa yang mulai berubah dengan tidak membolos. Tetapi masih ada siswa yang masih melakukan kebiasaan membolosnya hingga sekarang.

Perilaku membolos merupakan suatu perilaku melanggar norma-norma sosial dan sebagai akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk atau tidak baik. Sehingga baik dari segi pemikiran maupun perilaku siswa telah terpengaruh oleh lingkungan (Kartono, 2003: 21). Seseorang yang membolos bisa saja karena ia memiliki pemikiran yang keliru yang menganggap bahwa membolos itu sebagai suatu perilaku biasa, atau mungkin hanya mengikuti pengaruh teman saja sehingga ia membolos. Bisa juga siswa membolos disebabkan karena secara psikologis merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekolah, guru, mata pelajaran tertentu atau tidak nyaman jika bersama

(3)

salah satu teman yang tidak disukainya. Hal-hal ini akan mendorong siswa untuk menjauhi atau menghindari keadaan yang ada, sehingga ia memutuskan untuk membolos saja.

Di dalam konsep bimbingan dan konseling, terdapat banyak jenis layanan yang dianggap tepat guna menangani siswa yang membolos dan salah satunya adalah melalui layanan konseling kelompok. Konseling kelompok berfokus pada usaha membantu klien dalam melangkah melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan dan penyesuaian sehari-hari, misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan keterampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan (Prayitno dan Amti, 2004: 217). Melihat kelebihan serta tujuan dari konseling kelompok tersebut, maka diharapkan dapat mengentaskan kebiasaan membolos siswa. Agar konseling kelompok yang dilakukan peneliti dapat lebih optimal hasilnya, maka peneliti akan menggunakan konseling kelompok behavioral dengan teknik self management. Teknik ini dianggap efektif untuk menangani siswa-siswa yang belum berubah setelah diberikan berbagai layanan oleh guru bimbingan dan konseling termasuk telah diberikan layanan konseling kelompok. Hal ini karena konselor dapat memaksimalkan kemampuan siswa itu sendiri untuk melakukan suatu perubahan perilaku yang diinginkan.

Dalam menggunakan strategi self management untuk mengubah perilaku, maka siswa berusaha mengarahkan perubahan perilakunya dengan cara memodifikasi aspek-aspek lingkungan atau mengadministrasikan konsekuensi-konsekuensi. Dengan demikian, melalui strategi ini di samping peserta didik dapat mencapai perubahan perilaku sasaran yang diinginkan juga dapat mengembangkan kemampuan dalam mengelola diri. Lebih lanjut, Komalasari (2016: 56) mengemukakan kelebihan penggunakan self management dalam merubah perilaku yaitu: 1) pelaksanaannya yang cukup sederhana, 2) penerapannya dikombinasikan dengan beberapa pelatihan yang lain, 3) pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu secara langsung melalui perasaan dan sikapnya, dan 4) di samping dapat dilaksanakan secara perorangan juga dapat dilaksanakan dalam kelompok. Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa di SMP Negeri 17 Kendari telah ditemukan permasalahan siswa sering membolos yang telah menjadi sebuah kebiasaan membolos, sehingga tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas layanan konseling kelompok behavioral dengan teknik self management untuk mengentaskan kebiasaan membolos siswa pada SMP negeri 17 Kendari.

Kebiasan membolos

Kartono (2003: 21) menjelaskan perilaku membolos sekolah merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial dan sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan yang buruk atau tidak baik. Supriyo (2008: 113) menjelaskan dalam perilaku membolos ditandai oleh beberapa hal seperti siswa sering tidak datang di sekolah dan meninggalkan sekolah sebelum pelajaran selesai, memunyai tingkah laku yang berlebih-lebihan, meninggalkan pelajaran yang tidak disukai, tidak memerhatikan bila guru memberi pelajaran, tidak memerhatikan penjelasan guru, dan meminta izin keluar dengan berpura-pura sakit atau alasan lainnya.

Faktor penyebab kebiasaan membolos

Supriyo (2008: 112) menyebutkan bahwa ada kemungkinan-kemungkinan penyebab dan latar belakang timbulnya perilaku membolos pada siswa sebagai berikut.

1. Orangtua kurang memerhatikan anak-anaknya 2. Orangtua terlalu memanjakan anaknya

3. Orangtua terlalu keras terhadap anaknya 4. Pengaruh teman

Konseling kelompok

Konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada siswa dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (Nurihsan, 2005: 21).

(4)

Tujuan konseling kelompok

Wibowo (2005: 20) mengemukakan tujuan dari konseling yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain

Tahapan konseling kelompok

Prayitno dan Amti (2004) mengemukakan prosedur pelaksanaan bimbingan kelompok dan konseling kelompok diselenggarakan melalui empat tahap kegiatan, yaitu :

1. Tahap pembentukan, yaitu tahap untuk membentuk sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama

2. Tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok.

3. Tahap kegiatan, yaitu tahap “kegiatan inti” untuk membahas topik-topik tertentu (pada bimbingan kelompok) atau mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok (pada konseling kelompok).

4. Tahap pengakhiran, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta merencanakan kegiatan selanjutnya.

Self management

Gunarsa (2009: 226) menyatakan bahwa self management meliputi pemantauan diri (self monitoring), reinforcement yang positif (self reward), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self contracting) dan penguasaan terhadap rangsangan (stimulus control). Tujuan dari teknik pengelolaan diri (self management) yaitu agar siswa secara teliti dapat mereduksi perilaku membolos saat berada di sekolah.

Tahap-tahap pengelolaan diri (self-management)

Tahapan pengelolaan diri menurut Komalasari (2016: 182) adalah sebagai berikut:

1. Tahap monitor diri atau observasi diri

Pada tahap ini peserta didik membandingkan hasil catatan tingkah laku dengan target tingkah laku yang telah dibuat oleh peserta didik, perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisien pogram. Bila program tersebut tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali program tersebut, apakah target tingkah laku yang ditetapkan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan yang diberikan tidak sesuai.

2. Tahap evaluasi diri

Pada tahap ini peserta didik membandingkan hasil catatan tingkah laku dengan target tingkah laku yang telah dibuat oleh peserta didik, perbandingan ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisien pogram. Bila program tersebut tidak berhasil, maka perlu ditinjau kembali program tersebut, apakah target tingkah laku yang ditetapkan memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, perilaku yang ditargetkan tidak cocok, atau penguatan yang diberikan tidak sesuai.

3. Tahap pemberian penguatan, penghapusan, dan hukuman

Pada tahap ini peserta didik mengatur dirnya sendiri, memberikan penguatan, menghapus, dan memberi hukuman pada diri sendiri. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena membutuhkan kemauan yang kuat dari peserta didik untuk melaksanakan program yang telah dibuat secara kontinyu.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 17 Kendari dengan alamat Jl. Mekar Jaya No.1, Kadia, Kendari, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yaitu dimulai dari bulan November 2019 sampai dengan bulan Januari 2020. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan pendekatan pre-eksperimen. Dimana dampak perlakuan ditentukan dengan cara membandingkan skor hasil pre-test dan post-test dengan menggunakan rumus statistika.

Subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 7 orang yang terdiri dari 5 orang siswa yang sering

(5)

Peneliti memilih subyek penelitian tersebut juga dengan mempertimbangkan keefektifan pelaksanaan konseling kelompok, sebagaimana dikemukakan oleh Wibowo (2005: 18) bahwa anggota dalam konseling kelompok yang efektif pada umumnya berjumlah antara 4 - 10 orang. Selain itu juga mempertimbangkan heterogenitas kelompok agar terjadi dinamika dalam kelompok.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan angket, yaitu angket kebiasaan membolos siswa.

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensial. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan SPPS 17 yaitu uji wilxocon Match Pairs untuk mengetahui perbedaan signifikan pre-test dan post-test. Menggunakan uji wilxocon Match Pairs karena jumlah sampel kurang dari 25 yakni sepuluh atau n = 10 dan data berdistribusi tidak normal.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pre-test kebiasaan membolos siswa dikelompokkan menjadi dua yaitu siswa yang memiliki skor kebiasaan membolos tinggi dan siswa yang memiliki skor kebiasaan membolos rendah.Skor tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Data Pre-test Kebiasaan Membolos Siswa No Nama Jumlah %

1 Siswa_1 155 75.98 2 Siswa_2 147 72.06 3 Siswa_3 160 78.43 4 Siswa_4 161 78.92 5 Siswa_5 149 73.04 Rata-rata 154.4 75.69

No Nama Jumlah %

1 Siswa_6 89 43.63

2 Siswa_7 79 38.73

Rata-rata 101 49.51

Berdasarkan data pada tabel 1 dapat dilihat skor tertinggi kebiasaan membolos siswa yaitu 161 (78,92%), skor terendah 147 (72,06%), dan skor rata-rata kelompok yang memiliki kebiasaan membolos tinggi yaitu 154,4 (75,69%) atau masuk pada kategori tinggi. Hasil post-test kebiasaan membolos siswa dikelompokkan menjadi dua yaitu siswa yang memiliki skor kebiasaan membolos tinggi dan siswa yang memiliki skor kebiasaan membolos rendah. Skor tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

Data Post test Kebiasaan Membolos Siswa NO NAMA Jumlah %

1 Siswa_1 111 54.41 2 Siswa_2 106 51.96 3 Siswa_3 109 53.43 4 Siswa_4 110 53.92 5 Siswa_5 102 50.00 Rata-rata 107.6 52.75

(6)

NO NAMA Jumlah %

1 Siswa_6 80 39.22

2 Siswa_7 77 37.75

Rata-rata 78.5 38.48

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat dilihat skor tertinggi kebiasaan membolos siswa yaitu 111 (54,41%), skor terendah 102 (50%), dan skor rata-rata kelompok yang memiliki kebiasaan membolos tinggi yaitu 107,6 (52,75%) atau masuk pada kategori rendah. Perbandingan skor pre-test dan skor post-test kebiasaan membolos subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3

Perbandingan Data Pre-test dan Post-test Kebiasaan Membolos Siswa

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa setelah diberikan konseling kelompok behavioral dengan teknik self management, kebiasaan membolos siswa mengalami penurunan sebesar 46,8 (22,94%).

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan konseling kelompok behavioral dengan teknik self management dapat secara efektif menurunkan kebiasaan membolos siswa. Hal ini ditunjukkan dari menurunnya skor kebiasaan membolos siswa dari 154,4 (75,69%) atau masuk pada kategori tinggi menjadi 107,6 (52,75%) atau masuk pada kategori rendah, atau mengalami penurunan sebesar 46,8 (22,94%). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,042 < α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya ada perbedaan kebiasaan membolos siswa antara sebelum dan setelah diberikan bimbingan kelompok behavioral dengan teknik self management.

Membolos dapat merupakan aktivitas anak tidak masuk sekolah tanpa keterangan, tidak masuk ke sekolah selama beberapa hari, dari rumah berangkat tapi tidak sampai ke sekolah, dan meninggalkan sekolah pada jam saat pelajaran berlangsung (Gunarsa, 2009: 79). Sering kali kita mendapati anak-anak sekolah yang masih berseragam berkeliaran di luar sekolah pada jam sekolah.

(7)

yang salah pada siswa akan membuat siswa tidak menyadari jika perilakunya itu salah sehingga ia akan melakukannya lagi dan akan terus berulang hingga membentuk sebuah kebiasaan. Kebiasaan membolos merupakan perilaku buruk yang dapat diubah dengan mengubah pola pikir dan perilakunya.

Perilaku membolos merupakan suatu perilaku melanggar norma-norma sosial dan sebagai akibat dari proses pengkondisian lingkungan yang buruk atau tidak baik. Sehingga baik dari segi pemikiran maupun perilaku siswa telah terpengaruh oleh lingkungan (Kartono, 2003: 21). Seseorang yang membolos bisa saja karena ia memiliki perikiran yang keliru yang menganggap bahwa membolos itu sebagai suatu perilaku biasa, atau mungkin hanya mengikuti pengaruh teman saja sehingga ia membolos. Bisa juga siswa membolos disebabkan karena secara psikologis merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekolah, guru, mata pelajaran tertentu atau tidak nyaman jika bersama salah satu teman yang tidak disukainya. Hal-hal ini akan mendorong siswa untuk menjauhi atau menghindari keadaan yang ada, sehingga ia memutuskan untuk membolos saja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Monica dan Gani (2016), yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa layanan konseling behavioral dengan teknik self- management dapat digunakan untuk mengembangkan tanggungjawab belajar peserta didik kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Tanggungjawab belajar merupakan suatu tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa, tanggungjawab belajar ini merupakan masalah kesadaran diri yang berasal dari masalah kognitif siswa yang terimplementasi dalam perilaku.

Penelitian ini juga menguatkan penelitian yang dilaksanakan oleh Suwanto (2016) yang hasil penelitiannya menunjukkan jika kematangan karir siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang di dalamnya ada komponen pola pikir atau kognitif berupa kedasaran dapat ditingkatkan melalui konseling behavioral dengan teknik self management. Dengan diberikan konseling behavioral dengan teknik self management, maka kematangan karir siswa secara efektif dapat ditingkatkan.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok behavioral dengan teknik self management efektif dalam menurunkan kebiasaan membolos siswa SMP Negeri 17 Kendari.

Saran

1. Bagi pihak sekolah, agar melakukan berbagai upaya dalam mengatasi kebiasaan membolos pada siswa. Salah satunya adalah dengan semakin memberdayakan layanan bimbingan dan konseling yang memiliki layanan-layanan yang bertujuan membantu mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh siswa.

2. Bagi guru, perlu upaya yang komprehensif dalam penanganan kebiasaan membolos, sehingga guru dapat melakukan berbagai upaya salah satunya adalah melalui konseling kelompok behavioral dengan teknik self management khususnya bagi guru konseling dan konseling.

3. Bagi siswa, yang telah mengikuti kegiatan konseling kelompok behavioral dengan teknik self management, agar dapat mengaplikasikan berbagai macam solusi dan kesepakatan perubahan perilaku sehingga tidak mengalami masalah-masalah di sekolah khususnya dengan kebiasaan membolos yang selama ini dilakukannya.

4. Siswa yang membolos harus ditindak yang tepat dengan memanggil orangtua siswa dan mencari jalan keluar bersama, sehingga anak tidak membolos sekolah lagi.

Daftar Pustaka

Monica dan Gani. (2016). Efektivitas Layanan Konseling Behavioral dengan Teknik Self- Managementuntuk Mengembangkan Tanggungjawab Belajar pada Peserta Didik Kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Bimbingan dan Konseling:

Vol 3.

(8)

Gunarsa, S.D. (2009). Konseling & Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Kartono, K. (2003). Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang bermasalah. Jakarta: Rajawali Press.

Komalasari, G. dan Eka W. K. (2016). Teori dan Teknik Konseling, Jakarta: PT Indeks.

Mustaqim dan Wahid. A. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurihsan, A.J. (2007). Strategi Layanan bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama Prayitno dan Amti. E. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriyo. (2008). Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Semarang: Nieuw Setapak.

Suwanto, (2016). Konseling Behavioral Dengan Teknik Self Management. Untuk Membantu Kematangan Karir Siswa SMK. Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia. Vol. 1.no. 1.

Tahun 2016.

Wibowo, Mungin Eddy. (2005). Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengurangan frekuensi membolos melalui teknik diskusi kelompok kecil juga telah berjalan sesuai rencana dan sudah ada peningkatan terlihat dari hasil

Perilaku membolos merupakan perilaku yang tidak masuk sekolah, meninggalkan sekolah, ataupun jam pelajaran sebelum usai yang dilakukan tanpa mendapatkan izin dari sekolah

Diharapkan dengan adanya salah satu konseling individu dari teknik behavior contract ini permasalahan membolos pada siswa dapat diatasi dengan baik dan siswa juga bisa

Bapak/Ibu dosen beserta staf pegawai di Jurusan BK yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bakal pengetahuan, bimbingan dan nasehat-nasehat

Hal tersebut didukung oleh hasil dalam fase baseline dan fase treatment dari keempat subjek dimana dua subjek mengalami pengurangan frekuensi perilaku membolos

79 | P a g e PENGARUH KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL TEKNIK LATIHAN ASERTIF DALAM MEMINIMALISASI PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 6 ROGOJAMPI TAHUN AJARAN 2017/2018

Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik self management berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa SMA Al Azhar Medan

PENUTUP Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa di SMPN 2 SUKODONO yang mengalami kemandirian belajar siswa dan bagaimana teknik self- management dalam