• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Efektivitas Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili dalam Meningkatkan Sikap Persatuan dikalangan Siswa SMP Negeri 4 Sigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Efektivitas Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili dalam Meningkatkan Sikap Persatuan dikalangan Siswa SMP Negeri 4 Sigi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 1

Efektivitas Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili dalam Meningkatkan Sikap Persatuan

Dikalangan Siswa SMP Negeri 4 Sigi

Nurul Anugrah Darwis1 Muh. Mansyur Thalib

Ridwan Syahran

Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako EFEKTIVITY OF INFORMATION SERVICE ON UPHOLDING

NOSABATUTUVALUES OF KAILI ETHNIC GROUP IN INCREASING UNITY AMONG STUDENTS

AT SMP NEGERI 4 SIGI.

NURUL ANUGRAH DARWIS

Department of guidance and counseling Faculty of teachers Training and Educational Sciences Tadulako University.

ABSTRACT

This research aims at finding out the effect of the implementation of nosabatutu values of Kaili ethnic group in increasing unity among Students at SMP Negeri 4 Sigi. The research subjects are 30 students. The research instrument is a questionnaire on unity, and an interview. The collected data were analyzed using descriptive and inferential analyses. The results indicated that before getting information service on the implementation of the nosabatutu values of Kaili ethnic group that 6.7% of the students have a strongly positive attitude, 30% of the students have a positive attitude, 53.3% of the students have a negative attitude and 10% of the students have a strongly negative attitude. After getting information service on the implementation of nosabatutu values of Kaili ethnic group, students’ attitude on unity changes significantly that 30% of the students have a strongly positive attitude, 53.3% of the students have a positive attitude, and 16.7% of the students have a negative attitude. The result of the inferential analysis shows that information service on the implementation of nosabatutu values of Kaili ethnic group has a positive effect on unity among Students at SMP Negeri 4 Sigi.

Keywords: Classroom Cleanliness, Guidance Board, Behavior in Maintain Cleanliness ABSTRAK

1Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Tadulako

(2)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 2 Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili efektif dalam meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi. Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan keefektifan layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili dalam meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi. Subjek penelitian ini berjumlah 30 siswa.

Instrumen pengumpulan data adalah angket sikap persatuan dan wawancara. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sikap persatuan sebelum mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili yaitu: 6,7% siswa memiliki sikap persatuan sangat positif, 30% siswa memiliki sikap persatuan positif, 53,3% siswa memiliki sikap persatuan negatif dan 10% siswa memiliki sikap persatuan sangat negatif. Sedangkan sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili, terjadi peningkatan sikap persatuan dikalangan siswa yaitu: 30% siswa memiliki sikap persatuan sangat positif, 53,3% siswa memiliki sikap persatuan positif dan 16,7% siswa yang memiliki sikap persatuan negatif. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili efektif dalam meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi.

Kata Kunci : Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili, Sikap Persatuan

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya dan suku yang menjadi kekuatan dalam menyatukan bangsa ini dalam bentuk Negara Kesatuan. Pengenalan budaya dari masing-masing suku bangsa yang ada di Indonesia oleh warga Negara Indonesia penting dilakukan. Hal ini dikarenakan multikultural yang merupakan ciri yang melekat pada bangsa Indonesia. Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasi dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, serta perilaku dan ciri-ciri biologis.

Suku Kaili merupakan suku asli lembah Palu yang secara turun-temurun tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi dan Kota Palu. Suku Kaili memiliki filosofi hidup yang selalu mereka jaga dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Filosofi itu adalah Nosabatutu yang berarti bersaudara dan bersatu. Itu merupakan gambaran didalam masyarakat untuk bersama membangun hubungan persaudaraan dalam mencapai tujuan keberhasilan. Nosabatutu digali

(3)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 3 dari masyarakat dan dikembangkan oleh pemerintah Kota Palu dan merupakan sebuah kebanggaan yang perlu ditanamkan dihati masyarakat karena merupakan semboyan bagi keberlangsungan pengembangan nilai-nilai budaya masyarakat.

Penanaman nilai-nilai persatuan menjadi bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya untuk menghormati perbedaan satu sama lain, namun realisasi pelaksanaannya memupuk rasa persatuan dan kesatuan di lingkungan masyarakat agar tercipta kehidupan masyarakat yang tentram dan damai.

Akhir-akhir ini sering timbul persoalan-persoalan yang berkenaan dengan perubahan nilai persatuan terutama pada kalangan remaja dan siswa yang semakin hari semakin memburuk, mereka tidak lagi memperhatikan dan mengindahkan nilai-nilai persatuan yang terkandung dalam filosofi Nosarara Nosabatutu pada etnik Kaili. Kondisi ini dikhawatirkan akan menghilangkan persatuan yang lambat laun semakin krisis. Kemerosotan ini timbul akibat kurangnya pemahaman mengenai nilai-nilai persatuan. Kemerosotan dan penyimpangan nilai-nilai persatuan di kalangan siswa semakin meningkat karena semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat melemahkan kekuatan dari nilai-nilai persatuan dalam menciptakan kesatuan sosial yang baik. Akibatnya, timbul penyimpangan nilai-nilai persatuan di kalangan siswa di lingkungan sekolah yang semakin meningkat diberbagai bentuk, seperti : sombong dan acuh terhadap keadaan teman, memilih- milih teman dalam pergaulan, mengejek teman dan bahkan tawuran. Jika siswa tidak memiliki sikap persatuan, saat terjadi perbedaan pendapat atau perbedaan kepentingan, akan terjadi pertikaian dan perkelahian.

Perkelahian merupakan perbuatan yang sangat tidak terpuji dan sangat tidak pantas dilakukan oleh siapa pun termasuk oleh siswa. Namun perkelahian sering terjadi di SMP Negeri 4 Sigi yang dipicu oleh benturan persepsi yang menganggap masing-masing diantara mereka (siswa) adalah yang paling benar sekaligus hal ini dijadikan ajang pembuktian jati diri kepada teman-temannya bahwa dirinya hebat. Perkelahian ini biasanya didasari oleh hal- hal sepele, bahkan ada faktor tertentu penyebab perkelahian yang tidak masuk akal, seperti hanya karena tatapan mata, saling ejek, karena percintaan atau berawal dari kesalahpahaman antar teman sampai menjaga gengsi mereka lakukan dengan cara perkelahian tersebut.

Kejadian seperti ini tentu sangat disayangkan, karena siswa yang harusnya menuntut ilmu demi meraih cita-cita mereka justru malah melakukan hal-hal yang tidak berguna. Dampak

(4)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 4 yang dapat ditimbulkan dari kurangnya rasa persatuan ini sangat merugikan bagi banyak pihak, mempengaruhi prestasi akademik, dan memicu permusuhan. Maka dari itu perlu adanya perhatian khusus dalam pengentasan permasalahan tersebut.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan siswa baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka membantu siswa agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan permasalahan yang dialaminya. Di dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa layanan yang bisa menjadi alternatif bagi konselor untuk membantu memecahkan masalah siswa di sekolah yaitu dengan layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling individu, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok, layanan konsultasi dan layanan mediasi. Peneliti mengupayakan salah satu layanan konseling untuk meningkatkan sikap persatuan siswa. Layanan yang digunakan yaitu layanan informasi yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan perilaku atau sikap persatuan baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Layanan informasi merupakan salah satu usaha membantu siswa dengan cara memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengetahui nilai-nilai persatuan, memperluas pengetahuan dan wawasannya. Selaian itu, diharapkan munculnya kesadaran dan perubahan sikap mengenai pentingnya persatuan. Kesadaran yang diperolah siswa melalui layanan informasi, digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan sikap persatuan siswa dalam proses pembelajaran dan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi pelaksanaan layanan informasi di SMP Negeri 4 Sigi masih belum maksimal dikarenakan kurangnya guru bimbingan dan konseling. Sehingga Pelaksanaan layanan informasi menjunjung tinggi nilai etnik budaya Kaili belum terlaksana dengan baik.

Berdasarkan dari paparan diatas, peneliti berasumsi bahwa untuk mengatasi permasalahan siswa dapat dilakukan dengan memanfaatkan layanan informasi. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili Dalam Meningkatkan Sikap Persatuan Dikalangan Siswa SMP Negeri 4 Sigi”.

METODE PENELITIAN

(5)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 5 Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis).

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif karena menekankan pada analisis data- data angka yang diolah dengan metode statistika. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen-semu (quasi experiment research). Disebabkan karena penelitian ini mendapat perlakuan yaitu pemberian layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili sebagai variabel bebas dan sikap persatuan sebagai variabel terikat.

Rancangan penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok tunggal (tanpa pembanding) pretest-postest. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memberikan angket sikap persatuan tahap pertama, sebelum di berikan layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili kemudian pemberian angket sikap persatuan tahap kedua di berikan sesudah pemberian layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili.

Lebih jelasnya rancangan penelitian di gambarkan sebagai berikut :

(Sanjaya, W 2013: 103)

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Keterangan :

T1 : Pemberian angket tahap pertama sebelum diberikan layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili

X : Pemberian layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili T2 : Pemberian angket tahap kedua sesudah diberikan layanan informasi

menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sigi yang berlokasi di Jalan Palu-Kulawi Kab. Sigi, dilaksanakan dari bulan Julil 2018- Agustus 2018 (semester ganjil tahun akademik 2017-2018). Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VII.B dan VIII.B SMP Negeri 4 Sigi yang terdaftar pada tahun ajaran 2018/2019. Jumlah subjek dalam penelitian adalah 30 siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan wawancara. Angket ini berisi tentang pernyataan-pernyataan tentang sikap persatuan dengan jumlah 15 item.

Angket ini menggunakan 4 skala tingkatan. Tujuannya adalah untuk memudahkan siswa

T1 X T2

(6)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 6 memilih jawaban yang paling sesuai, setiap pernyataan terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Wawancara dilakukan secara langsung dengan siswa untuk memperoleh data dan informasi mengenai sikap persatuan siswa kelas VII.B dan VIII.B sebagai penunjang dalam penelitian.

HASIL PENELITIAN

1) Deskripsi Sikap Persatuan Siswa Sebelum mengikuti Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili

Hasil analisis deskriptif tentang sikap persatuan siswa SMP Negeri 4 Sigi sebelum mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili, dapat dilihat pada klasifikasi sikap persatuan siswa yang ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1Klasifikasi dan Presentase Sikap Persatuan Siswa Sebelum mengikuti Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili

No Klasifikasi Sikap Persatuan F %

1 Sangat positif 2 6,7

2 Positif 9 30

3 Negatif 16 53,3

4 Sangat negatif 3 10

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat dari 30 orang siswa yang menjadi subjek penelitian, 2 atau 6,7% siswa yang memiliki sikap persatuan sangat positif, 9 atau 30%

siswa yang memiliki sikap persatuan positif, 16 atau 53,3% siswa yang memiliki sikap persatuan negatif, dan 3 atau 10% siswa memiliki sikap persatuan sangat negatif.

2) Deskripsi Sikap Persatuan Siswa Sesudah mengikuti Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili

(7)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 7 Hasil analisis deskriptif tentang sikap persatuan siswa SMP Negeri 4 Sigi sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili, dapat dilihat pada klasifikasi sikap persatuan siswa yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini

Tabel 4.2 Klasifikasi dan Presentase Sikap Persatuan Siswa Sesudah mengikuti Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili

No Klasifikasi Sikap Persatuan F %

1 Sangat positif 9 30

2 Positif 16 53,3

3 Negatif 5 16,7

4 Sangat negatif 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat dari 30 orang siswa yang menjadi subjek penelitian, 9 atau 30% siswa yang memiliki sikap persatuan sangat positif, 16 atau 53,3%

siswa yang memiliki sikap persatuan positif, 5 atau 16,7% siswa yang memiliki sikap persatuan negatif, dan tidak ada atau 0% siswa memiliki sikap persatuan sangat negatif.

3) Deskripsi Peningkatan Sikap Persatuan Siswa Sesudah mengikuti Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili.

Peningkatan sikap persatuan siswa SMP Negeri 4 Sigi, sebelum dan sesudaah diberikan layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.3 Klasifikasi dan Presentase Sikap Persatuan Siswa Sebelum dan Sesudah mengikuti Layanan Informasi Menjunjung Tinggi Nilai Nosabatutu Pada Etnik Kaili

No

Klasifikasi Sikap Persatuan

Siswa

Sebelum Diberikan

Layanan Informasi

Sesudah Diberikan

Layanan Informasi

Peningkatan Sikap Persatuan

Siswa

%

(8)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 8 1 Sangat

Positif

NA, RI NA, RI, YS, S, FM, WD, AP, ED, AD

7 23,3

2 Positif AT, OH, PS, YS, SM, FM, AP, ED, AD

SA, AT, YD, HL, RF, MF, AN, D, DH, OH, PS, NR, SM, MS, BM, R

12 40

3 Negatif SA, YD, HL, MD, MF, AN, D, DH, HS, NR, S, WD, BM, F, FR, R

MD, HS, F, FR, Y

1 3,3

4 Sangat Negatif

RF, MS, Y 0 0

Jumlah 30 30 20 66,6

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa ada peningkatan sikap persatuan siswa sebelum dan sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai nosabatutu pada etnik kaili. Hal ini dapat dilihat dari 30 siswa yang menjadi responden, 7 atau 23,3%

siswa yang mengalami peningkatan klasifikasi sikap persatuan sangat positif yaitu responden YS, S, FM, WD, AP, ED dan AD Ada 12 atau 40% siswa yang mengalami peningkatan klasifikasi sikap persatuan positif yaitu responden SA, YD, HL, RF, MF, AN, D, DH, NR, MS, BM dan R, kemudian 1 atau 3,3% siswa yang mengalami peningkatan klasifikasi negatif yaitu responden Y. Sehingga siswa yang mengalami peningkatan klasifikasi sikap persatuan sebanyak 66,6%. Hal ini menunjukkan bahwa layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili efektif dalam meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi.

Pengujian hipotesis yang dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis nol ditolak atau diterima, maka hasil perhitungan (t hitung) dikonsultasikan pada tabel t (satu ekor),

(9)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 9 dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) pada derajat bebas (db)= (n - 1) = (30-1) =29.

Pada tabel distribusi diperoleh nilai t tabel sebesar 1,70 jika dibandingkan dengan nilai t hitung sebesar 9,7 maka harga t hitung lebih besar dari pada t table atau 9,7 > 1,70. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (H0) yang berbunyi layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili tidak efektif dalam meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi ditolak. Hal ini terjadi karena t hitung berada diluar batas penerimaan (H0) sebagaimana yang ditunjukkan pada kurva sebagai berikut :

Penolakan Ho

Ha

0 1, 70 7,53

Gambar 4.1 Kurva hasil pengujian sikap persatuan dikalangan siswa Kurva di atas menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara sikap persatuan dikalangan siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili efektif dalam meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi sebelum mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili memiliki sikap persatuan yang berbeda-beda mulai dari sikap persatuan yang sangat negatif, negatif, positif dan sangat positif. Selanjutnya untuk menindak lanjuti kondisi tersebut, maka diberikan layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili.

Hasil analisis deskriptif sikap persatuan dikalangan siswa sebelum dan sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai etnik Kaili (Nosabatutu) mengalami peningkatan. Sebelum mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili ada 6,7% atau 2 siswa berada pada kalsifikasi sikap persatuan sangat positif, tetapi sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili meningkat menjadi 30% atau 9 siswa. Kemudian ada 30% atau 9 siswa

Penerimaan Ho

(10)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 10 berada pada kalsifikasi sikap persatuan positif sebelum mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili, tetapi sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili meningkat menjadi 53,3%

atau 16 siswa. Selanjutnya ada 53,3% atau 16 siswa berada pada kalsifikasi sikap persatuan negatif sebelum mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili, tetapi sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili berkurang menjadi 16,7% atau 5 siswa. Dan ada 10% atau 3 siswa berada pada kalsifikasi sikap persatuan sangat negatif sebelum mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili, tetapi sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili berkurang menjadi 0%. Total jumlah skor yang diperoleh dari hasil analisis angket pertama sebesar 1055 sedangkan total jumlah skor yang diperoleh dari hasil analisis angket kedua sebesar 1369.

Dari hasil analisis deskriptif tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan sikap persatuan dikalangan siswa sesudah mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili adalah 20 siswa atau 66,6%.

Nosabatutu merupakan simbol perdamaian dan persatuan masyarakat lembah palu, makna Nosabatutu yaitu telah terjalin satu ikatan kekerabatan yang bersuber dari beberapa keluarga menjadi satu kesatuan keluarga yang kokoh yang atinya bersatu untuk saling membantu satu sama lain, saling bergotong royong dalam masyarakat, saling menghormati, dan hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan.

Menurut Prayitno dan Amti. E (2013: 259) bahwa “layanan informasi bermaksud memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas, kegiatan, dan menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki”. Teori tersebut dapat dibuktikan dalam penelitian ini, dimana siswa mulai memahami makna Nosabatutu yang artinya bersatu, dalam hal ini siswa menunjukan persatuan dengan perilaku bergotong royong yang ada dalam konsep Nosabatutu, saling menghargai perbedaan tanpa memandang latar belakang suku tertentu.

Hal tersebut menggambarkan bahwa siswa mulai memahami makna Nosabatutu dan menanamkan dalam dirinya serta menerapkan dikehidupan sehari-hari sehingga siswa akan saling membantu satu sama lain dan ikut terlibat dalam kegiatan yang ada dilingkungan sekolah dan masyarakat seperti gotong royong dalam bakti sosial untuk

(11)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 11 mencapai tujuan bersama dalam menciptakan kerukunan dan kedamaian dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.

Kemudian Peningkatan sikap persatuan yang terjadi pada siswa juga didukung oleh teori kelman (dalam Azwar, 2005) bahwa “sikap dapat berubah melalui tiga proses yaitu kesediaan terjadi ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari kelompok lain dikarenakan individu berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain tersebut, identifikasi terjadi saat individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap sekelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggap individu sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan antara individu dengan pihak lain dan internalisasi terjadi saat individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menurut pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dipercayai individu dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya”. Teori tersebut dibuktikan dengan kesediaan siswa menerima pengaruh dari peneliti melalui layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili yang terlihat dari peningkatan klasifikasi sikap persatuan siswa dan bersedia mengubah sikapnya yang tidak mencerminkan sikap persatuan.

Kesediaan siswa ini terjadi karena kognitif atau pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki oleh siswa mengenai sikap persatuan bertambah yang kemudian mempengaruhi afektif dan akhirnya membentuk kesiapan dalam merespon atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi kearah sikap persatuan yang positif dengan cara tertentu. Ini sejalan dengan teori allport (azwar S, 2012) yang mengatakan bahwa “tiga komponen didalam sikap saling menunjang, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Dimana hubungan antara kognitif atau pemahaman dengan afektif atau perasaan apabila keduanya konsisten satu sama lain maka sikap akan berada dalam keadaan stabil namun apabila kedua komponen tersebut tidak konsisten satu sama lain maka sikap akan berada dalam keadaan ketidaksabilan yang akan mempengaruhi komponen konatif atau kecenderungan bertidak seseorang.

Kemudian Menurut Ponulele A (dalam Haliadi dkk, 2008:146) menjelaskan mengenai konsep nosabatutu “bahwa setiap masyarakat memiliki nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup dalam masyarakat yang mengikat sehingga nilai-nilai dalam pandangan hidup itu akan terwujud dalam perilaku kehidupan bermasyarakat”. Menurut

(12)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 12 Tombolotutu M (dalam Zulfiah, 2013:101) “Nosarara Nosabatutu bagi masyarakat lembah palu adalah bersaudara dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan”. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana siswa kelas VII.B dan VIII.B SMP Negeri 4 Sigi berdasarkan hasil analisis angket yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa siswa tidak memilih-milih teman berdasarkan suku yang sama dengannya untuk dijadikan anggota kelompok dan tidak memilih teman sesuai status sosial.

Sehubungan dengan penelitian yang relevan, yang dilakukan oleh Oktapiani R.

(2016) dengan judul “Hubungan Tingkat Pemahaman Konsep Persatuan dan Kesatuan Terhadap Sikap Solidaritas Siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep persatuan dan kesatuan siswa termasuk dalam kategori baik dalam memahami konsep persatuan dan kesatuan dengan persentase 48,98% dan sikap solidaritas siswa dominan pada kategori setuju atau mendukung sikap solidaritas dengan persentase 40,82%. Hasil dari analisis data diketahui bahwa terdapat hubungan antara pemahaman konsep persatuan dan kesatuan (X) terhadap sikap solidaritas siswa (Y) dengan klasifikasi keeratan hubungan 0,52 yang masuk kedalam kategori sedang. Selanjutnya penelitian lain yang dilakukan oleh Yanti F. (2014) dengan judul “Pemahaman Nilai Persatuan Indonesia dan Minat Belajar Pengaruhnya Terhadap Penguasaan Materi Menjelajah Masyarakat Indonesia dalam Kurikulum 2013 Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Boyolali”, menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan dari pemahaman nilai persatuan Indonesia dan minat belajar terhadap penguasaan materi Menjelajah Masyarakat Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas membuktikan bahwa pemberian layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili efektif dalam meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

(13)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 13 1. Sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi sebelum mengikuti layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili terdiri dari 6,7% siswa yang memiliki sikap persatuan sangat positif, 30% siswa yang memiliki sikap persatuan positif, 53,3% siswa yang memiliki sikap persatuan negatif, dan 10% siswa memiliki sikap persatuan sangat negatif Sedangkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi sesudah mengikuti layanan menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili terdiri dari 30% siswa yang memiliki sikap persatuan sangat positif, 53,3% siswa yang memiliki sikap persatuan positif, 16,7% siswa yang memiliki sikap persatuan negatif dan 0% siswa yang memiliki sikap persatuan sangat negatif.

2. Pemberian layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili efektif dalam meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa SMP Negeri 4 Sigi

Saran-saran

1. Bagi kepala sekolah agar memfasilitasi guru BK dalam usaha meningkatkan sikap persatuan dikalangan siswa melalui pelaksanaan layanan informasi menjunjung tinggi nilai etnik Kaili (Nosabatutu)

2. Bagi guru Bimbingan dan Konseling di sekolah agar melanjutkan layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili pada siswa-siswa yang belum diberikan layanan informasi dan intensif memberikan layanan Bimbingan dan Konseling yang dibutuhkan siswa.

3. Bagi siswa di SMP Negeri 4 Sigi, agar dapat terus menjaga persatuan antar sesama siswa di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari

4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang serupa maka diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian serta lebih mengembangkan lagi layanan informasi menjunjung tinggi nilai Nosabatutu pada etnik Kaili agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Abu. 1991. Bimbingan dan Konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Amirul, Hadi & Haryono, H. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

(14)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 14 Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Revisi VI).

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Jaya.

. 2013. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya (edisi ke-2). Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikolog Umum. Yogyakarta : C.V Andi Offset.

Budi, Purwoko. 2008. organisasi dan Manageman Bimbingan dan Konseling. Surabaya : Unesa University Press.

Haliadi, dkk. 2008. Nosarara Nosabatutu. Palu: Institute For Social Empowerment And Democracy (INSED).

.2008. Polibu Ntodea Nosarara Nosabatutu. Palu: Institute For Social Empowerment And Democracy (INSED).

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Nursanti D. K. I. 2015. Muatan Materi Dan Penanaman Nilai-Nilai Persatuan Pada Siswa (Analisis Isi Buku Pelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 Kelas VIII Dan Pelaksanaanya Di SMP Negeri 2 Kartasura Tahun 2014 ).

[Online]. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia: http://eprints.ums.ac.id. [5 Februaari 2018]

Oktapiani R. (2016). Hubungan Tingkat Pemahaman Konsep Persatuan Dan Kesatuan Terhadap Sikap Solidaritas Siswa Smk 2 Mei Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016. [Online]. Universitas Lampung. Tersedia: http://digilib.unila.ac.id. [5 Februari 2018]

Pratiwi, Rina. 2013.Pengaruh Pemahaman Materi Hak Asasi Manusia Terhadap Sikap Kemanusiaan Siswa Kelas VII Di Smp Negeri 2 Hulu Sungka Kabupaten Lampung Utara Tahun Pelajaran 2012/2013. [Online]. Universitas Lampung. Tersedia:

http://digilib.unila.ac.id. [5 Februaari 2018]

Prayitno & Amti, Emran. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rieka Cipta.

Sanjaya, W. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode Dan Prosedur. Jakarta: Kencana.

Sarwono. S. W. 1999. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.

(15)

Nurul Anugrah Darwis dkk | 15 Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &

D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut & Kusmawati, Desak P.E. Nila. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Syarbaini, Syahrial. 2010. Implementasi Pancasila Melalu Pendidikan Kewarganegaraan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Thalib, M.M. 2009. Statistik Pendidikan. Palu: Tadulako University Press.

. 2011 Assesmen Bimbingan dan Konseling (Materi Pendidikan Profesi). Palu:

FKI. Untad

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.

Winkel, W.S & Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT. Grasindo.

Yanti F. 2015. Pemahaman Nilai Persatuan Indonesia Dan Minat Belajar Pengaruhnya Terhadap Penguasaan Materi Menjelajah Masyarakat Indonesia Dalam Kurikulum 2013 Pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015.

[Online]. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tersedia: http://eprints.ums.ac.id. [5 Februari 2018]

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya setiap sengketa kepemilikan hak atas tanah, hal yang dijadikan bukti kepemilikan hak atas tanah tersebut berupa sertifikat hak atas tanah. Alat bukti menurut