• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MESIN OVEN LINE 7 PADA PT. UPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EFEKTIVITAS MESIN OVEN LINE 7 PADA PT. UPA "

Copied!
121
0
0

Teks penuh

ANALISIS PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFICIENCY (OEE) UNTUK MENINGKATKAN NILAI EFISIENSI LINE 7 FURNACES DI PT. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak maka penulisan laporan tugas akhir ini tidak akan dapat berjalan dengan lancar.

Gambar 1.1 Presentasi Downtime Bulan Juni
Gambar 1.1 Presentasi Downtime Bulan Juni

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Batasan Masalah

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep dan Teori

  • Total Productive Maintenance
  • Pilar Total Productive Maintenance
  • Pelaksanaan 5R
  • Pemeliharaan dan Perawatan
  • Tujuan Pemeliharaan (Maintenance)
  • Faktor-Faktor Dalam Perencanaan Pemeliharaan
  • Hubungan Pemeliharaan Dengan Proses Produksi
  • Penyebab Breakdown
  • Overall Equipment Effectiveness (OEE)
  • Enam Kerugian Utama (Six Big Losses)

Penelitian Terdahulu

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis Data dan Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Metode Pengolahan Data dan Alisa

Langkah – Langkah Penelitian

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pengumpulan Data

  • Sejarah Perusahaan
  • Visi dan Misi Perusahaan
  • Proses Produksi
  • Proses Pengoprasian Mesin Oven
  • Spesifikasi Mesin Oven
  • Downtime Pada Mesin Oven
  • Komponen Oven Yang Membutuhkan Maintenance
  • Data Maintenance

Sebelum menggunakan oven, operator atau teknisi harus memeriksa alat. Bila dirasa tidak ada masalah, operator melakukan pembersihan, memastikan tidak ada lembaran yang menempel pada loyang dan dilakukan sirkulasi air pada butter pump agar tidak ada sisa adonan, proses pembersihan dilakukan. setiap kali mesin dihidupkan atau sampai produk diganti. Jumlah loyang pada oven baris 7 adalah 100, jika sudah lewat satu siklus maka adonan yang dipanaskan akan mengembang dan menjadi lembaran, dan dapat dilanjutkan pada mesin berikutnya. Downtime merupakan aktivitas yang sangat merugikan operasional manufaktur. Sebagian besar pemadaman oven disebabkan oleh masalah pada panci, mulai dari panci yang lengket hingga rantai panci yang putus.

Untuk mengatasi masalah ini, wajan dibersihkan dengan cara menggosok wajan menggunakan sikat besi. Kegiatan ini dilakukan oleh teknisi dan operator serta diawasi oleh kepala lini 7. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 10 menit untuk setiap loyang. Jika wajan menunjukkan banyak lengket, kepala saluran melapor untuk melakukan pekerjaan Chrome.

Chrome merupakan kegiatan membersihkan loyang yang menggunakan baking soda, kegiatan ini dilakukan selama 2-4 hari. Penjadwalan chrome biasanya dilakukan setiap 2 bulan sekali, namun jika loyang terlalu keras, chrome dapat dilakukan sesegera mungkin. Chain link yang berfungsi menghubungkan satu Baking Plate dengan Baking Plate lainnya sehingga Baking Plate dapat berputar.

Gambar 4.1 Alur Produksi
Gambar 4.1 Alur Produksi

Pengolahan Data

  • Pengukuran Nilai Avaibility Ratio
  • Pengukuran Nilai Performance Ratio
  • Pengukuran Nilai Quality Ratio
  • Pengukuran Nilai OEE
  • Pengukuran Nilai Losses
    • Equipment Failure Losses
    • Setup & Adjustment Losses
    • Reduced Speed Losses
    • Akumulasi Nilai Six Big Losses

Berikut tabel pengukuran nilai rasio ketersediaan pada oven bulan Juli – September 2018: Tabel 4.3 Rasio ketersediaan bulan Juli – September 2018. Dari grafik diatas, nilai ketersediaan tertinggi pada bulan Juli, lebih tepatnya pada minggu ke 3 yang melebihi nilai standar World Class yaitu 98%. Sedangkan pada minggu ke-2 bulan Juli, minggu ke-3, ke-4, minggu ke-5 bulan Agustus, dan minggu ke-5 bulan September, standar nilai Kelas Dunia adalah 90%.

Dari grafik diatas terlihat nilai performance rate tertinggi terjadi pada minggu ke 2 dan minggu ke 4 bulan Juli dengan nilai performance rate dengan selisih 1% yaitu 98% dan 99%. Nilai Quality Ratio tertinggi terdapat pada minggu ke 3 bulan Juli dan minggu ke 4 bulan Agustus yaitu dengan nilai sebesar 99%, nilai tersebut sudah mencapai standar internasional. Kemudian nilai terendah terjadi pada bulan Juli dan Agustus minggu ke-2 dengan nilai tingkat kualitas sebesar 93%.

Dapat disimpulkan bahwa nilai tingkat kualitas yang dihasilkan mesin tungku banyak yang belum memenuhi standar internasional, namun rata-rata sudah mencapai standar yang ditetapkan oleh perusahaan. 4 Grafik Efisiensi Peralatan Secara Keseluruhan Juli-September 2018 Berdasarkan grafik di atas, nilai OEE tertinggi terjadi pada bulan Juli minggu ke-3 dengan nilai 91% dan minggu ke-4 dengan nilai 85% yang juga telah mencapai standar internasional. Sedangkan nilai OEE terendah terjadi pada minggu ke-1 dan ke-2 bulan Agustus dengan nilai sebesar 54% dan 52% yang disebabkan oleh rendahnya nilai performance rate.

Sehingga identifikasi akibat kegagalan yang terjadi pada mesin tungku terhadap Equipment Failure Losses dan Idle Losses dan Small Interruption dapat dilihat pada Tabel 5.3. Untuk meningkatkan efektivitas mesin tungku, maka perusahaan harus melakukan perawatan sesuai jadwal yang telah ditentukan, sehingga divisi teknik harus bekerja sama dengan divisi lain pada waktunya untuk menyesuaikan jadwal perawatan dengan produksi.

Gambar 4.16 Kecenderungan Nilai Avaibility Ratio Bulan Juli-September 2018
Gambar 4.16 Kecenderungan Nilai Avaibility Ratio Bulan Juli-September 2018

PEMBAHASAN

Analisis Avaibility

Analisis Performance

Nilai ini terjadi karena kecepatan mesin sesuai dengan target dan berjalan stabil tanpa penurunan kecepatan, yang menyebabkan waktu pengoperasian dan nilai output menjadi maksimal, dan karena nilai downtime yang kecil maka nilai setting mesin menjadi berkurang. . Rendahnya nilai ini terjadi karena sedikitnya produksi pada bulan tersebut, sedangkan nilai waktu tersedia untuk produksi atau waktu operasional menurun karena tingginya jumlah downtime.

Analisis Quality

Selain tidak mencapai standar nilai internasional, nilai-nilai tersebut juga tidak mencapai standar yang ditetapkan perusahaan. Hal ini disebabkan karena banyaknya reject atau lembaran yang tidak memenuhi standar quality control, banyak produk yang tidak standar pada saat operator melakukan setting di awal.

Analisis Overall Equipment Effectiveness

Dapat disimpulkan nilai OEE pada perusahaan ini banyak yang tidak memenuhi target, ada 3 minggu yang nilainya dibawah 60%. Berdasarkan benchmark JIPM, jika nilainya tidak memenuhi standar 60% maka skor produksi rendah dan memerlukan perbaikan secepat mungkin.

Analisis Diagram Sebab Akibat

Bahwa penyebab rendahnya nilai efisiensi peralatan secara keseluruhan disebabkan karena tidak tercapainya nilai standar ketiga faktor tersebut, maka digunakanlah diagram sebab akibat untuk mengetahui akar permasalahannya. Semua ini akan menghasilkan lembaran yang gagal dalam kontrol kualitas dan menyebabkan loyang mudah menempel. Hal ini akan menyebabkan kelelahan operator yang merupakan salah satu penyebab rendahnya efisiensi peralatan secara keseluruhan.

Sekalipun operator mengetahui ada sesuatu yang tidak beres, namun operator tidak menyadarinya, hal ini sering terjadi pada saat shift. Hal ini dikarenakan kegiatan produksi pada mesin oven memerlukan tekanan udara yang stabil, jika tekanan udara diturunkan maka mesin oven tidak akan berjalan maksimal, piring tidak akan lepas dari loyang, jika suplai udara berkurang maka hal ini juga akan terjadi. menimbulkan masalah yang fatal, karena perputaran loyang dikendalikan oleh mesin numerik Fungsinya akan baik jika tekanan angin memenuhi standar, namun jika tekanan angin turun maka mesin otomatis tidak akan bekerja dengan baik sehingga loyang dapat dipukul dan mata rantainya bisa terkena. Pada bab 4 dilampirkan rencana pemeliharaan, namun sering kali tidak dilakukan pemeliharaan, hal ini disebabkan belum tersedianya suku cadang, dan karena permintaan pasar yang tinggi maka kegiatan produksi diprioritaskan.

Mesin oven yang digunakan sudah berumur lebih dari 20 tahun, banyak bagian-bagian mesin yang telah diperbaharui, namun masih terdapat bagian-bagian yang lama di dalamnya. Akibatnya, operator sering meninggalkan oven untuk mendapatkan udara yang lebih sejuk ke bagian pemotongan yang dekat dengan tempat penyebaran. Cara-cara yang digunakan untuk melakukan pemeliharaan diajarkan kepada tenaga teknis, namun alat-alat yang digunakan untuk membantu dalam melakukan pemeliharaan sering kali mengalami masalah atau rusak. Oleh karena itu, tenaga teknis menggunakan alat seadanya sehingga downtime menjadi lebih lama.

Analisis Six Big Losses

Dari diagram pareto diatas diketahui kerugian terbesar terjadi pada kerugian kegagalan peralatan dengan nilai sebesar 48%, nilai tersebut hampir setengah dari total 6 kerugian, dan kerugian setelahnya adalah Kerugian Pengangguran dan Kerugian penghentian kecil. dengan sebuah nilai. sebesar 21%. Besarnya kerugian kegagalan peralatan disebabkan karena banyaknya jadwal perawatan yang tidak tepat waktu sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan atau komponen pada mesin sehingga mesin tidak dapat melakukan produksi. Sementara itu, kerugian kapal yang tinggi dan kerugian penghentian yang kecil disebabkan oleh penghentian sementara yang disebabkan oleh gangguan ringan, yang salah satunya disebabkan oleh berkurangnya tekanan angin.

Gambar 5.6 Diagram Pareto Six Big Losses
Gambar 5.6 Diagram Pareto Six Big Losses

Identifikasi Penyebab 2 Kerugian terbesar

Namun perawatan komponen yang perlu dijaga sesuai jadwal seringkali tidak dapat dilakukan karena belum tersedianya suku cadang dan jadwal produksi yang sangat padat. Misalnya saja engsel loyang yang tidak dilumasi sesuai jadwal, hal ini dapat menyebabkan engsel loyang terbuka dengan kuat dan yang terjadi adalah piring menjadi mentah karena loyang tidak tertutup sempurna dan , yang paling parah, rel akan patah karena memaksa engsel yang berat untuk menutup dan membuka. Karena pelumasan tidak dilakukan sesuai jadwal karena produksi masih berlangsung, peralatan pelumasan rusak dan pelumasan belum tersedia.

Putusnya round belt merupakan masalah yang sering terjadi setiap bulannya, dan sudah pasti putusnya round belt lepas landas. Dengan nilai deteksi kesalahan sebesar 7, menandakan kejadian ini sulit diprediksi karena round belt berputar terus menerus dan letak round belt di depan pintu keluar oven membuat kerusakan sulit dideteksi. Oven harus dihentikan untuk menyambung dan mengganti belt bundar, hal ini akan menghambat proses produksi dan memerlukan perbaikan dalam waktu sekitar 10-25 menit.

Beberapa faktor penyebab kue lengket adalah penggunaan yang terus menerus, tidak adanya pembersihan krom, adonan yang tidak memenuhi standar kekentalan, dan penggunaan bahan. Diperlukan tambahan air untuk menyiapkan adonan, jumlah air dapat berbeda-beda sesuai naluri operator, sehingga dapat terjadi viskositas yang berbeda-beda. Dua kerugian terbesar yang menurunkan kinerja mesin sehingga nilai OEE tidak mencapai standar kelas dunia adalah kerugian kegagalan peralatan dengan nilai 48%, hampir setengah dari seluruh kerugian, dan dengan nilai 21%.

Tabel 5.4 Rekapitulasi Nilai RPN
Tabel 5.4 Rekapitulasi Nilai RPN

Perhitungan Dan Pengurutan Nilai RPN (Risk Priority Number)

Analisis dan Usulan Perbaikan

Rencana rutin pelaksanaan pelumasan harus sesuai dengan jadwal, di lapangan pelaksanaan pelumasan loyang dilakukan bila alas pelat dirasakan sangat berat dan menimbulkan masalah. Tujuan dari pelumasan adalah untuk memudahkan membuka dan menutup jika engsel pada loyang tersangkut, dampak lain yang akan terjadi adalah rel roller putus dan kait pengunci bengkok. Rusaknya mata rantai disebabkan oleh rendahnya tekanan angin, sehingga tensioner tidak bergerak dengan baik, putaran backing plate menjadi kasar.

Jika terjadi masalah pada kompresor dan kompresor berhenti maka oven masih dapat berproduksi namun tidak maksimal, komponen-komponen pada oven akan bermasalah dan jika kompresor yang bermasalah tidak segera dihidupkan maka akan terjadi kerusakan yang lebih parah. Saran saya perusahaan menambah 1-2 unit kompresor, jika kompresor rusak dan perlu dihentikan oven tetap berfungsi dengan baik. Lilitan yang tidak sesuai dengan posisi loyang membuat loyang menjadi tidak standar karena adonan tidak pas di bagian tengah olesan.

2014, Analisa Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan menggunakan Overall Equipment Efficiency (Oee) dan Six Major Loss pada Mesin Cavitec di Pt. Pengukuran Kinerja Mesin Overrun I Dengan Metode Overall Equipment Efficiency (Studi Kasus Pada Pt. Perkebunan XY), JEMIS, VOL. Analisis Efisiensi Peralatan Secara Keseluruhan (Oee) dalam Meminimalkan Enam Kerugian Besar pada Mesin Produksi Filter Ganda Dd07 (Studi Kasus: Pt. Filtrona Indonesia, Surabaya, Jawa Timur).

PENUTUP

Kesimpulan

Hal ini dikarenakan tidak adanya nilai yang memenuhi standar pada 3 komponen perhitungan nilai OEE. Walaupun nilai ini hampir mencapai target spesifik Availability dan Quality dengan selisih 2%, namun perlu dilakukan perbaikan. Dan pantau bagian-bagian yang akan digunakan untuk pekerjaan pemeliharaan, sehingga bagian-bagian yang ingin digunakan tersedia tepat waktu.

Sebaiknya para pekerja perusahaan mengadakan seminar motivasi untuk merangsang semangat kerja, pemberitahuan target produksi kepada karyawan bertujuan agar para pekerja sadar akan tujuan perusahaan.

Saran

2013, Evaluation of Oee in a Continuous Process Industry on an Insulation Line in a Cable Manufacturing Unit. Estimation of Total Productive Maintenance (Tpm) Medului Pentakam Overall Equipment Effectiveness (OEE) Untuk Penanganan Kinerja Mesin High Speed ​​Winding Di Pt. Evaluation of the implementation of the eight pillars of total productive maintenance (Tpm) and their impact on overall equipment effectiveness (Oee) and waste.

Penerapan budaya 5R (ringkas, rapi, bersih, tekun dan hati-hati) dengan pendekatan Sni Iso dan penilaian di PT.Y Surakarta, Jurnal Higiene Industri dan Kesehatan Kerja.

Referensi

Dokumen terkait