• Tidak ada hasil yang ditemukan

efektivitas penggunaan media film animasi serial paddle pop

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "efektivitas penggunaan media film animasi serial paddle pop"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI SERIAL PADDLE POP

“KRISTAL NALURI SINGA” DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA FANTASI DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020

ARTIKEL SKRIPSI

Oleh:

RAYZA RAMADHAN SARTONO P 15144800043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2019

(2)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI SERIAL PADDLE POP

“KRISTAL NALURI SINGA” DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA FANTASI DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2019/2020 Oleh : Rayza Ramadhan Sartono Putra

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas PGRI Yogyakarta

Dosen Pembimbing : Nina Widyaningsih, M.Hum

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh penggunaan media film animasi dengan model pembelajaran konvensional terhadap ketrampilan menulis cerita fantasi pada siswa kelas VII D dan kelas VII F di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta.(2) dengan adanya media film animasi dalam materi cerita fantasi memberikan semangat belajar siswa untuk lebih memahami suatu materi yang diberikan agar pembelajaran lebih efektif.

Penelitian ini adalah penelitian Quasi Experiment. Populasi Penelitian adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Sampel Penelitian adalah siswa kelas VII D dan kelas VII F yang berjumlah 60 siswa. Pemilihan satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melakukan observasi dan tes. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik parametrik yaitu uji-t dengan taraf signifikan 0,05.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan media film animasi lebih efektif dari penggunaan model pembelajaran konvensional. (1) dilihat dari nilai rata-rata postest siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 78,39 sedangkan kelas kontrol 58,08. (2) Selain berhasil, penggunaan media film animasi juga berhasil di dalam proses pembelajaran keterampilan menulis cerita fantasi, dilihat dari uji-t yang menunjukkan t-hitung=11,245 dengan nilai sig=0,000 sehingga lebih kecil dari nilai alpha yang ditetapkan (5% atau 0,05) berarti H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada perbedaan pengaruh penggunaan media film animasi dengan pembelajaran konvensional ditinjau keterampilan menulis cerita fantasi siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

Kata Kunci : Media Film Animasi, Keterampilan Menulis, Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar manusia karena melalui pendidikan dapat membentuk watak dan mengembangkan potensi manusia. Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang telah

dirumuskan dalam Undang-Undang RI.

No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

(3)

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kurikulum 2013 terkenal dengan pembentukan karakter yang merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.

Karakter sendiri merupakan sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Dalam pendidikan karakter usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi. Pedidikan berkarakter tidak semata-mata individual, melainkan ;juga dimensi sosial struktural. Meskipun pada gilirannya kriteria penentu adalah nilai- nilai kebebasan individual yang bersifat personal. Pendidikan yang berkarakter yang berkaitan dengan dimensi sosial struktural, lebih melihat bagaimana menciptakan sebuah sistem sosial yang kondusif bagi pertumbuhan individu.

Dalam konteks inilah, pendidikan moral dapat diletakkan dalam kerangka pendidikan karakter, pendidikan moral pondasi bagi pendidikan karakter.Proses belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat, artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala yang tampak pada diri siswa,

Dalam pembelajaran penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar, sistem lingkungan ini terdiri dari komponen- komponen yang saling mempengaruhi,

yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan guru dan siswa harus memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia. Sistem pembelajaran modern saat ini, peserta didik hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja peserta didik bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Kondisi seperti itu maka terjadi apa yang disebut dengan komunikasi dua arah (two way traffic communication) apa yang disebut dengan komunikasi pembelajaran manapun sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan atau kompetensi. Artinya, proses pembelajaran tersebut akan terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber atau penyalur pesan lewat media tersebut.

Kerberhasilan suatu proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari peran media di dalamnya, sebab alat atau media pendidikan merupakan suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah. Begitu pula dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, pada kasus semacam ini seorang guru pendidikan Bahasa Indonesia yang profesional dituntut untuk menguasai penggunaan media yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

Guru perlu mencari atau merancang media pembelajaran yang inovatif dan menarik agar dapat membangkitkan minat serta motivasi siswa. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama dan teknik hiburan. Program hiburan segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur penonton dalam bentuk film, lagu, cerita, dan permainan yang salah

(4)

satunya untuk menunjang media untuk siswa. Film salah satuderetan gambar dengan ilustrasi gerak, sehingga terlihat hidup dalam frame yang diproyeksikan melalui proyektor dan diproduksi secara mekanis sehingga dapat dilihat dan didengar. Film digunakan untuk memenuhi suatu kebutuhan umum dengan mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan.

Penggunaan media film dalam kegiatan pembelajaran dapat digunakan sebagai jembatan keterbatasan, memicu keterlibatan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran menulis teks cerita fantasi. kata media yang berarti

“perantara” atau “pengantar” Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat memanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar.

Selain film sebagai media untuk menyuarakan gagasan atau cara penulisan teks cerita fantasi atau kepentingan-kepentingan suatu kelompok kecil terhadap orang luar atau fihak lain, film sebenarnya hanyalah alat sama seperti alat-alat atau media lainnya. Dalam keseluruhan proses- proses pembelajaran untuk tujuan- tujuan membantu menulis teks cerita fantasi. Dengan kata lain, film itu sendiri sebagai suatu hasil kerja (product).

Untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya faktor guru, siswa, media, dan lingkungan. Peranan sebuah media dalam pembelajaran dikatakan sangat penting, karena media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan informasi, sehingga dapat memperlancar proses belajar dan meningkatkan hasil belajar. Media pembelajaran juga dapat mengarahkan

perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, dan membantu siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan sertaminatnya.

Seorang guru perlu mencari atau merancang media pembelajaran yang inovatif dan menarik agar dapat membangkitkan minat serta motivasi siswa. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik film animasi atau program hiburan. Segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur penonton dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan.

Program yang termasuk dalam kategori hiburan, diantaranya drama, musik, dan permainan.

Pertunjukkan drama sendiri yang ditulis dengan menekankan bentuk dialog dan lakuan, baik yang ditulis dengan maksud untuk dipentaskan, sebagai teater atau yang hanya untuk dibacakan, misalnya program televisi yang termasuk dalam program drama yaitu sinetron dan film.

Dengan adanya media film animasi dalam materi teks cerita fantasi memberikan semangat belajar siswa untuk lebih memahami suatu materi yang diberikan agar pembelajaran lebih efektif serta tugas yang diberikan lebih mudah untuk dikerjakan. Penggunaan media film dalam pembelajaran memberikan suasana yang baru dan menyenangkan bagi siswa. Film dapat menyajikan materi tentang suatu proses atau peristiwa masa lampau dengan tempat, pelaku, serta suasana tertentu yang dapat dihadirkan di dalam kelas.

Dengan film juga bisa menyajikan materi pembejaran menulis teks cerita fantasi. Film dikelompokkan menjadi film nyata dan tidak nyata. Film tidak nyata merupakan film yang penggambaran ceritanya, tidak diperagakan langsung oleh makhluk

(5)

hidup, misalnya film kartun dan film animasi.

Media film berupa rangkaian gambar tak hidup yang berurutan pada frame dan diproyeksikan secara mekanis elektronis sehingga tampak hidup pada layar. Oleh karena keunikan dimensi dan sifat hiburannya, saat ini banyak bermunculan film animasi di televisi. Akan tetapi, kebanyakan dari semua film-film animasi tersebut belum ada yang mengarah pada edukasi ilmiah. Kebanyakan film-film animasi yang ditayangkan di televisi, hanya bertujuan untuk hiburan semata.

Meskipun, ada beberapa diantara film- film animasi tersebut yang menyampaikan pesan moral dalam ceritanya. Ketertarikan pada film animasi, tidak hanya dialami anak-anak, namun saat ini para remaja bahkan orang dewasa, tidak sedikit yang tertarik menyaksikan film animasi.

Pembelajaran yang telash dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta banyak kendala yang dihadapi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut hasil observasi yang dilakukan di SMP tersebut permasalahan yang ditemukan yaitu dari tidak tahu jenis film animasi itu apa saja dan kurangnya minat siswa dalam ketrampilan menulis. Cara guru juga dalam penyampaian materi pembelajaran hanya menggunakan buku paket sehingga dapat dilihat bahwa model pembelajaran masih bersifat berpusat pada guru. Kurangnya kreativitas guru dalam memanfaatkan media pembelajaran, sampai hasil belajar siswa yang masih kurang. Siswa merasa bosan dengan sistem model pembelajaran konvensional ada beberapa yang tidak mendengarkan hingga bikin suasan dikelas menjadi ramai.

Materi-materi pembelajaran yang dianggap sulit karena terlalu verbalistis

dan perlu visualisasi dapat diajarkan dengan media animasi, seperti materi menulis. Pada materi menulis teks ceita fantasi banyak terjadi miskonsepsi dan belum banyak diketahui baik siswa maupun guru matapelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa materi menulis mudah dipahami, namun sulit dilakukan. Kenyataannya di sekolah masih banyak guru yang menyampaikan materi menulis, hanya dengan ceramah dan dengan media buku-buku teks pelajaran, namun tidak dipraktekkan dalam pembelajaran menulisnya. Alasannya penulis menggangkat judul tersebut pertama karena dalam pembelajaran teks cerita fantasi harus mempunyai pemikiran imajinasi untuk mengarang sebuah cerita yang menarik bagi pembaca, kedua dalam pembelajaran teks cerita fantasi siswa sering kali bertanya bagaimana membuat cerita fantasi;

ketiga siswa-siswa belum menyadari jika yang ditonton di TV atau pun di Bioskop tentang film animasi itu salah satunya termasuk teks cerita fantasi; dan keempat dengan menggunakan media video animasi siswa diharapkan mampu mempunyai pandangan tentang cara menulis teks cerita fantasi yang ada dipikiran siswa. Menulis teks fantasi pada materi menulis dalam buku teks pelajaran, tidak dapat menjelaskan tahapan-tahapan dalam proses penulisan teks fantasi dengan jelas. Adapun media film animasi mengenai menulis teks fantasi, diharapkan dapat menjelaskan semua tahapan-tahapan pada proses penulisannya dengan jelas, karena visualisasi gambar lebih menarik dan berupa digital bukan cetak seperti buku teks. Berdasarkan latar belakang masalah.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang

(6)

diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbedaan hasil belajar setelah pembelajaran teks cerita fantasi pada kelompok yang diajarkan dengan media film animasi dan kelompok yang diajarkan menggunakan media konvensional pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah I Yogyakarta?

2. Bagaimanakah efektivitas penggunakan media film animasi dalam pembelajaran menulis teks cerita fantasi pada siswa kelas VII di SMP muhammadiyah 1 Yogyakarta?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pembelajaran teks cerita fantasi antara kelompoki yang diajarkan menggunakan media film animasi dan kelompok yang diajarkan menggunakan media konvensional pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah I Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui efektivitas penggunaanmedia film Animasi Paddle Pop dalam model pembelajaran menulis teks cerita fantasi siswa SMP Muhammadiyah I Yogyakarta.

Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan manfaat di antaranya adalah:

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai umpan balik dalam memotivasi diri untuk menulis teks cerita fantasi, khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Bagi guru dan calon guru, media pembelajaran ini dapat digunakan pada proses pembelajaran praktek menulis teks cerita fantasi.

3. Bagi mahasiswa sebagai peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian maupun referensi ilmiah dalam bidang pendidikan, juga dapat menjadi bahan penelitian lanjutan mengenai permasalahan sejenis dengan hasil yang lebih baik.

4. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan positif terhadap kemajuan sekolah sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan.

KAJIAN PUSTAKA

Menulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 968) adalah melahirkan pikiran atau perasaan.

Morsey dalam buku Tarigan (2008:4)

menulis dipergunakan

melaporkan/memberitahukan dan memepengaruhi serta maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengtan baik oleh orang-orang yang dapat menyusun pikirannya dengan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, organisasi pemakaian kata-kata dan struktur kalimat. Menurut Sumarno (2009:5) mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.

Berdasarkan para ahli dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif kegiatan yang menuntut adanya kegiatan encoding, yaitu kegiatan untuk menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui bahasa. Kegiatan berbahasa yang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan oleh pihak penutur, dalam hal ini adalah penulis, dalam kegiatan menulis, penulis harus memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

(7)

Aktivitas menulis merupakan salah satu manisfestasi keterampilan berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca dan berbicara (Nurgiyantoro, 2001: 296). Selanjutnya, Nurgiyantoro juga menyatakan jika dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa. Hal tersebut karena, keterampilan berbahasa menghendaki penguasaan berbagai aspek lain diluar bahasa untuk menghasilkan karangan yang padu dan utuh. Dari beberapa definisi menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan mengekspresikan suatu gagasan atau pikiran ke dalam tulisan yang mempunyai maksud untuk pembaca.

Pengertian Cerita Fantasi

Berdasarkan artinya cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang sangat penting untuk melatih kreativitas dan cerita fantasi termasuk ke dalam teks narasi bersifat yang fiktif atau fiksi.

Menurut julianto simanjuntak (2007:108) dengan fantasi manusia ldapat melepaskan diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan dan keadaan yang akan datang.

Menurut Nurgiyanto (2013:203) cerita fantasi merupakan cerita yang menampilkan tokoh, alur, latar maupun aspek yang lain. Menurut Titik Harsiati(2017:44) cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang sangat penting untuk melatih kreativitas, berfantasi secara aktif bisa mengasah kreativitas siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cerita fantasi adalah cerita atau imajinasi seseorang yang dituangkan dalam tulisan untuk menciptakan impian-impian yang dimiliki si penulis.

Ditinjau dari latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi tiga kategori

yaitu latar lintas waktu masa lampau, latar waktu sezaman, dan latar lintas waktu futuristik (masa yang akan datang). Cerita fantasi ada yang berisi fantasi pada semua unsur cerita (tokoh fantasi, latar fantasi, peristiwa juga tidak terjadi pada dunia nyata). Selain itu, cerita fantasi bisa menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata. Dalam cerita fantasi juga memiliki struktur yang pertama ada orientasi yang berupa mengenalkan latar dan tokoh, kedua komplikasi yang berisi hubungan sebab akibat sehingga masalah memuncak, dan ketiga ada resolusi yang berupa penyelesaian masalah dalam dari konflik yang terjadi.

Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi atau quasi experimental. Penelitian eksperimen kuasi adalah penelitian yang dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dan penelitian eksperimen kuasi dilakukan dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Dalam penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen yaitu Pretest-Posttest Control Group Design. Penetapan jenis penelitian kuasi eksperimen dengan alasan bahwa penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, manusia tidak ada yang sama dan bersifat labil.

Manusia setiap saat dapat berubah dalam hal pikir, tingkah laku, dan kemauannya, sehingga peneliti tidak bisa mengontrol variabel asing yang mempengaruhi perlakuan sebagaimana

(8)

yang dikehendaki dalam penelitian eksperimen murni.

Pertama, menentukan dua kelompok yang akan dijadikan sampel penelitian, penentuan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara mengundi seluruh kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang berjumlah empat kelas untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kedua, pemberian pretest pada semua subjek untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkaitan dengan variabel dependen dan ketiga, pemberian perlakuan eksperimen berupa penggunaan media Film animasi pada kelompok eksperimen dan peran guru adalah menerangkan materi tentang menulis teks cerita fantasi dan mengajak siswa untuk melihat film animasiyang telah dipersiapkan. Setelah siswa memahami materi cerita fantasi di dalam film animasi, siswa diminta untuk membuat teks cerita fantasi.

Sedangkan perlakuan pada kelompok kontrol, pembelajaran menulis teks cerita fantasi diberikan tanpa menggunakan media film animasi dan keeempat, adalah memberikan pasca tes pada kelompok eksprimen dan

kelompok kontrol untuk

membandingkan hasilnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pada penggunaan media film animasi terhadap keterampilan menulis cerita fantasi, maka dilakukan hasil belajar yang diperoleh dengan menggunakan perbandingan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan dilakukan perbandingan kelas eksperimen dengan media film animasi dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran secara konvensional.

Sebelum dilakukan perlakuan (treatment), terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan hipotesis yaitu berupa uji normalitas dan uji homogenitas pada kedua kelas yaitu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui data kedua kelas normal dan homogen. Berdasarkan uji normalitas di kelas eksperimen diperoleh nilai sig pretest 0,234 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh nilai sig pretest 0,600. Terlihat bahwa untuk nilai sig (2-tailed) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian yang digunakan berbentuk distribusi normal terhadap populasinhya. Hal ini ditunjukkan bahwa perbedaan kemampuan siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Setelah dilakukan uji normalitas maka langkah selanjutnya pada penelitian ini yaitu melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu melakukan uji homogenitasJika nilai sig Based on Mean 0,119, Based on Median 0,652, Based on Median and with adjusted df 0,897, Based on trimmed mean 0,263 maka lebih besar dari nilai alpha (α) yang telah ditetapkan yaitu 5%

atau 0,05 maka HO diterima.

Berdasarkan seluruh kriteria dengan nilai sig, seluruhnya di atas 0,05, karena nilai sig, lebih besar dari 0,05 maka terima H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelas merupakan populasi yang homogen.

Setelah dilakukan perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dapat dilakukan uji- T untuk hipotesis. Pada pembahasan ini penelitian akan menjelaskan hasil analisis uji-T. Berdasarkan uji hipotesis pretest siswa diperoleh hasil analisis uji-T yang menunjukkan bahwa

(9)

perolehan nilai t hitung sebesar 0,459 dan nilai sig sebesar 0,648. Nilai signifikansi menyatakan lebih besar dari 5% atau 0,05, maka dapat din yatakan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama.

Sedangkan uji hipotesis postest siswa diperoleh hasil analisis uji-T yang menunjukkan bahwa perolehan nilai t hitung sebesar 11.278 dan nilai sig sebesar 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan nilai signifikansi menyatan lebih kecil dari 5% atau 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan H1diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil postest kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan media film animasi terhadap keterampilam menulis cerita fantasi pada kelas eksperimen dengan kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab terhadap keterampilan menulis cerita fantasi.

Nilai rata-rata pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media film animasi. Hal ini dapat dilihat dari peningkatnya nilai rata-rata postestsiswa yang mengalami peningkatan dibandingkan nilai rata- ratayang diperoleh kelas eksperimen yaitu 53. Sedangkan nilai rata-rata postest pada ketrampilan menulis cerita fantasi mengalami peningkatan sebesar 87 sehingga media film animasi dapat meningkatkan ketrampilan menulis cerita fantasi, hasil belajar siswa dan

peningkatan motivasi siswa di dalam mengikuti pembelajaran.

Nilai rata-rata pada kelas kontrol pada penelitian ini juga mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari peningkatnya nilai rata-rata postest siswa yang mengalami peningkatan dibandingkan nilai rata-rata prestest. Nilai rata-rata prestest yang diperoleh kelas yaitu sebesar 47.

Sedangkan rata-rata nilai postest pada ketrampilan menulis cerita fantasi siswa mengalami peningkatan sebesar 53.

Sehingga model pembelajaran konvensional yang digunakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan nilai rata-rata pretest dan postest di dalam ketrampilan menulis deskripsi siswa dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat pengaruh pengunaan media film animasi di dalam proses pembelajaran yaitu terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa. Pada hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa adanya keberhasilan pada penggunaan media film animasi yang sesuai sebagai alat bantu belajar siswa di dalam proses pembelajaran. Dilihat dari tingkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media film animasi penelitian ini juga menggunakan data observasi sebagai pendukung di dalam penelitian. Obeserver pada penelitian ini yaitu guru kelas VII D atau guru kelas eksperimen yang menjadi kelas yang dikenai treatmentpada penelitian ini.

Dari hasil obervasi yang dilakukan oleh observer diperoleh nilai presentase 100% dengan kriteria nilai presentase sangat baik.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer dapat

(10)

disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa saat diberikan pembelajaran dengan menggunakan media film animasi memberikan pengaruh yang sangat baik di dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam kemampuan menulis siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi diantaranya yaitu siswa antusias di dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan film animasi, siswa lebih mudah memahami karena di dalam film tersebut siswa dapat memahami struktur cerita fantasi dan unsusr-unsur yang ada di dalamnya, siswa juga lebih aktif saat proses pembelajaran.

Dari hasil observasi tersebut senada dengan pendapat menurut Henry Guntur Tarigan (2008:3) yang menyatakan bahwa keterampilan menulis adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif, dengan melukiskan atau menurunkan lambang-lambang grafis sehingga membentuk menjadi suatu bahasa yang mampu dipahami oleh orang lain dan dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain. Hamalik (Azhar Arsyad 2011:15) juga menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat dibangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta membawa pengaruh psikologis bagi siswa.

Pengunaan media film animasi pada penelitian ini juga memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa. Hal tesebut terjadi karena media pembelajaran yang digunakan berupa media film animasi yang memiliki manfaat dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Adinda & Adjie) animasi

merupakan serangkaian gambar gerak cepat yang continue atau terus-menerus yang memiliki hubungan satu dengan yang lain. Animasi yang awalnya hanya berupa rangkaian dari potongan- potongan gambar yang digerakkan sehingga terlihat hidup.

Penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan film animasi bukanlah sekedar ingin mengetahui biasa tanpa adanya landasan yang kuat. Penemuan beberapa fakta yang menguatkan bahwasanya media fiolm animasi dapaty dijadikan media pembelajaran disekolahan sebagai upaya meningkatkan keterampilan menulis cerita fantasi, berangkat dari sebuah jurnal yang dikeluarkan oleh Universitas Negeri Yogyakarta oleh Amna Badra Krishnani dengan judul

“Efektivitas Penggunaan Video Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Mengelolah Salad di SMK PI Ambarukmo Plaza”.

Pada jurnal tersebut disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menemukan bahwa pengunaan video pembelajaran dirasakan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa, dan dirasa efektif dalam proses belajar mengajar.

Penelitian kemudian menemukan jurnal kedua sebagai penguat jurnal pertama, yaitu milik Istia Alif Fanti (2012) dengan judul “Efektivitas Media Pembelajaran Dengan Adobe Flash Dalam Model Pembelajaran Langsung Untuk Pencapaian Unjuk Kerja Pembuatan Pola Dasar Badan Wanita di SMK N 6 Yogyakarta” hasil dari penelitian itu ditemukan bahwa terdapat perbedaan efektivitas pengunaan media pembelajaran adobe flash dalam model pembelajaran langsung pada kelas X busana SMK N 6 Yogyakarta, pendapat siswa tentang pengunaan media pembelajaran ini menunjukkan bahwa siswa senang dengan pengunaan media adobe flash.

(11)

Ketiga penelitian dalam jurnal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.

Perbedaannya dari ketiga jurnal penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti lebih menekankan pada kemampuan penggunaan media film animasi yang lebih menyenangkan yaitu mengemas pembelajaran dalam bentuk hiburan dengan mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Karena dapat dilakukan dengan cara permainan bersama tersebut, sehingga siswa akan lebih termotivasi dan berantusias untuk aktif dalam pembelajaran tersebut.

Selain dari sisi pengunaannya, pada sisi media yang digunakan oleh peneliti juga terbilang lebih praktis karena guru hanya menyiapkan laptop speaker aktif dan juga proyektor kelas yang sudah tertempel di dinding, hasil temuan dari penelitian ini dan dukungan dari fakta empiris menyatakan bahwa media pembelajarn film animasi memberikan pengaruh yang lebih baik dan secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan menulis cerita fantasi siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran yang sudah berjalan sehari-hari.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pengunaan media film animasi dinilai lebih efektif dibandingkan pengunaan model pembelajaran konvensional, hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata pada hasil postest antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata postest pada ketrampilan menulis cerita fantasi siswa untuk kelas eksperimen sebesar 87 dan untuk kelas kontrol sebesar 53.

Dari perbedaan nilai rata-rata postest tersebut menunjukkan bahwa nilai rata- rata postest pada kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Selain itu penggunaan media film animasi juga dinilai efektif di dalam proses pembelajaran keterampilan menulis cerita fantasi. Hal ini dilihat dari uji t-test yang diperoleh nilai t hitung sebesar 11.278 dan nilai sig sebesar 0,000.

Nilai signifikansi lebih kecil dari 5% atau 0,005 maka dapat dinyatakan bahwa HO ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat perbedaan pengaruh antara penggunaan media film animasi dengan penggunaan model pembelajaran konvensional yang menggunakan media film animasi ditinjau dari ketrampilan menulis cerita fantasi kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Ratnasari, Tia. 2017. “Pengaruh Penggunaan Metod Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017”.

Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kapitan, Yanner J., Titik Harsiati dan Imam Agus Basuki. 2017.

“Pengembangan Bahan Ajar Menulis Teks Cerita Fantasi Bermuatan Nilai Pendidikan Karakter di Kelas VII”. Jurnal Pendidikan. Vol. 3. No. 2.

Nafiah, Ulin. 2016. Keefektivan

“Penggunaan Metode

Eksperimen Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Cahaya Kelas VIII SMP Negeri 4 Juana Tahun Pelajaran 2015/2016.

Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi”. Universitas Islam

(12)

Negeri Wali Songo Semarang.

Semarang.

Ma’mun, Ahmad Taufik. 2015.

“Efektivitas Pembelajaran Bahasa Arab Melalui Media Sosial Whatsapp di Program Bisa Belajar Islam dan Bahasa Arab. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan”.

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Yogtakarta.

Mustamid dan Hendri Raharjo. 2015.

“Pengaruh Efektivitas Multimedia Pembelajaran Makromedia Flash 8 Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Materi Fungsi Komposisi dan Infres”. Eduma. Vol. 4. No. 1.

Ninoy Yudhistya sulistyono. 2013.

Gambaran Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik Mahasiswa Ilmu Keolahragaan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Badra Krishnani, Amna. 2011.

“Efektivitas Penggunaan Media Video Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Mengolah Salad di

SMK PI Ambarukmo

Yogyakarta”. Sikripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi.

Jurnal Pendidikan. Vol. 1 No. 1 November 2013

Alfari Shabrina. 2018.

https://blog.ruangguru.com/peng ertian-dan-unsur-teks-cerita-

fantasi diakses tanggal 15 Februari 2018 pukul 09.00.

Pahlevi. 2015.

https://www.pahlevi.net/pengerti an-efektivitas/ diakses tanggal 15 Maret 2015 pukul 12.00.

Yogyantoro. Angger. 2016.

“Peningkatan Ketrampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Diorama Siswa Kelas IV”. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rojaki. 2012. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran Sinetik Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 2 Sekayu”. Jurnal Ilmiah Guru “COPE” Nomer 02/Tahun XVI/ November 2012.

Depdiknas. Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Dekdiknas.

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media Belajar dan Sumber Belajar.

Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Sutirman. 2013. Media & Model-model Pembelajaran Inovatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.

Poerwadarminta, W.JS. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

______. 2015. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

______. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait