• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Permainan Menara Gelang Dalam Meningkatkan Kemampuan Seriasi Anak Kelompok B TK Bahagia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Efektivitas Permainan Menara Gelang Dalam Meningkatkan Kemampuan Seriasi Anak Kelompok B TK Bahagia"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan suasana pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Senada dengan hal itu, dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran, agar siswa secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk memliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Memahami arti pendidikan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa peranan pendidikan dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara sangat penting. Hal itu disebabkan karena pendidikan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Melalui pendidikan genarasi bangsa dapat dibentuk menjadi generasi yang unggul, yakni di samping menjadi generasi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga menjadi generasi yang berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan demokratis serta bertanggung jawab.

1 Depdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 2003)

1

(2)

Proses pendidikan sudah dimulai sejak manusia pertama di dunia, sampai berakhirnya kehidupan di dunia ini. Sebagiamana dikisahkan dalam al- Qur'an, bahwa pendidikan mulai berproses sejak Allah Swt. menciptakan nabi Adam as. di surga, dan Allah telah mengajarkan kepada beliau semua nama, yang oleh para Malaikat belum dikenal sama sekali. Hal itu dijelaskan dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 31, Allah Swt. berfirman:

 





























”Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia memperlihatkan kepada Malaikat, seraya Berfirman, ”Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!” (QS. al-Baqarah: 31).2

Berdasarkan penjelasan tafsir Al-Mishbah, ayat al-Qur’an di atas menjelaskan bahwa manusia dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya: fungsi api, fungsi angin dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama. Ini papa, ini mama, itu mata, itu pena dan sebagainya. Itulah sebagian makna yang dipahami oleh para ulama dari “firman-Nya Dia mengajar Adam nama-nama seluruhnya”.3

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, pembinaan, dan pendidikan untuk membantu

2 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Tri Karya, 2004), h. 6

3 Quraish Shihab, ”Tafsir Al-Misbah”, 2018, h. 2, (http://quraishshihab.blogspot.

co.id/2013/06/ tafsir- al-mishbah-surat-al-baqarah-ayat-31.html)

(3)

pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.4

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 Tahun 2013 pasal 776 ayat 1, struktur kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini formal berisi enam program pengembangan, yaitu pengembangan nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni.5

Merujuk pada upaya tersebut, yakni dengan adanya Pendidikan Anak Usia Dini, diharapkan anak-anak usia dini memiliki pondasi awal yang kuat terhadap berbagai aspek penting yang perlu dikembangkan pada dirinya. Aspek tersebut meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik, motorik, dan seni.

Kemampuan dasar yang perlu dikembangkan dan harus dimiliki oleh anak usia dini salah satunya adalah kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan anak usia dini dalam mengenal konsep sains dan matematika sederhana.

Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan mengenai bilangan.6 Matematika pada pendidikan anak TK adalah kegiatan belajar tentang konsep matematika melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah.

4 Depdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 2003), pasal 1 butir 14

5 Peraturan Pemerintah (PP) No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan

6 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Pengenalan Matematika Anak Usia Dini”,https://failashofagmail.wordpress.com/2011/06/01/pengenalan-matematika-anak-usia- dini.html, 25 Desember 2017

(4)

Tujuan umum pengenalan ilmu matematika pada anak usia dini ialah agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih kompleks.

Sedangkan tujuan khususnya adalah agar: (1) anak dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angaka yang terdapat di sekitar anak; (2) anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung; (3) anak memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi; (4) anak memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya; dan (5) anak memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.7

Proses pembelajaran pada anak usia dini berbeda dengan proses pembelajaran yang dilakukan pada anak SD, SMP maupun SMA. Pada anak usia dini pembelajarannya dilakukan dengan cara bermain. Dengan bermain, anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru.8

Melalui permainan juga, anak-anak dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental, intelektual dan spiritual. Oleh sebab itu, bermain bagi anak TK merupakan jembatan bagi berkembangnya semua aspek perkembangan, baik bahasa, fisik/motorik, seni maupun kemampuan kognitif.

7 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Pengenalan Matematika Anak Usia Dini”, (https://failashofagmail.wordpress.com/2011/06/01/pengenalan-matematika-anak- usia-dini.html)

8 Imam Musbikin, Buku Pintar PAUD dalam Perspeksif Islami, (Jogjakarta: Laksana, 2010), h. 74

(5)

Pelaksanaan proses pembelajaran melalui bermain dapat memberikan pengalaman yang sangat menarik bagi anak, dapat memahami, menguatkan, memecahkan masalah, memotivasi anak, memberi kesempatan anak untuk berlatih mengendalikan emosi, mengambil keputusan serta kegiatan menarik dan menyenangkan lainnya, sehingga memudahkan anak untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.

Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain merupakan pendekatan dalam pelaksanaan pembelajaran di PAUD. Untuk itu, kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode ataupun media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak.

Kenyataan yang terjadi di lapangan berbeda sekali, dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 29 Januari 2018 semester genap tahun pelajaran 2017/2018, anak kelompok B di TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon teridendifikasi, dari 20 anak yang hadir hanya 9 anak (45%) yang memiliki kemampuan seriasi, meliputi: kemampuan mengurutkan objek berdasarkan pola ukuran bentuk, meng-urutkan objek berdasarkan pola ukuran warna, menghitung objek secara berurutan, menyusun objek berdasarkan ukuran panjang dan pendek, serta menyusun objek berdasarkan ukuran besar dan kecil, sedangkan 11 anak (55%) lainnya masih memerlukan bantuan guru.

Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata hal itu disebabkan karena kegiatan pembelajarannya kurang variatif, tidak diselingi dengan permainan dan tidak

(6)

ditunjang dengan media atau permainan yang menarik dan mudah diikuti, sehingga membuat anak bosan, kurang memperhatikan penjelasan guru dan tidak memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan permainan menara gelang. Menara gelang adalah sebuah permainan bagi anak usia dini yang memanfaatkan selang air yang dibentuk melingkar dengan ukuran dan warna yang bervariasi, kemudian disusun ke atas dengan memanfaatkan kayu yang ditancapkan ke pasir sebagai tiang menaranya.9

Permainan menara gelang di era sekarang lebih praktis dan mudah didapat. Permainan menara gelang sudah dijual-belikan di toko-toko mainan dengan berbagai macam bentuk dan warna-warna yang menarik yang sangat disukai oleh anak-anak usia dini atau anak-anak TK.

Alasan diterapkannya permainan menara gelang dalam penelitian ini adalah karena permainan tersebut dianggap dapat meningkatkan kemampuan seriasi anak. Melalui permainan menara gelang, anak-anak tertarik untuk melakukan kegiatan mengurutkan atau menyusun gelang-gelang yang beraneka warna membentuk sebuah menara. Di samping itu, dapat melatih kesabaran anak.

Pelaksanaan proses pembelajaran di TK yang ditunjang dengan permainan menara gelang diasumsikan kegiatan belajarnya lebih efektif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan seriasi anak.

Berasumsi pada latar belakang masalah di atas, peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul, ”Efektivitas Permainan Menara Gelang

(7)

dalam Meningkatkan Kemampuan Seriasi Anak Kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagia berikut:

1. Kegiatan pembelajaran kurang variatif.

2. Tidak ditunjang dengan media atau permainan yang menarik.

3. Kurangnya minat dan motivasi belajar anak.

4. Anak belum bisa mengurutkan dan membandingkan benda berdasarkan bentuk dan ukurannya.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan ini dibatasi dalam hal:

1. Permainan menara gelang dalam penelitian ini diartikan sebagai sebuah permainan bagi anak TK yang memanfaatkan selang air yang dibentuk melingkar dengan ukuran dan warna yang bervariasi, kemudian disusun ke atas dengan memanfaatkan kayu yang ditancapkan ke pasir atau papan sebagai tiang menaranya. Dinamakan menara gelang karena gelang-gelang yang beraneka warna disusun ke atas dari yang terbesar ke yang terkecil, menyerupai menara.

2. Kemampuan seriasi (seriation) anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mengurutkan susunan objek-objek berdasarkan karakteristik ukuran, bentuk dan warna misalnya: dari yang terkecil hingga yang terbesar, dari yang terpendek hingga yang terpanjang. Seriasi juga

(8)

merupakan kemampuan dasar untuk membandingkan, memahami lambang- lambang matematika.

D. Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalahnya adalah ”Apa terdapat perbedaan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon antara sebelum dan sesudah permainan menara gelang?”

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Seberapa baik kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sebelum permainan menara gelang?

2. Seberapa baik kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sesudah permainan menara gelang?

3. Seberapa jauh perbedaan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon antara sebelum dan sesudah permainan menara gelang?

(9)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sebelum permainan menara gelang.

2. Untuk memperoleh data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sesudah permainan menara gelang.

3. Untuk memperoleh data tentang perbedaan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon antara sebelum dan sesudah permainan menara gelang.

F. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk membuktikan kebenaran teori tentang efektivitas permainan menara gelang dalam meningkatkan kemampuan seriasi anak.

2. KegunaanPraktis

a. Bagi anak, dapat meningkatkan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Selain itu, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dari kegiatan belajar sebelumnya, lebih menarik dan menyenangkan.

(10)

b. Bagi guru, dapat mengetahui kemampuan anak satu persatu. Guru akan mengetahui tingkat kesulitan dan kelemahan yang dirasakan anak. Guru akan mengetahui dan memberikan tindak lanjut yang tepat dalam rangka peningkatan kemampuan seriasi anak.

c. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai sumbangsih pembelajaran, khususnya bagi TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon yang nantinya dapat digunakan sebagai salah solusi dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.

d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan kemampuan seriasi ditingkat lain.

(11)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teoretik 1. Makna Efektivitas

Ahmad Muhli mendefinisikan efektivitas sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.1

Menurut Purwadarminta dalam Ahmad Muhli menyatakan bahwa

“Dalam pengajaran efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran”.2

Mengacu pada kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa efektivitas artinya tepat guna atau tepat sasaran. Misalnya, model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi, apabila setelah pembelajaran, siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik, serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

11

1 Ahmad Muhli, “Efektivitas Pembelajaran”, https://ahmadmuhli.wordpress.com/

2011/08/02/efektivitas- pembelajaran.html, h. 1, 26 Desember 2017

2 Ibid, h. 2

(12)

2. Permainan

a. Pengertian Permainan

Permainan merupakan salah satu bentuk dari aktivitas bermain.

Bermain merupakan aktivitas yang penting bagi anak. Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (TK) yang menyenangkan dilaksanakan melelui aktivitas permainan. Permainan bagi anak merupakan suatu aktivitas yang sangat menyenangkan, menimbulkan kegembiraan serta sebagai tempat mengekspresikan apa yang anak rasakan.

Menurut Hurlock “Permainan adalah proses aktivitas fisik atau psikis yang menyenangkan dan menggembirakan”.3 Bagi anak bermain merupakan kegiatan khas sebagaimana pekerjaan yang merupakan aktivitas khas orang dewasa dalam kehidupan.

Senada dengan pendapat di atas Conny R. Semiawan mengung- kapkan bahwa “Permainan adalah berbagai kegiatan yang sebenarnya dirancang dengan maksud agar anak dapat meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman belajar”.4 Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya dari anak tidak kenal menjadi kenal dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukanya.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat dipahami bahwa permainan merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak yang mampu mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.

3 Hurlock, “Pengertian Permainan”, https://www.paud.id/2015/09/2-penger- tian-permainan.html, h. 1, 04 Maret 2018.

4 Conny R. Semiawan, “Pengertian Permainan”, https://www.paud.id/2015/09/

19-pengertian-permainan.html, h. 1, 04 Maret 2018

(13)

Ada orang tua yang berpendapat bahwa terlalu banyak bermain membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Bagi anak TK, adanya permainan yang dipadukan dengan kegiatan belajar sangat dibutuhkan karena bermain sambil belajar merupakan pendekatan pelaksanaan pembelajaran bagi anak TK. Untuk itu, kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode ataupun media pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh anak.

Permainan dijadikan sebagai media pembelajaran pada anak TK karena permainan sangat disukai anak. Melalui permainan, anak dapat mengulang-ulang materi pembelajaran tanpa bosan, dapat bergerak bebas sesuai dengan kreativitas, memperoleh pengalaman baru dalam belajar serta dapat meningkatkan semangat belajar anak.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi permainan anak.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permainan anak, di antaranya yaitu:

1) Kesehatan. Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain.

(14)

2) Kecerdasan anak. Anak-anak yang cerdas, lebih aktif dan kreatif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak cerdas, lebih menyenangi permainan yang bersifat pemikiran.

3) Kreativitas anak. Anak-anak yang kreatif, lebih aktif, percaya diri, dapat mengikuti permainan dengan baik dan benar serta dapat menghasilkan suatu kreasi dari permainan yang dimainkan.

4) Lingkungan. Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.

5) Status sosial ekonomi. Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonomi tinggi lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga status sosial ekonomi rendah.

c. Syarat Pemilihan Alat dan Bahan Permainan

Selain permainan yang dapat dilaksanakan tanpa bantuan alat, permainan juga dapat dilakukan dengan alat bantu permainan. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan permainan anak di antaranya yaitu: memilih alat atau bahan yang mengundang perhatian anak, yang mencerminkan karakteristik tingkat usia anak, yang memiliki unsur multiguna, yang beraneka ragam, tidak mudah rapuh serta bahan yang digunakan aman bagi anak.

(15)

d. Macam-Macam Permainan

Ada bermacam-macam permainan yang bisa bermanfaat bagi perkembangan jiwa anak, yang dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni: permainan aktif, permainan pasif dan permainan fantasi.5

Permainan aktif adalah permainan yang melibatkan seluruh indera dan anggota tubuhnya bergerak secara aktif. Contohnya seperti: bermain drama, bermain musik, bermain sepak bola, bola voli, dan mengoleksi sesuatu.

Permainan pasif adalah permainan yang tidak melibatkan banyak gerakan tubuh anak, tetapi hanya melibatkan sebagian indera saja terutama pendengaran dan penglihatan. Contohnya seperti: membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.

Permainan fantasi adalah permainan imajinasi yang diciptakan sendiri oleh anak dalam dunianya. Kita sering mendengar ataupun melihat anak kecil berbicara sendiri ketika bermain boneka. Sebenarnya ia memiliki fantasi dan imajinasi sendiri mengenai tokoh yang dimainkannya melalui boneka tersebut.

Permainan menara gelang termasuk dalam permainan aktif dan fantasi, karena dalam pelaksanaan permainan menara gelang, melibatkan motorik sensor dan kecerdasan. Dalam permainan tersebut, anak dapat bergerak bebas, memilah-milah, memilih dan kemudian menyusun gelang-gelang menjadi sebuah menara yang indah.

5 Imam Musbikin, Buku Pintar PAUD dalam Perspeksif Islami, (Jogjakarta:

Laksana, 2010), h. 89 - 91

(16)

3. Menara Gelang

a. Pengertian Menara Gelang

Menara gelang adalah sebuah permainan bagi anak TK yang memanfaatkan selang air yang dibentuk melingkar dengan ukuran dan warna yang bervariasi, kemudian disusun ke atas dengan memanfaatkan kayu yang ditancapkan ke pasir atau papan sebagai tiang menaranya.6

Dinamakan menara gelang karena gelang-gelang yang beraneka warna disusun ke atas dari yang terbesar ke yang terkecil, menyerupai menara. Bentuk dari gelang-gelang tersebut bermacam-macam, bisa berupa lingkaran, persegi ataupun segi tiga. Lebih jelasnya mengenai gambar permainan menara gelang dapat dilihat pada gambar berikut.

b. Manfaat Permainan Menara Gelang

Manfaat permainan menara gelang bagi perkembangan anak adalah dapat meningkatkan kemampuan seriasi anak, yang meliputi:

kemampuan dalam mengurutkan objek berdasarkan pola ukuran bentuk, mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran warna, menghitung setiap objek secara berurutan, menyusun objek berdasarkan ukuran panjang dan pendek, serta menyusun objek berdasarkan ukuran besar dan kecil.

6 Bambang Sujiono, dkk., Metode Pengembangan Fisik, (Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta, 2011), h. 49

(17)

Permainan menara gelang juga dapat melatih kesabaran dan kemampuan berpikir anak serta mendorong anak agar membuat sesuatu dari menara gelang sesuai dengan imajinasi, daya fantasi dan kreativitasnya.

c. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Menara Gelang

Permainan menara gelang memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari permainan menara gelang di antaranya yaitu: (1) alat-alat dan bahannya mudah didapat dan mudah dipakai, (2) harganya relatif murah, (3) membuat anak senang, sehingga tidak merasa terbebani dengan kegiatan pembelajaran dilakukan, (4) meningkatkan kecerdasan anak, (5) melatih kreativitas anak), dan (6) meningkatkan kemampuan seriasi anak.

Di samping memiliki kelebihan, permainan menara gelang pun memiliki kekurangan. Kekurangan permainan menara gelang yaitu: (1) terjadi keributan dalam kelas karena terjadi perebutan antar anak dalam menyusun menara gelang, (2) suasana kegiatan pembelajaran tidak kondusif dan (3) masih ada anak yang pasif karena belum mengerti cara permainan menara gelang.

Untuk mengatasi hal itu diperlukan adanya pemusatan perhatian terlebih dahulu sebelum permainan tersebut dimulai, misal dengan mengajak anak bernyanyi atau bermain tepuk, setelah itu diberi penjelasan tentang tata cara permainan menara gelang, agar anak-anak

(18)

paham dan mengerti, sehingga tidak melakukan permainan dengan seenaknya sendiri.

d. Langkah-langkah Permainan Menara Gelang

Agar pelaksanaan permainan menara gelang berjalan lancar, maka langkah-langkah permainannya yaitu:

1) Sebelum permainan dimulai terlebih dahulu mengatur posisi tempat duduk anak agar anak nyaman mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.

2) Siapkan alat atau bahan-bahan yang diperlukan dalam permainan menara gelang.

3) Fokuskan perhatian anak dengan mengajak mereka bernyanyi atau bermain tepuk sebagai pengantar sebelum permainan menara gelang dimulai.

4) Lakukan percakapan awal yang mengajak anak untuk memperhatikan gelang-gelang yang akan digunakan. Ciptakan suasana yang membuat anak merasa penasaran.

5) Ajak anak untuk mengurutkan gelang-gelang yang berbentuk kubus, segitiga, ataupun lingkaran sesuai yang dicontohkan.

6) Minta anak melanjutkan urutan tersebut dengan pola yang sama, misal: mengelompokkan atau menyusun benda berdasarkan urutan besar ke kecil, urutan warna, urutan bentuk, dan sebagainya.

(19)

4. Kemampuan Seriasi

a. Pengertian Kemampuan Seriasi

Kemampuan seriasi terdiri dari dua kata, yaitu kemampuan dan seriasi. Keduanya memiliki makna masing-masing yang jika digabungkan akan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami.

Kemampuan (abilities) ialah bakat yang melekat pada seseorang untuk melakukan suatu kegiatan secara phisik atau mental yang ia peroleh sejak lahir, belajar dan dari pengalaman.7 Kemampuan juga dapat diartikan dengan kepandaian dalam melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar.8

Seriasi (seriation) adalah mengurutkan susunan objek-objek berdasarkan karakteristik ukurannya, misalnya dari yang terkecil hingga yang terbesar, dari yang terpendek hingga yang terpanjang. Seriasi juga merupakan kemampuan dasar untuk membandingkan dan memahami lambang-lambang matematika.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa seriasi adalah kemampuan anak dalam mengurutkan susunan objek-objek berdasarkan karakteristik ukurannya, seperti: dari yang terkecil hingga yang terbesar, terpendek hingga yang terpanjang. Seriasi juga merupakan kemampuan dasar untuk membandingkan dan memahami lambang- lambang matematika.

7 Soehardi, “Pengertian Kemampuan”, 2018, h. 1, (http://infodanpengertian.

blogspot.co.id/ 2015/ 04/pengertian-kemampuan.html)

8 Yessy Stiani, “Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak RA melalui metode bercerita dengan penggunaan media komik”, 2018, h. 1, (http://www.repository.upi.

education.com/2013/meningkatkan-kemampuan-bicara-anak-ra-melalui-metode- bercerita-dengan-penggunaan-media-komik.html)

(20)

b. Macam-Macam Seriasi

Seriasi itu banyak macamnya. Piaget menjelaskan bahwa kemampuan seriasi dibagi menjadi lima macam, yaitu: mengurutkan objek berdasarkan pola ukuran bentuk, mengurutkan objek berdasarkan pola ukuran warna, menghitung setiap objek secara berurutan, menyusun objek berdasarkan ukuran panjang dan pendek, serta menyusun objek berdasarkan ukuran besar dan kecil.9

Anak usia empat tahun biasanya belum mampu dalam tugas konservasi. Mereka bingung ketika dihadapkan pada objek yang sama tetapi ditata dalam cara yang berbeda. Meskipun telah memiliki perbendaharaan konsep, mereka masih mengalami kesulitan menggunakan konsep abstrak, seperti: waktu, ruang dan ukuran untuk mengorganisasikan pengalaman mereka.

Ada juga sebagian di antara mereka yang sudah mampu menata secara seri atau urut berdasarkan panjang atau ukuran, namun apabila diperintahkan untuk diklasifikasikan berdasarkan dua bentuk benda (misal kotak dan lingkaran kemudian anak disuruh menentukan mana yang lebih besar atau yang lebih kecil), anak masih mengalami kesulitan.

Untuk itu, dengan adanya permainan menara gelang, dapat melatih kemampuan mereka dalam seriasi benda-benda.

c. Indikator Kemampuan Berhitung Berdasarkan STPPA

Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) adalah kriteria minimal tentang kualifikasi perkembangan anak yang

9 Piaget, “Urutan dan Seriasi untuk Anak Usia Dini”, 2018, h. 1-2, (http://dunia anakbalita.blogspot.co.id/2014/01/urutan-dan-seriasi-untuk-anak-usia-dini.html)

(21)

mencakup standar pencapaian perkembangan anak yang diwakili enam aspek nilai, yaitu: nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. STTPA ini dijadikan sebagai acuan dalam perkembangan anak usia dini.

Indikator pencapaian kemampuan seriasi berdasarkan Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) adalah sebagai berikut: (1) mampu mengklasifikasikan benda berbentuk lingkaran berdasarkan ukuran, (2) mampu mengklasifikasikan benda berbentuk segi empat berdasarkan ukuran, (3) mampu mengklasifikasikan benda berbentuk segitiga berdasarkan ukuran, (4) mampu mengklasifikasikan warna, (5) mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, (6) mampu mengklasifikasikan benda berdasarkan ukuran, (7) mampu menyusun menara gelang sesuai dengan pola yang dibuat, (8) mampu menyusun benda berdasarkan ukuran besar dan kecil, (9) mampu menyusun benda berdasarkan ukuran panjang, dan (10) mampu menghitung setiap objek yang berurutan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menggambarkan posisi penelitian penulis dibandingkan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, di bawah ini penulis sajikan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang dikaji oleh penulis. Penelitian yang relevan tersebut di antaranya yaitu:

1. Penelitian yang berjudul “Mengembangkan Kemampuan Kognitif dalam Mengenal Ukuran Benda melaui Permainan Menara Gelang pada Anak

(22)

Kelompok A TK ABA II Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini ditulis oleh Lilik Darwati, Mahasiswi FKIP PG PAUD Universitas Nusantara PGRI Kediri. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang terjadi di kelompok A TK ABA II Nganjuk, di mana di TK tesebut kemampuan anak dalam mengenal ukuran benda masih rendah. Hal itu teridentifikasi dari masih banyak anak yang tertukar dalam menyebutkan dan mengelompokkan benda. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui apakah permainan menara gelang dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal ukuran benda pada anak kelompok A TK ABA II Nganjuk dan untuk mengetahui bagaimana aktivitas anak selama mengikuti proses pembelajaran dengan permainan menara gelang.9

2. Penelitian yang berjudul “Mengembangkan Kemampuan Kognitif dalam Mengelompokkan Benda Berdasarkan Warna melaui Permainan Menara Gelang pada Anak Kelompok A RA Al-Ikhlas Sutawinangun Cirebon Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini ditulis oleh Mamah Rohamah, Guru RA Al-Ikhlas Sutawinangun Cirebon. Penelitian ini tidak diterbitkan, tetapi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sertifikasi guru.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan perkembangan yang terjadi di kelompok A RA Al-Ikhlas, yakni rendahnya kemampuan anak dalam mengelompokkan benda berdasarkan warna.

9 Darwati, Lilik. “Mengembangkan Kemampuan Kognitif dalam Mengenal Ukuran Benda melaui Permainan Menara Gelang pada Anak Kelompok A TK ABA II Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015”, 2018, h.1, (http://simki.lp2m. unp.kediri.ac.id/mahasiswa/

file-artikel/ 2015/13.1.01.11.0301p.pdf)

(23)

Hal itu teridentifikasi dari masih banyak anak yang belum mengerti tentang macam-macam warna. Di antara mereka ada yang tertukar dalam menyebutkan warna. Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran dengan permainan menara gelang, untuk mengetahui respons anak selama mengikuti proses pembelajaran dengan permainan menara gelang dan untuk mengetahui apakah permainan menara gelang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengelompokkan benda berdasarkan warna pada anak kelompok A RA Al-Ikhlas Sutawinangun Cirebon.10

Untuk menjelaskan bagaimana posisi penelitian penulis dengan dua buah penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Lilik Darwati yang berjudul “Mengembangkan Kemampuan Kognitif dalam Mengenal Ukuran Benda melaui Permainan Menara Gelang pada Anak Kelompok A TK ABA II Nganjuk Tahun Pelajaran 2014/2015”

adalah sama-sama meneliti tentang keefektifan permainan menara gelang pada anak usia dini dan penelitian tersebut dilakukan dalam rangka menyelesaikan Strata 1 (S1). Adapun perbedaan penelitian Lilik Darwati dengan penelitian penulis yaitu:

10 Mamah Rohamah, “Mengembangkan Kemampuan Kognitif dalam Mengelom- pokkan Benda Berdasarkan Warna melaui Permainan Menara Gelang pada Anak Kelompok A RA Al-Ikhlas Sutawinangun Cirebon Tahun Pelajaran 2014/2015”. Tidak diterbitkan.

(24)

a. Penelitian Lilik Darwati dalam rangka meningkatkan kemampuan mengenal ukuran benda, sedangkan penelitian penulis dalam rangka meningkatkan kemampuan seriasi.

b. Penelitian Lilik Darwati dilakukan pada anak kelompok A, sedangkan penelitian penulis dilakukan pada kelompok B.

c. Penelitian Lilik Darwati berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan penelitian penulis berbentuk peneltiian komparatif yang membandingkan antara sebelum dan sesudah perlakuan.

2. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian kedua yang dilakukan oleh Mamah Rohamah yang berjudul “Mengembangkan Kemampuan Kognitif dalam Mengelompokkan Benda Berdasarkan Warna melaui Permainan Menara Gelang pada Anak Kelompok A RA Al-Ikhlas Sutawinangun Cirebon Tahun Pelajaran 2014/2015” adalah sama-sama meneliti tentang keefektifan permainan menara gelang, sedangkan perbedaan penelitian Mamah Rohamah dengan penelitian penulis yaitu:

a. Penelitian Mamah Rohamah dalam rangka meningkatkan kemampuan mengelompokkan benda berdasarkan warna, sedangkan penelitian penulis dalam rangka meningkatkan kemampuan seriasi.

b. Penelitian Mamah Rohamah dilakukan pada anak RA kelompok A, sedangkan penelitian penulis dilakukan pada anak TK kelompok B.

c. Penelitian Mamah Rohamah berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan penelitian penulis berbentuk penelitian komparatif yang membandingkan antara sebelum dan sesudah perlakuan.

(25)

C. Kerangka Berpikir

Seriasi (seriation) adalah kemampuan dasar untuk membandingkan, memahami lambang dan mengurutkan susunan objek-objek berdasarkan karakteristik ukurannya. Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anak TK terkait dengan perkembangan kognitif anak.

Bermain adalah aktivitas yang penting bagi anak karena pendekatan pembelajaran di TK adalah melalui permainan. Permainan merupakan suatu aktivitas yang sangat menyenangkan, menimbulkan kegembiraan serta sebagai tempat mengekpresikan apa yang anak rasakan. Melalui permainan, anak juga dapat mengulang-ulang materi pembelajaran tanpa bosan, dapat bergerak bebas sesuai dengan kreativitas, memperoleh pengalaman baru dalam belajar, serta dapat meningkatkan semangat belajar anak.

Agar anak tertarik melakukan aktivitas pengelompokkan, pengurutan dan penyusunan benda-benda berdasarkan bentuk, ukuran dan warnanya, maka dalam pembelajaran tersebut perlu ditunjang dengan adanya permainan yang menarik dan menyenangkan, salah satunya adalah permainan menara gelang.

Menara gelang adalah sebuah permainan bagi anak TK yang memanfaatkan selang air yang dibentuk melingkar dengan ukuran dan warna yang bervariasi, kemudian disusun ke atas dengan memanfaatkan kayu yang ditancapkan ke pasir atau papan sebagai tiang menaranya.

(26)

Dengan diterapkannya permainan menara gelang, anak-anak terlihat semangat dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Anak-anak lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan pengelompokkan, pengurutan dan penyusunan gelang-gelang yang beraneka warna dan berbagai ukuran menjadi sebuah menara yang indah. Di samping itu, permainan menara gelang juga dapat melatih kesabaran dan kemampuan berpikir anak, serta mendorong anak agar mampu membuat sesuatu dari menara gelang sesuai dengan imajinasi, daya fantasi dan kreativitasnya.

Pelaksanaan proses pembelajaran di TK yang ditunjang dengan permainan menara gelang diasumsikan kegiatan belajarnya lebih efektif dan dapat meningkatkan kemampuan seriasi anak. Sehingga konsekuensi logisnya terdapat perbedaan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon antara sebelum dan sesudah permainan menara gelang.

Untuk lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.

Bagan 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

GURU ANAK

Permainan di TK

X1

Sebelum permainan menara gelang kemampuan seriasi anak,

rendah

X2

Sesudah permainan menara gelang, kemampuan seriasi anak,

meningkat

(27)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap hasil penelitian. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono bahwa hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.11 Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jika:

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon antara sebelum dan sesudah permainan menara gelang. Jika permainan menara gelang dapat meningkatkan kemampuan seriasi anak, maka permainan tersebut dikatakan efektif.

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon

antara sebelum dan sesudah permainan menara gelang. Jika permainan menara gelang tidak dapat meningkatkan kemampuan seriasi anak, maka permainan tersebut dikatakan tidak efektif.

Gambar Permainan Menara Gelang

11 Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 84

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan pola umum penelitian yang akan digunakan peneliti dalam memecahkan masalah penelitian. Untuk itu, sebelum menjelaskan tentang desain penelitian, berikut ini terlebih dahulu dijelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan, karena desain penelitian mengikuti pola dari metode penelitiannya.

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.1

Sementara itu Jamal Ma’mur Asmani berpendapat bahwa, “Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis”.2

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat dipahami bahwa metode penelitian ialah rancangan penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid, melalui suatu prosedur penelitian tertentu, sehinga hasil dari penelitian tersebut dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

28

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 6

2 Jamal Ma’mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 40

(29)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah metode penelitian sistematis, guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Dalam metode eksperimen terdapat tiga syarat yaitu: adanya kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi dan observasi.3

Inti dari metode penelitian eksperimen adalah adanya manipulasi atau pengubahan secara sistematis keadaan tertentu, mengontrol variabel dan melakukan observasi dalam mengukur dan mengamati hasil manipulasi.

Berhubung penelitian ini akan membandingkan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, dengan cara membandingkan skor kemampuan seriasi anak sebelum (before/pretest) dan sesudah (after/posttest) diberikan treat-ment berupa permainan menara gelang, maka uji statistik yang tepat adalah dengan menggunakan uji statistik komparatif, bukan dengan statistik pengaruh, bukan pula dengan uji statistik korelasional.

Jika kemampuan seriasi anak kelompok B tersebut meningkat antara sebelum dan sesudah diberikan treatment (perlakuan), maka permainan menara gelang tersebut efektif, tetapi sebaliknya jika kemampuan seriasi anak kelompok B tersebut mengalami penurunan bahkan cenderung tetap (flat/

datar) saja, maka permainan menara gelang tersebut tidak efektif. Lebih jelasnya, mengenai desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

3 Jamal Ma’mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendi- dikan, op.cit., h. 49

(30)

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B TK Bahagia yang beralamat di Jalan Masjid No. 02 Blok Gumbira Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Adapun yang menjadi alasan pelaksanaan penelitiannya di TK tersebut karena terdapat permasalahan pembelajaran yaitu rendahnya kemampuan seriasi anak.

a. Sarana dan Fasilitas yang Dimiliki

Sarana atau fasilitas yang dimiliki oleh TK Bahagia sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

Tidak efektif, jika kemampuan seriasi anak menurun atau cenderung tetap (flat) skornya

Efektif, jika kemampuan seriasi anak mengalami peningkatan skor

Permainan Menara

Gelang

Kemampuan seriasi anak sesudah permainan menara gelang (posttest) Kemampuan seriasi

anak sebelum permainan menara gelang (pretest)

Komparatif

Bagan 3.1 Desain Penelitian

(31)

Tabel 3.1

Keadaan Sarana TK Bahagia Desa Semplo Ruangan

TK Bahagia Jenis Bangunan Banyaknya 1.

2.

3.

4 5.

6.

7.

8.

9.

Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru

Ruang Belajar Gudang Dapur Toilet Guru Toilet Siswa Musholah Perpustakaan

1 Ruang 1 Ruang 3 Ruang 1 Ruang 1 Ruang 1 Ruang 1 Ruang 1 Ruang 1 Ruang Sumber: Data TK Bahagia Tahun 2017

Selain sarana di atas, dilengkapi juga sarana lapangan upacara, dan halaman bermain. Fasilitas lain yang dimiliki oleh TK Bahagia adalah perlengkapan belajar dan perlengkapan lainnya, tertulis dalam tabel berikut.

Tabel 3.2

Keadaan Fasilitas TK Bahagia Desa Semplo No Jenis Bangunan Banyaknya

1 2 3 4 5

Meja Kursi Kepala Sekolah Meja kursi Guru

Meja Kursi Tamu Meja Tulis Siswa Kursi Siswa

1 4 1 40 80

Pasang Pasang Pasang Buah Buah

(32)

6 7 8 9 10 11 12 13

Lemari Rak Buku Papan Tulis

Papan Pengumuman Perlengkapan Olah Raga Perlengkapan Sholat APE Luar

APE Dalam

6 4 4

3 10 5 22

Buah Buah Buah Buah Set Pasang Buah set Sumber: Data TK Bahagia Tahun 2017

b. Keadaan Guru dan Anak Didik 1) Keadaan Guru

Guru atau tenaga pengajar merupakan salah satu faktor yamg penting dalam kegiatan belajar mengajar, karena tenaga pengajar merupakan unsur yang sangat penting bagi terselenggaranya proses pendidikan, karena bagaimanapun lengkapnya sarana yang tersedia, semua itu tidak dapat digunakan tanpa ada tenaga pengajar. Dalam hal ini tenaga profesional keguruan dibutuhkan sekali supaya pendidikan dalam lembaga pendidikan tersebut dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Adapun jumlah tenaga pengajar yang ada sekarang dapat dilihat dalam tabel berikut.

(33)

Tabel 3.3

Keadaan Guru TK Bahagia Desa Semplo No Nama Pegawai/ NIP Jabatan

TMT Masa Kerja

Status Kepeg

Tugas Mengajar/

Kelompok 1 Titin Rustini, S.Pd. Kepela

Sekolah

20 Non

PNS

A 2 Dian Ekawati S.Pd. GTY 15 Non

PNS

A

3 Diar Arisandi GTY 5 Non

PNS

B

4 Suweni S.Pd. Aud. GTY 6 PNS B

Sumber: Data TK Bahagia Tahun 2017 2) Keadaan Anak Didik

Anak didik TK Bahagia berjumlah 42 anak. Masing-masing anak kelompok A (1 Rombel), kelompok B (1 Rombel) sehingga semuanya berjumlah 2 rombel. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan anak didik TK Bahagia datanya tersusun dalam tabel dibawah ini.

Tabel 3.4

Keadaan Anak Didik TK Bahagia Desa Semplo No. Kelompok Banyaknya Siswa

Jumlah

L P

1. A 12 10 22

2. B 8 12 20

Sumber : Data TK Bahagia Tahun 2017 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 20 Februari 2018 sampai dengan tanggal 11 Mei 2018. Adapun rincian kegiatan penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

(34)

Tabel 3.5

Kegiatan Penyusunan Skripsi

No Kegiatan Penelitian Bulan Ke

2 3 4 5

1. Persiapan penelitian (menyusun kegiatan, sampling, instrumen, bahan ajar, perijinan, bimbingan, proposal dan revisi.

2. Pengumpulan data di lapangan 

3. Pengolahan dan analisis data 

4. Penyusunan skripsi 

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui.4 Populasi juga dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.5

Mengacu pada pendapat di atas dapat dipahami bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi itu bukan hanya

menyangkut orang (manusia), tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain, juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.

4 M. Toha Anggoro, dkk., Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 4.2

5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, op. cit., h.117

(35)

Dalam konteks ini, yang menjadi populasi adalah seluruh anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 20 anak.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah himpunan bagian dari populasi”.6 Sampel juga dapat didefinisikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.7 Dari kedua pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang memberikan keterangan dalam suatu penelitan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel yang representatif dari suatu populasi dan kemudian diteliti. Maksud dari sampel representatif adalah sampel yang mewakili atau menggambarkan keadaan populasi secara maksimal.

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat mengambil sampel yang diambil dari populasi.

Berhubung jumlah populasi yang ada di kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 hanya berjumlah 20 anak, maka dalam teknik pengambilan sampelnya, peneliti menggunakan sampling jenuh.

6 M. Toha Anggoro, dkk., Metode Penelitian, op. cit., h. 4.3

7 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, op. cit., h. 118

(36)

Sugiyono menjelaskan bahwa, “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”.8 Hal ini dilakukan karena jumlah populasi kelompok B TK Bahagia relatif kecil yakni hanya 20 responden.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data penelitian. Tujuan utama melakukan penelitian adalah memperoleh data. Oleh karenaitu, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data yang akan digunakan, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi Partisipatif

Observasi adalah dasar dalam semua ilmu pengetahuan. Tidak ada pengetahuan yang tidak melalui pengamatan terlebih dahulu. Demikian juga dengan kegiatan penelitian, observasi itu niscaya selalu dilakukan. Dalam observasi ini peneliti terlibat secara langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Dalam hal ini, peneliti mengamati kegiatan anak yang sedang melakukan permainan menara gelang dan anak pun sebetulnya mengamati antara satu anak dengan anak yang lainnya. Anak mengamati temannya yang sedang melakukan permainan menara gelang. Demikian juga guru ikut

8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Ibid, h. 124

(37)

mengamati kegiatan anak yang sedang bermain menara gelang. Kegiatan pengamatan berperan serta ini disebut dengan observasi partisipatif.

Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti dimana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.

Artinya, peneliti terlibat langsung terhadap penelitiannya.9 Hal tersebut dilakukan agar data yang diambil dari subjek penelitian diperoleh lebih lengkap, lebih tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

2. Tes

Tes adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan alat evaluasi untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, bakat dan lain-lain.10 Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes praktik. Tes praktik tersebut digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sebelum permainan menara gelang (X1) dan data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sebelum permainan menara gelang (X2).

Kisi-kisi tesnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA)

9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Ibid, h. 204

10 Casta, Dasar-Dasar Statistika Pendidikan, (Cirebon: STAI BBC, 2012), h. 13

(38)

No Indikator

Kriteria Penilaian

Hasil Koreksi

Validasi Komentar

B B

M B

B S H

B S B

1 2 3

1. Anak mampu

mengklasifikasikan benda berbentuk lingkaran berdasarkan ukuran 2. Anak mampu

mengklasifikasikan benda berbentuk segi empat (persegi) berdasarkan ukuran

3. Anak mampu

mengklasifikasikan benda berbentuk segitiga

berdasarkan ukuran 4. Anak mampu

mengklasifikasikan warna 5. Anak mampu

mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk 6. Anak mampu

mengklasifikasikan benda berdasarkan ukuran 7. Anak mampu menyusun

menara gelang sesuai dengan pola yang dibuat 8. Anak mampu menyusun

benda berdasarkan ukuran besar dan kecil

9. Anak mampu menyusun benda berdasarkan ukuran panjang

10. Anak mampu menghitung setiap objek yang berurutan

Sumber: Permendikbud No. 137 Tahun 2014.11

11 Depdikbud RI, Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Depdikbud, 2014), 25

(39)

Hasil tes ini dinilai dengan penilaian berbentuk deskripsi menggunakan kriteria pedoman penilaian dari Kurikulum 2013 Kemen- dikbud, yaitu: Belum Berkembang (BB), Mulai Berkembang (MB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan Berkembang Sangat Baik (BSB).

Kriteria-kriteria tersebut, tidak dapat dianalisis menggunakan rumus statistik uji komparasi karena menuntut adanya skor (angka), maka pedoman yang bersifat deskripsi kata-kata tersebut harus dikonversikan (diubah) kedalam bentuk skor (angka), agar mudah dianalisis dengan rumus statistik komparatif (perbandingan). Pengonversian pedoman penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.7

Pedoman Penilaian Hasil Konversi

No. Kriteria Skor

1. Belum Berkembang (BB) 20 – 49 2. Mulai Berkembang (MB) 50 – 69 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 70 – 89 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 90 – 100 Sumber: Pedoman yang tercantum dalam Kurikulum 2013

dikonversikan ke dalam skala angka.

3. Dokumentasi

Nana Syaodih Sukmadinata menyebut dokumentasi dengan istilah studi dokumenter (documentary study) yaitu “Suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”.12

12 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h. 221

(40)

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan semua dokumen dokumen penting yang berasal dari penilaian sehari-hari anak, termasuk ke dalam dokumen ini adalah penulis mengambil gambar (memfoto) kegiatan anak dalam bermain menara gelang.

4. Cheklist

Checklist (daftar centang) yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya dengan menggunakan centang.13 Checklist ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan seriasi anak di sekolah tersebut. Daftar centang ini sesungguhnya berisi indikator-indikator yang sudah diidentifikasi dalam kisi-kisi tes sebagaimana yang tercantum dalam tabel 3.6 di atas, dan dikonversikan ke dalam bentuk pedoman penilaian skala angka.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengelompokkan data, mentabulasi data, menyajikan data, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data hasil tes praktik. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sebelum dan sesudah permainan menara gelang. Data hasil tes tersebut akan dianalisis dengan menggunakan statistik uji-t (t-test). Rumus uji-t atau t-test menurut Casta adalah sebagai berikut: 14

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2002), h. 136

14 Casta, Dasar-Dasar Statistika Pendidikan, (Cirebon: STAI BBC, 2012), h. 136

(41)

t =

𝑋̅̅̅̅− 𝑋1 ̅̅̅̅2

(𝑛1− 1) 𝑆12 + (𝑛2− 1)𝑆22

𝑛1+ 𝑛2− 2 [𝑛11+ 𝑛21]

Keterangan:

Sebelum menggunakan uji t-test, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Syarat tersebut antara lain yaitu: datanya berbentuk ratio, berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu dilakukan analisis data statistik yang meliputi:

uji normalitas distribusi data dan uji homogenitas data.

1. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi persyaratan dalam penggunaan uji t- test. Data yang diuji adalah data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sebelum permainan menara gelang (X1) dan data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan T : nilai t yang dihitung

X1

̅̅̅̅ : nilai rata-rata sampel 1 X2

̅̅̅̅ : nilai rata-rata sampel 2

𝑛1 : banyaknya data sampel 1 𝑛2 : banyaknya data sampel 2 S : standar deviasi

S12 : varians sampel 1 S22 : varians sampel 2

(42)

Kabupaten Cirebon sesudah permainan menara gelang (X2). Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Mengurutkan data (nilai/ jumlah skor variabel X1) setiap responden, dari data tertinggi ke data terendah.

b. Mencari nilai Rentangan (R) dengan rumus:

R = Skor terbesar – skor terkecil

c. Mencari banyaknya kelas (K) dengan rumus Sturgess: K=1+ 3,3 log n d. Mencari nilai panjang kelas (P) dengan rumus: P = 𝑅𝐾

e. Mencari rata-rata (mean) dengan rumus: 𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑥𝑛 𝑖

f. Mencari Simpangan baku, dengan rumus: S =√𝑛.∑ 𝑓𝑥𝑛.(𝑛−1)𝑖2−(∑ 𝑓𝑥𝑖)2 g. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:

1) Menentukan batas kelas, yaitu skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5.

2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:

𝑍 =𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 − 𝑥̅

𝑠

𝑍1 =𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 − 𝑥̅

𝑠

𝑍2 = 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 − 𝑥̅

𝑠 dan seterusnya.

3) Mencari luas O-Z dari tabel kurve normal dari O-Z dengan menggunakan angka-angka batas kelas.

(43)

4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka O-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan pada baris berikutnya.

5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden (n).

h. Mencari Chi-Kuadrat hitung dengan rumus:

𝑥2 = ∑(𝑓𝑜 − 𝑓𝑒)2 𝑓𝑒

𝑘

𝑖=1

i. Membandingkan Chi-Kuadrat hitung dengan Chi-Kuadrat tabel, dengan ketentuan: taraf kepercayaan 5%; derajat kebebasan dk = k-1.

Kriteria pengujian: jika χ2hitung ≥ χ2tabel, artinya distribusi data tidak normal dan jika χ2hitung ≤ χ2tabel, artinya data berdistribusi normal.

j. Membuat kesimpulan apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk variabel X2, langkah-langkah pengujiannya sama seperti halnya variabel X1.

2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan untuk menguji apakah data dari hasil tes tersebut homogen atau tidak. Dalam hal ini, uji homogenitas data dilakukan dengan membandingkan varians terbesar dengan varians terkecil dengan menggunakan tabel F. Adapun rumus yang digunakan dalam uji homogenitas data adalah:

(44)

F

hitung

=

varians terbesar varians terkecil

Langkah-langkah uji homogenitas data adalah sebagai berikut:

a. Membandingkan varians terbesar dan varians terkecil.

b. Membandingkan F hitung dengan F tabel dengan rumus:

db pembilang = n - 1 (untuk varians terbesar) db penyebut = n - 1 (untuk varians terkecil).

c. Membuat kriteria pengujian (meyimpulkan) Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka data tidak homogen dan jika Fhitung ≤ Ftabel, maka data homogen.

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini berusaha untuk menjawab tentang rumusan masalah penelitian yaitu apakah terdapat perbedaan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon antara sebelum dan sesudah permainan menara gelang. Hasil penelitian merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan.

Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian setiap data, baik data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sebelum permainan menara gelang maupun data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sesudah permainan menara gelang. Kemudian dilanjutkan dengan deskripsi tentang perbedaan kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon antara sebelum dan sesudah permainan menara gelang sebagai hasil analisis data.

1. Kemampuan Seriasi Anak Sebelum Permainan Menara Gelang

Data tentang kemampuan seriasi anak kelompok B TK Bahagia Desa Semplo Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon sebelum permainan menara gelang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan sebelum penelitian.

Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

45

Gambar

Gambar Permainan Menara Gelang
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 20 anak kelompok B tidak  ada  sama  sekali  (0%)  yang  kemampuan  seriasinya  mencapai  kriteria  Berkembang  Sangat  Baik  (BSB),  hanya  2  anak  (10%)  yang  kemampuan  seriasinya Berkembang Sesuai Harapan (BSH), 9
Tabel Penolong untuk Mencari Chi-Kuadrat Hitung Variabel X 1
Tabel distribusi F dapat dilihat pada lampiran 4.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan permainan balok terhadap kemampuan kognitif anak pada kelompok B di TK Pertiwi Mlese Kabupaten Klaten Tahun Ajaran

MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI

Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui permainan balok pada anak kelompok B TK ABA VII

(2) Pada pertemuan ke-2, 16 anak telah berdo’a sebelum kegiatan, 16 anak menjawab salam dan hadir, 8 anak menjawab pertanyaan guru, 9 anak bertanya kepada guru, 16 anak dengan

Berdasarkan hasil pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dalam meningkatkan kemampuan berhitung di Kelompok B TK

Sri Lestari, A53B090080, Peningkatan Kemampuan Menjawab Pertanyaan Sederhana Melalui Metode Permainan Kartu Gambar Di Tk Pertiwi Jonggrangan Klaten, Jurusan

Bagi guru Hasil penelitian ini sebagai masukan untuk guru dalam meningkatkan cara mengajar melalui permainan balok angka, dan menambah ketrampilan pendidik untuk efisiensi kegiatan

Jurnal Pendidikan Tambusai 4135 Upaya Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Melalui Permainan Ular Tangga Pada Kelompok B Di TK Al Khairiyah Jatibening, Bekasi Marlinah1*,