• Tidak ada hasil yang ditemukan

the effect of corporate governance and audit quality on

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "the effect of corporate governance and audit quality on"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE AND AUDIT QUALITY ON TAX AGGRESSIVENESS

(An Empirical Study of Companies Listed in the Indonesia Stock Exchange in 2018)

By :

Eka Rofi Mulyana

Advisor: Prof. Dr. Bambang Subroto, SE., MM., Ak.

ABSTRACT

This research aims to examine the effect of corporate governance and audit quality on tax aggressiveness by examining all companies listed in the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2018. Using purposive sampling, a sample data of 371 companies was acquired.

The analysis was performed using multiple linear regression in Statistical Product and Service Solution (SPSS) 24th edition. This reseach finds that tax aggressiveness can be reduced by increasing the number of audit committee and the quality of external audit.

Futhermore, tax aggressiveness increases in parallel with the growth of company size, profit, and liquidity. The implication of this researh is to reduce tax aggressiveness by increasing the number of audit committee and improving the quality of external audit.

Keywords: Audit Committee, Audit Quality, and Tax Aggressiveness

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu sumber penerimaan terbesar suatu negara adalah pajak. Namun, realisasi penerimaan pajak di Indonesia selama satu dekade terakhir tidak pernah mencapai target yang ditentukan. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan bahwa anggaran penerimaan negara Indonesia tahun 2018 yang bersumber dari pajak adalah Rp1.618,1 triliun dan hanya terealisasi sebesar Rp1.521,4 triliun. Artinya, realisasi penerimaan pajak di Indonesia hanya sekitar 94,2 persen dari target penerimaan pajak yang dianggarkan dalam APBN (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2019).

Pajak, bagi perusahaan, bukan merupakan sumber pendapatan melainkan beban yang harus dibayar dan dapat mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan sehingga perusahaan akan melakukan berbagai cara atau strategi untuk mengefisiensikan pajak yang harus dibayarnya (Mangoting, 1999). Strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi pajak yang harus dibayarnya dapat disebut sebagai tindakan agresivitas pajak. Menurut Frank, Lynch, dan Rego (2009) agresivitas pajak adalah suatu tindakan

(2)

merekayasa pendapatan kena pajak melalui tindakan perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan cara yang legal (tax avoidance) maupun cara yang ilegal (tax evasion).

Fenomena agresivitas pajak telah banyak terjadi di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya kasus yang terjadi baik itu tax avoidance maupun tax evasion. Pada tahun 2013 Agus Martowardoyo, yang pada saat itu sedang menjabat sebagai Menteri Keuangan, menyatakan bahwa lebih dari 4.000 perusahaan multinasional yang ada di Indonesia hampir tidak membayar pajak dalam tujuh tahun terakhir dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan agresivitas pajak berupa praktik transfer pricing yang dilakukan dengan perusahaan afiliasi yang berada di negara-negara berpajak rendah atau dikenal sebagai tax heaven country (Kompasiana, 2013). Negara-negara berpajak rendah memang menjadi pilihan hampir setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan agresivitas pajak.

Pada tahun 2018, OECD mencatat jumlah sengketa transfer pricing yang terjadi di dunia naik sebesar 10% daritahun 2017 (Bisnis.com, 2019). Hal ini menandakan bahwa tingginnya kasus agresivitas pajak yang terjadi di dunia, termasuk Indonesia. Karena tingginya aktivitas agresivitas pajak seperti transfer pricing, hal ini menjadikan pemerintah menaruh fokus yang lebih tinggi untuk dapat menurunkan tindakan agresivitas pajak yang terjadi di Indonesia.

Salah satu kasus yang terjadi terkait dengan agresivitas pajak adalah kasus pada PT.

Adaro Energi Tbk yang merupakan perusahaan batu bara terbesar keempat di dunia.

Kasus yang menimpa PT Adaro ini dilaporkan oleh Global Witness yang menduga adanya agresivitas pajak yang dilakukan oleh PT Adaro sejak tahun 2009 hingga 2017 dengan potensi pajak senilai $125 juta atau sekitar $14 juta per tahun. Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan bahwa akan mempelajari kasus yang dilaporkan oleh Global Witness terkait kegiatan agresivitas pajak yang dilakukan oleh PT Adaro (Merdeka, 2019).

Kasus lain terkait agresivitas pajak yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh PT Asian Agri Group. Kasus agresivitas pajak yang dilakukan oleh Asian Agri mulai diselidiki sejak tahun 2007 dan pada tahun 2013 perusahaan dinyatakan bersalah dan diharuskan membayar pajak terutang sebesar Rp1.259.977.695.652 dan denda sebesar dua kali dari pajak terutang yaitu sebesar Rp2,5 triliun. Metta Dharmasaputra (peneliti Katadata)

(3)

menyatakan bahwa agresivitas pajak yang dilakukan oleh Asian Agri merupakan kegiatan tax evasion dengan indikasi adanya fakta tax planning meeting atau pertemuan perencanaan pajak (Kompas, 2014).

Kegiatan agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia akan memberikan dampak negatif bagi negara. Salah satunya adalah rendahnya tingkat penerimaan negara yang berasal dari pajak.

Faktor yang dapat mempengaruhi agresivitas pajak, di antaranya adalah corporate governance dan kualitas audit. Dalam penelitian ini corporate governance diproksi dengan komite audit. Menurut Eksandy (2017) salah satu bukti bahwa perusahaan memiliki corporate governance yang baik adalah dibentuknya komite audit.

Komite audit dipilih sebagai proksi dari corporate governance karena merupakan pihak paling independen dalam struktur corporate governance suatu perusahaan. Hal ini sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.55/PJOK.04/2015 yang menyatakan perusahaan minimal memiliki 3 anggota komite audit, dengan 1 orang ketua yang merupakan komisaris independen dan 2 orang anggota yang merupakan pihak independen perusahaan. Sehingga kegiatan pengawasan yang dilakukan terhadap pengelolaan perusahaan tidak akan berpihak kepada pihak tertentu, baik itu direksi maupun pemegang saham saja.

Komite audit sangat penting untuk dibentuk oleh perusahaan supaya tingkat perilaku agresivitas pajak dapat lebih rendah. Semakin besar jumlah anggota komite audit, maka semakin tinggi pula tingkat pengawasan atas pengelolaan perusahaan dan harapannya tindakan agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan dapat diminimalisasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayem dan Setyadi (2019) yang menyatakan bahwa komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

Namun, penelitian yang dilakukan oleh Eksandy (2017) menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Faktor lain yang dapat menurunkan tingkat agresivitas pajak adalah kualitas audit perusahaan. Semakin baik kualitas audit, maka perusahaan akan semakin sulit untuk melakukan penyimpangan seperti agresivitas pajak. Kualitas audit dapat dilihat berdasarkan tipe auditor eksternal yang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu KAP The Big Four dan KAP Non The Big Four. Semakin baik kualitas audit perusahaan, maka perusahaan akan lebih sulit untuk melakukan agresivitas pajak karena tingkat pengawasan

(4)

yang diberikan atas laporan keuangan menjadi lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Widyari dan Rasmini (2019) mengungkapkan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Namun, hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aditama (2016) yang menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

Berdasarkan pernyataan masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Apakah komite audit dapat menurunkan tingkat agresivitas pajak perusahaan?; dan (2) Apakah kualitas audit yang baik dapat menurunkan tingkat agresivitas pajak perusahaan?

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Untuk menguji tingkat kemampuan komite audit dalam menurunkan tingkat agresivitas pajak perusahaan; dan (2) Untuk menguji tingkat kemampuan kualitas audit dapat menurunkan tingkat agresivitas pajak perusahaan.

BAB II

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan teori dasar yang menjelaskan hubungan antara prinsipal sebagai pemegang saham dan agen sebagai manajemen perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan muncul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Seiring berjalannya waktu, masalah keagenan tidak hanya terbatas pada prinsipal dan agen saja tetapi telah mencakup pihak yang lebih luas seperti kreditor, pemegang saham mayoritas, dan pemegang saham minoritas. Berdasarkan perkembangan tesebut masalah keagenan dapat dibedakan menjadi tiga tipe. Masalah keagenan tipe I adalah konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Menurut Jensen dan Meckling (1976) masalah keagenan tipe I muncul karena adanya asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Masalah agensi tipe II adalah konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas (Shleifer dan Vishny, 1997). Masalah keagenan tipe II muncul karena pemegang saham mayoritas memiliki kewenangan untuk mengendalikan manajemen dalam pengambilan keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri dan bahkan mengorbankan kepentingan pemegang saham minoritas. Masalah keagenan tipe III adalah konflik kepentingan antara pemilik dan kreditur. Damodaran

(5)

(1997) menjelaskan bahwa masalah ini terjadi ketika pemilik mengambil keputusan investasi yang berisiko tinggi merugikan kreditur.

Masalah keagenan tipe I umumnya terjadi di negara yang memiliki struktur kepemilikan tersebar. Hal ini terjadi karena perusahaan dengan struktur kepemilikan tersebar cenderung memisahkan peran prinsipal dan agen sehingga kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara prinsipal dan agen sangat tinggi. La Porta, et. al. (1999) menyebutkan bahwa struktur kepemilikan tersebar umumnya terjadi pada negara-negara common law dengan perlindungan atas hak investor sangat kuat seperti di Amerika dan Inggris. Sedangkan masalah keagenan tipe II umumnya terjadi di negara yang memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi. Hal ini terjadi karena pada perusahaan dengan struktur kepemilikan terkonsentarsi terdapat investor dengan tingkat pengendalian yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan manajemen. Claessens, et.

al. (2002) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan publik di Asia (termasuk Indonesia) memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi.

Masalah keagenan yang timbul di negara dengan struktur kepemilikan terkonsentrasi adalah masalah keagenan tipe II yaitu terjadinya konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Pemilik saham mayoritas memiliki pengendalian yang tinggi atas perusahaan dan dapat mengambil keputusan apa pun demi keuntungan sendiri walaupun pada akhirnya akan menghambat kepentingan pemegang saham minoritas (Fama dan Jensen, 1983).

Adanya kontrol yang tinggi dari pemegang saham mayoritas terhadap perusahaan dapat mengarah pada tindakan yang menyimpang, seperti agresivitas pajak. Agresivitas pajak merupakan salah satu kegiatan yang dapat dipengaruhi oleh pemegang saham mayoritas untuk memaksimalkan keuntungan yang bisa diperoleh. Agresivitas pajak dapat dikategorikan sebagai moral hazard. Tindakan tersebut bisa dikatakan sebagai tindakan oportunis dari pemegang saham mayoritas yang mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas sehingga bisa memicu timbulnya agency problem (Mursalim, 2011).

Untuk mengurangi agency problem antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas dapat dilakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengefektifkan aktivitas pengawasan (monitoring activity) terhadap manajemen dengan membentuk corporate governance yang baik serta melibatkan pihak independen dalam

(6)

melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan pelaporan perusahaan. Corporate governance merupakan sebuah isu dalam dunia bisnis yang dibentuk berdasarkan perspektif teori keagenan. Dalam pelaksanaan corporate governance komite audit dapat menjadi salah satu bagian dari mekanisme monitoring yang dapat meningkatkan kualitas pelaporan perusahaan. Selain itu semakin baik kualitas audit perusahaan, maka aktivitas monitoring yang dilakukan oleh auditor dalam menilai kewajaran laporan perusahaan akan semakin baik sehingga kualitas audit dapat menurunkan agency cost karena dapat meningkatkan tingkat kepercayaan pemegang saham.

2.2 Rerangka Teoritis

Hubungan antara variabel independen ataupun variabel kontrol terhadap variabel dependen dalam penelitian ini ditampilkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Rerangka Teoritis

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019 2.3 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti merumuskan dua hipotesis sebagai berikut.

1. Pengaruh komite audit terhadap agresivitas pajak

Teori keagenan tipe II muncul karena adanya konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Untuk mengatasi masalah keagenan

Komite Audit

Kualitas Audit

Leverage Likuiditas Profitabilitas Ukuran Perusahaan Variabel Independen

Variabel Dependen

Variabel Kontrol

Agresivitas Pajak H1 (-)

H2 (-)

(7)

tersebut, perusahaan dapat melakukan efektivitas monitoring activity terhadap pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komite yang dibentuk untuk membantu dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan dan pelaporan perusahaan. Sehingga konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas dapat diminimalisasi dan tingkat penyimpangan seperti agresivitas pajak dapat berkurang. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Lanis, Taylor, dan Richardson (2013), Ayem dan Setyadi (2019), Diantari dan Ulupui (2016) dan Winata (2014) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah anggota komite audit maka tingkat agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan akan menjadi semakin rendah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

2. Pengaruh kualitas audit terhadap agresivitas pajak

Teori keagenan tipe II terjadi karena pemegang saham mayoritas memiliki hak pengendalian yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi manajemen dalam pengambilan keputusan yang hanya menguntungkan pemegang saham mayoritas dan tidak memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas. Pelaporan perusahaan menjadi salah satu aspek yang dapat memberikan keyakinan bagi pemegang saham minoritas bahwa perusahaan telah melakukan seluruh aktivitas operasi yang tidak berpihak kepada salah satu pihak saja. Aktivitas audit terhadap laporan keuangan dapat menjadi cara untuk meminimalisasi agency problem yang timbul antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Semakin baik kualitas audit eksternal perusahaan, maka aktivitas monitoring yang dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanagaretnam, et.al. (2016), Widyari dan Rasmini (2019), dan Suyono (2018) yang menyatakan bahwa kualitas audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Semakin baik kualitas audit perusahaan, maka semakin rendah tingkat agresivitas pajak yang dilakukan oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H2 : Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

(8)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Sifat studi dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menguji pengaruh variabel independen yaitu komite audit dan kualitas audit terhadap variabel dependen yaitu agresivitas pajak. Tujuan studi dalam penelitian ini adalah studi kausal. Studi kausal dilakukan pada saat peneliti tertarik untuk menemukan penyebab dari suatu masalah. Masalah dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak dan faktor yang menyebabkannya adalah komite audit dan kualitas audit. Tingkat intervensi dalam penelitian ini adalah intervensi minimal,artinya peneliti tidak melakukan intervensi apa pun terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2018.

Situasi studi dalam penelitian ini adalah situasi tidak diatur. Situasi berlangsung secara normal tanpa ada kontrol apa pun dari peneliti terhadap data-data yang ada di lapangan. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan dengan cara mengumpulkan data dari setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Horizon waktu dalam penelitian ini adalah studi cross-sectional yaitu studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan data yang disajikan Indonesia Stock Exchange (IDX), jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2019 adalah 657 perusahaan dari berbagai sektor usaha yang tersebar di seluruh Indonesia.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan jenis purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti,diantaranya.

1. Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018.

2. Laporan keuangan tahun 2018 lengkap dan dapat diakses.

3. Perusahaan menggunakan mata uang rupiah untuk tujuan pelaporan dan menggunakan tahun buku 1 januari sampai 31 Desember.

4. Perusahaan tidak mengalami rugi pada tahun 2018.

5. Effectif Tax Rate (ETR) dan Ekuitas pada tahun 2018 tidak bernilai negatif.

(9)

3.3 Variabel, Definisi Operasional, dan Pengukuran 3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan proksi Effective Tax Rate (ETR) untuk mengukur tingkat agresivitas pajak. Menurut Lanis dan Richardson (2012), proksi yang paling sering digunakan untuk mengukur agresivitas pajak adalah Effective Tax Rate (ETR). Rumus untuk menghitung agresivitas pajak adalah sebagai berikut (Hanlon dan Heizman, 2010).

𝐸𝑇𝑅 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

Effective Tax Rate (ETR) memiliki hubungan terbalik dengan agresivitas pajak.

Semakin kecil nilai Effective Tax Rate (ETR), maka tingkat agresivitas pajak akan semakin tinggi. Sementara itu, semakin tinggi Effective Tax Rate (ETR) maka tingkat agresivitas pajak akan semakin rendah.

3.3.2 Variabel Independen 1. Komite Audit

Menurut Aryan (2015), komite audit dapat diproksi berdasarkan jumlah anggota komite audit, komposisi komite audit, kompetensi komite audit, dan frekuensi pertemuan (rapat). Dalam penelitian ini akan digunakan jumlah anggota komite audit sebagai alat ukur variabel komite audit. Jeffrio (2011) mengungkapkan bahwa komite audit dapat diukur menggunakan jumlah anggota komite audit.

2. Kualitas Audit

Peneliti mengukur kualitas audit berdasarkan tipe auditor eksternal perusahaan.

Menurut Rahayu dan Darmawati (2011), pengukuran kualitas audit dapat dilakukan berdasarkan reputasi nama baik (tipe) Kantor Akuntan Publik dan diukur sebagai variabel dummy. Apabila laporan keuangan perusahaan diaudit oleh KAP The Big Four, perusahaan diberikan nilai 1. Akan tetapi, apabila perusahaan diaudit oleh KAP Non The Big Four maka perusahaan diberi nilai 0.

3.3.3 Variabel Kontrol 1. Ukuran Perusahaan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan untuk mengukur ukuran perusahaan. Sudarmadji dan Sulatro (2007) menyatakan bahwa

(10)

semakin besar total aset perusahaan, maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut Karena total aset perusahaan nilainya sangat besar, peneliti melakukan transformasi kedalam logaritma natural. Menurut Kurniasih dan Sari (2013) ukuran perusahaan dapat diukur dengan Logaritma natural (Ln) total aset. Berikut ini merupakan rumus untuk mengukur ukuran perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013).

SIZE = Ln(Total Aset) 2. Profitabilitas

Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA). Menurut Ross, et. al. (2015:73), ROA merupakan rasio yang paling umum digunakan dalam menghitung tingkat profitabilitas perusahaan. Berikut ini rumus ini untuk menghitung ROA (Ross, et. al., 2015:73)

ROA =𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 3. Likuiditas

Pada penelitian ini, likuiditas diukur dengan menggunakan proksi Current Ratio (CR). Ross, et. al. (2015:64) mengemukakan bahwa Current Ratio (CR) merupakan rasio paling terkenal dan paling banyak digunakan untuk mengukur likuiditas karena mampu menunjukkan kemampuan aset lancar untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung Current Ratio (Ross, et. al., 2015:64)

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 4. Leverage

Untuk mengukur leverage, peneliti menggunakan proksi Debt to Equity Ratio (DER).

Ross, et. al. (2015:67) mengungkapkan bahwa DER merupakan variasi rasio yang bermanfaat untuk melihat tingkat utang terhadap ekuitas perusahaan. Rumus untuk menghitung leverage adalah sebagai berikut (Ross, et. al., 2015:67)

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐸𝑅) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

3.4 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan program pengolahan data, yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 24. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa

(11)

teknik analisis data, diantaranya adalah (1) Analisis Statistik Deskriptif; (2) Analisis Regresi Linier Berganda; (3) Uji Asumsi Klasik; dan (4) Pengujian Hipotesis.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling.

Berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan, diperoleh jumlah sampel sebanyak 371 perusahaan. Berikut ini merupakan proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Tabel 4.1

Tahapan Seleksi Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2019 657

Perusahaan baru terdaftar pada tahun 2019 (43)

Laporan keuangan tidak lengkap dan tidak dapat diakses (7)

Perusahaan menggunakan mata uang selain rupiah (88)

Perusahaan yang mengalami kerugian pada tahun 2018 (128) Perusahaan dengan nilai ETR dan Ekuitas negatif pada tahun 2018 (20)

Jumlah Sampel 371

Sumber : Diolah oleh Peneliti,2019 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Berikut ini merupakan hasil pengujian deskriptif dari seluruh variabel penelitian.

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel N Min Max Mean Std.

Deviation ETR 371 0,0000 0,9712 0,228110 0,1503380

AC 371 2 6 3,11 0,503

AQ 371 0 1 0,33 0,469

SIZE 371 22,3841 34,7988 28,824593 1,9215050 ROA 371 0,0002 0,6076 0,058589 0,0680405 CR 371 0,0229 60,5816 2,738333 4,1872969 DER 371 0,0116 11,1347 1,480312 1,7855964 Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

4.3 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

ETR=α+β1AC+ β2AQ+ β3SIZE+ β4ROA+ β5CR+ β6DER+e

(12)

Hasil analisis regresi linier berganda penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 4.3

Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Koefisien Beta t Sig.

Constant 0,580 11,298 0,000

AC 0,017 2,454 0,015

AQ 0,017 2,747 0,006

SIZE -0,004 -2,503 0,013

ROA -0,088 -2,046 0,042

CR -0,005 -3,446 0,001

DER 0,001 0,691 0,490

Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2019

Berdasarkan tabel 4.3 konstanta memiliki nilai 0,580. AC memiliki nilai beta 0,017 artinya semakin banyak jumlah anggota komite audit, maka ETR akan naik sebesar 1,7%

dan tingkat agresivitas pajak turun sebesar 1,7%. AQ memiliki nilai beta 0,017 artinya semakin baik kualitas audit, maka ETR akan naik sebesar 1,7% dan tingkat agresivitas pajak turun sebesar 1,7%. SIZE memiliki nilai beta -0,004 artinya semakin besar ukuran perusahaan, maka ETR akan turun sebesar 4% dan tingkat agresivitas pajak naik sebesar 4%. ROA memiliki nilai beta -0,088 artinya semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka ETR akan turun sebesar 8,8% dan tingkat agresivitas pajak naik sebesar 8,8%. CR memiliki nilai beta sebesar 0,005 artinya semakin baik likuiditas perusahaan, maka ETR akan turun sebesar 0,5% dan tingkat agresivitas pajak naik sebesar 0,5%. DER memiliki nilai beta 0,001 artinya semakin baik leverage perusahaan, maka ETR akan naik sebesar 0,1% dan tingkat agresivitas pajak turun sebesar 0,1%. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hasil uji regresi linier berganda sebagai berikut.

ETR=0,580+0,017AC+0,017AQ–0,004SIZE–0,808ROA–0,005CR+0,001DER+e 4.4. Hasil Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Uji Normalitas

Berikut ini merupakan hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Tabel 4.4

Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov

Keterangan Understandardiez

Residual

N 371

Test Statistic 0,105

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

(13)

Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,000 dan masih di bawah nilai 0,05. Hal ini berarti bahwa data atas sampel yang ada tidak terdistribusi normal. Untuk mendapatkan hasil data yang dapat terdistribusi normal dilakukan transformasi variabel penelitian yang tidak terdistribusi normal. Dalam hal ini ETR ditransformasi ke dalam bentuk akar kuadrat (sqrt). Setelah transformasi dilakukan, ETR masih belum terdistribusi normal sehingga data-data yang dianggap outlier harus dihapus.

Berikut ini merupakan hasil uji normalitas setelah transformasi dan penghapusan data outlier dilakukan.

Tabel 4.5

Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test setelah Transformasi

Keterangan Understandardiez

Residual

N 233

Kolmogorov-Sminov Z 0,049

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Berdarkan tabel 4.5 nilai signifikansi adalah 0,200 artinya nilai lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 yang disyaratkan. Maka, dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi normal.

4.4.2 Uji Multikolinearitas

Berikut ini merupakan hasil uji multikolinearitas.

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

AC 0,988 1,012 Tidak terjadi multikolinearitas AQ 0,723 1,384 Tidak terjadi multikolinearitas SIZE 0,575 1,738 Tidak terjadi multikolinearitas ROA 0,831 1,204 Tidak terjadi multikolinearitas CR 0,834 1,199 Tidak terjadi multikolinearitas DER 0,616 1,622 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

4.4.3 Uji Heterokedastisitas

Berikut ini merupakan hasil uji heterokedastisitas dalam bentuk uji glejser

:

(14)

Tabel 4.7 Hasil Uji Glejser Variabel Unstandardiez

Coefficient Beta

t Sig. Keterangan

AC -0,007 -1,598 0,111 Homokedastisitas

AQ -0,003 -0,690 0,491 Homokedastisitas

SIZE -0,001 -0,613 0,541 Homokedastisitas

ROA -0,036 -1,348 0,179 Homokedastisitas

CR -0,002 -1,934 0,054 Homokedastisitas

DER -0,001 -0,464 0,643 Homokedastisitas

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019 4.5 Hasil Pengujian Hipotesis

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi

Berikut ini merupakan hasil uji koefisien determinasi dalam pengujian hipotesis ini.

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi

R R Square Adjusted

R square

Std. Error of the Estimate

0,362 0,131 0,108 0,03870

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui nilai adjusted R² adalah 0,108. Hal ini menunjukkan bahwa variabel agresivitas pajak dapat dijelaskan sebanyak 10,8% oleh variabel komite audit, kualitas audit, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan leverage. Sementara itu, 89,2% variabel agresivitas pajak dapat dijelaskan oleh variabel- variabel selain yang digunakan dalam penelitian ini.

4.5.2 Uji Statistik F

Berikut ini merupakan hasil uji statistik F pada tabel ANOVA.

Tabel 4.9 Hasil Uji Statistik F Sum

of Square

df Mean Square

F Sig.

Regression 0,042 6 0,007 5,695 0,000

Residual 0,267 216 0,001

Total 0,309 222

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Berdasarkan tabel 4.9 hasil uji F menunjukkan nilai probabilitas 0,000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05. Dengan demikian, H0 ditolak

(15)

dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yaitu komite audit dan kualitas audit serta variabel kontrol ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan leverage secara simultan berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

4.5.3 Uji Statistik t

Kriteria pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel atau nilai probabilitas lebih kecil dari nilai signifikansi (Sig. <

0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Penelitian ini menggunakan hipotesis 1-tailed, sedangkan hasil probabilitas (Sig.) yang ditunjukkan oleh SPSS adalah 2-tailed. Maka, untuk menguji pengaruhnya, peneliti menggunakan rumus Sig./2 untuk memperoleh nilai probabilitas (Sig.) 1-tailed. Berikut ini merupakan hasil uji statistik t untuk seluruh variabel independen komite audit dan kualitas audit serta varibel kontrol ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan leverage.

Tabel 4.10 Hasil Uji Statistik t

Koefisien Beta t Sig. (1-tailed)

Constant 0,580 11,298 0,000

AC 0,017 2,454 0,0075

AQ 0,017 2,747 0,003

SIZE -0,004 -2,503 0,0065

ROA -0,088 -2,046 0,021

CR -0,005 -3,446 0,0005

DER 0,001 0,691 0,245

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Berikut ini merupakan penjelasan terkait nilai dari hasil uji statistik t untuk setiap hipotesis.

4.5.3.1. Pengujian Hipotesis 1

H1 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak

Berdasarkan tabel 4.10 ditunjukkan bahwa komite audit memiliki nilai beta 0,017;

nilai t hitung sebesar 2,454; dan probabilitas 0,0075. Nilai probabilitas 0,0075 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung 2,454 lebih besar dari nilai t tabel 1,645, maka dapat disimpulkan bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Nilai beta sebesar 0,017 berarti kenaikan anggota pada komite audit akan meningkatkan ETR sebesar 1,7%. Karena ETR semakin tinggi, tingkat agresivitas pajak akan menjadi lebih rendah sebesar 1,7%. Maka, komite audit berpengaruh negatif

(16)

terhadap agresivitas pajak. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa H1

diterima dan H0 ditolak.

4.5.3.2 Pengujian Hipotesis 2

H2 : Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

Berdasarkan tabel 4.10 ditunjukkan bahwa kualitas audit memiliki nilai beta 0,017;

nilai t hitung sebesar 2,747; dan probabilitas 0,003. Nilai probabilitas 0,003 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung 2,747 lebih besar dari nilai t tabel 1,64, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Nilai beta sebesar 0,017 berarti peningkatan kualitas audit akan meningkatkan ETR sebesar 1,7%. Karena ETR semakin tinggi, tingkat agresivitas pajak akan semakin rendah sebesar 1,7%. Maka, kualitas audit memiliki pengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa H2 diterima dan H0 ditolak.

4.5.3.3 Pengujian Variabel Kontrol 4.5.3.3.1 Pengujian Ukuran Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.10 ditunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki nilai beta -0,004; nilai t hitung sebesar -2,503; dan probabilitas 0,0065. Nilai probabilitas 0,0065 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung -2,503 lebih kecil dari nilai t tabel -1,64, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Nilai beta sebesar -0,004 berarti semakin besar ukuran perusahaan akan menurunkan ETR sebesar 0,4%. Karena ETR semakin rendah, tingkat agresivitas pajak akan semakin tinggi sebesar 0,4%. Maka, ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak.

4.5.3.3.2 Pengujian Profitabilitas

Berdasarkan tabel 4.10 ditunjukkan bahwa profitabilitas memiliki nilai beta -0,088;

nilai t hitung sebesar -2,046; dan probabilitas 0,021. Nilai probabilitas 0,021 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung -2,046 lebih kecil dari nilai t tabel -1,64, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Nilai beta sebesar -0,088 berarti semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan akan menurunkan ETR sebesar 8,8%. Karena ETR semakin rendah, tingkat agresivitas pajak akan semakin tinggi sebesar 8,8%. Maka, profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak.

(17)

4.5.3.3.3 Pengujian Likuiditas

Berdasarkan tabel 4.10 ditunjukkan bahwa likuiditas memiliki nilai beta -0,005; nilai t hitung sebesar -3,446; dan probabilitas 0,0005. Nilai probabilitas 0,0005 lebih kecil dari nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung -3,446 lebih kecil dari nilai t tabel -1,64, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

Nilai beta sebesar -0,005 berarti semakin baik likuiditas perusahaan akan menurunkan ETR sebesar 0,5%. Karena ETR semakin rendah, tingkat agresivitas pajak akan semakin tinggi sebesar 0,5%. Maka, likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak.

4.5.3.3.4 Pengujian Leverage

Berdasarkan tabel 4.10 ditunjukkan bahwa leverage memiliki nilai beta 0,001; nilai t hitung sebesar 0,691; dan probabilitas 0,245. Nilai probabilitas 0,245 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 dan nilai t hitung 0,691 lebih kecil dari nilai t tabel 1,64, maka dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Nilai beta sebesar 0,001 berarti semakin besar utang yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan ETR sebesar 0,1%. Karena ETR semakin tinggi, tingkat agresivitas pajak akan semakin rendah sebesar 0,1%. Maka, leverage tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

4.6 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

4.6.1 Pengaruh Komite Audit terhadap Agresivitas Pajak

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa H1 diterima atau dengan kata lain komite audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2013), Ayem dan Setyadi (2019), Diantari dan Ulupui (2016), dan Winata (2014) yang menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota komite audit, tingkat agresivitas pajak akan semakin rendah. Hal ini sejalan dengan teori keagenan, yaitu semakin besar jumlah anggota komite audit, aktivitas monitoring terhadap tata kelola perusahaan akan semakin baik dan masalah keagenan yang mungkin timbul antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas dapat diminimalisasi.

Anggota komite audit merupakan pihak independen yang memiliki pengetahuan dalam berbagai bidang seperti akuntansi, bisnis, dan legal. Apabila jumlah anggota komite audit

(18)

semakin banyak, jumlah pihak independen yang memiliki kualifikasi keilmuan yang berbeda akan semakin banyak, sehingga pelaporan yang disajikan oleh perusahaan akan lebih terpercaya dan pemegang saham mayoritas akan semakin sulit dalam mengontrol manajemen untuk melakukan kecurangan seperti agresivitas pajak. Hal ini dapat terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan akan lebih mudah ditemukan jika jumlah komite audit semakin banyak.

4.6.2 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Agresivitas Pajak

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa H2 diterima atau dengan kata lain kualitas audit berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kanagaretnam, et.al. (2016), Widyari dan Rasmini (2019), dan Suyono (2018) yang menyatakan bahwa semakin baik kualitas audit perusahaan maka tingkat agresivitas pajak akan semakin rendah. Hal ini dapat terjadi karena auditor dari KAP The Big Four memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam bidang akuntansi maupun auditing sehingga audit yang dilakukan akan lebih detail dan hasil yang diberikan akan lebih berkualitas.

Sesuai dengan teori keagenan hasil audit yang berkualitas akan lebih dipercaya oleh pemegang saham karena aktivitas monitoring terhadap laporan keuangan perusahaan menjadi lebih baik. Maka, perusahaan akan menjadi lebih sulit untuk melakukan tindakan-tindakan menyimpang. Hal ini dikarenakan auditor yang lebih berkualitas akan melakukan audit secara lebih detail sehingga tidak ada kesempatan bagi manajemen perusahaan untuk melakukan penyimpangan seperti agresivitas pajak.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menurunkan agresivitas pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat agresivitas pajak diturunkan oleh komite audit dan kualitas audit. Agresivitas pajak akan menurun apabila jumlah anggota komite audit semakin banyak sehingga pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan akan semakin efektif. Selain itu, agresivitas pajak akan menjadi semakin rendah apabila perusahaan mampu meningkatkan kualitas audit eksternal atas laporan

(19)

keuangan yang diterbitkan sehingga penyimpangan yang dilakukan oleh perusahaan dapat diminimalisasi.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa agresivitas pajak akan semakin tinggi apabila perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar, laba yang semakin tinggi, dan likuiditas keuangan yang semakin baik. Namun, agresivitas pajak tidak dapat diprediksi oleh kondisi leverage perusahaan.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya menggunakan proksi Effective Tax Rate (ETR) untuk mengukur agresivitas pajak. Ada beberapa proksi yang dapat digunakan dalam mengukur agresivitas pajak, di antaranya adalah Effective Tax Rate (ETR), Cash Effective Tax Rate (CETR), dan Book Tax Diffence (BTD). Peneliti hanya menggunakan ETR karena keterbatasan data yang dapat diperoleh untuk mengukur agresivitas pajak menggunakan proksi lain.

5.3 Saran Penelitian

Saran yang dapat peneliti berikan untuk penelitian selanjutnya adalah untuk menggunakan proksi pengukuran lain seperti Cash Effective Tax Rate (CETR) dan Book Tax Difference (BTD) untuk mengukur variabel agresivitas pajak sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan antara satu proksi dengan proksi yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, A. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, dan Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak. Skripsi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Aryan, Laith A. (2015). The Relationship between Audit Committee Characteristics, Audit Firm Quality and Companies’ Profitability. Asian Journal of Finance &

Accounting, 7(2).

Ayem, S., & Setyadi, A. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Komite Audit dan Capital Intensity terhadap Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi Pajak Dewantara, 1(2).

Bursa Efek Indonesia. (2019). Laporan Keuangan & Tahunan 2018. Diakses dari https://www.idx.co.id.

Claessens, S., Djankov, S., Fan, J.P.H., & Lang, L.H.P. (2002). Disentangling The Incentive and Entrenchment Effects of Large Shareholders. The Journal of Finance, 57(1), 2741-2771.

Damodaran, A. (1997). Corporate Finance. New York: John Wiley.

(20)

Diantari, P. R., & Ulupui, A. (2016). Pengaruh Komite Audit, Proporsi Komisaris Independen, Dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance.

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16(1), 702-732.

Eksandy, A. (2017). Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kualitas Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jurnal Competitive, 1(1).

Fama, E.F., & Jensen, M.C. (1983). Agency Problems and Residual Claims. Journal of Law and Economics, 26(1), 327-349.

Frank, M., Lynch., & Rego, S. (2009). Tax Reporting Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting. The Accounting Review, 84(1), 467-496.

Jeffrio, J. M. (2011). Pengaruh Corporate Governance, Risiko Keuangan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba. Disertasi Universitas Brawijaya Malang.

Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(1), 305-360.

Kanagaretnam, et. al. (2016). Relation between Auditor Quality and Corporate Tax Aggressiveness: Implications of Cross-Country Institutional Differences. Auditing:

A Journal of Practice & Theory, 35(4).

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2019). Ini Capaian APBN 2018. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-capaian-apbn-2018/.

Kurniasih, T., dan Sari, M. M. R. (2013) . Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, 1(18), 58-66.

La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A. (1999). Corporate Ownership Around the World. Journal of Finance, 54, 471-517.

Lanis, R., Taylor, R., & Richardson, G. (2013). The Impact of Board of Director Oversight Characteristics on Corporate Tax Aggresiviness: An Empirical Analysis.

Journal of Accounting Public Policy, 32, 68-88.

Mangoting, Y. (1999). Tax Planning: Sebuah Pengantar sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Universitas Kristen Petra.

Merdeka. (2019). Adaro Tersandung Kasus Dugaan Penggelapan Pajak USD 14 Juta Tiap Tahun Sejak 2009. Diakses dari https://www.merdeka.com/uang/adaro-ter sandung-kasus-dugaan-penggelapan-pajak-usd-14-juta-tiap-tahun-sejak-2009.html.

Mursalim. (2011). Simultanitas Aktivisme Institusional, Struktur Kepemilikan, Kebijakan Deviden dan Utang Dalam Mengurangi Konflik Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang, 2011.

Muttaqin, Z. (2013). 4000 Perusahaan, Tak Bayar Pajak Selama 7 Tahun. Diakses dari https://www.kompasiana.com/zen-muttaqin/552c16f76ea834744a8b459a/4000 -perusahaan-tak-bayar-pajak-selama-7-tahun.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan

dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Diakses dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/peraturan-ojk/Pages/

PJOK-Nomor-55.PJOK.04.2015.aspx

Rahayu, I., dan Darmawati, D. (2011). Pengaruh Kualitas Audit terhadap Hubungan Earning Management dan Return Saham. Media Riset Akuntansi, Auditing, &

Informasi, 11(2).

Ross, et. al. (2015). Pengantar Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Shleifer, A., & Vishny, E. W. (1997). A survey of corporate governance. The Journal of Finance. 52(2), 737-783.

(21)

Sudarmadji, A. M., & Sularto, L. (2007). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Seminar Ilmiah Nasional PESAT 2007. ISSN 1858- 2559

Suwiknyo, E. (2019). OECD : Kasus Transfer Pricing Meningkat. Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20190918/259/1149724/oecd-kasus-transfer-

pricing-meningkat.

Suryowati, E. (2014). Ini alasan Kasus Pajak Asian Agri Digiring ke Pelanggaran Administrasi. Diakses dari https://money.kompas.com/read/2014/01/24/1644374/

Ini.Alasan.Kasus.Pajak.Asian.Agri.Digiring.ke.Pelanggaran.Administrasi.

Suyono, E. (2018). External Auditor’s Quality, Leverage, and Tax Aggressiveness:

Empirical Evidence From The Indonesian Stock Exchange.

Widyari, N. Y. A., & Rasmini, N. K. (2019). Pengaruh Kualitas Audit, Size, Leverage, dan Kepemilikan Keluarga pada Agresivitas Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 27(1), 388-417.

Winata, F. (2014). Pengaruh Corporate Governance terhadap tax Avoidance pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax and Accounting Review, 4(1).

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2016) yang menyatakan bahwa beda permanen memiliki pengaruh signifikansi terhadap pertumbuhan laba, dan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edwin dan Sugiono tahun 2011 dalam (Ni &amp; Giantari, 2016) bahwa shopping lifestyle berpengaruh