• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIVE EFFORTS OF ISLAMIC EDUCATION TEACHERS IN GUIDING STUDENTS SLOW LEARNER IN ELEMENTARY SCHOOL

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "FIVE EFFORTS OF ISLAMIC EDUCATION TEACHERS IN GUIDING STUDENTS SLOW LEARNER IN ELEMENTARY SCHOOL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FIVE EFFORTS OF ISLAMIC EDUCATION TEACHERS IN GUIDING STUDENTS’ SLOW LEARNER IN ELEMENTARY SCHOOL

Anisah Permatasari1*) Indah Muliati1)

1Universitas Negeri Padang

*Email: [email protected] Abstract

Individual differences that exist in students in the class must be a concern for the teacher. In that difference there are students who are fast, moderate and slow. In carrying out teaching tasks, teachers should not only focus on students who are smart and vice versa, teachers should not only focus on students who are slow. So this study aims to examine the efforts of Islamic Religious Education teachers in guiding slow learner students. This study uses a qualitative method with a case study approach.

Research data was taken from three informants through in-depth interviews consisting of curriculum representatives, Islamic Religious Education teachers, and Special Advisor teachers. All interview and observation data were analyzed using the Milles & Hubberman Analysis Interactive model. The results of this study found five efforts made by Islamic Religious Education teachers to guide slow learner students, namely: i) Individual approach, ii) Learning media, iii) Giving praise, iv) Providing motivation, and v) Coordinating with parents. This research can provide knowledge of the steps taken by teachers to deal with slow learners so that they can improve learning management.

Keywords: Teacher effort, slow learner, characteristics Abstrak

Perbedaan individual yang ada pada peserta didik dalam kelas harus menjadi perhatian bagi guru.

Dalam perbedaan itu ada peserta didik yang cepat, sedang dan lamban. Dalam menjalankan tugas mengajar guru tidak boleh hanya focus pada peserta didik yang pintar saja dan sebalinya guru tidak boleh hanya fokus pada siswa yang lamban saja. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membimbing peserta didik slow learner.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data penelitian di ambil dari tiga orang informan melalui wawancara yang mendalam yang terdiri atas wakil kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam, dan guru Pembimbing Khusus. Seluruh data wawancara dan observasi dianalisis menggunakan Analiysis Interactive model Milles & Hubberman. Hasil penelitian ini menemukan lima upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk membimbing peserta didik slow learner yaitu: i) Pendekatan individual, ii) Media pembelajaran, iii) Memberikan pujian, iv) Memberikan motivasi, dan v) Adanya koordinasi dengan orang tua. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan langkah yang diambil guru unruk menghadapi peserta didik slow learner sehingga dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran.

Kata Kunci: Upaya guru, slow learner, karakteristik

INTRODUCTION

Slow learner adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal, tetapi tidak termasuk tuna grahita. Anak dengan kondisi ini tentunya akan menyulitkan terselenggaranya pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh guru karena tentunya

ketercapaian materi tidak akan terlaksana (Vasudevan, 2017). Oleh karena itu, agar anak slow learner dapat mengikuti pelajaran sebagaimana anak normal dibutuhkan bantuan atau treatmen khusus (Nurfadhillah, S et al.,2021).

Berdasarkan data Kementerian Sosial Republik Indonesia pada tahun

(2)

2011 jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai kurang lebih 7 juta orang atau sekitar 3% dari jumlah total seluruh penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebagian besar termasuk anak lamban belajar (slow learner), autis, dan tunagrahita (Amelia, 2016).

Melalui program dan pengelolaan pendidikan yang baik oleh pemerintah dan masyarakat, maka anak-anak ABK akan dapat berkarya, bermanfaat hidupnya dan berkembang sesuai dengan keadaannya untuk maju, dan berkonstribusi sebagaimana anak-anak normal untuk bangsa indonesia dan dunia. Untuk memberikan pelayanan pendidikan yang optimal kepada ABK, pemerintah merespon dengan digalakkannya pendidikan inklusif. Perubahan pandangan dari pendidikan ekslusi menjadi pendidikan inklusi, merupakan fenomena menarik di Indonesia. Di Indonesia pendidikan inklusi merupakan hasil dorongan konvensi internasional Education for All (EFA) dan kesempatan dekarasi The Dakar Framework for Action.

Selain itu juga telah terjadi kesepakatan internasional sistem pendidikan inklusif Conventional on the Right of the Person With Disabilities and Optional for Action tahun 2007, EFA menyatakan bahwa pendidikan harus dapat dinikmati oleh orang noral maupun orang berkebutuhan khusus. Semua hasil konvensi internasional tersebut menyatakan bahwa setiap negara wajib menyenggarakan sistem pendidikan inklusif pada setiap jenjang pendidikan (Sutipyo et al., 2021).

Seperti yang diketahui bersama bahwa era pendidikan 4.0 menuntut para pendidik untuk menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan modern, yaitu berfikir kritis, memecahkan masalah, kreativitas, inovasi, kolaborasi, komunikasi, dan penguasaan literasi (Rojak et al., 2021). Dalam perkembangan pendidikan saat ini banyak peserta didik kategori lamban belajar dapat mengalami berbagai kendala selama proses pembelajaran. Masalah yang dapat

menyebabkan lambatnya belajar pada anak antara lain kesulitan dengan konsentrasi, ingatan lemah kognisi, masalah sosial dan emosional di sekolah (Sandiko et al., 2022).

Perbedaan individual yang ada pada peserta didik dalam kelas harus menjadi perhatian bagi guru. Dalam perbedaan itu ada peserta didik yang cepat, sedang dan lamban. Dalam menjalankan tugas mengajar guru tidak boleh hanya fokus pada peserta didik yang pintar saja dan sebalinya guru tidak boleh hanya focus pada siswa yang lamban saja (Nengsi et al., 2021; Elkhaira et al., 2020; Febriani et al., 2022)

Salah satu yang menjadi fokus saat ini adalah adanya peserta didik lamban belajar. Slow learner atau anak lamban belajar adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (dibawah rata-rata anak pada umumnya) seluruh area akademik, tetapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental (Nurfadhillah et al., 2021). Skor tes IQ mereka menunjukkan skor antara 70-90.

Peserta didik slow learner juga disertai dengan ketidakmampuan atau kekurang- mampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri dengan mata pelajaran yang diikuti (Putri et al., 2019).

Beberapa karakteristik anak lamban belajar (slow learner) memiliki konsentrasi rendah, yaitu selama ±20 menit, setelah itu anak akan gelisah dan cenderung mengganggu teman-temannya yang sedang belajar (Aziz et al., 2016).

Slow learner juga mudah lupa dan beralih perhatian, serta mudah bereaksi terhadap rangsangan tanpa pertimbangan terlebih dahulu (Kholifah, 2015).

Salah satu bagian penting bagi pendidikan anak ialah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama oleh karena itu pendidikan

(3)

agama berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa (M. Maftuhin et al., 2018).

METHOD

Metode ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, Menurut Stromblad et al., (2022); Fadli, (2021); Lexi J. Meolong (2014) pendekatan studi kasus Menurut Yin, (2018); Nurahma & Wiwin Hendriani, (2021); Engkizar et al., (2022); Sari et al., (2021); Irawan et al., (2021); Sabrina et al., (2022) adalah sebuah metode empiris yang menyelidiki suatu fenomena kontemporer atau kasus secara mendalam dan dalam konteks dunia nyata, yang digunakan terutama ketika batasan antara fenomena dan konteks tidak terlihat secara jelas.

Pada penelitian ini, subjek berjumlah dua orang. Subjek dipilih untuk menentukan terlebih dahulu peserta didik yang mengalami lambat belajar atau slow learner. Teknik pengambilan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling yakni dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.

Metode pengambilan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap subjek dan significant person. Pemilihan informan setidaknya harus mempunyai empat kategori, yaitu (1) memahami dengan baik permasalahan yang diteliti; (2) masih aktif dalam bidang yang diteliti; (3) mempunyai waktu untuk memberikan informasi kepada peneliti, dan (4) memberikan informasi sesuai dengan fakta yang terjadi dilapangan (Sugiono, 2015; Febriani et al., 2020).

Penelitian ini menggunakan metode triangulasi data sebagai teknik pengukuran keabsahan data. Triagulasi sumber yaitu significant person. Sumber data yang diperoleh dari dua orang subjek penelitian dan tiga orang dari significant person yang berbeda. Informasi yang didapat dari subjek dan significant person akan dibandingkan kebenarannya.

Berbagai pandangan itu diharapkan akan dapat melahirkan keluasan pengetahuan

untuk memperkaya hasil penelitian (Bachtiar S Bachri, 2010). Data dianalisis dengan teknik analisis data interaktif model Miles and Huberman. (Miles, M. B.

& A. M., Saldana, 2014).

RESULTS AND DISCUSSION

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan lima orang Informan (wakil kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam, guru Pembimbing Khusus) hasil analisis secara nyata ditemukan bahwa terdapat upaya yang silakukan guru Pendidikan Agama Islam untuk membimbing peserta didik slow learner di Sekolah Dasar, yaitu:

Gambar 1. Upaya guru terhadap peserta didik slow learner

Hasil penelitian dan pembahasan dalam artikel lebih menarik dibaca, berikut ini akan penulis deskripsikan kutipan hasil wawancara dengan informan berdasarkan lima tema sebagaimana telah dijelaskan di atas. Adapun deskripsi wawancara yang akan penulis tampilkan adalah kutipan pernyataan singkat dari informan ketika wawancara dilakukan. Kutipan-kutipan wawancara tersebut walaupun disampaikan informan dalam redaksi bahasa yang sedikit berbeda-beda, namun sebenarnya mempunyai tujuan dan maksud yang kurang lebih sama.

Tema Pertama, pendekatan individual merupakan salah satu upaya yang diterapkan oleh guru. Tema ini dikemukakan oleh dua orang informan sebagaimana petikan wawancara pada tabel 1berikut;

(4)

Tabel: 1 Petikan wawancara tema pertama

Tema Guru Petikan wawancara Pendekatan

individual

1 … saya lakukan dengan

memberikan pendekatan untuk menjadi guru yang

menyenangkan seperti

menerangkan dengan cara yang lembut

2 …langsung mendatangi peserta didik yang ke mejanya kemudian

menanyakan apa yang tidak dipahami

Tema kedua, media pembelajaran merupakan upaya yang diterapkan oleh guru sekaligus menjadi daya tarik bagi peserta didik. Tema ini dikemukakan oleh tiga orang informan sebagaimana petikan wawancara pada tabel 2 berikut:

Tabel: 2 Petikan wawancara tema kedua

Tema Guru Petikan wawancara Media

pembelajaran

1 …dengan memberikan media

pembelajaran seperti gambar yang ditempel dilapisi kardus dapat mengubah suasana belajar dan menjadikan peserta didik semangat karena pembelajaran terlihat nyata 2 …mengguanakan

media

pembelajaran

dikelas juga dapat

mengondisikan kelas

3 …media pembelajaran memang

dibutuhkan agar terdapat

perubahan suasana sehingga pembelajaran menjadi tidak membosankan

Tema ketiga, memberikan pujian merupakan upaya yang diterapkan oleh guru agar peserta didik menjadi lebih bersemangat. Tema ini dikemukakan oleh oleh tiga orang informan sebagaimana petikan wawancara pada tabel 3 berikut:

Tabel: 3 Petikan wawancara tema ketiga

Tema Guru Petikan wawancara Memberika

n Pujian

1 “…memberikan pujian bisa

dilakukan dari hal kecil contohnya ketika adanya peningkatan nilai maka peserta didik berhak untuk dipuji tujuannya agar lebih ditingkatkan lagi dan mereka merasa dihargai 2 …ketika peserta

didik slow learner bisa menulis dengan tulisan yang rapi saya akan memberikan pujian sehingga mereka akan mempertahankann ya

(5)

3 peserta didik slow learner butuh penyemangat salah satunya dengan memberikan pujian dengan begitu mereka bisa lebih berkembang

Tema keempat, memberikan motivasi merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk lebih terdorong belajarnya.

Tema ini dikemukakan oleh dua orang informan sebagaimana petikan wawancara pada tabel 4 berikut:

Tabel: 4 Petikan wawancara tema keempat

Tema Guru Petikan wawancara Motivasi 1 “…ibu lakukan

memberikan berupa gambaran tentang kehidupan yang akan datang jika malas belajar contohnya apakah anak ibuk mau menjadi tukang angkat kerupuk?

dengan demikian akan membuat peserta didik berfikir dan akan termotivasi kembali

2 … biasanya lebih ditanyakan cita- cita mereka apa, nah dari sini kita sebagai guru bisa memberikan masukan kalau kamu malas

belajar bagaimana mungkin hal itu akan tercapai

Tema kelima, melakukan koordinasi dengan orang tua hal ini dilakukan agar terjalinnya komunikasi sehingga adanya

andil dari sekolah dan juga lingkungan keluarga. Tema ini dikemukakan oleh tiga orang informan sebagaimana petikan wawancara pada tabel 5 berikut:

Tabel: 5 Petikan wawancara tema keempat

Tema Guru Petikan wawancara

Koordinasi dengan orang tua

1 …mengingatkan kembali tugas yang diberikan baik kepada siswa tersebut ataupun orang tuanya, disini saya sudah mulai melakukan koordinasi dengan orang tua yang bersangkutan perihal tugas karena jika siswa sehingga ketika dirumah yang akan

mengingatkan kembali tentunya orang tua mereka 2 … mengenai nilai

peserta didik yang turun, maka butuh koordinasi dengan orang tua

3 … Sekarang sudah adanya grup whatsapp yang dibentuk berisikan orang tua para siswa sehingga guru menjadi lebih mudah untuk berkoordinasi dengan orang tua yang

bersangkutan

Penelitian ini berkaitan dengan upaya guru pendidikan agama islam dalam membimbing peserta didik slow learner, Sebagaimana telah penulis singgung sebelumnya bahwa dalam tidak semua

(6)

peserta didik memiliki kemampuan yang sama dalam berfikir.

Pertama Pendekatan Individual, menurut Rosidah (2018) pendekatan individual dalam pembelajaran adalah bertujuan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.

Pembelajaran individual merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dan guru. Pendekatan dilakukan bertujuan agar pendidik lebih paham akan kondisi yang terjadi secara langsung dilapangan, dengan adanya suatu pendekatan berarti adanya tanggung jawab yang dilakukan pendidik kepada peserta didik dalam hal menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. pendekatan individual

Dibutuhkan emosional yang lumayan terjalin dengan mereka sehingga terjadinya keterbukaan antar kedua belah pihak.

Terkadang jika suatu permasalahan dipertanyakan secara terbuka didepan kelas akan menjadi memori yang buruk bagi peserta didik yang berdampak mereka tidak akan terbuka juga kepada pendidik.

Salah satu taktik yang dilakukan sebagai pendidik selain membantu peserta didik juga menyemangatinya.

Kedua Media Pembelajaran. media pembelajaran menurut Aida et al., (2020) media pembelajaran adalah segala bentuk yang berupa alat maupun benda-benda yang dapat membantu proses pembelajaran dengan memberi rangasangan pikiran,

membawa perasaan, hingga

menumbuhkan perhatian dan kemauan siswa untuk mendalami lebih lanjut materi yang disampaikan sehingga tercipta kondisi pembelajaran yang disengaja, teratur, bertujuan, dan terkendali.

Sedangkan menurut Ronald H.Anderson

mengatakan bahwa”the medium fits, use ite”bila media itu sesuai pakailah”. Ini mengandung dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak (Setiawan, 2019).

Media sangat dibutuhkan untuk memberikan variasi dalam pembelajaran agar tidak membosankan sehingga peserta didik menjadi malas untuk belajar, melalui media pendiidk dituntut untuk kreatif sedangkan peserta didik dituntut untuk aktif dikelas. Dengan demikian, akan terjalin hubungan simbiolis mutualisme yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak.

Apalagi untuk perubahan zaman berseta kurikulum yang terjadi pendidik sangat dituntut untuk bisa menggunakan teknologi salah satunya dengan menggunakan media yangdiciptakan sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan materi yang akan disampaikan, sebab terbuktinya jika mengajar tanpa media hanya berceramah saja terjadi kebosanan tetapi, jika sudah menggunakan media akan menambah semangat peserta didik dalam belajar. Dengan bertambahnya semangat peserta didik ini tentunya akan memberikan kepuasan juga dari segi pendidik.

Ketiga Memberikan Pujian, memberikan pujian menurut Mawardi Pewangi (2019) pujian yang diberikan bertujuan untuk menguatkan dan mengukuhkan tindakan- tindakan benar sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Seorang guru yang sukses hendaknya memberi pujian kepada siswanya ketika ia melihat tanda yang baik pada perilaku siswanya. Misalnya ketika ada seorang murid yang telah memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan.

Seorang guru hendaknya merespons apa yang disukai seorang anak. Misalnya kepada siswa yang rajin, berakhlak mulia dan lain sebagainya (Amirudin et al., 2020).

Pujian adalah bentuk reinforcment yang positif dan sekaligius merupakan motivasi

(7)

yang baik. Dengan pujian yang tepat akan menumpuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah untuk belajar serta sekaligus untuk meningkatkan harga diri. Dalam kegiatan belajar pemberian pujian diperlukan setiap usaha yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran ternyata mampu meningkatkan motivasi belajar dengan memberi penghargaan atau pujian, berarti seorang guru sedang menumbuhkan kepercayaan diri pada diri peserta didik (Julpia Agustin, 2022).

Pujian juga dibutuhkan dalam kehidupan salah satunya untuk mempertahankan hasil yang baik agar tidak menjadi turun.

Apalagi yang namanya peserta didik yang masih sekolah dasar pastinya butuh pujian.

Terkadang tanpa diketahui dengan memberikan sedikit pujian bisa saja mampu merubah hidup seseorang menjadi lebih baik serta bermanfaat.

Keempat Memberikan Motivasi, motivasi menurut Wafiroh et al. (2019) hal ini bisa dilihat dari dua aspek motivasi yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Pertama, Motivasi intrinsik yang dimiliki peserta didik yaitu dengan adanya minat yang tumbuh dalam diri mereka sendiri. Kedua, Motivasi ekstrinsik yaitu dengan adanya dorongan dari pendidik melalui reward, saingan atau kompetisi dan juga dorongan motivasi dari orang tua. Dengan adanya hal tersebut peserta didik menjadi lebih semangat untuk belajar sungguh-sungguh.

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar (Ghullam Hamdu, 2018).

Hidup jika tidak ada yang akan menjadi tujuannya untuk menjalannkan kehidupan, langkah kedepan hidup seseorang biar semakin maju yaitu dengan adanya motivasi. Motivasi juga tidak hanya yang berasal dari orang lain akan tetapi dari diri

sendiri juga harus ada motivasi sehingga semakin bergejolak. Pada tingkat sekolah dasar yang tergolong masih lebih bisa untuk diarahkan kearah yang lebih baik, pendidik harus bisa menyampaikan yang lebih baik sehingga dapat penerimaan yang baik pula dari peserta didik.

Kelima koordinasi dengan orang tua, koordinasi dengan orang tua menurut Zakariyah & Hamid, (2020) Kolaborasi adalah kegiatan dimana kerjasama anatara berbagai pihak dalam mewujudkan tujuan pendidikan, baik pihak dari dalam maupun luar lembaga pendidikan. peran keluarga sangat penting. Keluarga lebih tahu karakter, kebiasaan, dan perilaku anak sehari-hari yang baik dan jelek.

Mendatangi orangtua untuk menanyakan seluk-beluk anak menjadi masukan positif dalam menangani kasus anak.

Membangun komunikasi yang baik dengan orangtua siswa tentu merupakan suatu keharusan bagi seorang guru. Bentuk komunikasi tidak selalu terkesan kaku namun tetap dalam suasana kekeluargaan dan nyaman. Guru harus mampu menciptakan variasi pendekatan dalam berkomunikasi dengan orangtua siswa (Amalia, 2016).

Koordinasi yang dimaksud ialah menjalin hubungan kerjasama antara orang tua dengan guru sehingga orang tua juga dapat mengetahui perkembangan anak.

Terkadang orang tua sama-sama bekerja sehingga tidak terlalu perhatian terhadap kondisi sang anak karena sudah kelelahan, disini peran penting pendidik untuk memberikan konfirmasi kembali kepada orang tua, apalagi jika ada yang harus dibenahi sehingga orang tua dapat mengambil langkah terbaiknya untuk menasehati anak.

CONCLUSION

Penelitian ini telah berhasil mengeksplorasi lima upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membimbing peserta didik slow learner.

Lima upaya tersebut tersebut adalah dengan melakukan pendekatan individual,

(8)

media pembelajaran, memberikan pujian, motivasi, dan koordinasi dengan orang tua.

Lima upaya ini dalam penelitian ini setidaknya dapat menjadi rujukan dan pedoman bagi peneliti berikutnya dalam mengkaji permasalahan yang relevan dengan konteks ini serta isu yang berbeda.

REFERENCES

Aida, L. N., Maryam, D., Agami, S. D., &

Fuwaida, U. (2020). Inovasi Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Media Audiovisual.

Terampil: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 7(1), 43-44.

Amalia, H. (2016). Implementasi Home Visit dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran PAI di SDIT al-Azhar Kediri. Didaktika Religia, 4(1), 77–

106.

https://doi.org/10.30762/didaktika.v4 .i1.p77-106.2016

Amelia, W. (2016). Karakteristik dan Jenis Kesulitan Belajar Anak Slow Learner. Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah, 1(2), 53–58.

Amirudin, A., Nurlaeli, A., & Muzaki, I.

A. (2020). Pengaruh Metode Reward And Punishment Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Di Sdit Tahfizh Qur’an Al- Jabar Karawang). TARBAWY : Indonesian Journal of Islamic Education, 7(2), 140–149.

https://doi.org/10.17509/t.v7i2.26102 Aziz, A. A., Ibrahim, M. A., Shaker, M. H.,

& Nor, A. M. (2016). Teaching Technique of Islamic Studies in Higher Learning Institutions for Non- Arabic Speakers: Experience of Faculty of Quranic and Sunnah Studies and Tamhidi Centre, Universiti Sains Islam Malaysia.

Universal Journal of Educational Research, 4(4), 755–760.

https://doi.org/10.13189/ujer.2016.04 0412

Bachtiar S Bachri. (2010). Meyakinkan

Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(1), 1–17.

Elkhaira, I., Audina B.P., N., Engkizar, E., K., M., Arifin, Z., Asril, Z., Syafril, S., & Brita Deborah Mathew, I.

(2020). Seven Student Motivations for Choosing the Department of Early Childhood Teacher Education in Higher Education. Al-Athfal : Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), 95–108.

https://doi.org/10.14421/al- athfal.2020.62-01

Engkizar, E., Sarianti, Y., Namira, S., Budiman, S., Susanti, H., & Albizar, A. (2022). Five Methods of Quran Memorization in Tahfidz House of Fastabiqul Khairat Indonesia.

International Journal of Islamic Studies Higher Education, 1(1), 54–

67.

https://doi.org/10.24036/insight.v1i1.

27

Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif.

Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 21(1), 33–54.

https://doi.org/https://doi.org/10.218 31/hum.v21i1

Febriani, A., Sindi, N. F., Amanda, L. G., Rahman, R. A., & Putri, A. R. (2022).

Seven Steps of the Implementation of Mind Mapping Method in Learning of Islamic Education. Khalifa:

Journal of Islamic Education, 6(1), 24–42.

Febriani, S. R., Safutri, J. T., Yusnawati, Y., & Anasrudin, A. (2020).

Development of Literacy in Islamic Education in the COVID-19 Pandemic Era for Elementary School.

Journal of Islamic Education, 4(2), 79–96.

https://doi.org/10.24036/kjie.v4i2.44 Ghullam Hamdu, L. A. (2018). Pengaruh

Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar.

Jurnal Penelitian Pendidikan, 12.

Irawan, F., Marfiyanti, M., Arif, A., &

Zulherma, Z. (2021). Model of

(9)

Religious Education and Moral Development in Special Detention Center for Children. Khalifa: Journal of Islamic Education, 5(1), 46–65.

https://doi.org/10.24036/kjie.v5i1.12 1

Julpia Agustin, W. (2022). Upaya Guru PAIdalamMeningkatkanMotivasi Belajar Siswa di SMP N 8 Tarusan.

Jurnal Pendidikan Tambusa, 6.

Lexi J. Meolong. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

M. Maftuhin & A. Jauhar Fuad. (2018).

Pembelajaran Pendidikan Agama ISlam Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Journal An-Nafs, 3(1), 1–15.

Mawardi Pewangi, S. S. I. (2019). Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Disiplin belajar Siswa The Role of Islamic Education Teachers in Forming Discipline Student learning. Tarbawi, 4(2), 4.

Miles, M. B., H., & A. M., Saldana, J.

(2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. Sage Publication.

Nengsi, R., Malik, A., Fadilah, A., &

Natsir, A. (2021). Analisis Perilaku Peserta Didik Slow Learner ( Studi Kasus Di MTsN Makassar ). Jurnal Psikologi, 2(1), 49–56.

Nurahma, G. A., & Wiwin Hendriani.

(2021). Tinjauan sistematis studi kasus dalam penelitian kualitatif.

MEDIAPSI, 7(2), 1–11.

https://doi.org/https://doi.org/10.217 76/ub.mps.2021.007.02.4

Nurfadhillah, S., Anjani, A., Devianti, E., Suci Ramadhanty, N., & Amalia Mufidah, R. (2021). Lamban Belajar (Slow Learner) Dan Cepat Belajar (Fast Learner). PENSA : Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(3), 416–426.

Nurfadhillah, S., Anjani, A., Devianti, E., Nursiah, N., Ramadhanty, N. S., &

Mufidah, R. A. (2021). Lamban Belajar (Slow Learner) dan Cepat Belajar (Fast Learner. PENSA, 3(3),

416–426.

https://doi.org/10.36088/pensa.v3i3.1 541

Putri, F. A. R., & Fakhruddiana, F. (2019).

Self-efficacy guru kelas dalam membimbing siswa slow learner. JPK (Jurnal Pendidikan Khusus), 14(1), 1–8.

https://doi.org/10.21831/jpk.v14i1.25 161

Kholifah, R. (2015). Motivasi Beljar Seseorang Slow Learner di Kelas IV SD Kanisius Pugeran 1 Motivasi.

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 13(3), 1576–1580.

Rojak, A., & Hasbiyallah, H. (2021). Peran LPTK dalam Menyiapkan Guru PAI Profesional. Edureligia; Jurnal Pendidikan Agama Islam, 6(1), 1–12.

Rosidah, S. . (2018). Efektivitas Pendekatan Individual Pada Pembelajaran Pai Di Kelas Viii Smpn 40 Woja Kabupaten Dompu Kecematan Woja Nusa Tenggara Barat. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sabrina, V., Oktavia, G., Albizar, A., Susanti, H., AR, F. M., & Suryani, Y.

(2022). Eight Supporting Factors for Students Success in Quran Memorization. Khalifa: Journal of Islamic Education, 6(1), 73.

https://doi.org/10.24036/kjie.v6i1.20 2

Sandiko, Faiz, Wahyuni, U., & Y. (2022).

School Management in Forming Children’s Religious Character. Al- Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 6(1), 655–666.

Sari, W., Anwar, F., Wirdati, W., &

Engkizar, E. (2021). Metode Diskusi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3), 8904–8909.

https://jptam.org/index.php/jptam/art icle/view/2398

Setiawan, A. (2019). Merancang Media Pembelajaran Pai Di Sekolah. Darul Ulum: Jurnal Ilmiah Keagamaan,

(10)

Pendidikan, Dan Kemasyarakatan, 10(2), 223–240.

Stromblad, E., Hiselius, W. L., Rosqvist, L. S., & Svensson, H. (2022). A qualitative case study examining individuals’ perceptions of mode choice and the possibility to reduce car mileage for everyday leisure trips.

Journal of the World Conference on Transport Research Society, 10.

https://doi.org/https://doi.org/10.101 6/j.cstp.2022.09.013

Sugiono. (2015). Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r & d). CV.Alfabeta.

Sutipyo Ru’iya, Fandi Akhmad, Diana Putwiyani, A. S. (2021). Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Inklusi di Yogyakarta. Al- Manar:Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, 10, 1–21.

Vasudevan, A. (2017). Slow learners – Causes, problems and educational programmes. International Journal of Applied Research, 3(12), 1–6.

Wafiroh, L., Arifin, M., & Sholihah, H.

(2019). Upaya Guru PAI Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa PAI Teacher Efforts to Increase Learning Motivation.

Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (Kimu) 2, 1438.

Yin, R. K. (2018). Case study research and applications. SAGE Publications, Inc.

Zakariyah, A., & Hamid, A. (2020).

Kolaborasi Peran Orang Tua dan Guru dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Online di Rumah. Intizar, 26(1), 17–26.

https://doi.org/10.19109/intizar.v26i1 .5892

Referensi

Dokumen terkait

This study was aimed to determine the effectiveness in treating koi fish infected with bacteria and what concentration of papaya leaf extract is effective as an antibacterial to

The results obtained indicate that retention does not have a significant effect on lecturer performance through lecturer job satisfaction, as well as competence