• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Kebudayaan Merti Dusun dalam Kesenian Reog Manunggal Mudho Lestari Budoyo Kulonprogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Eksistensi Kebudayaan Merti Dusun dalam Kesenian Reog Manunggal Mudho Lestari Budoyo Kulonprogo"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya, Vol. 5 (1), 2023, (Januari-Juni)

ISSN Print : 2714-7762 ISSN Online : 2716-3539

Tersedia online di: http://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/istinarah/index

Eksistensi Kebudayaan Merti Dusun dalam Kesenian Reog Manunggal Mudho Lestari Budoyo Kulonprogo

Dwi Oktaviani 1, Heri Kurnia 2

1. Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia

2. Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia dwioktaviani904@gmail.com

Abstract

People's daily life is related to both pleasant and unpleasant phenomena. An example of a phenomenon that occurs is tradition. One of them is the Merti Hamlet tradition in Bonosoro Hamlet, Bumirejo Village, Lendah District, Kulonprogo Regency, Yogyakarta. This study aims to explore the Merti Dusun tradition, especially to increase community harmony and diversity. This research was conducted using the library research method with direct data collection or observation and gathering information by asking questions. The results of the study show that all Merti Dusun activities in Bonosoro Hamlet lead to a harmonious community through participation, cooperation and mutual cooperation regardless of differences in ethnicity, religion and social strata.

Keywords: Merti Dusun, Culture, Peace

Abstrak

Kehidupan masyarakat sehari-hari berkaitan dengan fenomena baik fenomena yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Contoh fenomena yang terjadi adalah tradisi. Salah satunya tradisi Merti Dusun di Dusun Bonosoro, Kelurahan Bumirejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik tradisi Merti Dusun khususnya untuk meningkatkan kerukunan dan keberagaman masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode library research dengan pengumpulan data dilakukan secara langsung atau observasi dan menggali informasi dengan mengajukan pertanyan. Hasil kajian menunjukkan bahwa seluruh rangkaian kegiatan Merti Dusun di Dusun Bonosoro bermuara pada masyarakat yang rukun melalui partisipasi, kerja sama dan gotong royong tanpa memandang perbedaan suku, agama, dan strata sosial.

Kata Kunci: Merti Dusun, Budaya, Kerukunan

PENDAHULUAN

Masyarakat tidak dapat hidup sendiri dan memiliki ciri khas dari proses kehidupannya. Masyarakat ini disebut sebagai makhluk sosial. Antara masyarakat satu dengan yang lainnya memiliki pola kehidupan yang berbeda. Pola-pola kehidupan itu akhirnya menghasilkan sebuah budaya dalam masyarakat yang menjadi pembeda dari suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain (Setyawati, 2016).

Indonesia memiliki suku dan budaya yang berbeda. Setiap daerah memiliki karakteristik yang unik. Jawa merupakan salah satu suku yang memiliki banyak budaya. Keragaman budaya Jawa atau tradisi dikenal dengan istilah kejawen. Gagasan kejawen dimaknai seperti pemahaman yang mencakup tradisi yang diwariskan secara turun menurun.

Tradisi budaya lokal dalam masyarakat Jawa berwujud dalam beberapa bentuk salah satunya yaitu kesenian Merti Dusun atau bersih desa. Dilihat dari prinsipnya tradisi budaya lokal Merti Dusun merupakan bukti kerukunan warga masyarakat dalam menjalin kerukunan dan kerja sama dalam bermasyarakat (Pratama et al., 2023).

Kata ‘merti’ menurut Enraswara berasal dari kata ‘petri’ artinya niat dan atau memberikan pelayanan kepada nenek moyang. Selain itu, kata ‘petri’ juga berarti

(2)

memelihara dan kepedulian (memetri) (Riyantoro & Sa’ari, 2022). Dengan demikian, Merti Dusun ialah kegiatan yang dilaksanakan bagi kelompok paguyuban suatu desa sehingga bertujuan untuk memelihara dan merawat budaya yang dimiliki oleh suatu desa.

Yogyakarta mempunyai budaya yang unik yaitu Merti Dusun (Safitri et al., 2022). Merti Dusun merupakan upacara tradisional yang berhubungan dengan ritual tertentu. Merti Dusun merupakan salah satu bentuk budaya kejawen yang bermaksud untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Wujudnya bisa berupa kehidupan di dunia berupa makanan yang melimpah, keamanan, kedamaian, dan keharmonisan.

Pelaksanaan tradisi Merti Dusun memiliki serangkaian acara yang masih kental adat Kejawen. Merti Dusun sering disebut dengan bersih Desa. Kegiatan ini biasanya berlangsung di desa atau dusun. Orang Jawa percaya bahwa ada banyak cara dalam mengekspresikan ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, seperti dalam acara Merti Dusun. Sangat menarik untuk menyelami adat dan tradisi Merti Dusun yang dipraktikkan di wilayah Bonosoro.

Tradisi Merti Dusun terus dipertahankan dan dilestarikan karena diyakini memiliki fungsi antara lain (Aedi, 2018):

1. Menjaga dan melestarikan warisan nenek moyang dari generasi zaman dahulu sampai saat ini sehingga mengamalkan tradisi Merti Dusun merupakan salah satu bentuk bakti kepada nenek moyang

2. Sebagai legitimasi pandangan hidup kelompok masyarakat serta sebagai keyakinan dan menjalankan pranata sosial yang ada

3. Sebagai simbol identitas suatu komunitas kelompok

4. Menjadi titik balik ketika mengalami keputusasaan dan kebosanan dari hiruk pikuk dunia

Penghargaan yang harus diberikan pada acara Merti Dusun ini adalah toleransi terhadap perbedaan yang harmonis harus diapresiasi. Menarik untuk dikaji lebih dalam, salah satunya struktur budaya. Tradisi ini bersifat turun-temurun dan secara tidak langsung ikut melestarikan budaya. Hal ini karena masyarakat dilibatkan dari orang tua, pemuda hingga anak-anak.

Seni dan budaya adalah elemen penting di negara ini. Seni budaya merupakan identitas nasional dan kekayaan nasional. Kesenian daerah saat ini dilestarikan dan dikembangkan sehingga daya tarik bagi wisatawan, yang pada gilirannya mempengaruhi pendapatan nasional.

Bonosoro adalah sebuah desa di Kecamatan Lendah, Kulon Progo, Yogyakarta. Di kecamatan ini berdiri kalurahan bernama Bumirejo yang memiliki empat belas dusun. Dusun Bonosoro merupakan dusun terluas dari segi luas dibandingkan dengan tiga belas dusun lainnya.

Tradisi Merti Dusun di Dusun Bonosoro ini dilaksanakan serempak oleh semua warga dari RT 38, 39, 40. Tradisi Merti Dusun merupakan tradisi yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena hanya dilaksanakan dua tahun sekali dan termasuk acara besar dengan adanya pertunjukkan reog bernama Reog Manunggal Mudho Lestari Budoyo.

(3)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dan pengumpulan data dilakukan secara langsung atau observasi dan menggali informasi dengan mengajukan pertanyaan dari informan serta dokumentasi.

PEMBAHASAN

Setiap daerah memiliki konsep dan tata cara pelaksanaan Merti Dusun (Farida, 2016). Pelaksanaan Merti Dusun disesuaikan dengan tradisi nenek moyang yang sudah mewariskan dari generasi ke generasi.

Praktik tradisi Merti Dusun di Dusun Bonosoro, Kalurahan Bumirejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta sudah berjalan sejak lama, dan dilakukan oleh para leluhur yang kemudian dianutnya sampai sekarang.

Tradisi Merti Dusun merupakan wujud ungkapan syukur dan ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta yang sudah membagikan hasil bumi terutama hasil pertanian yang tumpah ruah di Dusun Bonosoro. Pada saat itu, ekonomi penduduk masih relatif sederhana sehingga mereka hanya mengandalkan produk pertanian.

Merti Dusun ini pada awalnya dilaksanakan setiap tahun dengan cara yang sederhana, namun seiring berjalannya waktu, dengan pertimbangan agar acara bisa lebih meriah maka Dusun Bonosoro mengadakan tambahan acara yaitu pertunjukkan reog sehingga Merti Dusun ini diadakan setiap dua tahun sekali.

Prosesi Merti Dusun ini dimulai dengan acara doa bersama. Selain itu, kegiatan Merti Dusun juga diisi dengan hiburan kesenian yaitu Reog Manunggal Mudho Lestari Budoyo.

Rifana Jita Ridyawati selaku kepala Dusun Bonosoro menyatakan bahwa yang ada di Bonosoro ini baik tradisi maupun budaya yang dimiliki masyarakat desa masih lestari sampai saat ini.

Singkatnya, Merti Dusun terdiri dari dua kegiatan utama yaitu: musyawarah untuk mempersiapan acara merti, dilanjutkan dengan penyiapan dan pembersihan lokasi serta acara puncaknya sekaligus penutupan dengan acara pertunjukkan reog Manunggal Mudho Lestari Budoyo. Setiap tahapan dibahas pada bagian berikut ini.

Tahapan Persiapan

Tradisi Merti Dusun dilaksanakan pada bulan kedelapan dalam tanggalan jawa (ruwah). Satu bulan sebelum tradisi Merti Dusun berlangsung masyarakat melakukan musyawarah dan beranjak merancang kebutuhan yang akan diolah dan dihidangkan pada saat pelaksanaan Merti Dusun. Tradisi Merti Dusun membutuhkan anggaran yang besar, maka dari itu warga perlu merancang terlebih dahulu termasuk membeli kebutuhan yang bakal diolah menjadi uba rampe yang dihidangkan pada pelaksanaan Merti Dusun.

Mengenai uba rampe yang akan dihidangkan harus melengkapi kurang lebih kriteria nasi uduk. Dalam bahasa jawa disebut sego gurih dengan disertai lauk pauk dan ingkung ayam kampung yang biasanya berjumlah 6-7 ekor (ambeng).

Awalnya acara ini dilaksanakan dengan cara yang sederhana. Ambeng masih sangat sederhana dengan isi makanan sesuai dengan kemampuan setiap keluarga.

Namun dari waktu ke waktu, zaman telah berkembang dan kehidupan masyarakat Bonosoro mulai meningkat. Dari segi ekonomi mereka, masyarakat menyadari pentingnya mengucapkan syukur karena keberkahan hidup yang diberikan oleh Sang

(4)

Pencipta berupa rezeki yaitu melimpahnya. Masyarakat Bonosoro bersama-sama berdoa sebagai perwujudan agar selamat dari segala marabahaya serta masyarakat hidup aman, damai dan harmonis sehingga acara ini termasuk dalam tradisi Merti Dusun. Pada hari sebelum pelaksanaan tradisi Merti Dusun, masyarakat Dusun Bonosoro bersama-sama mengadakan acara bersih desa seperti membersihkan makam dan area jalan.

Dari proses penyiapan Merti Dusun ini terlihat jelas bahwa kegiatan Merti Dusun memupuk dan membangun kerukunan antar warga Bonosoro. Kesetiaan dan keikhlasan masyarakat sangat terlihat dari semangat mereka dalam mempersiapkan acara Merti Dusun.

Partisipasi seluruh masyarakat menujukkan rasa kekeluargaan dan solidaritas tanpa melihat perbedaan suku, ras, dan strata sosial. Kegiatan ini juga sebagai sarana mempererat tali persaudaraan antar warga desa.

Setiap masyarakat memiliki tanggung jawab dan tujuan bersama untuk menyukseskan Merti Dusun ini. Hal ini dikarenakan sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta atas nikmat dan karunia yang diberikan-Nya seluruh masyarakat.

Keharmonisan yang terjalin baik di antara penduduk desa dan pemimpin, serta musyawarah yang mereka ambil sebelum Merti Dusun adalah kunci keberhasilan.

Tahapan Pelaksanaan

Pada tahap ini masyarakat dari pagi sampai menjelang acara pelaksanaan Merti Dusun mempersiapkan makanan yang akan dimakan bersama-sama di halaman PAUD Puspita Rini. Acara Merti Dusun dimulai pukul 19:30 WIB dibuka dengan salam pembuka kemudian sambutan dari kepala dusun, Ibu Rifana Jita Ridyawati, yang memuat pesan dan harapan untuk masyarakat Bonosoro. Dilanjutkan dengan musyawarah mengenai tentang pekerjaan dan hasil panen serta tidak lupa ucapan terima kasih kepada masyarakat.

Selanjutnya doa yang diawali oleh Bapak kaum. Bapak kaum di sini adalah orang yang paling dituakan dan memiliki ilmu agama yang tinggi. Doa tentang ucapan terima kasih, luapan rasa syukur dan doa supaya dimudahkan rezekinya serta diberikan kedamaian.

Acara terakhir yaitu menikmati uba rampe ambeng yang telah disiapkan lalu memakannya bersama-sama sambil mengobrol dan bermusyawarah. Setelah selesai, masyarakat kembali ke rumah masing-masing. Bagi karang taruna segera pergi ke penyelenggaraan kesenian untuk menyiapkan acara pada esok harinya.

Pertunjukan Reog Manunggal Mudho Lestari Budoyo

Baru-baru ini, dalam rangkaian seni budaya khususnya bidang olahraga banyak dijumpai fenomena seni yang mempengaruhi dinamika interaksi sosial budaya masyarakat. Keterkaitan antara seni dan olahraga itu sendiri diwujudkan dalam hubungan antarmasyarakat berdasarkan tradisi, budaya, norma dan sistem yang berlaku di lingkungan setempat (Herfino et al., 2020).

Kesenian tradisional Reog Manunggal Mudho Lestari Budoyo termasuk salah satunya yang berasal dari Kulonprogo khususnya berada di Dusun Bonosoro. Seni reog ini mengutamakan unsur-unsur budaya pewayangan.

Reog pada dasarnya adalah bentuk seni yang didasarkan pada aktivitas fisik dan gerak tubuh serta seni musik. Ada beberapa bentuk aktivitas fisik yang biasa

(5)

dilakukan oleh para pemain reog saat tampil. Setiap pemain memiliki performa fisik yang berbeda, berdasarkan karakter dam perannya (Wathoni & Lodra, n.d.).

Tujuan adanya kesenian reog ini ialah untuk memeriahkan suasana Merti Dusun yang dilaksanakan dua tahun sekali. Reog ini dibagi menjadi dua lakon atau dua sesi yang dimulai dari pukul 09:00-11:30 WIB dengan lakon 1 “Prahasta Gugur”

dan pada lakon 2 “Prahara Ngalengka” pukul 19:00-22:00 WIB.

Cerita ini awal mula dari Sinta yang diculik oleh Dasamuka dan dibawa menuju Ngalengkadiraja. Lalu Ramawijaya mengutus Hanoman untuk menjadi duta, mengambil kembali Sinta. Singkat cerita Hanoman pun mengubah alengka menjadi lautan api. Dasamuka marah besar karena bergabungnya Wibisana ke pihak Ramawijaya.

Gugurnya adik Dasamuka yaitu Kumbakarna berserta anaknya Indrajit bahkan kehilangan banyak tentaranya dalam perang melawan bala tentara Ramawijaya. Disisi lain barisan Rama semakin kuat dan maju. Karena telah banyak makan koran yang berjatuhan, maka Dasamuka sendiri yang akan menghadapinya.

Adapun dipihak Rama, selain saudaranya yang maju, ia sendiri yang akan menghadapi Dasamuka.

Nilai Karakter pada Merti Dusun

Tradisi Merti Dusun dapat mengajarkan nilai-nilai kemasyarakatan (Safitri et al., 2022) dengan pemjelasan sebagai berikut.

Nilai Spiritual

Berpasrah kepada Sang Pencipta dan menghormati leluhur suah menjadi karakter masyarakat Jawa khususnya di Yogyakarta yang tinggal di daerah pertanian.

Di dalam kegiatan traisi Merti Dusun terdapat pesan keimanan dan ketakwaan yaitu dengan bersyukur atas segala karunia rezeki yang dilimpahkan-Nya seperti hasil bumi yang melimpah serta perasaan aman dan tentram yang dirasakan oleh masyarakat.

Nilai Sosial

Wujud nilai sosial yang terdapat pada tradisi Merti Dusun di antaranya adalah gotong royong, saling berbagi dan kerukunan. Mulai dari persiapan yaitu melaksanakan musyawarah untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Merti Dusun. Semua masyarakat terlibat dalam persiapan uba rampe yang digunakan untuk acara doa bersama. Setelah melakukan kegiatan, masyarakat bergotong royong dalam membersihkan tempat yang telah digunakan. Hal ini menunjukkan adanya kesepakatan bersama dan saling menjaga kerukunan antar warga guna menciptakan kepentingan bersama. Makan bersama dalam pelaksanaan Merti Dusun menujukkan saling berbagi rezeki yang diperloleh dari hasil bumi.

Nilai Budi Pekerti

Penerapan nilai budi pekerti pada tradisi Merti Dusun tercermin dari sikap taat dan patuh masyarakat tehadap prosesi daam tradisi tersebut. Mereka saar bahwa tradisi Merti Dusun merupakan warisan yang perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Sikap menghormati kepada warisan leluhur merupakan salah satu nilai budi perkerti. Tradisi tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak saling menghargai dan menghormati satu sama lain.

(6)

KESIMPULAN

Merti Dusun adalah salah satu tradisi Indonesia yang berasal dari budaya Jawa.

Tradisi Merti Dusun Dusun Bonosoro, Kalurahan Bumirejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta mulai digelar pada masa zaman dahulu dan terus dilestarikan hingga saat ini. Doa yang menandakan ekspresi rasa syukur atas nikmat dan karunia berupa rezeki hasil pertanian dan juga sebagai perwujuan doa memohon kepada Sang Pencipta karena telah mencurahkan ketentraman, keamanan serta keharmonisan dalam kehidupan masyarakat di Bonosoro. Kegiatan Merti Dusun di Dusun Bonsoro ini dilakukan 2 hari berturut-turut diawali dengan persiapan yaitu musyawarah warga, kemudian dilanjutkan dengan persiapan sarana dan prasarana serta tempat penyelenggaraan kegiatan, kemudian acara inti yaitu doa bersama. Hari selanjutnya yaitu pertunjukan reog yang dilaksanakan dalam 2 babak atau sesi.

Seluruh rangkaian dari kegiatan Merti Dusun di Dusun Bonosoro dapat membentuk kerukunan warga masyarakat melalui kerja sama dan gotong royong seluruh masyarakat tanpa memandang suku, agama, ras, dan strata sosial.

Artikel ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pentingnya pelestarian tradisi Merti Dusun sebagai sarana yang efektif untuk membangun, memperkuat, dan mempertahankan identitas budaya lokal di Dusun Bonosoro, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Dengan mempertahankan dan menghidupkan tradisi Merti Dusun, masyarakat Dusun Bonosoro dapat secara aktif memperkaya warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.

Pelestarian tradisi Merti Dusun memiliki dampak yang positif dalam memperkuat jati diri dan rasa kebersamaan dalam masyarakat lokal. Melalui praktik dan partisipasi aktif dalam tradisi ini, masyarakat dapat mengakui, menghargai, dan menjaga akar budaya mereka. Hal ini membantu mereka merasa lebih terhubung dengan sejarah, nilai-nilai, dan warisan leluhur mereka. Dengan membangun dan memperkuat identitas budaya lokal, masyarakat Dusun Bonosoro juga dapat meningkatkan rasa bangga akan keunikan budaya mereka.

Dengan menyadari pentingnya pelestarian tradisi Merti Dusun, masyarakat Dusun Bonosoro dapat berperan sebagai pelaku utama dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya mereka. Mereka dapat melibatkan generasi muda dalam kegiatan Merti Dusun, mengajarkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini, dan menyediakan pendidikan budaya yang memadai. Selain itu, kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya juga penting untuk menciptakan kebijakan, program, dan sumber daya yang mendukung pelestarian dan pengembangan tradisi Merti Dusun.

REFERENSI

Aedi, U. (2018). Ritual Merti Desa sebagai Media Dakwah di Desa Tawang Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Uin Walisongo Semarang.

http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/12074/

Farida, E. (2016). Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul. digilib.uns.ac.id.

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/78480/NDIwMDQz/Partisipasi -Masyarakat-dalam-Perencanaan-Pembangunan-di-Desa-Sitimulyo-Kecamatan- Piyungan-Kabupaten-Bantul-bab2.pdf

(7)

Herfino, I. T., Sugiyanto, S., & ... (2020). Aktivitas fisik pemain reog Ponorogo Jawa

Timur. Nasional Fakultas Ilmu .

http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENFIKS/article/view/1668

Pratama, F. A. L., Trisiana, A., Anggraini, N. N., Kurniawati, L. S., & ... (2023).

Implementasi Nilai Pancasila dalam Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Alat Pemersatu Bangsa di Era Generasi Milenial. books.google.com.

https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=y66zEAAAQBAJ&oi=fnd&

pg=PR1&dq=pengaruh+tingginya+penggunaan+teknologi+mobile+gadget+te rhadap+eksistensi+permainan+tradisional+pada+anak+sekolah+dasar&ots=3r LZq5sj1I&sig=lgSGw5DqR5LTJ73CVqtT74G2E5g

Riyantoro, S. F., & Sa’ari, C. Z. (2022). THE PRACTICE OF MERTI DESA TRADITION IN BUILDING COMMUNITY HARMONY. In Jurnal Lektur

. download.garuda.kemdikbud.go.id.

http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=3195995&val=28 109&title=IMPLEMENTASI TRADISI MERTI DESA DALAM MEMBENTUK KERUKUNAN MASYARAKAT DESA KEMRANGGEN KECAMATAN BRUNO KABUPATEN PURWOREJO

Safitri, I. Y. B., Elitasari, H. T., Rakhmawati, Y., & ... (2022). BUDAYA MERTI DESA: INTERNALISASI NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PPKN DI SEKOLAH DASAR. JISPE: Journal of Islamic ….

https://jurnal.idaqu.ac.id/index.php/jispe/article/view/75

Setyawati, A. A. (2016). Partisipasi Masyarakat Dalam Upacara Merti Dusun (Studi Upacara Merti Dusun di Dusun Mantup, Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten …. In E-Societas. journal.student.uny.ac.id.

https://journal.student.uny.ac.id/index.php/societas/article/viewFile/4001/36 62

Wathoni, D. H., & Lodra, I. N. (n.d.). REYOG OBYOK PONOROGO SEBAGAI IDE PENCIPTAAN SENI LUKIS. In ejournal.unesa.ac.id.

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/sakala/article/view/44465/37806

Referensi

Dokumen terkait

Interfacial reactions and growth kinetics for intermetallic compound layer between In–48Sn solder and bare Cu substrate.. Methods for Assessing