• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Sosial dalam Pemilihan Umum pada Kampanye Politik di Kota Palangka Raya

N/A
N/A
Regina Mustika Ginting

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Media Sosial dalam Pemilihan Umum pada Kampanye Politik di Kota Palangka Raya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH MEDIA SOSIAL DALAM PEMILIHAN UMUM DALAM KAMPANYE POLITIK DI KOTA PALANGKA RAYA

Diajukan untuk memenuhi UAS Mata Kuliah Metodologi Ilmu Pemerintahan

Dosen Pengampu : Andi ilmi utami irawan, M.I.P

Di Susun Oleh : Elsa Natalia 213030703177

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERITAS PALANGKARAYA 2023

(2)

DAFTAR ISI

COVER ...i

DAFTAR ISI ...ii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

2.1 Dasar Teori yang Digunakan ...7

2.2 Hasil Riset Terdahulu ...9

2.3 Kerangka Pemikiran ...10

2.4 Hipotesis ...10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...12

3.1 Jenis Penelitian ...12

3.2 Lokasi Penelitian ...12

3.3 Waktu Penelitian ...12

3.4 Fokus Penelitian ...12

3.5 Pemilihan Informan ...13

3.6 Tehnik Pengumpulan Data ...13

3.7 Analisis Data ...14

DAFTAR PUSTAKA...15

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Derasnya arus globalisasi dan arus teknologi menjadikan indonesia harus beradaptasi dengan teknologi internet. Sejak awal kehadirannya, internet tidak pernah lepas dari perhatian masyarakat kelas manapun, baik bawah hingga atas.

Meskipun tergolong dalam teknologi yang baru namun internet sukses menarik perhatian para penggunanya, internet selalu menghadirkan hal-hal baru yang membuat penggunanya mampu menggunakan internet dengan jangka waktu panjang. Salah satu buah dari internet yang memberikan pengaruh sangat besar dalam masyarakat dunia saat ini adalah media sosial.

Media sosial menjadi alat baru yang memberikan dampak signifikan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalamnya lingkungan politik dunia umumnya dan politik Indonesia khususnya. Media sosial sudah memberikan banyak warna pada kehidupan akhirakhir ini. Semua urusan muali dari hal kecil hingga besar pasti melibatkan media sosial, baik urusan ekonomi, sosial, lingkungan bahkan politik sekalipun semuanya tak luput dari media sosial. Dari laporan berjudul

"Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World" yang diterbitkan tanggal 30 Januari 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, pengguna aktif media sosialnya mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 persen.

Pemilihan umum di Kota Palangka Raya merupakan momen penting dalam proses demokratisasi yang memerlukan partisipasi aktif masyarakat dan pemuda dalam menentukan pemimpin dan wakilnya. Di era digital saat ini, pengaruh media sosial khususnya Facebook telah menjadi platform kampanye politik yang sangat populer. Akses yang mudah ke media sosial meningkatkan fleksibilitas untuk mendiskusikan politik dan isu-isu publik dalam masyarakat dan generasi muda melalui koneksi “Dimana saja, dan Kapan saja”. Karena aksesibilitas tersebut, media sosial menjadi panduan untuk melihat profil pasangan calon dan janji-janji politik yang diucapkannya serta partai politik selama masa pemilihan umum. Hal ini dapat membantu masyarakat dan generasi muda yang baru

(4)

menggunakan hak pilihnya untuk memilih pemimpin politik, sehingga mendorong partisipasi masyarakat dan generasi muda dalam politik. Melalui Facebook, kandidat politik dan tim kampanye dapat dengan mudah berinteraksi dengan calon pemilih, menyebarkan pesan politik, dan membangun citra positif. Namun penggunaan media sosial dalam kampanye politik juga mempunyai dampak yang besar. Salah satu dampak yang perlu diperhatikan adalah penyebaran informasi yang tidak valid atau palsu. Berita palsu dapat dengan mudah menyebar melalui Facebook dan mempengaruhi persepsi dan keputusan pemilih. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak penggunaan media sosial khususnya Facebook terhadap pemilihan umum Kota Palangka Raya. Dalam pemilihan umum, para calon politik dituntut untuk melakukan kampanye yang efektif guna memenangkan hati pemilih. Dalam hal ini, penggunaan media sosial, khususnya Facebook, telah menjadi strategi yang umum digunakan oleh calon politik untuk mencapai tujuan mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, sejumlah media sosial termasuk Facebook, memainkan peran yang signifikan dalam pemilihan umum di seluruh dunia, termasuk di Kota Palangka Raya. Salah satu peran penting Facebook dalam pemilihan umum adalah sebagai alat kampanye politik. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika menggunakan Facebook untuk kampanye politik.

Pertama, Facebook telah menjadi platform efektif bagi kandidat politik untuk berinteraksi langsung dengan pemilih. Melalui fitur-fitur seperti postingan, foto, dan video, kandidat politik dapat berbagi visi, misi, dan rencana aksinya kepada masyarakat Kota Palangka Raya. Facebook memungkinkan kita berkomunikasi langsung dengan konstituen kita dan menyampaikan pesan kita dengan lebih mudah. Kedua, Facebook mengizinkan kandidat politik untuk menyebarkan informasi tentang dirinya, partai politik yang diwakilinya, dan aktivitas kampanye yang mereka lakukan. Kandidat politik dapat menggunakan fitur seperti status, foto, dan video untuk menginformasikan pemilih tentang rencana dan janji politik mereka. Dengan melakukan hal ini, kita dapat membangun citra positif di kalangan pemilih dan mendapatkan lebih banyak dukungan. Selain itu, interaksi dapat terjadi antara kandidat politik dan pemilih melalui fitur komentar, like, dan

(5)

share di Facebook. Pemilih dapat memberikan jawaban, pertanyaan, dan saran kepada calon politik, dan calon politik dapat memberikan tanggapan secara langsung. Interaksi ini membangun hubungan yang lebih erat antara kandidat politik dan pemilih serta membantu pemilih merasa lebih terlibat dalam proses politik. Penggunaan Facebook juga dapat digunakan sebagai alat penggalangan dukungan dalam kampanye politik. Calon politik dapat mengajak pemilih untuk mendukungnya melalui fitur-fitur seperti grup dan halaman dukungan. Dalam grup dan halaman ini, pemilih dapat saling berdiskusi, berbagi informasi, dan memberikan dukungan kepada calon politik yang mereka pilih. Dengan adanya dukungan ini, calon politik dapat memperoleh momentum yang lebih besar dalam pemilihan umum. Studi sebelumnya tentang pengaruh media sosial dalam konteks pemilihan umum telah dilakukan, namun penelitian yang secara khusus memfokuskan pada Kota Palangka Raya masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan tersebut dengan melakukan studi kasus penggunaan Facebook dalam kampanye politik pemilu di Kota Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh media sosial, terutama Facebook, dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan kaum muda di Kota Palangka Raya dalam konteks pemilihan umum?

2. Sejauh mana peran Facebook dalam kampanye politik berdampak pada persepsi dan penilaian pemilih terhadap kandidat atau partai politik di Kota Palangka Raya?

3. Bagaimana penyebaran informasi politik melalui Facebook memengaruhi pembentukan opini dan keputusan politik masyarakat di Kota Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

(6)

1. Untuk mengetahui pengaruh media sosial, terutama Facebook, dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan kaum muda di Kota Palangka Raya dalam konteks pemilihan umum.

2. Untuk mengetahui dampak penggunaan Facebook dalam kampanye politik terhadap persepsi dan keputusan pemilih di Kota Palangka Raya.

3. Untuk mengetahui efektivitas penggunaan Facebook sebagai alat kampanye politik dalam membangun citra positif calon politik dan memperoleh dukungan pemilih di Kota Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman lebih mendalam tentang pengaruh media sosial, terutama Facebook, dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan kaum muda di Kota Palangka Raya dalam konteks pemilihan umum.

2. Memahami dampak penggunaan Facebook dalam kampanye politik terhadap persepsi dan keputusan pemilih di Kota Palangka Raya.

3. Mengevaluasi efektivitas penggunaan Facebook sebagai alat kampanye politik dalam membangun citra positif calon politik dan memperoleh dukungan pemilih di Kota Palangka Raya.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori yang Digunakan

2.1.1 Penggunaan Sosial Media dan Ekspresi Politik

Informasi menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam mendorong dan menentukan sikap seseorang termasuk dalam sikap berpolitik. Penelitian yang dilakukan oleh Mcleod (1999) bahwa penambahan informasi yang didapatkan dari media apapun akan memberikan pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung kepada partisipasi politik. Sosial media menjadi alat baru bagi masyarakat yang lebih terbuka dan beragam untuk mendapatkan banyak informasi termasuk informasi-informasi politik (akun politisi, berita politik, berita politik, dll).

Informasi-informasi politik yang didapatkan dari internet ini akan memberikan kesempatan yang lebih besar untuk melakukan kegiatan sosial media dalam mengekspresikan halhal yang bersifat politik (Kushin dan Yamamoto, 2010).

Menurut Aishat, Ishak dan Norsiah (2015) cognitive enagegement theory adalah seseorang yang memiliki pengetahuan politik tinggi maka besar kemungkinan untuk terlibat dalam kegiatan politik. Pengetahuan politik adalah kunci untuk mendorong keterlibatan partisipasi politik online. Mereka menekankan bahwa akses informasi menjadi prediktor kuat yang bertanggung jawab dalam partisipasi politik online melalui pengetahuan politik, ketertarikan politik dan kepuasan dalam kebijakan yang dibuat. Singkatnya, cognitive engagement theory beranggapan bahwa pengetahuan-pengetahuan tentang politik yang didapatkan dari sosial media akan mendorong pengetahuan dan semangat berekspresi dalam politik dan akhirnya terjadi partisipasi politik online.

2 .1.2 Ekspresi Politik dan Partisipasi Politik Online

Ekspresi merupakan hal penting dalam permulaan sebelum berubah menjadi sebuah tindakan. Penelitian yang dilakukan oleh Larry Elin (2003) menyimpulkan ketika ruang untuk berekspresi diberikan baik di ruang nyata

(8)

ataupun online akan mendorong seseorang untuk mengambil tindakan. Penelitian yang dilakukan oleh (Homero, Logan dan Zheng, 2014) memberikan skema bagaiamana proses ekspresi politik ini tersalurkan dan berubah menjadi partisipasi politik online. Proses ini memiliki tiga unsur, yaitu ekspektasi dari ekspresi, susunan dan penyampaian pesan.

Ekspektasi menjadi pertimbangan seseorang untuk berekspresi bahkan dimulai sebelum ekspresi disampaikan. Individu akan membayangkan respon orang dari hal yang akan ia sampaikan. Selanjutnya proses penyusunan dari hal yang ingin disampaikan, selama proses ini individu mampu mendapatkan pandangan baru dari hal yang ingin disampaikan. Pesan yang berhasil disampaikan menjadi penguat pandangan dan komitmen dari yang sudah disampaikan. Hal ini dapat mendorong ekspresi menjadi partisipasi karena muncul rasa dihargai dalam diri individu ketika suaranya di dengar oleh banyak orang.

2.1.3. Sosial Media, Partisipasi Politik Online dan Moderasi

Hubungan sosial media dengan partisipasi politik online terus mengalami perdebatan terutama pencarian variabel lain yang menjadi penguat kedua hubungan ini. Penelitian yang dilakukan oleh (Aishat, Ishak dan Norsiah 2015) menjelaskan bahwa pengetahuan, minat politik dan kinerja pada pemerintah menjadi variabel penting dalam mempengaruhi kegiatan politik dalam ranah online. Menurut Aishat, Ishak dan Norsiah (2015) cognitive enagegement theory adalah seseorang yang memiliki pemahaman politik yang tinggi memiliki kemungkinan besar untuk terlibat dalam kegiatan politik. Penmahaman politik adalah kunci untuk mendorong keterlibatan partisipasi politik online. Mereka menekankan bahwa pemahaman yang didapatkan dari sosial media menjadi prediktor kuat yang bertanggung jawab dalam partisipasi politik online. Hal itu didapatkan melalui pengetahuan politik, ketertarikan politik dan kepuasan dalam kebijakan yang dibuat. Singkatnya, cognitive engagement theory beranggapan bahwa pengetahuan-pengetahuan tentang politik yang didapatkan dalam pencarian informasi dari sosial media akan mendorong pengetahuan dan semangat berekspresi yang akhirnya menjadi partisipasi politik online.

(9)

2.2 Hasil Riset Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gibran Rivera Gonzalez (2013) untuk disertasinya, ia menjelaskan bahwa ANT memiliki tiga prinsip: simetri umum, agnostisme dan bebas asosiasi. Menurut prinsip simetri umum, pandangan ini tidak ada perbedaan antara aktor manusia dan non-manusia. Keduanya harus dianalisa dalam istilah yang sama tanpa membuat diskriminasi. Singkatnya, semua elemen aktor memiliki posisi dan pengaruh tindakan yang sama dalam menciptakan realita sosial.

Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan Rovazio (2017), Jose Van Dick (2017) dan Aizi dan Shahizan (2011), menempatkan media sosial sebagai aktor intermediari. Intermediari dalam hal ini tidak bisa dipahami sebagai mediator atau aktor yang pasif yang hanya berperan sebagai penyambung aktor dengan aktor lain. Pertemuan antara aktor dalam media sosial memberikan proses interaksi satu sama lain begitupun dengan media sosial. Setiap aktor terlibat di dalam jejaring relasi-relasi, dalam aliran intermediari yang bersirkulasi, menghubungkan, membentuk identitas aktor yang baru.

2.3 kerangka Pemikiran

(10)

2.4 Hipotesis

Sesuai dengan yang dipaparkan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

o Hipotesis 1 (Ha1) : Penggunaan media sosial informasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan ekspresi politik

o Hipotesis 2 (Ha2) : Penggunaan media sosial relasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan eskpresi politik

o Hipotesis 3 (Ha3) : Penggunaan media sosial eskpresi politik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi politik online

Hemat peneliti, dalam penelitian ini terdapat 4 variabel, 2 variabel bebas/independen (independent variabel), 1 variabel penghubung (intervening variable) kemudian 1 variabel terikat/dependen (dependent variable) variabel moderasi. Variabel bebas ini memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011:39). Variabel ini berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh variabel lain atau terikat dengan variabel apapun, variabel ini dipilih dan disengaja dimanipulasi oleh peneliti agar efeknya terhadap variabel lain tersebut dapat diamati dan diukur (Saiful, 2007). Dalam variabel ini, variabel bebas adalah penggunaan media sosial (penggunaan relasi dan informasi). Sedangkan variabel penghubung (intervening variable) adalah yang menjadi perantara dari variabel bebas ke variabel terikat.

Variabel penghubung secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Pola pengukurannya adalah variabel bebas mempengaruhi variabel ini kemudian variabel ini mempengaruhi variabel terikat. Dalam hal ini variabel terikatnya adalah penggunaan sosial media dalam hal ini eskpresi politik.

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena penelitian ini berusaha untuk menjelaskan tentang pengaruh penggunaan media sosial dengan tingkat partisipasi politik online. Pada dasarnya, kuantitatif adalah suatu pendekatan untuk menguji teori objektif dengan memeriksa hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini, pada gilirannya, dapat diukur, biasanya pada instrumen, sehingga data berbentuk nomor dan dapat dianalisa menggunakan prosedur statistik (Creswell, 2014).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian Menyesuaikan tempat 3.3 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian Menyesuaikan dengan jadwal yang ada.

3.4 Fokus Penelitian

Media sosial dipandang sebagai penghantar (intermediari) bagi seorang manusia untuk melakukan partisipasi politik online dalam perspektif ANT. Menurut Yuliar (2009) dalam suatu jaringan relasi aktoraktor, para aktor penyusunnya berada dalam keadaan saling terhubungkan satu terhadap yang lain. Hubungan ini hanya terpelihara jika ada penghantar (intermediari) yang mempertahankan hubungan tersebut. Sifat media sosial sebagai suatu intermediari bukan sebagai konektor yang hanya berfungsi sebagai penghubung dari aktor tanpa diberi ruang untuk bergerak. Media sosial sebagai intermediari memposisikan setiap agen sebagai aktor yang aktif dan dapat mempengaruhi satu sama lain sehingga menjadi sebuah jaringan yang kompleks.

3.5 Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini penarikan sampel menggunakan teknik stratified random sampling (proporsional). Stratified random sampling merupakan proses pengambilan sampel melalui proses pembagian populasi ke dalam strata, memilih

(12)

sampel acak sederhana dari setiap stratum, dan menggabungkannya ke dalam sebuah sampel untuk menaksir parameter populasinya (Fiqa : 2014 : 22). Teknik ini digunakan ketika populasi penelitian terdapat lingkungan yang heterogen dan berstrata berdasarkan angkatan antara angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018.

3.6 Tehnik Pengumpulan data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket atau sering disebut dengan kuesioner. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini peneliti memberikan kuesioner tertutup, artinya responden hanya menjawab antara sangat sering sampai tidak pernah. Dalam pembagian kuesioner, responden akan mengomunikasikan kepada responden yang sudah terpilih kemudian diberikan batasan waktu sekitar dua hari untuk mengisi kuesioner tersebut dan dikonfirmasi setelah sudah selesai mengisi. Peneliti juga memberikan kesempatan responden untuk bertanya jika ada pertanyaan yang belum dapat dipahami. Memang salah satu kelemahan dalam teknik ini adalah peneliti tidak bisa mengawasi dalam pengisian kuesioner jika mereka mengisi di rumah masing-masing dan murni hasil jawaban responden tersebut

3.7 Analsisis data

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisa data dengan menggunakan software SmartPLS, langkah yang akan dilakukan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu pengukuran model (Outer Model) kemudian ada evaluasi struktural model (Inner Model) setelah itu akan dilanjutkan pengujian hipotesis dan terakhir adalah analisa untuk masing-masing hipotesis dengan menggunakan variabel moderasi.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Alfani, H. (2018). Peran Facebook Dalam Kampanye Politik Pemilukada Di Kabupaten Ogan Kemiring Ulu. LUGAS Jurnal Komunikasi, 2(1), 42–50.

https://doi.org/10.31334/jl.v2i1.122

Budiyono, M. (2016). Media Sosial Dan Komunikasi Politik: Media Sosial Sebagai Komunikasi Politik Menjelang Pilkada Dki Jakarta 2017. Jurnal

Komunikasi, 11(1), 47–62.

https://doi.org/10.20885/komunikasi.vol11.iss1.art4

Pardana, D. (2024). Pengaruh Media Sosial Dalam Memprediksi Partisipasi Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum 2024. At-Tariiz, 1(2), 274–

282.

Putra, D. A., Yazwardi, Y., & Fikri, M. S. (2021). Pengaruh Penggunaan Facebook Terhadap Hasil Pemilihan Presiden 2019. Ampera: A Research Journal on Politics and Islamic Civilization, 2(1), 1–14.

https://doi.org/10.19109/ampera.v2i1.7427

Safitri, S. N., Syah, H., & Setiawan, H. (2023). Penggunaan Media Sebagai Sumber Informasi Pemilu Pilpres Dan Pileg 2024 Di Kalangan Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri Di Palangka Raya. Restorica: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara Dan Ilmu Komunikasi, 9(1), 25–36.

https://doi.org/10.33084/restorica.v9i1.4431

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi: Pengaruh Kampanye Hitam pada Pemilih Pemula (Studi Eksperimen Pengaruh Kampanye Hitam (Black Campaign) Pada Kampanye Calon Presiden Dan Calon

Berdasarkan penelitian ”Peran KPUR melalui Media Sosial dalam Upaya Meningkatkan Partisipasi Politik Mahasiswa pada Pemilu Raya Prodi PPKn Unesa Periode 2016-2017”

Penelitian ini berjudul: “Pengaruh Kampanye Politik Calon Gubernur Provinsi Sumatera Utara Terhadap Perilaku Memilih Masyarakat Kecamatan Medan Kota Kota Medan (Studi Pada

PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi IAIN Palangka Raya yang sering berbelanja pakaian melalui media sosial yang berjumlah 1695, sedangkan sampel

Sedangkan Nilai Tari Kinyah Mandau dalam Kepemimpinan Pemerintahan di Kota Palangka Raya, pada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangka Raya

Fasilitas Gedung dan Alat Pengujian Kendaraan __Bermotor Dinas Perhubungan Kota Palangka Raya 5.. Pegawai Dinas Perhubungan Kota Palangka

DOI - https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/ruangkomunitas Sosialisasi Politik Bagi Pemilih Pemula Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Palangka Raya Jovano Deivid Oleyver