Empirisme Klasik dan Modern
Oleh Kelompok 1
KELOMPOK 1
Angga
Nurdiansyah Fahrul Yuza Fakhrillah
Gita Melisa
Definis i
• Istilah “empirisme” berasal dari bahasa Yunani: empeiria, empeiros yang berarti pengalaman (bagus, 1996: 197).
• Dalam filsafat, penganut empirisme ini secara pemikiran mereka mendudukkan diri sebagai oposisi bagi kaum
rasionalis, artinya tidak sepakat dengan pemikiran-pemikiran penganut rasionalisme.
• Empirisme adalah doktrin/pandangan yang menyatakan bahwa semua pengetahuan bersumber dari pengalaman.
Semua ide-gagasan merupakan abstraksi dari pengalaman.
• Karena itu, kaum empirisme ini menganggap bahwa semua
pengetahuan secara langsung atau tidak diturunkan dari
data indrawi (kecuali beberapa kebenaran logis/Logical truth
dan matematis).
Empirisme meyakini bahwa sumber pengetahuan adalah
pengalaman
(Yunani: empeiria; Latin:
experientia).
Ajaran-ajaran Pokok Empirisme dapat diringkas sebagai berikut:
Empirisme amat menekankan metode empiris-eksperimental
Empirisme menggunakan
penalaran induktif
Empirisme adalah
Salah satu aliran pemikiran dalam filsafat epistemologi yang mengemukakan bahwa pengetahuan manusia berasal dari pengalaman sensori atau pengamatan langsung dari dunia fisik.
Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh melalui pemikiran atau rasionalitas semata, tetapi harus didasarkan pada pengalaman konkret,
CONTOH : Sebuah norma hukum dibentuk untuk
menciptakan keseimbangan dan ketentraman dlm
Masyarakat. Berdasarkan pengalaman zaman dahulu
sebelum adanya hukum yang mengatur lingkungan
social, maka ada kekacauan dimana-mana. Orang
bisa melakukan apapun yang dia inginkan.
Beberapa Tokoh Terkenal dalam
Ajaran
Empirisme
ARISTOTELES
Sebagai filsuf yang berpandangan bahwa pengetahuan bersumber dari pengamatan, Ia tak segan-segan melakukan studi atau penelitian atau observasi.
Berikut diskemakan metode empiris Aristoteles (Hunnex, 2004: 100).
• Adalah generasi akhir dari filsuf-filsuf Yunani. Adapun tulisan-tulisannya (karya-karya) tersebut antara lain berkaitan dengan metafisika, politik, biologi,
pengetahuan, estetika, logika, dan lain-lain.
• Aristoteles menyusun gambaran dunia sebagai organisme yang hidup, yang berkembang seperti embrio mengarah pada tujuan tertentu (Davies, 2001). Aristoteles lebih mengutamakan
pengamatan/pengalaman (meskipun perlu dicatat ini bukan berarti Aristoteles mengabaikan peran rasio).
284-325 SM 284-325 SM
Induksi Persepsi/Pendapat
Dedukasi Pembuktian/
Penjelasan Partikular Prinsip Umum/
Konsep Universal
Seperti cerita gunung dingin dan mahkluk hidup butuh makan
Pemikiran induktif – kaidah umum ke kaidah khsusus
ROGER BACON
• Seorang pemikir terbesar zaman Skolastik, karena ia yang pertama dengan tegas mengemukakan
perlunya eksperimen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan perlunya ilmu pengetahuan bagi kemajuan.
• Bacon memisahkan iman dan nilai-nilai moral dari metode eksperimental. Bacon melakukan pemisahan permasalahan etika dengan epistemologi
(maksudnya, pemisahan ilmu pengetahuan dengan moral).
• Bacon menulis berbagai bidang ilmiah: geografi, alkemi (kimia), dan matematika. Di dalam salah satu karyanya, “Opus Magnus” ia menyebutkan empat sebab yang menimbulkan kebodohan:
Mengandalkan otoritas yang tidak
tepat.
Pengaruh yang tidak pas dari adat-kebiasaan
(kebudayaan)
Pendapat massa yang tidak
terpelajar
Pamer kebijaksanaan yang sesungguhnya cuma untuk menutupi
kebodohan
(Osborne, 2001:52)
• Dikenal sebagai Bapak metode Induktif (empiris-
eksperimental). Bacon juga menginginkan rekonstruksi menyeluruh bidang seni, pengalaman dan ilmu
pengetahuan manusia dengan menggunakan metode empiris-eksperimental.
• Bacon menekankan nilai pragmatis/instrumental ilmu pengetahuan, dan untuk gagasan ini ia belajar banyak dari ilmuan dunia islam
• Adapun metode empiris-emperimental Bacon dapat dirumuskan dalam empat prinsip kerja:
1. Observing (pengamatan.
2. Measuring (pengukuran) 3. Explaining (penjelasan)
4. Verifying (tes ulang benar-tidaknya) (Anshari, 1987: 61)
4 Sebab yang Menyebabkan Kebodohan
FRANCIS BASON
1561-1628 M 1561-1628 M
Idola Specus (prasangka individu): yang menyebabkan seseorang terkurung dalan “gua” (sudut pandangnya) sendiri disebabkan oleh adanya prasangka pribadi, sehingga seseorang cenderung menarik kesimpulan sendiri sesuai dengan selera sendiri.
2.
Idola Tribus (idola prasangka yang dibentuk tradisi, kesukuan):
kecenderungan untuk menerima apa yang diberikan oleh tradisi kita (agama, adat, nilai-nilai) tanpa sikap kritis.
1.
Idola Theatri (idola panggung): prasangka pemikiran atau teori dogmatis. Pemikiran dogmatis sering kali memperdaya seseorang, sehingga berakibat menumpulkan daya berpikir kritis.
4.
Idola Fori (idola pasar): seseorang yang cepat dipengaruhi orang- orang yang bicara (pandangan massa). Boleh dikatakan pandangan massa sering sekali berbeda dengan realitas yang sesungguhnya dan karenanya sering kali menjadi hambatan bagi pemahaman rasional.
3.
Bagi Hobbes pikiran adalah fungsi tubuh (otak), sedangkan pikiran (nalar) adalah produk sensasi. Hobbes menerima pandangan dunia ilmiah yang deterministik, dan sangat terkesan dengan tuntutan objektivitas dan kepastian ilmu pengetahuan (seperti kepastian matematik).
THOMAS HOBBAS (1588-1679)
Hobbes juga berbicara tentang filsafat politik. Hobbes ingin membangun filsafat politik yang dapat membantu menciptakan negara yang aman dan adil. Ia mencoba menciptakan dalil-dalil dasar yang pasti (model matematika) untuk membangun masyarakat yang aman itu. Untuk itu, bagi Hobbes masyarakat harus dilihat sebagai arloji, tidak memiliki kebebasan dan tidak bertindak menurut akal budinya, melainkan menurut mekanisme psikis yang ada di dalam dirinya (bandingkan dengan Freud).
FRWD Di bidang filsafat ilmu pengetahuan, John Locke dikenal sebagai salah
seorang peletak dasar empirisme. Semua ide, menurut Locke, berasal dari pengalaman, dan ide itu terdiri dari 2 macam:
JOHN LOCKE
1632-1704 M 1632-1704 M
Ide-ide yang berasal dari pengalaman lahiriah atau eksternal (external sensation), seperti: penglihatan, pendengaran, sentuhan/rabaan, penciuman, atau rasa yang masuk ke otak melalui rangsangan pengamatan dunia eksternal.
1.
Ide yang berasal dari pengalaman batin atau internal (internal sense atau reflexion); bila pengalaman lahir memberi informasi tentang dunia eksternal, maka pengalaman batin memberi informasi tentang dunia dalam (jiwa). Informasi yang dihasilkan adalah hasil aktivitas pemikiran (refleksi) atas ide-ide kompleks.
2.
Locke percaya akan adanya tiga macam pengetahuan, yaitu:
1.Pengetahuan intuitif, yang melaluinya kita peroleh pengetahuan tentang diri kita sendiri.
2.Pengetahuan demonstratif, yang melaluinya diperoleh pengetahuan tentang Allah.
3.Pengetahuan indrawi, yang melaluinya diperoleh pengetahuan tentang dunia
luar.
Bahwa hanya pengetahuan intuitiflah yang bersifat pasti secara absolut. Yang kedua
(pengetahuan demonstratif) juga bersifat pasti seperti bukti-bukti matematik yang juga pasti.
Sedangkan pengetahuan indrawi bersifat
problematik, paling maksimal pengetahuan ini merupakan dugaan yang baik (bandingkan dengan probabilistik Popper). Akan tetapi,
pengetahuan indrawi memadai untuk keperluan hidup sehari-hari.
Locke
Berpendapat
Newton menemukan teori gravitasi dan perhitungan kalkulus (matematis) pada benda jatuh dan optik. Buku Newton, Principia (1687), telah menciptakan gambaran dunia mekanistik dan sikap baru terhadap alam. Alam merupakan kenyataan yang dapat diukur dan hal ini diperkuat dengan kemajuan manusia melakukan pengendalian teknis. Hal ini semua dimungkinkan dengan penerapan metode ilmu- ilmu alam.
Alam semesta adalah sebuah mesin yang mengikuti hukum-hukum sebab-akibat (cause-effect).
1
ISAAC NEWTON
1643-1727 M 1643-1727 M
Ruang dan waktu adalah realitas yang objektif yang keberadaannya terlepas dari pengamat.
2
Atom adalah unit terdasar dari materi 9ingat penemuan sub-atomik dan kuantum mekanik 3
Manusia seperti mesin, misalnya panas tubuh adalah akibat gelombang radio (energi) yang bergerak kontinu.
4
Ilmu pengetahuan pada akhirnya dapat membawa pengetahuan yang sempurna (objektif) tentang universum (bandingkan dengan tentative theory dari Karl Raimund Popper, paradigma Thomas Samuel Kuhn dan pemikiran para postmodernis yang berkembang jauh setelah Newton).
5
Ilmu pengetahuan modern yang didasarkan atas paradigma
Newtonian memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut:
• Bahwa semua pengalaman tidaklah disebabkan objek- objek yang ada di luar kita, karena tidak ada apa-apa di luar kesadaran kita. Pandangan ini disebut imaterialisme, dengan menyatakan yang ada adalah kesadaran. Pandangan ini kadang disebut juga
“spiritualisme”.
• Bertolak dari empirisme, Berkeley menyimpulkan, kita cuma memiliki ‘ide-ide’ (misalnya: ide tentang apel, ide tentang mangga) yang diperoleh melalui sensasi dan refleksi.
• Berkeley membawa arah baru epistemologi dengan menekankan peran subjek (rasio) yang besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti yang muncul pada kaum idealisme Kant, Hegel, Fichte, dan Schelling).
• Menurutnya, kualitas primer tidak lebih objektif dari kualitas sekunder, baik bersifat indrawi (warna, bau) ataupun bersifat afektif (keindahan) (bandingkan dengan Bergson).
BAKERLEY
Berkeley membedakan antara “ pengalaman tentang objek” (misalnya manga) dengan “objek” itu sendiri.
Pemikiran kita tentang manga (objek) misalnya disebabkan oleh kualitas pengalaman kita tentang
manga itu. Kualitas pengalaman (penciuman, penglihatan, rasa) adalah episode-episode mental dan
bukan sesuatu yang di luar mind. Karena itu,
pengalaman kita jadwal manga (objek eksternal) adalah pengalaman sadar yang kita miliki. Dengan demikian,
objek-objek eksternal itu ada dan kita pahami sejauh ada dalam kesadaran kita. Jadi, objek eksternal
ditempatkan Berkeley di bawah mind.
Berkeley membedakan antara “pengalaman tentang objek” (misalnya manga) dengan “objek” itu sendiri.
Pemikiran kita tentang manga (objek) misalnya disebabkan oleh kualitas pengalaman kita tentang manga itu. Kualitas pengalaman (penciuman,
penglihatan, rasa) adalah episode-episode mental dan bukan sesuatu yang di luar mind. Karena itu,
pengalaman kita jadwal manga (objek eksternal) adalah pengalaman sadar yang kita miliki. Dengan demikian, objek-objek eksternal itu ada dan kita pahami sejauh ada dalam kesadaran kita. Jadi, objek eksternal
ditempatkan Berkeley di bawah mind.
DAVID HUME
• Tokoh empirisme terkemuka. Pemikirannya disebut sebagai puncak empirisme modern.
• Hume mengemukakan pandangannya salah satunya lewat bukunya Treatise on Human Nature yang terdiri dari 3 bagian:
Bagaimana kita (Anda) tahu?
Apa yang menjadi sumber
atau asal mula ilmu
pengetahuan itu?
1711-1776 M
1711-1776 M
Problem epistemology.
Masalah ekonomi Prinsip-prinsip moral.
Hume mempertanyakan apa yang sudah menjadi perhatian kaum empiris
sebelumnya. Masalah utama yang ia
pertanyakan adalah:
Hume membedakan antara 2 macam persepsi:
a. Impression (kesan-kesan) dan ideas (ide-ide). Kesan-kesan adalah persepsi indrawi yang masuk ke akal-budi, kesan ini bersifat kuat dan hidup.
b. Sementara ide-ide merupakan gambaran yang kabur dari kesan- kesan dalam pemikiran kita. Jadi, ada kaitan antara kesan-kesan dengan ide-ide kita.
Hume mencoret ‘subjek’ atau ‘aku’
sebagai pusat pengalaman, pusat
kesadaran, pemikiran, perasaan dengan menyatakan bahwa itu semua hanya rangkaian ‘kesan-kesan’ (impressions) saja.
Impresi atau kesan-kesan itu juga
merupakan bahan dasar di mana isi ilmu pengetahuan kita susun (konstruksi).
Pikiran-pikiran kita hanya sisa-sisa (jejak- jejak) pengalaman indrawi yang
menghasilkan
kesan-kesan.
• Tulisan Kant yang pertama mempertanyakan apa yang dimaksud dengan zaman Pencerahan. Kant memberikan pengertian Pencerahan sebagai
“bangkitnya manusia dari ketidakdewasaan yang ditimbulkannya sendiri”.
• Pencerahan adalah masa lepas dari kanak-kanak ketidakdewasaan, yaitu mengandalkan otoritas eksternal dan mengabaikan kemampuan berpikir sendiri. Kant menolak posisi ekstrem empirisme dan rasionalisme dengan mencoba mengatasinya dengan menggabungkan (menyintesiskan) keduanya, dan ia menyebutnya dengan ‘idealisme transendental’.
IMMANUEL KANT
• Tulisan Kant yang pertama mempertanyakan apa yang dimaksud dengan zaman Pencerahan. Kant memberikan pengertian
Pencerahan sebagai “bangkitnya manusia dari ketidakdewasaan yang ditimbulkannya sendiri”.
• Pencerahan adalah masa lepas dari kanak-kanak
ketidakdewasaan, yaitu mengandalkan otoritas eksternal dan mengabaikan kemampuan berpikir sendiri. Kant menolak posisi ekstrem empirisme dan rasionalisme dengan mencoba
mengatasinya dengan menggabungkan (menyintesiskan)
keduanya, dan ia menyebutnya dengan ‘idealisme transendental’.
Bagian dari pemikiran Kant, terutama yang terkait dengan Epistemology:
Konstruktivisme Kant
Tetapi Kant tidak menerima begitu saja skeptisisme Hume, ia mengemukakan gagasan baru mengenai pengetahuan, bahwa mengetahui bukan berarti kita menangkap atau memahami objek, tetapi justru pengetahuan (pemahaman) itu merupakan konstruksi atau hasil kerja subjek. Subjek (kesadaran) merupakan kesatuan yang disebutnya transcendental unity of apperception: kesadaran harus dilihat sebagai satu paket yang terdiri dari: pengalaman (empiris, kuantitatif) dan subjek/rasio (kualitatif, subjektif?.
1.
Das Ding an Sich dan Bentuk A Priori
Kant menerima premis kaum empiris bahwa seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman kita tentang realitas atau benda (Ding) yang berada di luar kita. Namun, pemgamatan atas objek itu hanya sebagai rangsangan, sedangkan benda itu sendiri (hakikatnya) sama sekali tidak dapat kita ketahui. Rangsangan yang kita peroleh dari tangkapan indrawi terhadap objek yang ada di luar ditampung dan diolah oleh akal budi kita melalui bentuk-bentuk a priori. Bentuk- bentuk a priori mengolah masukan dari luar, sehingga objek itu dapat kita ketahui dan dimengerti dengan pasti.
2.
Ruang dan Waktu
Ruang dan waktu adalah bentuk a priori yang berada pada lapisan pertama yang memungkinkan pemgamatan berlangsung. Apa pun yang kita tangkap sebagai hasil pengamatan selalu kita tangkap sebagai eksistensi (ada) dan selalu berada dalam ruang dan waktu.
Ruang dan waktu bukan sesuatu yang ada di luar kita (subjek) atau sesuatu yang ada pada dunia eksternal melainkan cara a priori daya indrawi menangkap/memahami segala sesuatu objek eksternal itu sebagai suatu yang “beruang” dan “berwaktu”.
3.
Kategori-Kategori Rasio
Kategori-kategori rasio dapat dikelompokkan dalam empat dimensi (Harun Hadiwijoyo, 1980):
a. Kualitas: kesatuan, kejamakan, keseluruhan.
b. Kualitas: realitas, negasi, limitasi.
c. Relasi: substansi dan aksiden, sebab-akibat, dan interaksi.
Modalitas: mungkin/tidak mungkin, ada/tiada, niscaya/kebetulan 4.
Ide dan Akal Budi
Objek-objek yang diolah oleh rasio belum mempunyai arti dan belum dapat bekerja. Penyatuan objek itu tercapai melalui 3 “idea” atau
“paham akal budi” yaitu: Allah (idea teologis), jiwa (idea psikologis), dan “dunia” (idea kosmologis). Menurutnya, 3 idea ini merupakan acuan yang memungkinkan kita dapat mengerti sesuatu. 3 idea ini bersifat transendental atau prasyarat yang memungkinkan kita dapat memahami objek (fenomena). Menurut Kant, kita secara filosofis tidak dapat tahu tentang “Allah”, “jiwa” dan
“dunia”, akan tetapi tanpa mengandalkan ketiga idea itu kita tidak dapat memikirkan objek-objek.
5.
Fenomena dan Noumena
Gejala “fenomena”, yaitu cara objek-objek itu “menyatakan”
atau “menampakkan” diri. Pengetahuan manusia hanya terbatas pada fenomena (objek-objek) yang tampak saja.
Sedangkan idea-idea itu merupakan “noumena” atau realitas akal budi murni, tanpa didasari oleh pengalaman indrawi. Noumena bukan objek-objek melainkan syarat yang memungkinkan pengetahuan kita tentang objek itu.
Fenomena merupakan asumsi atau pengandaian, semacam implikasi pengetahuan yang terarah pada objek-objek.
6.
Kematian Metafisika
Filsafat Kant disebut sebagai Kritisisme yang mencoba untuk memahami kemampuan akal budi manusia terlebih dahulu, dan ini dianggap sebagai prasyarat untuk mulai berfilsafat.
Dalam epistemologi Kant, terkandung beberapa asumsi, yakni:
a. Objek empiris sesuatu yang nyata (real)
b. Kita tidak dapat menangkap objek transendental dan metafisik, karena objek itu tidak beruang, berwaktu, dan berkausalitas.
c. Objek empiris hanyalah “objek yang dapat ditemukan melalui pengalaman indrawi” (Raeper:197).
7.