• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Daya Hambat Esktrak Pinang (Areca catechu) terhadap Pertumbuhan Bakteri Methicillin-resistant Coagulase Negatives Staphylococci (MRCNS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Daya Hambat Esktrak Pinang (Areca catechu) terhadap Pertumbuhan Bakteri Methicillin-resistant Coagulase Negatives Staphylococci (MRCNS)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

45 Daya Hambat Esktrak Pinang (Areca catechu) terhadap Pertumbuhan Bakteri

Methicillin-resistant Coagulase Negatives Staphylococci (MRCNS)

Perdina Nursidika

Program Studi Teknologi Laboratorium Medis (D-4), Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Email: [email protected]

Abstrak: Telah dilakukan uji daya hambat ekstrak pinang terhadap bakteri Methicillin-resistant Coagulase Negatives Staphylococci (MRCNS). Bakteri MRCNS merupakan penyebab infeksi nosocomial dan komunitas.

Resistensi bakteri ini terjadi akibat mutase genetic pada struktur bakteri. Perkembangan penyakit dan bakteri yang resisten terhadap antibiotic semakin meningkat pada 10 tahun terakhir, sehingga pengobatan alternative diperlukan. Pinang merupakan tanaman yang umum digunakan sebagai obat di Indonesia. Kandungan tannin dan fenol dalam buah pinang memiliki aktivitas antimikroba karena mampu merusak dinding sel bakteri. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi. Terdapat empat tahapan penelitian yaitu, proses ekstraksi menggunakan etanol 96%; fraksinasi menggunakan n-heksana, etil asetat, dan akuades; uji minimum inhibition concentration (MIC) dan minimum killing concentration (MKC); dan uji struktur bakter menggunaka mikroskop electron. Hasil penelitian menunjukkan, fraksi air dan fraksi etil asetat mampu menghambat pertumbuhan bakteri MRCNS pada konsentrasi berturut-turut 512 µg/mL dan 256 µg/mL, sedangkan fraksi n-heksana memberikan hambatan pada konsentrasi 1024 µg/mL. Terdapat senyawa tannin dan fenol pada fraksi air dan etil asetat. Dapat disimpulkan, ekstrak pinang dapat menghambat pertumbuhan bakteri MRCNS dengan cara menghancurkan dinding sel bakteri.

Kata Kunci : Antibakteri, Areca catechu, MRCNS, pinang

PENDAHULUAN

Bakteri Staphylococcus koagulase negatif terdistribusi hampir diseluruh permukaan tubuh manusia, dan termasuk bakteri mikroflora normal komensal. Bakteri ini terdapat di permukaan kulit (Grice & Segre, 2011). Bakteri ini dapat menyebabkan bakterimia (Becker, Heilmann, & Peters, 2014). Organisme ini seringkali mengontaminasi darah dan specimen klinis lainnya, Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini bersifat persisten dan berulang(McCann, Gilmore, & Gorman, 2008).

Staphylococcus koagulase negative merupakan patogen nosokomial utama yang memiliki dampak besar pada kehidupan dan kesehatan manusia. Kolonisasi berbagai bagian kulit dan selaput lendir inang adalah sumber

utama infeksi endogen oleh bakteri ini (Becker dkk., 2014).

Staphylococcus koagulase-negatif dianggap kurang virulen daripada S. aureus.

Namun, bakteri ini menjadi penyebab penyakit infeksi komunitas maupun rumah sakit.

Staphylococcus koagulase-negatif telah terlibat sebagai agen penyebab penyakit saluran kemih, infeksi terkait kateter, pneumonia, endophthalmitis (Wu dkk., 2012), infeksi luka bedah, abses payudara (Moazzez dkk., 2007), osteomyelitis dan endokarditis (Marculescu, Berbari, Cockerill, & Osmon, 2006)

Bakteri Staphylococcus koagulase negatif menghasilkan biofilm (Goetz dkk., 2017). Biofilm ini mulai dibentuk pada saat sel bakteri menempel pada permukaan dan mengeluarkan zat lengket sehingga menempel

(2)

46 pada sel bakteri lain (Palmer, Flint, & Brooks,

2007). Sebelum pembentukan biofilm, dibutuhkan pengondisian lingkungan (Donlan, 2002). Protein yang ada dalam cairan tubuh seperti urin, air liur darah, dan lendir membantu pengondisian lingkungan (Jamal dkk., 2018). Protein-protein ini berperan sebagai reseptor untuk pelekatan bakteri.

Adhesi awal ini merupakan langkah awal terjadinya infeksi (Jamal, Tasneem, Hussain, &

Andleeb, 2015; Tremblay, Caron, Blondeau, Messier, & Jacques, 2014)

Pembuatan dan akumulasi biofilm dimediasi oleh faktor adesi interseluler, termasuk polisakarida ekstraseluler, Polysaccharide Intercellular Adhesin (PIA) (Garrett, Bhakoo, & Zhang, 2008), Protein pembentuk biofilm Accumulation Associated Protein (AAP) (Schaeffer dkk., 2015), dan bap homologue proteins (BHP (Cucarella dkk., 2004).

Polysaccharide intercellular adhesin (PIA) merupakan komponen utama matriks karbohidrat ekstraseluler Staphylococcus. PIA terlibat dalam adhesi interseluler, esensial untuk akumulasi biofilm multilayer. PIA merupakan residu ß-1,6-linked N- acetylglucosamine yang mengandung gugus amino, senyawa suksinat, dan residu fosfat hingga 15% (Izano dkk., 2007; Sadovskaya, Vinogradov, Flahaut, Kogan, & Jabbouri, 2005; Vuong dkk., 2005) Struktur yang tidak bercabang ini memfasilitasi kontak dan interaksi antar polisakarida dan dinding sel, memulai adhesi interseluler dan akumulasi biofilm. PIA juga diduga memiliki aktivitas

heme-aglutinasi (Arciola, Campoccia, Ravaioli, & Montanaro, 2015)

Resistensi diakibatkan adanya mutasi genetik yang terjadi pada bakteri. Methicillin resistant coagulase negative Staphylococcus (MRCNS), merupakan salah satu bakteri penyebab utama infeksi komunitas dan nosocomial (Nursidika, Saptarini, & Rafiqua, 2014).

Perkembangan penyakit dan bakteri yang resisten terhadap antibiotic semakin meningkat pada 10 tahun terakhir, sehingga pengobatan alternative diperlukan (Arias &

Murray, 2009).

Pinang merupakan buah yang banyak dikenal di Indonesia, dikonsumsi sebagai makanan maupun obat. Pinang diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram Positif dengan sangat efektif(Rahman dkk., 2014). Pinang juga diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri resisten antibiotic lain seperti Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (Nursidika dkk., 2014)

Daya hambat pinang terhadap bakteri disebabkan adanya senyawa aktif yang bersifat anti mikroba seperti alkaloid, arekolin, arekolidin, arekain, guvakolin, guvasine, dan isoguvasine. Selain itu mengandung red tanin, lemak, kanji, resin (Zhang, Liu, Han, Guo, &

Wu, 2013) Arekolin senyawa alkaloid yang banyak ditemukan di pinang, memiliki sifat sitotoksik terhadap sel bakteri (Manoj Chandak, G Chandak, & M Rawlani, 2013) Senyawa yang diketahui dapat menghambat bakteri MRSA yaitu fenol (Nursidika dkk., 2014). Fenol bekerja dengan cara menghambat

(3)

47 reduktor melakukan interaksi nonspesifik

dengan protein pada membran sel bakteri (Nitiema, Savadogo, Simpore, Dianou, &

Traore, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak buah pinang untuk menghambat bakteri resisten antibiotic MRCNS.

METODE

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi, Mei–Juni 2018. Terdapat empat tahap penelitian.

Tahap pertama merupakan persiapan ekstrak dan fraksi dengan menggunakan maserasi menggunakan etanol. Tahap Ke-2, ekstrak etanol buah pinang kemudian difraksinasi menggunakan air, etil asetat, dan n-heksana. Tahap ke -3 pengujian konsentrasi hambat minimum ekstrak terhadap bakteri MRCNS menggunakan metode microbroth dilution. Tahap ke-4, dilakukan identifikasi struktur bakteri dengan menggunakan mikroskop electron.

Kultur bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah MRCNS yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi. Bakteri MRCNS ditanam pada agar nutrient. Pinang yang digunakan untuk pengujian berasal dari Badan Pengembangan Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu Solo dan telah dilakukan determinasi Laboratorium Morfologi Sistematik Universitas Setiabudi Solo.

Buah pinang kemudian diekstrak maserasi menggunakan etanol 96% selama

3x24 jam. Ekstrak kemudian difraksinasi menggunakan air, etil asetat, dan n-heksana.

Kontrol positif menggunakan tetrasiklin.

Hasil ekstraksi dan fraksinasi kemudian dilakukan pengujian Minimum inhibitory concentration (MIC) menggunakan microplate dan media brain heart infussion (BHI) broth (OXOIDCM1135). Sebagai kontrol negatif dimasukkan sebanyak 100 μL BHI broth dimasukkan ke dalam microplate.

Sebanyak 5 μL suspensi bakteri MRCNS ditambahkan ke dalam 10 mL BHI broth dihomogenkan menggunakan vortex. 100 μL campuran dimasukkan ke dalam micropale pada kolom kedua sampai kedua belas. Pada kolom ke-12, ditambahkan 100 μL larutan ekstrak kemudian dihomogenkan,diambil sebanyak 100 μL kemudian dipindahkan ke kolom ke-11. Pengenceran dilakukan hingga pada konsentrasi terkecil pada kolom ketiga.

Microplate diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ºC. Setelah inkubasi, kemudian diamati bagian yang jernih yang menandakan tidak adanya pertumbuhan bakteri MRCNS.

Konsentrasi terkecil tidak adanya pertumbuhan bakteri ditetapkan sebagai MIC. Untuk mengetahui daya bunuh bakteri, minimum killing concentration (MKC) maka hasil yang jernih pada microplate ditanam pada media agar nutrient dan diinkubasi kembali pada suhu 37ºC selama 24 jam.

HASIL

Hasil uji daya hambat pinang terhadap bakteri MRCNS telah dilakukan. Hasil MIC pinang terhadap bakteri pada tabel 1.

(4)

48 Hasil pengujian MIC buah pinang

terhadap MRCNS menunjukkan fraksi etil asetat sangat baik menghambat bakteri.

Konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak etanol buah pinang dapat menghambat bakteri MRCNS pada kosnentras 256 µg/mL. Fraksi air ekstrak etanol buah pinang menunjukkan konsentrasi hambatan pada 512 µg/mL, sedangkan fraksi n-Heksana memberikan hambatan pada 1024 µg/mL.

Tabel 1. Hasil penentuan nilai MIC fraksi dari ekstrak etanol buah pinang terhadap

bakteri MRCNS Fraksi MIC

(µg/mL)

MKC µg/mL

Air 512 >1024

Etil asetat 256 >1024

N-heksana 1024 >1024 Tetrasiklin 16 64

Setelah dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui MKC, dapat dilihat pada tabel 1, fraksi dari ekstrak buah pinang tidak memiliki kemampuan membunuh bakteri. Semua fraksi bisa membunuh bakteri pada konsentrasi lebih dari 1024 µg/mL. Apabila dibandingkan dengan antibiotic standard tetrasiklin yang dapat membunuh bakteri pada konsentrasi 64 µg/mL.

Dari hasil MIC dengan konsentrasi terendah yaitu fraksi etil asetat, kemudian dilihat struktur bakteri yang sudah dipapar oleh ekstrak pinang menggunakan mikroskop electron. Hasil dapat dilihat pada gambar 1.

Hasil dari mikroskop electron terlihat bahwa stuktur bakteri yang dipapar oleh fraksi

etil asetat ekstrak buah pinang mengalami kehancuran. Dinding bakteri terlihat sudah tidak utuh. Apabila dibandingkan dengan bakteri yang terpapar tetrasiklin, terlihat bakteri mengalami hal yang sama. Dari gambar tersebut dapat dipastikan esktrak pinang dapat menghancurkan sel bakteri.

Gambar 1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Elektron Bakteri MRCNS yang Terpapar Ekstrak Pinang (1) dan

Tetrasiklin (2)

PEMBAHASAN

Pinang merupakan tanaman yang terkenal di Indonesia yang digunakan sebagai obat tradisional dan pembuatan sediaan farmasi (Schaeffer dkk., 2015). Pinang memiliki sifat sebagai anti oksidan, anti inflamasi, dan analgesic (Bhandare, Kshirsagar, Vyawahare, Hadambar, & Thorve, 2010). Selain itu, pinang diketahui memiliki kemampuan sebagai antidiabet dan antihiperglikemik (Ghate, Patil, Hugar, Matha,

& Kalyane, 2014; Mondal, Bhattacharya, &

Biswas, 2012), antilipidemia (Bhat, Sarpangala, & Ashwin, 2018). Pinang berfungsi juga sebagai antimalaria dan antiparasit (Peng dkk., 2015).

Ekstrak buah pinang terbukti bersifat sebagai antimikroba dan antijamur (Pahadia, Gawde, & Agrawal, 2013).

2

2

1

2

(5)

49 Hasil percobaan menunjukkan fraksi

polar ekstrak pinang, dapat menghambat bakteri pada konsentrasi 512 µg/mL. Ekstrak air dan methanol buah pinang mengandung banyak tannin (Singh & Rao, 1995). Tanin diketahui memiliki aktivitas antimikroba.

Mekanisme antimikroba dari tanin dapat diringkas sebagai berikut.; (1) Sifat astringen dari tanin dapat menginduksi kompleks dengan enzim atau substrat. Banyak enzim mikroba dalam filtrat kultur mentah atau dalam bentuk murni dihambat ketika dicampur dengan tanin.

(2) Toksisitas tanin terkait dengan aksinya pada membran mikroorganisme. (3) Kompleks ion logam oleh tanin berhubungan dengan toksisitas tannin (Chung, Wong, Wei, Huang,

& Lin, 1998). Senyawa tannin mampu menghambat pertumbuhan bakteri yang menghasilkan biofilm seperti S. aureus (Tomiyama dkk., 2016). Tannin bekerja dengan cara berikatan hydrogen dengan gugus OH yang terdapat pada senyawa fenol. Hal ini menyebabkan nitrogen pada asam amino yang ada pada sel bakteri kehilangan aktivitasnya dan menyebabkan aksi vital sel hilang dan sel rusak (Al-Ani & Mohammed, 2008).

Ekstrak etanol buah pinang mengandung berbagai senyawa fenol (Xing, Jiao, Zhuang, Wen-li, & Hao-fu, 2010). Fenol bekerja pada mikroorganisme dengan 2 cara yang berbeda yaitu menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri (Oliveira dkk., 2013).

Fraksi etil asetat yang mengandung banyak senyawa fenol, terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri MRCSN pada konsentrasi yang paling rendah yaitu 256 µg/mL.

Mekanisme aktimikroba fenol yang banyak terdapat pada pinang, mengganggu struktur bakteri MRCNS. Dari hasil mikroskop electron (gambar 1), terlihat struktur bakteri yang hancur dan sudah tidak terlihat dinding sel dari bakteri.

Membran sel bakteri mengandung senyawa seperti fosfolipid dan lipopolisakarida, yang distabilkan dengan adanya kation Mg2+ dan Ca2+. Jika terjadi ionisasi senyawa yang bersifat desinfektan dapat diserap atau ditolak oleh muatan listrik akibat adanya kontak (Samatha, Shyamsundarachary, Srinivas, & Swamy, 2012). Senyawa non polar dapat larut dan masuk ke dalam bagian supermolekul dan mengganggu organisasi membrane dengan cara berikatan pada bagian membrane sel (Sabbineni, 2016). Fenol bekerja pula pada membrane sitoplasma dengan cara mengganggu difusi pasif dan transport aktif, sehingga terjadi akumulasi produk dalam sel bakteri, baik itu hasil metabolism ataupun produk yang berikatan pada protein membrane (Teixeira dkk., 2014).

Senyawa lain dalam pinang yang bersifat antibakteri adalah arekolin. Arekolin merupakan senyawa alkaloid yang paling banyak ditemukan pada buah pinang (Liu, Peng, Hu, Xu, & Wu, 2016). Arekolin dapat menghambat bakteri Gram Positif dan Gram negative, termasuk menghambat bakteri koagulase negative Staphylococcus.

Penelitian Shamim dan Khan (2017) menunjukkan pada ekstrak etanol dan air buah pinang terdapat asam fenolat seperti quercentin, asam galat, asam kafeat, asam

(6)

50 siringat, asam sinamat, asam sinapiat, asam

vanilat, asam kumarat, dan asam ferulat.

Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas antibakteri, antifungi, antiinflamasi, dan senyawa antioksidan. Senyawa quercentin banyak ditemukan di buah pinang. Quercentin merupakan flavonoid alami yang banyak terdapat pada tanaman (Woźnicka dkk., 2013).

Fraksi non polar ekstrak pinang tidak dapat menghambat bakteri MRCNS. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Shamim dan Khan (2017), pada fraksi etanol tidak dapat menghambat bakteri uji. Hal ini kemungkinan, senyawa bioaktif dalam buah pinang tidak bisa diesktrak oleh pelarut non polar.

SIMPULAN

Fraksi etil asetat dan air dari ekstrak etanol buah pinang dapat menghambat pertumbuhan bakteri MRCNS. Setelah terpapar ekstrak pinang, struktur bakteri menjadi hancur.

SARAN

Penelitian selanjutnya agar dilakukan uji lanjutan lain terhadap ekstrak etanol seperti, uji pra klinik dan klinik, sehingga ekstrak pinang bisa menjadi kandidat antibiotik yang bisa bermanfaat untuk mengobati infeksi akibat bakteri resistan antibiotic.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ani, R. T., & Mohammed, N. (2008).

Antibacterial Activity of Tannins Extracted from Some Medicinal Plants in vitro, 7.

Arciola, C. R., Campoccia, D., Ravaioli, S., &

Montanaro, L. (2015). Polysaccharide intercellular adhesin in biofilm:

structural and regulatory aspects.

Frontiers in Cellular and Infection

Microbiology, 5.

https://doi.org/10.3389/fcimb.2015.0000 7

Arias, C. A., & Murray, B. E. (2009).

Antibiotic-resistant bugs in the 21st century--a clinical super-challenge. The New England Journal of Medicine,

360(5), 439–443.

https://doi.org/10.1056/NEJMp0804651 Becker, K., Heilmann, C., & Peters, G. (2014).

Coagulase-Negative Staphylococci.

Clinical Microbiology Reviews, 27(4), 870–926.

https://doi.org/10.1128/CMR.00109-13 Bhandare, A. M., Kshirsagar, A. D.,

Vyawahare, N. S., Hadambar, A. A., &

Thorve, V. S. (2010). Potential analgesic, anti-inflammatory and antioxidant activities of hydroalcoholic extract of Areca catechu L. nut. Food and Chemical Toxicology: An International Journal Published for the British Industrial Biological Research Association, 48(12), 3412–3417.

https://doi.org/10.1016/j.fct.2010.09.013 Bhat, S. K., Sarpangala, M., & Ashwin, D.

(2018). Antilipidemic activity of arecanut, Areca catechu L.: A valuable herbal medicine. International Journal of Herbal Medicine, 4(1), 4.

Chung, K.-T., Wong, T. Y., Wei, C.-I., Huang, Y.-W., & Lin, Y. (1998). Tannins and Human Health: A Review. Critical Reviews in Food Science and Nutrition,

38(6), 421–464.

https://doi.org/10.1080/1040869989127 4273

Cucarella, C., Tormo, M. Á., Úbeda, C., Trotonda, M. P., Monzón, M., Peris, C.,

… Penadés, J. R. (2004). Role of Biofilm-Associated Protein Bap in the Pathogenesis of Bovine Staphylococcus aureus. Infection and Immunity, 72(4), 2177–2185.

https://doi.org/10.1128/IAI.72.4.2177- 2185.2004

Donlan, R. M. (2002). Biofilms: Microbial Life on Surfaces. Emerging Infectious

(7)

51 Diseases, 8(9), 881–890.

https://doi.org/10.3201/eid0809.020063 Garrett, T. R., Bhakoo, M., & Zhang, Z.

(2008). Bacterial adhesion and biofilms on surfaces. Progress in Natural Science, 18(9), 1049–1056.

https://doi.org/10.1016/j.pnsc.2008.04.0 01

Ghate, R., Patil, V. P., Hugar, S., Matha, N. H.,

& Kalyane, N. V. (2014).

Antihyperglycemic activity of Areca Catechu flowers. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 4, S148–S152.

https://doi.org/10.1016/S2222- 1808(14)60430-8

Goetz, C., Tremblay, Y. D. N., Lamarche, D., Blondeau, A., Gaudreau, A. M., Labrie, J., … Jacques, M. (2017). Coagulase- negative staphylococci species affect biofilm formation of other coagulase- negative and coagulase-positive staphylococci. Journal of Dairy Science,

100(8), 6454–6464.

https://doi.org/10.3168/jds.2017-12629 Grice, E. A., & Segre, J. A. (2011). The skin

microbiome. Nature Reviews.

Microbiology, 9(4), 244–253.

https://doi.org/10.1038/nrmicro2537 Izano, E. A., Sadovskaya, I., Vinogradov, E.,

Mulks, M. H., Velliyagounder, K., Ragunath, C., … Kaplan, J. B. (2007).

Poly-N-acetylglucosamine mediates biofilm formation and antibiotic resistance in Actinobacillus pleuropneumoniae. Microbial pathogenesis, 43(1), 1–9.

https://doi.org/10.1016/j.micpath.2007.0 2.004

Jamal, M., Ahmad, W., Andleeb, S., Jalil, F., Imran, M., Nawaz, M. A., … Kamil, M.

A. (2018). Bacterial biofilm and associated infections. Journal of the Chinese Medical Association, 81(1), 7–

11.

https://doi.org/10.1016/j.jcma.2017.07.0 12

Jamal, M., Tasneem, U., Hussain, T., &

Andleeb, S. (2015). Bacterial Biofilm:

Its Composition, Formation and Role in Human Infections. Research & Reviews:

Journal of Microbiology and Biotechnology, 4(3). Diambil dari http://www.rroij.com/peer-

reviewed/bacterial-biofilm-its-

composition-formation-and-role-in- human-infections-61426.html

Liu, Y.-J., Peng, W., Hu, M.-B., Xu, M., &

Wu, C.-J. (2016). The pharmacology, toxicology and potential applications of arecoline: a review. Pharmaceutical Biology, 54(11), 2753–2760.

https://doi.org/10.3109/13880209.2016.

1160251

Manoj Chandak, R., G Chandak, M., & M Rawlani, S. (2013). Current Concepts about Areca Nut Chewing. Journal of Contemporary Dentistry, 3, 78–81.

https://doi.org/10.5005/jp-journals- 10031-1041

Marculescu, C. E., Berbari, E. F., Cockerill, F.

R., & Osmon, D. R. (2006). Unusual aerobic and anaerobic bacteria associated with prosthetic joint infections. Clinical Orthopaedics and Related Research, 451, 55–63.

https://doi.org/10.1097/01.blo.00002293 17.43631.81

McCann, M. T., Gilmore, B. F., & Gorman, S.

P. (2008). Staphylococcus epidermidis device-related infections: pathogenesis and clinical management. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 60(12), 1551–1571.

https://doi.org/10.1211/jpp.60.12.0001 Miftahorrachman, Matana, R. Y., & Salim.

(2015). Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Pinang (1 ed., Vol. 1). Bogor:

Balai Penelitian Tanaman Palma.

Moazzez, A., Kelso, R. L., Towfigh, S., Sohn, H., Berne, T. V., & Mason, R. J. (2007).

Breast abscess bacteriologic features in the era of community-acquired methicillin-resistant Staphylococcus aureus epidemics. Archives of Surgery (Chicago, Ill.: 1960), 142(9), 881–884.

Mondal, S., Bhattacharya, S., & Biswas, M.

(2012). Antidiabetic activity of Areca catechu leaf extracts against streptozotocin induced diabetic rats, 8.

Nitiema, L. W., Savadogo, A., Simpore, J., Dianou, D., & Traore, A. S. (2012). In vitro Antimicrobial Activity of Some Phenolic Compounds (Coumarin and Quercetin) Against Gastroenteritis Bacterial Strains, 5.

Nursidika, P., Saptarini, O., & Rafiqua, N.

(2014). Aktivitas Antimikrob Fraksi Ekstrak Etanol Buah Pinang (Areca catechu L) pada Bakteri Methicillin

(8)

52 Resistant Staphylococcus aureus.

Majalah Kedokteran Bandung, 46(2), 94–99.

Oliveira, D. A., Salvador, A. A., Smânia, A., Smânia, E. F. A., Maraschin, M., &

Ferreira, S. R. S. (2013). Antimicrobial activity and composition profile of grape (Vitis vinifera) pomace extracts obtained by supercritical fluids. Journal of Biotechnology, 164(3), 423–432.

https://doi.org/10.1016/j.jbiotec.2012.09 .014

Pahadia, A., Gawde, R., & Agrawal, S. (2013).

Antimicrobial activity of hydro alcoholic extract of Areca catechu, 8.

Palmer, J., Flint, S., & Brooks, J. (2007).

Bacterial cell attachment, the beginning of a biofilm. Journal of Industrial Microbiology & Biotechnology, 34(9), 577–588.

https://doi.org/10.1007/s10295-007- 0234-4

Peng, W., Liu, Y.-J., Wu, N., Sun, T., He, X.- Y., Gao, Y.-X., & Wu, C.-J. (2015).

Areca catechu L. (Arecaceae): A review of its traditional uses, botany, phytochemistry, pharmacology and

toxicology. Journal of

Ethnopharmacology, 164, 340–356.

https://doi.org/10.1016/j.jep.2015.02.01 0

Rahman, M. A., Sultana, P., Islam, M. S., Mahmud, M. T., Rashid, M. M. O., &

Hossen, F. (2014). Comparative Antimicrobial Activity of Areca catechu Nut Extracts using Different Extracting Solvents. Bangladesh Journal of

Microbiology, 19–23.

https://doi.org/10.3329/bjm.v31i1.28460 Sabbineni, J. (2016). Research & Reviews:

Journal of Medicinal & Organic Chemistry, 3(2), 10.

Sadovskaya, I., Vinogradov, E., Flahaut, S., Kogan, G., & Jabbouri, S. (2005).

Extracellular Carbohydrate-Containing Polymers of a Model Biofilm-Producing Strain, Staphylococcus epidermidis RP62A. Infection and Immunity, 73(5), 3007–3017.

https://doi.org/10.1128/IAI.73.5.3007- 3017.2005

Samatha, T., Shyamsundarachary, R., Srinivas, P., & Swamy, N. R. (2012).

Quantification of Total Phenolic and

Total Flavonoid Contents in Extracts of Oroxyllum Indicum L. Kurz, 5, 3.

Schaeffer, C. R., Woods, K. M., Longo, G. M., Kiedrowski, M. R., Paharik, A. E., Büttner, H., … Fey, P. D. (2015).

Accumulation-Associated Protein Enhances Staphylococcus epidermidis Biofilm Formation under Dynamic Conditions and Is Required for Infection in a Rat Catheter Model. Infection and Immunity, 83(1), 214–226.

https://doi.org/10.1128/IAI.02177-14 Shamim, S., & Khan, M. (2017).

Phytochemical Screening by High Performance Liquid Chromatography (HPLC) and Antimicrobial Activity of Different Solvent Fractions of Areca Nuts Againts Bacillus Substtilis Biofilm.

International Research Journal of Pharmacy, 8(10), 29–37.

https://doi.org/10.7897/2230- 8407.0810178

Singh, A., & Rao, A. R. (1995). Modulatory influence of arecanut on the mouse hepatic xenobiotic detoxication system and skin papillomagenesis.

Teratogenesis, Carcinogenesis, and Mutagenesis, 15(3), 135–146.

https://doi.org/10.1002/tcm.1770150306 Teixeira, A., Baenas, N., Dominguez-Perles,

R., Barros, A., Rosa, E., Moreno, D. A.,

& Garcia-Viguera, C. (2014). Natural bioactive compounds from winery by- products as health promoters: a review.

International Journal of Molecular Sciences, 15(9), 15638–15678.

https://doi.org/10.3390/ijms150915638 Tomiyama, K., Mukai, Y., Saito, M.,

Watanabe, K., Kumada, H., Nihei, T., … Teranaka, T. (2016). Antibacterial Action of a Condensed Tannin Extracted from Astringent Persimmon as a Component of Food Addictive Pancil PS-M on Oral Polymicrobial Biofilms.

BioMed Research International, 2016.

https://doi.org/10.1155/2016/5730748 Tremblay, Y. D. N., Caron, V., Blondeau, A.,

Messier, S., & Jacques, M. (2014).

Biofilm formation by coagulase- negative staphylococci: impact on the efficacy of antimicrobials and disinfectants commonly used on dairy farms. Veterinary Microbiology, 172(3–

4), 511–518.

(9)

53 https://doi.org/10.1016/j.vetmic.2014.06

.007

Vuong, C., Kidder, J. B., Jacobson, E. R., Otto, M., Proctor, R. A., & Somerville, G. A.

(2005). Staphylococcus epidermidis Polysaccharide Intercellular Adhesin Production Significantly Increases during Tricarboxylic Acid Cycle Stress.

Journal of Bacteriology, 187(9), 2967–

2973.

https://doi.org/10.1128/JB.187.9.2967- 2973.2005

Woźnicka, E., Kuźniar, A., Nowak, D., Nykiel, E., Kopacz, M., Gruszecka, J., & Golec, K. (2013). Comparative study on the antibacterial activity of some flavonoids and their sulfonic derivatives. Acta Poloniae Pharmaceutica, 70(3), 567–

571.

Wu, Z. H. Y., Chan, R. P. S., Luk, F. O. J., Liu, D. T. L., Chan, C. K. M., Lam, D.

S. C., & Lai, T. Y. Y. (2012). Review of Clinical Features, Microbiological Spectrum, and Treatment Outcomes of Endogenous Endophthalmitis over an 8- Year Period. Journal of Ophthalmology, 2012.

https://doi.org/10.1155/2012/265078 Xing, Z., Jiao, W., Zhuang, H., Wen-li, M., &

Hao-fu, D. (2010). Antioxidant and Cytotoxic Phenolic Compounds of Areca Nut(Areca catechu), 26(1), 161–

164.

Zhang, Z., Liu, W., Han, J., Guo, S., & Wu, Y.

(2013). A trial of patient-oriented problem-solving system for immunology teaching in China: a comparison with dialectic lectures. BMC Medical

Education, 13, 11.

https://doi.org/10.1186/1472-6920-13- 11

Referensi

Dokumen terkait