• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estetika Dasar Analisis lukisan “Sungai Tak Pernah Kembali” karya Basuki Abdullah

N/A
N/A
Nurlaela Tri Mustika

Academic year: 2023

Membagikan "Estetika Dasar Analisis lukisan “Sungai Tak Pernah Kembali” karya Basuki Abdullah"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Nurlaela Tri Mustika Nim : 2411421101

Prodi : Seni Rupa(Desain Komunikasi Visual) Rombel : 503

Mata Kuliah : Estetika Dasar

Analisis lukisan “Sungai Tak Pernah Kembali”

karya Basuki Abdullah

A. PENDAHULUAN

Basuki Abdullah merupakan pelukis maestro Indonesia yang dikenal sebagai pelukis beraliran realis dan naturalis. Basuki Abdullah lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 25 Januari 1915 dan meninggal pada 5 november 1993 pada umur 78 tahun. Dalam perjalanan karirnya ia pernah diangkat sebagai pelukis resmi Istana Merdeka pada tahun 1974 dan sekiranya telah ada sekitar 22 negara yang pernah disinggahinya untuk pameran. Karya lukisannya banyak dikoleksi para kolektor Indonesia maupun para kolektor di berbagai penjuru dunia. Salah satu lukisan karya Basuki Abdullah adalah lukisan yang berjudul "Sungai Tak Pernah Kembali" Lukisan ini berbentuk landscape dengan ukuran 125cm x 200cm dan dilukis menggunakan cat minyak di atas media kanvas. Teknik yang digunakan oleh Basuki Abdullah pada pembuatan lukisan ini adalah teknik stuck brush yang dibuat secara ekspresionis sehingga memperkuat makna yang ingin disampaikan.

(2)

B. PEMBAHASAN

Lukisan Sungai Tak Pernah Kembali menurut Estetika Dogmatis Menurut pandangan filsuf Aristoteles yang mengatakan bahwa seni merupakan peniruan terhadap alam yang sifatnya harus ideal atau seperti nyata. Hal ini sesuai dengan lukisan Naturalisme karya Basuki Abdullah yang berjudul “Sungai Tak Pernah Kembali” Dalam karya lukis ini ia

memvisualisasikan gagasan imitasi dengan tambahan gaya khayal dengan garis – garis dan warna yang dituangkan kedalam kanvas dengan sangat indah.

Pada lukisan Basoeki Abdullah menghadirkan representasi alam yang apabila dilihat secara visual representasi alam tersebut cukup membuat terkesan melalui detail – detail rumit yang di gambar melalui obyek alam seperti gunung, pepohonan, sungai dan lain sebagainya. Obyek-obyek tersebut di gambarkan dengan naturalis-realis dengan goresan yang halus dan spontan yang digambarkan dengan cat minyak melalui media kanvas, kesederhanaan metode tersebut mengisyaratkan bahwa betapa besarnya hasrat untuk meniru dari lingkungan alam semesta dan dengan demikian tidaklah luput dari metode yang menggunakan imitasi dari kehidupan seperti ungkap Aristoteles kesenian itu di pandang sebagai sesuatu yang secara indah membuat imitasi yakni tiruan atau pencerminan dari apa yang ada atau terjadi sebenarnya di dunia manusia atau dewa akan tetapi tentu saja Basoeki Abdullah tidak hanya melakukan imitasi dari alam melainkan menambahkan bumbu – bumbu untuk

mempercantik alam.

Lukisan Sungai Tak Pernah Kembali menurut Estetika Kritisisme Pada periode ini merupakan perubahan dari objektivisme ke arah

subjektivisme. Kritisisme sendiri adalah filsafat yang menyelidiki batasan rasio, sekaligus mempertentangkan dengan dogmatis. Dimana pengenalan akan suatu karya bukan berpusat pada suatu karya, melainkan pada

subjektivitas dan kemampuan indera manusia dalam meraba realitas hanya sebatas menjangkau fenomena nya saja. Menurut Immanuel Kant dalam teori estetika ia beranggapan bahwa proses penilaian keindahan seni berasal dari perasaan, kognisi, dan logika orang yang melihat karya seni tersebut dan bukan dari fitur-fitur yang dinilai indah secara obyektif. keindahan subyektif ini menitikberatkan keindahan seni pada orang yang melihatnya bukan pada bentuk yang dimiliki karya seni tersebut. Dalam hal ini lukisan “Sungai Tak Pernah Kembali” menjadi suatu perasaan yang secara subjektif dihadirkan Basoeki Abdullah tentang kerinduan dan sensitivitas manusia kepada alam yang mulai hilang secara perlahan akibat ulah manusia, dengan melalui warna- warni pada lukisan yang berusaha menyalin alam dengan sentuhan

subjektivitas manusia.

(3)

C. PENUTUP

Dalam teori estetika Klasik, Menurut pandangan filsuf Aristoteles yang

mengatakan bahwa seni merupakan peniruan terhadap alam yang sifatnya harus ideal atau seperti nyata. Hal ini sesuai dengan lukisan Naturalisme karya Basuki Abdullah yang berjudul “Sungai Tak Pernah Kembali” ia memvisualisasikan gagasan imitasi dengan tambahan gaya khayal dengan garis – garis dan warna yang dituangkan kedalam kanvas dengan sangat indah. Pada lukisan Basoeki Abdullah menghadirkan representasi alam yang apabila dilihat secara visual representasi alam tersebut cukup membuat terkesan melalui detail – detail rumit yang di gambar melalui obyek alam seperti gunung, pepohonan, sungai dan lain sebagainya. Obyek-obyek tersebut di gambarkan dengan naturalis-realis dengan goresan yang halus dan spontan yang digambarkan dengan cat minyak melalui media kanvas. Lewat karyanya dalam lukisan Sungai Tak Pernah Kembali ia memberikan pesan simbolis agar kita ingat kepada hukum alam ciptaan Tuhan. Lukisan ini melukiskan pemandangan alam dengan gunung api yang aktif mengeluarkan asapnya. Di sekitarnya lembah, pepohonan, sawah, sungai dengan jembatan gantungnya. Juga pohon-pohon nyiur yang merupakan ciri khas pemandangan alam di tanah air Indonesia.

Pada periode Keritisime dalam estetika keindahan mengalami perubahan dari objektivisme ke arah subjektivisme. Menurut Immanuel Kant dalam teori estetika ia beranggapan bahwa proses penilaian keindahan seni berasal dari perasaan, kognisi, dan logika orang yang melihat karya seni tersebut dan bukan dari fitur-fitur yang dinilai indah secara obyektif. keindahan subyektif ini menitikberatkan keindahan seni pada orang yang melihatnya bukan pada bentuk yang dimiliki karya seni tersebut.

Dalam hal ini lukisan “Sungai Tak Pernah Kembali” menjadi suatu perasaan yang secara subjektif dihadirkan Basuki Abdullah tentang kerinduan dan sensitivitas manusia kepada alam yang mulai hilang secara perlahan akibat ulah manusia, dengan melalui warna-warni pada lukisan yang berusaha menyalin alam dengan sentuhan subjektivitas manusia.

Referensi

Dokumen terkait