• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi sumberdaya batubara dihitung menggunakan metode cross section pedoman rule of gradual changes dengan persamaan Mean Area

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Estimasi sumberdaya batubara dihitung menggunakan metode cross section pedoman rule of gradual changes dengan persamaan Mean Area"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Ruang Lingkup

Tujuan

TINJAUAN PUSTAKA

Geologi Regional

  • Struktur Geologi Regional
  • Kerangka Tektonik Cekungan Kutai
  • Stratigrafi Regional

6 Cekungan Kutai merupakan salah satu cekungan Tersier terluas di Indonesia, dengan luas 165.000 km2 dan kedalaman kurang lebih 14.000 m. Di sebelah utara Cekungan Kutai dibatasi oleh sesar Sangkulirang dan Bengalon, sedangkan di sebelah selatan dibatasi oleh sesar Adang (Biantoro et al., 1992). Pembentukan struktur geologi di Cekungan Kutai sangat dipengaruhi oleh penyebaran sepanjang Selat Makassar yang menimbulkan sesar mendatar dengan arah pergerakan barat laut-tenggara dan memisahkan Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi.

Pola struktur Cekungan Kutai dipengaruhi oleh pengangkatan Dataran Tinggi Kuching yang tampaknya berasal dari arah barat laut. Pada wilayah awal Tersier, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito merupakan satu cekungan besar yang berarah utara timur laut – selatan barat daya. Moss dan Chambers (1999), menyatakan Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi dua bagian atau sub-cekungan, yaitu Cekungan Kutai Atas dan Cekungan Kutai Bawah.

Cekungan atas berada di bagian barat laut, merupakan daerah yang mengalami pengangkatan akibat proses tektonik pada masa Miosen Bawah, sedangkan cekungan Kutai Bawah berada di bagian timur dan lebih dikenal dengan endapan Neogen dibandingkan endapan regangan pada masa Paleogen. . merupakan depocenter di bagian atas Cekungan Kutai. Secara tektonik, Cekungan Kutai dipisahkan dari Cekungan Tarakan di utara oleh Punggungan Mangkabayar dan dipisahkan dari Cekungan Barito di selatan oleh Tikungan Adang. Cekungan Kutai bagian barat dibatasi oleh Dataran Tinggi Kuching yang terdiri dari batuan metasedimen Kapur dan sedimen Paleosen, sedangkan Cekungan Kutai bagian timur terbuka ke Selat Makassar dengan kedalaman air laut mencapai lebih dari 2000 meter (Resmawan, 2007). ).

Formasi ini berumur Miosen awal dan terdiri dari batulumpur dengan selingan tipis napal, batupasir dan batubara. Bagian atasnya terdiri dari batulumpur berpasir yang mengandung sisa-sisa tumbuhan dan beberapa lapisan tipis batubara. Formasi ini berumur Miosen Awal dengan ketebalan diperkirakan 2000 meter dan ditindih secara harmonis oleh Formasi Pulau Balang.

Formasi ini berumur Miosen Awal - Miosen Tengah, terdiri atas campuran batupasir dengan batulempung dan batulanau, setempat dengan selingan tipis batupasir lignit, batugamping, atau batupasir berkapur. Umur formasi ini Miosen Tengah – Miosen Akhir dan terdiri dari batupasir, batulempung, lanau, tufa dan batubara.

Gambar 2.2 Struktur Geologi Cekungan Kutai (Resmawan, 2007).
Gambar 2.2 Struktur Geologi Cekungan Kutai (Resmawan, 2007).

Batubara

  • Defenisi Batubara
  • Proses Pembentukan Batubara
  • Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Batubara
  • Jenis-jenis Batubara
  • Lingkungan Pengendapan Batubara
  • Sumberdaya Batubara

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara umum batubara tua mempunyai tingkat koalesensi yang tinggi. Jenis batubara yang dibentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran yang luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini tidak tersebar luas, di beberapa tempat kualitasnya buruk karena banyak mengandung bahan pengotor yang terbawa selama proses pengangkutan dari tempat asal tumbuhan ke tempat sedimentasi.

Batubara dengan kualitas lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat, seringkali berwarna hitam mengkilat dibandingkan kaca. Batubara berkualitas lebih tinggi memiliki kandungan karbon lebih tinggi, tingkat kelembapan lebih rendah, dan menghasilkan lebih banyak energi. Lignit, juga dikenal sebagai batubara coklat, merupakan jenis batubara terburuk di lahan gambut.

Lingkungan endapan batubara adalah suatu tempat atau kompleks geografis endapan batubara yang secara sedimentologis terletak pada sungai berkerikil, sungai pasir, lembah aluvial dan delta atas, delta bawah, pantai dan muara. Batubara yang terbentuk pada lingkungan pengendapan ini diendapkan dalam kondisi genangan laut dan penurunan permukaan laut. Istilah sumber daya dalam bidang geoteknik dapat mempunyai konotasi kuantitatif, yaitu penilaian terhadap potensi sumber daya batubara yang secara teknis menunjukkan adanya harapan untuk dapat dikembangkan setelah dilakukan penelitian dan eksplorasi.

Cadangan batubara hipotetis adalah cadangan batubara pada wilayah penyelidikan atau sebagian wilayah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan peninjauan. Sumber Daya Batubara Tersirat adalah sumber daya batubara pada suatu daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk tahap penyelidikan eksplorasi. Cadangan batubara terindikasi adalah cadangan batubara pada wilayah penyelidikan atau sebagian wilayah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan pendahuluan.

Kepadatan dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan interpretasi yang realistis terhadap ketebalan, kualitas, kedalaman dan jumlah batubara in situ dan ditafsirkan tidak memiliki variasi yang cukup besar jika dilakukan eksplorasi lebih detail. Sumber Daya Batubara Terukur adalah sumber daya batubara pada daerah penyelidikan atau bagian daerah penyelidikan yang diperhitungkan.

Metode Well Logging

  • Log Gamma Ray (GR Log)
  • Log Density
  • Log Caliper

Log geofisika utama yang digunakan dalam eksplorasi batubara adalah log sinar gamma, log densitas, dan log kaliper. Logging sinar gamma adalah metode untuk mengukur radiasi sinar gamma yang dihasilkan oleh unsur radioaktif yang ditemukan di sekitar batuan lubang bor. Sinar gamma mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma yang biasanya merupakan pendeteksi sintilasi.

Penggunaan log sinar gamma secara umum (Akbari dan Sutrisno Penentuan lapisan permeabel dan non permeabel berdasarkan sifat radioaktif. Gambar 2.4 menunjukkan bahwa kurva defleksi sinar gamma pada lapisan mudah dikenali karena nilai kandungan radioaktifnya sangat rendah dibandingkan sedimen lainnya. jenis batuan Prinsip pengukuran log densitas adalah dengan memancarkan energi sinar gamma dari sumber radiasi ke dinding lubang bor.

Ketika radiasi dengan energi tertentu ditembakkan ke dinding lubang bor, foton yang membawa sinar gamma akan bertabrakan dengan elektron di dalam batuan. Prinsip kerja log densitas adalah sumber radioaktif suatu alat ukur memancarkan sinar gamma dengan intensitas energi tertentu yang menembus formasi/batuan. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa batubara memiliki nilai massa jenis antara 1,2 hingga 1,8 gr/cc yang berarti massa jenis paling rendah di antara semua batuan, kecuali jika dibandingkan dengan massa jenis air dan gas di bawahnya.

27 kandungan yang terkandung dalam pori-pori batuan, satuan gr/cc adalah massa jenis batuan (ρb). Dalam penelitian yang dilakukan, satuan massa jenis adalah log count per second (CPS). Untuk memudahkan perhitungan, dilakukan kalibrasi satuan CPS ke gr/cc. Nilai satuan CPS berbanding terbalik dengan nilai satuan gr/cc. Jika log defleksi dalam satuan CPS menunjukkan nilai yang tinggi, maka akan menunjukkan nilai yang rendah dalam satuan gr/cc (Putro et al., 2014).

Yang menarik adalah jika nilai CPSnya tinggi berarti sinyal radioaktif yang ditangkap sensor juga tinggi, hal ini dikarenakan sinyal radioaktif yang mengukur kerapatan elektron pada batuan hanya kecil, karena kerapatan elektron jika batuan saja kecil atau rendah maka nilai massa jenis batuan dalam gr/cc juga rendah, jika nilai CPS rendah berarti sinyal radioaktif yang mengukur massa jenis elektron suatu batuan semakin banyak maka massa jenis batuan dalam gr /cc juga memiliki cc yang lebih tinggi (Putro et al., 2014). Jika pengukuran intensitas sinar gamma menunjukkan nilai yang tinggi, maka kepadatan batuan menunjukkan nilai yang rendah (Rider, 2002).

Gambar 2.4 Respon litologi yang umumnya dijumpai pada lapisan pembawa  batubara dengan metode log gamma ray (BPB Manual, 1981)
Gambar 2.4 Respon litologi yang umumnya dijumpai pada lapisan pembawa batubara dengan metode log gamma ray (BPB Manual, 1981)

Penentuan Litologi

Tabel 2.3 menunjukkan bahwa batuan yang berada di bawah permukaan mempunyai tingkat radioaktivitas yang berbeda-beda tergantung pada unsur radioaktif yang terkandung dalam lapisan batuan tersebut. 32 Gambar garis batas untuk log kepadatan dibagi menjadi dua tergantung jenisnya, yaitu untuk log LSD = 1/3 panjang garis ke lapisan kepadatan rendah dan untuk log SSD = 1/2 panjang garis simpangan (Gambar 2.8). ) (Akbari dan Sutrisno, 2019). Electrofacies merupakan prinsip dasar dalam pengenalan citra log yang berkaitan dengan lingkungan pengendapan atau asosiasi lingkungan pengendapan pada sumur yang berbeda (Schmitt et al., 2012).

Dalam interpretasi geologi, sebuah loop tercipta dari energi pengendapan ke lingkungan pengendapan, pola logaritma selalu diamati dalam sinar gamma atau kurva potensial spontan, tetapi kesimpulan yang sama dapat didukung dari logaritma kerapatan neutron. Berdasarkan Canto (1992) dan Selley (1978) dalam Nazeer dkk (2016), bentuk ini menunjukkan lingkungan pengendapan: rift-in-rift, muara pembatas, delta front, foreshore, submarine fan lobe. Berdasarkan Cant (1992) dan Selley (1978) dalam Nazeer et al (2016), bentuk ini menunjukkan lingkungan pengendapan: transek titik fluvial, transek pasang surut, daerah aliran sungai delta, laut dalam proksimal.

Berdasarkan Cant (1992) dan Selley (1978) dalam Nazeer dkk (2016), bentuk ini menunjukkan lingkungan pengendapan: penghalang pasir lepas pantai, pasir beting transgresif, dan lingkungan intertidal campuran. Berdasarkan Canto (1992) dan Selley (1978) dalam Nazeer dkk (2016), bentuk ini menunjukkan lingkungan pengendapan: dataran banjir fluvial, pasang surut campuran, aliran puing-puing, dan timbunan ngarai. Secara umum lingkungan pengendapan mempengaruhi kualitas lapisan, namun yang lebih berpengaruh adalah genesis komponen kualitas pada batubara, litologi sisi lapisan dan asosiasi dengan mineral lain (Setiahadiwibowo, 2016).

Metode Cross Section merupakan salah satu metode estimasi sumber daya yang bersifat konvensional, metode ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui profil batubara pada setiap penampang melalui penampang tersebut dan juga mengetahui kemiringan lapisannya (Erihartanti et al., 2015). Batasan wilayah pengaruh dalam metode cross-sectional dengan pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change). Metode ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu metode penampang dengan pedoman kaidah perubahan bertahap dan metode penampang dengan pedoman kaidah titik terdekat.

Metode yang berpedoman pada aturan perubahan bertahap adalah metode penghitungan sumber daya konvensional (Gambar 2.10). Metode penampang dengan aturan titik terdekat berpedoman pada titik terdekat, setiap balok ditentukan oleh penampang melintang yang panjangnya sama sampai setengah jaraknya untuk menyambut pemotongan, pemotongan yang satu dengan yang lain tidak dihubungkan langsung, tetapi menimbulkan suatu potongan. garis linier. batas terluar deposit (Gambar 2.11) (Erihartanti et al., 2015).

Tabel 2.3 Karasteristik respon gamma ray
Tabel 2.3 Karasteristik respon gamma ray

Analisa Ketebalan Seam (Seam)

Karakteristik Seam (Elektrofasies)

Bentuk dasar tersebut dapat berbentuk silinder, tidak beraturan, lonceng, corong, simetris dan asimetris (Kendall et al., 2003). Bentuk cascar/silinder pada log GR atau log SP dapat mengindikasikan sedimen tebal dan homogen yang dibatasi oleh pengisian saluran dengan kontak yang tajam. Profil berbentuk corong menunjukkan perbesaran regresi atas yang merupakan kebalikan dari bentuk lonceng.

Gambar 2.9 Pola respon dari log gamma ray (GR) (Setiahadiwibowo, 2016).
Gambar 2.9 Pola respon dari log gamma ray (GR) (Setiahadiwibowo, 2016).

Metode Cross Section

Ketebalan/kedalaman antara dua buah penampang mempunyai satu nilai yang diperoleh dari interpolasi kedua nilai ketebalan penampang tersebut. Perbedaan yang terjadi pada satu dimensi dan dua dimensi akan menjadi perbedaan kumulatif dalam perhitungan tiga dimensi. Pedoman ini berarti berpindah secara bertahap dari satu sayatan ke sayatan lainnya dengan menghubungkan dua titik di antara titik pengamatan terluar, sehingga untuk mencari satu volume diperlukan dua diameter.

Gambar 2.11 Metode cross section dengan pedoman rule of nearest point  (Erihartanti dkk., 2015)
Gambar 2.11 Metode cross section dengan pedoman rule of nearest point (Erihartanti dkk., 2015)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Alat dan Bahan/Data

Tahapan Penelitian

  • Kajian Pustaka
  • Pengambilan Data
  • Pengolahan Data

Bagan Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketebalan dan Kedalaman Seam

Karakteristik Seam (Elektrofasies)

Korelasi Penampang Seam

Estimasi Sumberdaya Batubara

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 2.1 Fisiografi Cekungan Kutai (Biantoro dkk., 1992).
Gambar 2.2 Struktur Geologi Cekungan Kutai (Resmawan, 2007).
Gambar 2.3 Kolom Stratigrafi daerah Kutai Timur, Cekungan Kutai bagian  utara (Resmawan, 2007).
Tabel 2.1 Klasifikasi sumberdaya batubara (SNI, 2011)  Kondisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kedalaman dan beban kegiatan 10 4 Mampu menganalisis data, mengolah, dan menyajikan data 10 5 Mampu membahas hasil pengolahan dan interpretasi data 20 6 Mampu menarik kesimpulan