• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ethnobotany, phytochemistry, pharmacology, toxicity, and clinical trial of Centella asiatica (L.) Urban: A comprehensive review

N/A
N/A
Ibnu Dharsono Faizal

Academic year: 2024

Membagikan "Ethnobotany, phytochemistry, pharmacology, toxicity, and clinical trial of Centella asiatica (L.) Urban: A comprehensive review"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW

Ethnobotany, phytochemistry, pharmacology, toxicity, and clinical trial of Centella asiatica (L.) Urban: A comprehensive review

1. Deskripsi tanaman

a. Taksonomi

Taxonomic hierarchy of C. asiatica (L.) Urban is the following:

Division: Tracheophyta Class: Magnoliopsida Order: Apiales Family: Apiaceae Genus: Centella Species: asiatica

Synonyms: Hydrocotyl asiatica L., Trisanthus cochinchinensis Lour.

(Gohil, Patel, & Gajjar, 2010).

b.

Sinonim

C. coriacea Nannfd., Hydrocotyle asiatica L., H. lunata Lamk., H. Lurida Hance., Trisanthus cochichinensis Lour. (BPOM RI, 2012)

c.

Nama Daerah

Sumatera: pegaga (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga, penggaga, rumput kaki kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), pegago, pugago (Minangkabau);-/owa: cowet gompeng, antanan, antanan bener, antanan gede (Sunda), gagan-gagan, gangganan, kerok batok, pantegowang, panigowang, 28 rendeng, calingan rambut, pacul gowang (Jawa), gan-gagan (Madura); Sulawesi: pagaga, wisu-wisu (Makasar), cipubalawo (Bugis); hisu-hisu (Salayar);

(2)

Nusatenggara: bebele (Sasak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere (Sawo); Maluku: sarowati (Halmahera), koloditi manora (Ternate); Papua: dogauke, gogauke, sandanan. (BPOM RI, 2012)

d.

Nama Asing

Inggris: gotu kola, asiatic pennywort, indian pennywort; Brunei: pegaga. Filipina: takip-kohol, tapingan-daga, hahang-halo; Singapura: pegaga; Myanmar: min-kuabin; Kamboja: tranchiek- kranh; Laos: phak nok; Thailand: bua bok, pa-na-ekhaa-doh, phak waen; Vietnam: rau m[as], t[is] ch tuy[ees]t, th[ar]. (BPOM RI, 2012)

e.

Deskripsi Tanaman

Tumbuhan berhabitus terna menahun, batang menjalar, memiliki umbi pendek, percabangan dengan geragih (stolon) merayap, panjang 10-80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset akar, terdiri dari 2- 10 daun, kadang-kadang agak berambut, panjang tangkai daun 1-50 mm, helai daun berbentuk ginjal, ukuran panjang 1-7 cm, lebar 1,5-9 cm, tepi daun beringgit sampai bergigi tidak tajam, terutama ke arah pangkal daun. Perbungaan berupa bunga majemuk payung tunggal atau 2-5 payung bersama, payung tunggal tersusun atas 3 bunga, ukuran 3-4 mm, panjang ibu tangkai bunga 5-50 mm, mula-mula tegak kemudian mengangguk, daun pelindung 2-3 helai, tangkai bunga sangat pendek. Daun mahkota ungu sampai kemerahan dengan pangkal hijau muda, panjang 1-1,5 mm, lebar hingga 0,75 mm.

Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecokelatan, berdinding agak tebal. (BPOM RI, 2012)

f.

Simplisia

Daun tunggal, berkeriput, rapuh, tersusun dalam roset atau mengumpul di dekat akar dengan pangkal tangkai melebar, helai daun berbentuk ginjal, lebar, atau berbentuk membulat, berwarna hijau sampai hijau keabu-abuan, umumnya dengan 7 tulang daun yang menjari, pangkal helaian daun berlekuk, ujung daun membulat, tepi daun beringgit, kedua permukaan daun umumnya licin, tulang daun pada permukaan bawah agak berambut, stolon dan tangkai daun berwarna cokelat keabu-abuan, berambut halus. Berbau lemah, aromatis, mula-mula tidak berasa, lama kelamaan agak pahit. (BPOM RI, 2012)

g.

Habitat

Tumbuh baik di Indonesia terutama di daerah beriklim tropis baik di dataran rendah sampai ketinggian 2500 m dpi. Tumbuh di tempat yang terbuka atau sedikit ternaung, pada tanah yang lembab dan subur seperti pematang sawah, padang rumput, tepi parit dan di tepi jalan.

(BPOM RI, 2012)

Musim berbunga terjadi pada bulan April, Mei, dan Juni (Prasad et al., 2014). Tanah yang paling cocok adalah tanah yang lembab, gembur, berpasir, dan liat. Tumbuh baik pada musim hujan pada substrat yang memiliki drainase baik. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal ini tanaman adalah 25oC ± 3oC (Bhattacharya, Parmar, Itankar, & Prasad, 2017)

(3)

2. Etnofarmakologi

Pada buku Formularium Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia Vol.2 Ramuan untuk menurunkan asam urat adalah

Ramuan dari Propinsi Banten Daerah survei : Kab. Lebak Etnis : Badui Dalam Ramuan

Antanan 6 herba Air 2 gelas

Cara pembuatan: Bahan direbus dengan 2 gelas air menjadi 1 gelas Cara pemakaian: Diminum 2 kali sehari 1 gelas (BPOM RI, 2012.)

3. Fitokimia

4. Pharmacological Effect

DAFTAR PUSTAKA

(4)

Gohil, K. J., Patel, J. A., & Gajjar, A. K. (2010). Pharmacological review on Centella asiatica: A potential herbal cure-all. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences, 72(5), 546–566.

https://doi.org/10.4103/0250- 474X.78519

BPOM RI, 2012. Acuan Sediaan Herbal Volume ke-7 ed. I. Jakarta : Direktorat Obat Asli Indonesia BPOM RI, 2012. Formularium Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia Vol.2 . Jakarta : Direktorat Obat Asli Indonesia

Prasad, A., Dhawan, S. S., Mathur, A. K., Prakash, O., Gupta, M. M., Verma, R. K., Mathur, A. (2014).

Morphological, chemical and molecular characterization of Centella asiatica germplasms for commercial cultivation in the Indo-Gangetic plains. Natural Product Communications, 9(6), 779–784.

https://doi.org/10.1177/1934578x1400900612

Bhattacharya, R. D., Parmar, K. M., Itankar, P. R., & Prasad, S. K. (2017). Phytochemical and pharmacological evaluation of organic and nonorganic cultivated nutritional Centella asiatica collected after different time intervals of harvesting. South African Journal of Botany, 112, 237– 245.

https://doi.org/10.1016/j.sajb.2017.06.003

Referensi

Dokumen terkait