• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN TENTANG PANGAN

N/A
N/A
Sitti Fatimah Milu

Academic year: 2024

Membagikan " ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN TENTANG PANGAN"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Berdasarkan UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pengan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya msyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (Lutfi Alfia, 2019).

Keseriusan Pemerintah Indonesia untuk mengatasi persolaan ketahanan pangan ditunjukkan melalui dikeluarkannya peraturan-peraturan tentang pangan dan ketahanan pangan seperti UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan; PP No. 68 Tahun 2002 tentang ketahanan Pangan; PP No.17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi; dan banyak aturan lain yang terkait upaya peningkatan ketahanan pangan. Namun dalam implementasinya, kebijakan- kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah rupanya belum mampu sepenuhnya menciptakan ketahanan pangan nasional. Hal ini terlihat dalam sebuah laporan Global Food Security Index (GFSI) yang diterbitkan The Economist (2013) dimana Indonesia tercatat berada pada peringkat ke-66 dari 106 negara yang disurvei tentang keamanan pangannya. Dari skor 0-100 yang menggambarkan kondisi sangat tidak aman hingga sangat terjamin keamanannya, Indonesia memiliki skor 45,6. Pada Tahun 2014, posisi Indonesia berdasarkan ranking GFSI menurun dibandingkan dengan tahun 2013 dimana Indonesia menempati peringkat 72 dari 109 negara dengan skor ketahanan pangan sebesar 46,5. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan masih menjadi persoalan serius yang belum terpecahkan dengan tuntas (Lutfi Alfia, 2019).

Keamanan pangan merupakan kebutuhan masyarakat, karena diharapkan melalui makanan yang aman, masyarakat akan terlindungi dari penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Dasar dari keamanan pangan adalah upaya hygiene sanitasi makanan, gizi, dan safety.

Pada Hari Kesehatan Dunia, WHO menyampaikan pentingnya keamanan pangan dengan mengeluarkan slogan “How safe is your food? From farm to plate, make food safe” dengan tujuan mengingatkan masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang hanya aman bagi tubuhnya.

Berdasarkan Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 menegaskan bahwa ketersediaan pangan harus sampai pada tingkat perseorangan dengan pangan yang aman, bergizi, beragam, terjangkau serta tidak bertentangan dengan keyakinan, agama, dan kebudayaan masyarakat sehingga semua orang dapat hidup sehat dan produktif (Sartika, 2020).

Salah satu pengejawantahan dari tujuan negara tersebut adalah dengan membentuk Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan di mana di dalam konsiderans huruf a dan b undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang p angan ditegaskan bahwa (a) pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, (b) negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh wilayah negara kesatuan republik indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan sumber daya, kelembagaan dan budaya lokal. Hal ini dapat diartikan pula bahwa masyarakat indonesia memiliki hak untuk memperoleh keamanan dan perlindungan atas produk pangan yakni hak untuk memperoleh produk pangan yang aman,

(2)

bermutu, bergizi dan tersedia cukup setiap waktu dan hak ini menimbulkan kewajiban pada negara untuk melindungi, menghormati dan melaksanakannya (Wahongan et al., 2021).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan, keamanan pangan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, industri pangan dan konsumen. Pemerintah bertanggung jawab untuk melaksanakan system pengawasan keamanan pangan melalui pengaturan, standarisasi, penilaian dan inspeksi keamanan pangan serta edukasi kepada konsumen dan industri pangan mengenai kemanan pangan.industri pangan bertanggung jawab untuk menjaga mutu dan keamanan produk pangan yang tidak bermutu dan tidak aman.oleh sebab itu konsumen perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keamanan pangan diantaranya pengetahuan tentang praktek higiene yang baik saat menangani, mengolah, menyajikan, dan menyimpan pangan.sinergi diantara ketiga pihak ini dengan tanggung jawabnya masing-masing sangat dibutuhkan dalam rangka meingkatkan keamanan pangan secara nasional (Wahongan et al., 2021).

DAFTAR PUSTAKA

Lutfi Alfia. (2019). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik ( JIAP ) Implementasi Program

Peningkatan Ketahanan Pangan ( Studi pada Dinas Pertanian. Ilmiah Administrasi Publik (JIAP), 2(3), 49–58. https://jiap.ub.ac.id/index.php/jiap/article/view/600/1255

Sartika, R. S. (2020). Keamanan pangan Penyelenggaraan Makanan bagi Pekerja. Jurnal Gizi Kerja Dan Produktivitas, 1(1), 29–35.

Wahongan, A. S., Simbala, Y., & Gosal, V. Y. (2021). Strategi Mewujudkan Keamanan Pangan Dalam Upaya Perlindungan Konsumen. LexEtSocietatis, 9(3), 1–26.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, maka perlu

Menurut UU Pangan No 18 Tahun 2012, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan suatu negara hingga perorangan, yang tercermin dari ketersediaan pangan yang

Kemandirian pangan dalam Undang- Undang No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan diartikan sebagai : “Kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka

Dalam Undang-Undang No 18 tahun 2012 tentang pangan yang menyatakan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

a) UU Pangan Nomor 7 Tahun 1996 yang diperbaharui dalam UU RI Nomor 18 Tahun 2012: Kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya

Sesuai dengan UUD 1945 yang kemudian dituangkan dalam Undang- Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012

Pangan Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012, Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati, produk pertanian, perkebunan,

Pelaksanaan penegakan hukum di bidang pangan terkait mie formalin yang dilakukan oleh Polda Jawa Tengah, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,