• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Komunikasi Dalam Perspektif Islam Menurut Prof. Dr. Syukur Kholil, MA

N/A
N/A
Khoirun Nisaa'

Academic year: 2023

Membagikan "Etika Komunikasi Dalam Perspektif Islam Menurut Prof. Dr. Syukur Kholil, MA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MA

Preprint · May 2022

DOI: 10.31219/osf.io/tsgxe

CITATIONS

0

READS

355

2 authors, including:

Sri Ayu Rayhaniah

Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI), Samarinda, Indonesia 8PUBLICATIONS   2CITATIONS   

SEE PROFILE

(2)

PROSIDING WEBINAR INTERNASIONAL ULAMA TAFSIR DAN HADIS DI NUSANTARA: Khazanah Ulam Nusantara dalam Pembentukan Peradaban Islam

Penyunting: Muhammad Hasan dan Ibnu Khaldun

Fakultas Ushuluddin Adab, dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda 2021

Etika Komunikasi Dalam Perspektif Islam Menurut Prof. Dr.

Syukur Kholil, MA

Dzakkyah Putri Nurul Latiffah & Sri Ayu Rayhaniah Fakultas Ushuluddin Adab & Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Samarinda dpkyajung@gmail.com & rayhania3589@gmail.com

Abstrak

Komunikasi islam ialah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan prinsip-prinsip keislaman. Saat berkomunikasi tentunya kita akan melakukan interaksi dengan orang lain, dalam komunikasi islam setiap hal yang kita lakukan selalu memiliki aturan, salah satunya adalah etika komunikasi dalam perspektif islam. Artikel ini dibuat menggunakan metode kualitatif yang menekankan pada pemahaman yang mendalam terhadap suatu masalah. Hasil yang didapat dari pembuatan artikel ini yaitu kita dapat mengetahui bagaimana etika komunikasi yang baik dalam perspektif islam yang berpatokan kepada Al-Qur'an dan Hadits.

Kata kunci: etika komunikasi, Syukur Kholil

PENDAHULUAN

Komunikasi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, dalam setiap aspek kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, tentunya kita akan melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain, secara sengaja maupun tidak disengaja (karena setiap makhluk hidup pasti melakukan komunikasi). Seringkali pula terjadi konflik akibat komunikasi. Komunikasi juga rawan terjadi kesalahpahaman jika tidak tersampaikannya pesan yang dimaksudkan.

Komunikasi menjadi titik acuan bagi setiap insan untuk berinteraksi dengan insan yang lain. Oleh karena itu kita manusia diharuskan memiliki etika dalam berkomunikasi untuk memperkecil ruang konflik dan kesalahpahaman.

(3)

seharusnya dipelajari oleh semua umat islam agar meminimalisir konflik maupun kesalahpahaman. Dalam pandangan islam, komunikasi tidak bisa lepas dalam kehidupan manusia, karena setiap aspek kehidupan selalu melakukan komunikasi, seperti contoh: salat yaitu selain bentuk bersyukur juga termasuk bentuk berkomunikasi dengan tuhan. Ketika Al-Quran pertama kali diturunkan pun nabi Muhammad SAW berkomunikasi dengan malaikat Jibril untuk menerima wahyu pertama kali. Dari contoh tersebut kita seharusnya sudah sadar bagaimana pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, contoh di atas mendorong penulis untuk memaparkan bagaimana etika dan adab berkomunikasi yang baik dan benar dalam perspektif islam.

Biografi Prof. Dr. Syukur Kholil, MA

Prof. Dr. Syukur Kholil, MA adalah adalah guru besar dalam bidang ilmu dakwah dan komunikasi di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan. Beliau lahir di Tanjung Botung, 09 Februari 1964. Beliau mendapatkan gelar sarjana jurusan Dakwah dari Fakultas Ushuluddin IAIN Sumatera Utara (1987), selanjutnya memperoleh gelar Master of Arts dari Departement of Communication, Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) tahun 1997 dan memperoleh gelar Doctor of Philoshophy dari Departement Communication, Faculty of Social Sciences and Humanities, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) tahun 2002.

Beliau aktif dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi, banyak buku dan artikel telah diterbitkan. Karya-karya beliau di antaranya berupa buku-buku dengan judul Komunikasi Islam (2007), Komunikasi dalam Perspektif Islam (2004), Peta Dakwah Sumatera Utara (2010), dan Isu-isu Komunikasi Kontemporer (2015). Selain buku- buku tersebut, sampai saat ini beliau juga aktif melakukan penelitian dan menerbitkan artikel ilmiah.

Definisi Komunikasi

Komunikasi yaitu suatu proses interaksi ketika seseorang, organisasi, ataupun kelompok maupun masyarakat mencari ataupun bertukar komunikasi. komunikasi diambil dari bahasa inggris communication. dalam bahasa arab tawashul dan ittishal adalah dua istilah yang sering digunakan.

Secara terminologi, para pakar komunikasi mengemukakan berbagai pengartian, definisi dan pendapat, dalam bukunya Danil

(4)

Vardiasnyah mengungkapkan beberapa pengertian komunikasi secara istilah menurut para tokoh ahli62:

1. Jenis & Kelly menyebutkan “Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya (khalayak).”

2. Berelson & Stainer “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.

Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar- gambar, angka-angka, dan lain-lain.”

3. Gode “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki dua orang atau lebih.”

46. Brandlun “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan- kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.”

47. Resuch “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.”

48. Weaver “Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.”

Dari beberapa pengertian komunikasi menurut para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi terdapat 2 jenis yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata secara lisan maupun tulisan disebut dengan komunikasi verbal. Sedangkan komunikasi yang menggunakan gesture tubuh, mimik wajah/ekspresi wajah, dan simbol dapat disebut dengan komunikasi non verbal.

Dr. Harjani Hefni, Lc., MA menyebutkan bahwa terdapat pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal dalam Al-Quran meliputi istilah Lafadz, Qaul, dan Kalimat. Pesan nonverbal berupa ekspresi wajah, gerakan tubuh, isyarat mata. bahkan bisa dikatakan bahwa seluruh tubuh dari atas kepala sampai kaki. Pesan yang dimaksud disini adalah seperangkat simbol yang mewakili nilai, perasaan, serta gagasan yang bermakna dan disampaikan oleh komunikator. dan penyampaian ini disebutkan dalam bukunya yaitu Komunikasi Islam.

Dalam Islam, komunikasi dianggap sebagai fitrah manusia. Allah pun telah melebihkan manusia dari makhluk lainnya dalam berkomunikasi, dalam Al-Quran hal itu dijelaskan dengan kata

“Albayan” (pandai berbicara) Surah Ar-Rahman ayat 1-4. Asy-Syaukani dalam tafsir Fath Al-Qodir mengartikan albayan sebagai kemampuan berkomunikasi, dengan komunikasi manusia menjadi mahluk yang

(5)

dinamis dan terus berkembang berdasarkan kemampuan dan kebutuhannya dalam berkomunikasi.63

Ruang Lingkup Komunikasi

Kata komunikasi bagi para ahli memiliki pengertian yang beragam sesuai dengan konteks komunikasi. Catatan 1976 yang ditulis berdasarkan opini Dance dan Larson berpendapat bahwa setidaknya kurang lebih terdapat 126 definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para pakar, tokoh berdasarkan keunikan dan keberagaman yang dimiliki oleh perspektif mereka.

Ahli psikologi melihat komunikasi sebagai proses stimulus untuk menimbulkan respon tertentu. Ahli sosiologi melihat komunikasi sebagai proses interaksi. Ahli politik melihat komunikasi sebagai perebutan serta pengaruh kekuasaan, dan lain sebagainya. Ilmu komunikasi begitu luas untuk dikaji serta dinamis dan fleksibel untuk dipelajari hal itu yang dapat menjadi kesimpulan dari keragaman definisi yang telah disimpulkan oleh para tokoh maupun pakar ahli.64

Secara terminologis (menurut para tokoh), komunikasi bisa dipahami sebagaimana opini Ruben pada bukunya communication and human behavior, yg dikutip sang Susanto mengungkapkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses bagaimana kita mampu tahu &

dipahami orang lain, & komunikasi adalah sebuah proses yg bergerak maju & secara kontinu berubah sinkron menggunakan situasi yg berlaku.65

Definisi di atas tentu belum bisa mewakili beragamnya pemahaman tentang komunikasi, oleh karena itu Mulyana menjabarkan sebagaimana opini yang dipaparkan oleh John R. Wenburg dan William W. Wimot, dan Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken mengatakan, bahwa untuk dapat memahami serta mempelajari komunikasi secara sempurna setidaknya ada 3 (tiga) kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yaitu: Komunikasi sebagai tindakan/perilaku satu arah, dalam interaksi perlu adanya komunikasi sebagai tindakan interaksi, dan transaksi adalah bagian dari sebuah komunikasi.66

Berkomunikasi bagi manusia adalah upaya untuk membangun pemahaman yang sama tentang sesuatu. Selain itu untuk menunjukkan

63 Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Budaya dan Agama, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 67

64 Cangara, Komunikasi Politik; Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 18.

65 Susanto, Komunikasi Politik dan Otonomi Daerah, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), h. 2.

66 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2007), h. 67.

(6)

bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan sebuah feedback yaitu agar orang lain dapat ikut berpartisipasi, interaksi ataupun bertindak sesuai dengan harapan, tujuan atau isi pesan yang disampaikan. Prof. Wilbur Schramm mengungkapkan: “When we communication, we are trying to establish a commoness with someone.

That is we are trying to share informasion, an idea or on attitude, communication always requires at least three elements: the source, the message and destination.” Maksudnya “Saat kita berkomunikasi, kita mencoba membangun kesamaan dengan seseorang. Yakni kita berusaha berbagi informasi, gagasan atau sikap, komunikasi selalu membutuhkan setidaknya tiga unsur: sumber, pesan dan tujuan.” 67

Secara lebih spesifik dapat dijelaskan faktor-faktor yang mendasari maupun yang mendorong manusia berkomunikasi, yaitu antara lain: Pertama, manusia berkomunikasi untuk membangun konsep dirinya, aktualisasi diri, untuk tetap menjaga kelangsungan hidupnya, terhindar dari tekanan dan ancaman dan ketegangan dalam dirinya, serta keinginan memupuk hubungan baik dengan orang lain.

Kedua, manusia berkomunikasi sebagai instrumen pengungkapan perasaan-perasaan (emosi) dalam dirinya, seperti ungkapan rasa sayang, peduli, simpati, rindu, gembira, sedih, marah takut dan sebagainya. Ketiga, manusia berkomunikasi sebagai upaya mempertahankan dan menegaskan komitmen-komitmennya terhadap suku, ideologi, tradisi keluarga, dan agama mereka. Keempat, komunikasi dilakukan manusia sebagai upaya mendorong, mendidik, menrubah sebuah sikap dan keyakinan, merubah perilaku, tindakan maupun interaksi kepada orang lain, dan juga dilakukan untuk menghibur, sehingga komunikasi dilakukan sebagai sebuah elemen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.68

ETIKA KOMUNIKASI ISLAM

Secara etimologi (bahasa) “etika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ethos. Bentuk tunggal ethos diartikan sebagai tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir.

Sementara dalam bentuk jamak ta etha berati adat kebiasaan.69 Etika dalam bahasa inggris disebut ethic (singular) yang berarti a system of moral principles or rules of behaviour (suatu sistem, prinsip moral, atau aturan berperilaku).70

67 Schramm, The Process and Effect Of Mass Communication, (Urbajuna:

University Of Lilinois Pres 1995), h. 3.

68 Mulyana, Ilmu Komunikasi, h. 5-8.

69 Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2010),

(7)

Menurut agama islam, setiap aspek kehidupan memiliki aturan atau tata cara, mulai dari bangun tidur, makan, mandi, hingga tidur kembali, begitu pula dengan komunikasi. Mungkin komunikasi terlihat simple dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Namun sebagai umat islam tentunya akan lebih baik jika kita mempelajari dan menerapkan etika atau adab dalam melakukan komunikasi. Hal ini seharusnya bisa kita terapkan di segala aktivitas dalam kehidupan kita.

Kata etika dalam kehidupan sehari-hari berkaitan erat dengan kata moral, yang keduanya menunjukkan suatu nilai hidup yang dianut suatu masyarakat. Moral dalam bahasa latin yaitu mos (moral), bentuk jamaknya mores yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari perbuatan yang buruk. Meskipun nampak sama antara etika dan moral, namun perbedaannya terletak pada bentuknya. Moralitas maupun moral untuk penilaian suatu tindakan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: Susila (bahasa sangsekerta) menunjukan kepada prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su), dan dasar-dasar. Etika juga disebut akhlak (bahasa Arab).71

Al-Quran sebagai pedoman hidup yang kaya akan ilmu pengetahuan telah menawarkan serta mengajarkan manusia segala nilai hidup, bentuk, maupun pola hidup bagi umat manusia, jika ia ingin selamat. maka al-Qur’an juga merupakan sumber etika terhadap segala prilaku dan aturan hidup. Maka dapat kita pastikan bahwa Al-Quran sesungguhnya telah memberikan penjelaskan dan penjabaran kepada manusia tentang bagaimana dan pola etika dalam berkomunikasi. Prof.

Dr. Syukur Kholil, MA menurut bukunya Antologi Kajian Islam dengan judul Komunikasi dalam Perspektif Islam telah menjabarkan etika dalam berkomunikasi, diantaranya sebagai berikut72:

1. Salam sebelum memulai pembicaraan

Komunikator dan komunikan pada awal pertemuan dianjurkan untuk memulai pembicaraan dengan menggunakan salam,

Assalamualaikum”. Hal ini sesuai dengan hadis Rasullulah yang artinya:

Dari Abdullah bin Amr bahwasanya ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw., “Amal perbuatan apakah di dalam islam yang baik?”

Beliau menjawab: “Memberi makan (orang lapar) dan mengucapkan salam kepada orang yang telah engkau kenal dan orang yang belum engkau kenal.” (HR. Bukhari No. 6236).

2. Lemah Lembutlah dalam berbicara

71 Mukhtar Latif, Filsafat Ilmu (Jakarta: Kencana, 2014), h. 276.

72 Syukur Kholil, “Komunikasi dalam Perspektif Islam” dalam Hasan Asari &

Amroeni Drajat (ed), Antologi Kajian Islam, Cet. I, (Bandung: CitaPustaka Media, 2004). h. 253 -359.

(8)

Saat berkomunikasi gunakanlah nada yang lemah lembut, tidak kasar. Walau terhadap musuh atau orang yang buruk, kita pun juga harus menggunakan nada yang lemah lembut atau tidak kasar. Agar orang lain dapat menerima dengan baik apa yang kita sampaikan, karena kata-kata yang lembut dapat melunakkan hati yang keras. Selain itu juga agar perkataan kita tidak menyulut kemarahan atau kebencian orang lain, memberikan ruang kesempatan untuk berpikir, sehingga tidak langsung ditolak oleh orang tersebut. Hal ini antara lain ditegaskan dalam QS. Thaha ayat 34 - 44 yang artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”

3. Bertutur kata dengan baik dan sopan

Hal ini didasarkan kepada Firman Allah QS. Al-Isra ayat 53: “Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

4. Ramah terhadap komunikan

Komunikan akan senang jika komunikator dalam berinteraksi menampilkan raut wajah yang cerah seperti tersenyum dan tatapan mata yang mengandung empati, terlebih lagi jika menyebut hal-hal baik tentang dirinya. Hal ini dapat mendorong interaksi yang positif antara komunikan dan komunikator.

5. Menyesuaikan pembicaraan dan bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain

Dalam hal ini komunikator perlu menyesuaikan bahasa dan apa yang ingin dikomunikasikan kepada komunikan. Hal ini digunakan untuk mengimbangi lawan bicara, dan tersampaikannya pesan yang ingin disampaikan.

6. Bersikap Jujur

Dalam islam kita dianjurkan untuk berkata jujur. Jujur pun dapat dikatakan sebagai sebuah amanah. Menyampaikan pesan dengan benar dan sesuai dengan fakta, tidak memutar balikan informasi merupakan kejujuran dalam berkomunikasi. Hal ini merupakan etika utama yang harus selalu diperhatikan oleh muslim. Ketika kita berinteraksi sehari- hari tentu tidak luput dari canda dan tawa sebagai bagian dari “bunga- bunga komunikasi”. Biasanya orang-orang suka melebih-lebihkan candanya untuk mengundang gelak tawa orang yang diajak bercanda.

Terkadang dibuat sedemikian rupa, dengan berbagai cara yang terkadang juga harus berbohong dan mengada-ngada cerita. Hal seperti itu, dengan tegas dinyatakan bahwa Islam tidak membolehkan hal yang

(9)

demikian dan termasuk kepada perbuatan yang dilarang.73 Dalam Al- Quran telah disebutkan bahwa pada hari kiamat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, muka mereka menjadi hitam dan mereka sebagai penghuni neraka (QS. Az-Zumar, ayat 60).

Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi saw., bersabda “Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR.

Bukhari-Muslim).74 7. Pesan Akurat

Sebelum kita menyampaikan informasi kepada orang lain, hendaknya informasi tersebut diperiksa lagi kebenarannya.

Penyampaian informasi yang tidak jelas dapat menimbulkan hoax, dan dapat memicu terjadinya fitnah. Oleh karenanya dalam menyampaikan pesan komunikator harus berhati-hati.

49. Kritik Membangun

Kritik membangun dalam komunikasi sangat diperlukan bagi lawan bicara, hal ini dapat menjadi acuan untuk memperbaiki diri pada masa depan dan terhindarnya dari kesalahan berulang. Selain itu, kita juga sebaiknya jangan memberi nasihat ketika tidak diminta, namun jika seseorang melakukan kesalahan maka ingatkanlah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-‘Asr, ayat 1-3 Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”

PENUTUP

Komunikasi adalah hal yang selalu dilakukan oleh makhluk hidup terutama manusia, baik itu membagikan informasi maupun menerima informasi. Agama islam terdapat berbagai aturan dan tata cara dalam menjalankan sehidupan sehari-hari, di antaranya etika dalam berkomunikasi antar sesame manusia. Aturan ini wajib diketahui maupun diterapkan dalam keseharian, dan itu mengharuskan kita mempelajari komunikasi, karena komunikasi sangat penting bagi kehidupan sehari-hari tanpanya manusia sebagai makhluk sosial tidak

73 Syafe’i, Al Hadis: Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 77.

74 Abdurrahman, Dasar-Dasar Public Relation, Bandung: Alumni, 1999, h. 80

(10)

245 bisa hidup, sudah merupakan sebuah fitrah bagi manusia untuk melakukan komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 1999. Dasar Dasar Public Relation. Bandung: Alumni Ayi Sofyan. 2012. Etika Politik Islam. Bandung: Pustaka Setia

Cangara. 2009. Komunikasi Politik: KonsepTeori dan Strategi. Jakarta:

Raja Grafindo Persada

Dani Vardiansyah. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.

Jakarta: PT Indeks

Deddy Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:

Rosdakarya

Dr. Harjani Hefni, Lc., M.A. 2015. Komunikasi Islam. Jakarta: Kencana Mulyana. Ilmu Komunikasi

Muhammad Mufid. 2010. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta:

Kencana

Mukhtar Latif. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana

Saefullah. 2007. Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Budaya dan Agama. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Schramm. 1995. The Process and Effect Of Mass Communication, Urbajuna: University of Lilinois Press

Susanto. 2009. Komunikasi Politik dan Otonomi Daerah. Jakarta: Mitra Wacana Media

Syafe’i. 2000. Al Hadis: Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum. Bandung:

Pustaka Setia

Syukur Kholil. 2004. “Komunikasi dalam Perspektif Islam” dalam Hasan Asari & Amroeni Drajat (ed), Antologi Kajian Islam. Bandung:

CitaPustaka Media

Referensi

Dokumen terkait