• Tidak ada hasil yang ditemukan

evAluASI BIMBINgAN KoNSelINg DI SeKolAh DeNgAN PeNDeKATAN goAl FRee evAluATIoN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "evAluASI BIMBINgAN KoNSelINg DI SeKolAh DeNgAN PeNDeKATAN goAl FRee evAluATIoN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

evAluASI BIMBINgAN KoNSelINg DI SeKolAh DeNgAN PeNDeKATAN goAl FRee evAluATIoN

Sri Narti

Guru SMAN 1 Kota Magelang

Abstract

Evaluation can be formal or informal. Formal evaluation sought to determine whether a series of guidance activities carried out according to plan programs that have been done in order to achieve certain concrete goals, indeed achieve the expected effects. The core part of formal evaluation lies in the determination and implementation of appropriate procedures, namely whether a sequence of activities that have been implemented guidance clearly produce significant changes in student behavior,

according to various criteria that is consistent with guidance service goals.

Informal evaluation is a process of assessment of the effectiveness of counseling services without holding on to a scientific design and without using methods and tools specified in the design. Informal evaluation is usually done while walking and is a mental activity a person who is performing a task. For example if school counselors provide career guidance to groups of students in grade school, he opened ears and eyes to get an indication about the efficiency and effectiveness of all activities

undertaken jointly with the guidance of the students in the class.

Evaluation guidance counseling with a goal free evaluation approach is not completely free from the goal, but only out of special purposes. This model considers only the general objectives to be achieved. Keep in mind how outsiders judge the program not only to know what the quality, but also knowing what should be done, what was done in all parts, on all that

has been produced, intentionally or unintentionally. The latter is the task of goal-free evaluators who do not know the purpose of the program.

Keywords: Evaluation and Goal free Evaluation.

A. PeNDAhuluAN

Pada Peraturan Pemerntah Nomor 28/1990 tentang Penddkan Dasar Pasal 25 ayat 1 yatu menyebutkan bahwa bmbngan merupakan bantuan yang dberkan kepada peserta ddk dalam rangka upaya menemukan prbad, mengenal lngkungan, dan merencanakan masa depan. Karena bmbngan merupakan bantuan, maka seharusnyalah bahwa yang dbantu merasa senang. Juga hal n membawa kepada asas kesukarelaan dalam bmbngan. Karena bmbngan mengupayakan penemuan prbad sswa, maka hal n membawa kepada asas kerahasaan.

Pada SK Menpan No. 84/1993 tentang Jabatan Fungsonal Guru dan Angka Kredtnya Pasal 3 ayat 2 tertuang tugas pokok guru Pembmbng adalah: (1) Menyusun program bmbngan, (2) Melaksanakan program bmbngan, (3) Evaluas Pelaksanaan bmbngan, (4) Analss hasl pelaksanaan bmbngan, (5) Tndak lanjut dalam program bmbngan.

Pada SKB Mendkbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsonal Guru dan Angka Kredtnya, Pasal 1 butr 4: Guru Pembmbng

adalah guru yang mempunya tugas, tanggung jawab dalam kegatan bmbngan dan konselng, serta memlk wewenang dan hak terhadap sejumlah peserta ddk. Butr 10: Penyusunan program bmbngan dan konselng adalah: Membuat rencana pelayanan bmbngan dan konselng dalam bdang : (1). Bmbngan prbad, (2). Bmbngan sosal, (3). Bmbngan belajar, (4). dan bmbngan karer.

Butr 11: Pelaksanaan bmbngan dan konselng adalah melaksanakan fungs pelayanan yang melput pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemelharaan dan pengembangan. Praytno (1999) menambahkan satu fungs yatu advokas. Butr 12:

Evaluas pelaksanaan bmbngan dan konselng adalah kegatan menla layanan bmbngan dan konselng dalam bdang bmbngan prbad, bmbngan sosal, bmbngan belajar, dan bmbngan karer. Butr 13: analsa evaluas pelaksanaan bmbngan dan konselng adalah menelaah hasl evaluas pelaksanaan bmbngan dan konselng yang mencakup layanan orentas, nformas, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konselng perorangan, bmbngan kelompok, konselng kelompok, serta

(2)

kegatan pendukungnya. Pasal 5 antara lan: jumlah peserta ddk yang harus dbmbng oleh seorang Guru Pembmbng adalah 150 orang.

Dar SK Mendkbud No. 025/O/1995 tentang Petunjuk Tekns Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsonal Guru dan Angka Kredtnya ada beberapa pengertan berkut n: bmbngan dan konselng adalah pelayanan bantuan untuk peserta ddk, bak secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandr dan berkembang secara optmal, dalam bdang bmbngan prbad, bmbngan sosal, bmbngan belajar, dan bmbngan karer, melalu berbaga jens layanan dan kegatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pelaksanaan kegatan bmbngan dan konselng dapat dselenggarakan: d dalam jam pelajaran, d luar jam pelajaran (sebanyak- banyaknya 50% dar keseluruhan kegatan, atas persetujuan Kepala Sekolah). Karena beban tugas seorang Guru Pembmbng = 150 orang sswa setara dengan 24 jam pelajaran, maka da wajb melaksanakan kegatan layanan atau kegatan pendukung sebanyak 12 kal dalam satu mnggu. Dua belas kal kegatan per mnggu tersebut dapat berupa kegatan tatap muka dengan sswa (layanan: orentas/nformas/

penempatan-penyaluran/ pembelajaran/konselng perorangan/bmbngan kelompok/konselng kelompok) maupun non tatap muka (kegatan pendukung: aplkas nstrumentas/hmpunan data/

konferens kasus/ kunjungan rumah).

Ada beberapa konsep tentang evaluas dan bagamana melakukannya, kta namakan sebaga pendekatan evaluas. Istlah pendekatan evaluas n dartkan sebaga apa tugas evaluas dan bagamana dlakukan, dengan kata lan tujuan dan prosedur evaluas. Semua pendekatan tdak sama. Masng- masng dalam usahanya berbeda penekanan pada aspek tertentu dalam tahap pengumpulan data, analss, dan laporannya.

Sebaga suatu sstem, program layanan bmbngan dan konselng tentunya melput beberapa hal d antaranya yatu perencanaan, pelaksanaan, serta evaluas. Dalam hal n ketga hal tersebut senantasa salng berkatan dan berkesnambungan.

Sebagamana yang kta ketahu bahwa suatu hasl senantasa dpengaruh oleh perencanaan, begtupun pelaksanaan juga memlk peran yang sangat domnan.

Selan tu, kedua hal tersebut akan terlhat manakala proses evaluas berjalan dengan bak. Dengan demkan, evaluas dar pelaksanaan program layanan bmbngan n hendaknya dpersapkan dengan seksama dan dlaksanakan dengan pendekatan yang tepat sehngga bsa mengukur pencapaan tujuan yang sebenarnya bukan tujuan sementara.

Uraan tersebut menunjukkan bahwa begtu pentngnya peranan evaluas pada pelaksanaan layanan bmbngan dan konselng. Salah satu pendekatan dalam penlaan bmbngan dan konselng d sekolah dsebut dengan pendekatan goal free evaluation. Apa yang dmaksud dengan “Goal Free Evaluation Model”?, mengapa memaka “Model”

tersebut?, dan bagamana pelaksanaannya?

1. Pengertian evaluasi

Menurut Arkunto (2004: 1), kata evaluas berasal dar bahasa Inggrs evaluation. Kata tersebut dserap ke dalam perbendaharaan stlah bahasa Indonesa dengan tujuan mempertahankan kata aslnya dengan sedkt penyesuaan lafal Indonesa menjad “evaluas”.

Menurut Shertzer (1981: 457, 458), proses evaluas terdr dar langkah-langkah yang berurutan dan salng tergantung dengan penlaan yang dcapa. Namun, langkah-langkah dan kegatan, terkat dengan karakterstk program efektf. Evaluas terdr dar penlaan sstemats apakah tujuan program telah dcapa secara efektf sesua dengan tujuan dalam katannya dengan standar. Apabla dalam evaluas dtemukan adanya kesenjangan antara keadaan yang dcapa secara nyata dengan tujuan program yang telah dtetapkan, kesenjangan tersebut perlu atau harus delemnr atau dpersempt. Dengan demkan dapat dkatakan bahwa mengevaluas adalah membandngkan dua hal, yatu antara keadaan nyata dengan konds yang dharapkan.

Untuk mengevaluas suatu program, perlu dpaham terlebh dahulu hakekat sebuah program. Program merupakan sebuah sstem, d mana setap sstem terdr dar beberapa komponen yang terkat untuk mencapa tujuan. Setiap program dapat diidentifikasi sub komponen dan ndkatornya. Untuk mencapa tujuan tersebut komponen program perlu diidentifikasi, dengan tujuan: (1) mengetahui konds komponen tersebut secara lebh rnc, (2) memecahkan masalah secara lebh tepat, agar dalam mencapa tujuan dapat dlakukan pembagan tugas, (3) melengkap pendukung untuk mencapa tujuan.

Agar dalam mengadakan evaluas dapat berjalan sesua dengan yang dharapkan, maka perlu dpaham terlebh dahulu bentuk atau jens kegatan program. Menurut Arkunto (2004: 32), sesua bentuk kegatannya, program dapat dbedakan menjad tga yatu: a). Program

(3)

Pemrosesan, yatu program yang kegatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjad bahan jad sebaga hasl proses atau keluaran (output), b). Program Layanan, yatu sebuah kegatan yang bertujuan memenuh kebutuhan phak tertentu, sehngga merasa puas sesua dengan tujuan program, c). Program Umum, yatu program yang berkatan dengan sasaran yang lebh umum, dtujukan kepada masyarakat luas.

2. Pengertian goal Free evaluation Model Goal Free Evaluation Model, merupakan evaluas yang berlawanan dengan Goal Oriented Evaluation Model yang dkembangkan oleh Tyler. Pada Goal Oriented Model, evaluator terus menerus memantau tujuan, yatu sejak awal proses terus melhat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dcapa, sedangkan dalam model Goal Free Evaluation (evaluas bebas dar tujuan) justru menoleh dar tujuan. Menurut Mchael Scrven dalam Arkunto (2004: 25), dalam melaksanakan evaluas program, evaluator tdak perlu memperhatkan apa yang menjad tujuan program. Yang perlu dperhatkan dalam model evaluas program tersebut adalah bagamana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penamplan-penamplan yang terjad, bak hal- hal yang postf (yatu hal yang dharapkan) maupun hal-hal yang negatf (yatu hal-hal yang sebenarnya tdak dharapkan).

Alasan mengapa tujuan program tdak perlu dperhatkan, karena ada kemungknan evaluator terlalu rnc mengamat tujuan khusus. Jka masng-masng tujuan khusus tercapa artnya terpenuh dalam penamplan, tetap evaluator lupa dan tdak memperhatkan sejauh mana penamplan-penamplan tersebut mendukung penamplan akhr yang dharapkan oleh tujuan umum maka akbatnya jumlah penamplan khusus n tdak banyak manfaatnya.

Dar uraan tersebut jelaslah bahwa apa yang dmaksud dengan “evaluas bebas/lepas tujuan”, dalam model n bukannya lepas sama sekal dar tujuan tetap hanya lepas dar tujuan-tujuan khusus. Model n hanya mempertmbangkan tujuan umum yang akan dcapa oleh program, bukan secara rnc per komponen.

3. Mengapa harus goal Free evaluation Model.

Karena penyusunan program bmbngan dan konselng ddasarkan kebutuhan nyata sswa

lengkap dan menyeluruh (memuat segenap fungs BK), sstemats (dsusun menurut urutan logs, sngkron, dan tdak tumpang tndh).

terbuka dan luwes (mudah menerma masukan tanpa harus merombah program secara menyeluruh) memungknkan kerjasama dengan phak terkat dan dmungknkan penlaan serta tndak lanjutnya. Maka dalam mengadakan evaluas tdak sekedar ada program atau tdak melankan harus dlhat lebh jauh (apakah program yang dbuat sudah memenuh tugas- tugas perkembangan sswa, apakah melput seluruh jens layanan dan seluruh kegatan pendukung, apakah mengandung seluruh fungs bmbngan, apakah dtujukan kepada seluruh sswa asuh) dan juga harus dlhat bagamana proses penyelenggaraannya. Dengan demkan bsa mengukur sejauh mana keberhaslan program bmbngan konselng yang sebenarnya, bukan sekedar penlaan yang formaltas, sehngga dharapkan hasl program betul-betul sesua dengan program yang drencanakan.

Scrven percaya bahwa fungs evaluas bebas tujuan alah mengurang bas dan menambah objektvtas, sedangkan dalam evaluas yang berorentas pada tujuan, seorang evaluator dber tahu tujuannya dan karenanya membatas dalam persepsnya. Msalnya, seorang evaluator dbertahu bahwa tujuan program bmbngan konselng d sekolah alah: (1) memberkan 9 jens layanan kepada sswa asuh, (2) memandrkan sswa, (3) mengembangkan potens sswa. Yang perlu dperhatkan dalam program tersebut adalah bagamana kerjanya (knerja).

Dalam Goal Free Evaluation, Scrven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluas program evaluator tdak perlu memperhatkan apa yang menjad tujuan suatu program, dengan jalan mengidentifikasi penamplan-penamplan yang terjad (pengaruh) bak hal-hal yang postf (yatu hal yang dharapkan) maupun hal-hal yang negatf (yang tdak dharapkan). Scrven menekankan bahwa evaluas tu adalah nterpretas judgement ataupun explanation dan evaluator adalah pengambl keputusan dan sekalgus penyeda nformas.

Evaluator mungkn menghabskan waktu mendesan dan mengukur untuk melhat hal- hal tersebut, sepert berapa jumlah jens layanan yang telah dlaksanakan, berapa jumlah sswa yang sudah mandr, berapa sswa yang sudah berkembang potensnya dan sebaganya. In memang tujuan yang berguna, dan program

(4)

berhasl, serta sukses dalam mencapa tujuan tersebut. Tap bagamana dengan kenyataan bahwa sswa mash merasa belum mendapat pelayanan bmbngan konselng sesua dengan kebutuhannya, mash banyak sswa belum sukses dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dan sebaganya. Dampak negatf nlah yang menjad pemkran evaluas bebas tujuan tu. Dampak negatf yang tak pernah termasuk dalam evaluas yang berorentas pada tujuan atau goal based evaluation.

4. ciri-ciri evaluasi bebas tujuan:

a. Evaluator sengaja memenghndar untuk mengetahu tujuan program

b. Tujuan yang telah drumuskan terlebh dahulu tdak dbenarkan meyemptkan fokus evaluas.

c. Evaluas bebas tujuan berfokus pada hasl sebenarnya bukan pada hasl yang drencanakan.

d. Hubungan evaluator dan yang devaluas dbuat semnmal mungkn.

e. Evaluas menambah kemungknan dtemu-- kannya dampak yang tak dramalkannya Evaluator nternal basanya melakukan evaluas dan berorentas pada tujuan, karena a sult menghndar atau mau tdak mau da akan mengetahu tujuan program, akan tdak pantas apabla a tdak pedul. Manager program jelas akan mengetahu seberapa jauh tujuan program telah dcapa dan evaluator nternal akan dan harus menyedakan nformas untuk manager. D sampng tu, perlu dketahu bagamana orang luar menla program bukan hanya untuk mengetahu apa mutunya, tap juga mengetahu apa yang seharusnya dlakukan, apa yang dlakukan d semua bagan, pada semua yang telah dhaslkan, secara sengaja atau tdak sengaja. Yang belakangan n merupakan tugas evaluator bebas tujuan yang tdak mengetahu tujuan program.

Bla memlh model evaluas atau apapun stlahnya yang harus dpertmbangkan adalah apakah pendekatan atau konsep yang dmaksud adalah sama yatu strateg yang akan dpaka sebaga kerangka kerja dalam melakukan evaluas. Apa yang akan dplh akan tergantung pada maksud dan tujuan evaluas. Untuk n harus memlh teor atau fungs dar model atau pendekatan, harus dkuasa seluk beluk model yang menjad plhan.

5. Bagaimana Pelaksanaan “goal Free evaluation Model”?

Melaksanakan evaluas terhadap program bmbngan dan konselng yatu dengan menyeldk apakah rangkaan program kegatan bmbngan dan konselng membawa efek-efek yang dharapkan. Untuk melakukan evaluas secara obyektf dlakukan dengan mengumpulkan data yang dapat dandalkan dan menerapkan krtera yang dapat dpertanggungjawabkan. Dengan demkan dapat dbuktkan manfaat dan kegunaanya, sehingga semua fihak yang menginvestasikan tenaga dan dana dapat dyaknkan bahwa nvestas tu tdak percuma. Seandanya terbukt bahwa efek-efek yang dharapkan dalam kenyataan tdak ada, maka program bmbngan yang ada dnla tdak bermanfaat dan tdak berguna, sehngga bsa dtark kesmpulan bahwa program yang ada harus dubah, dan dalam mengadakan perubahan harus dtetapkan arah dan bentuknya berdasarkan data yang jelas, bukan atas pandangan prbad satu-satunya warga staf pembmbng atau kesukaan mereka.

Evaluas dapat bersfat formal maupun nformal. Evaluas formal berusaha menentukan apakah rangkaan kegatan bmbngan yang dlakukan sesua rencana program yang telah dlakukan dalam rangka mencapa tujuan konkrt tertentu, memang mencapa efek- efek yang dharapkan. Bagan nt dar evaluas formal terletak pada penentuan dan pelaksanaan prosedur yang sesua, yatu apakah rangkaan aktifitas bimbingan yang telah dilaksanakan jelas- jelas menghaslkan perubahan bermakna dalam perlaku sswa, menurut krtera yang selaras dengan aneka tujuan pelayanan bmbngan.

Evaluas nformal adalah suatu proses penilaian terhadap efektifitas pelayanan bmbngan tanpa berpegang pada suatu desan lmah dan tanpa menggunakan metode serta alat yang dtetapkan dalam desan. Evaluas nformal basanya dlakukan sambl berjalan dan merupakan kegatan mental seseorang yang sedang menunakan suatu tugas. Msalnya bla konselor sekolah memberkan bmbngan karr d kelas kepada kelompok sswa SMA, da membuka telnga dan mata untuk mendapatkan indikasi tentang efisiensi dan efektifitas dari seluruh aktifitas bimbingan yang dilakukan bersama dengan para sswa d kelas tu. Evaluas nformal untuk sebagan besar berlangsung secara spontan, dengan melbatkan pkran dan

(5)

perasaan seseorang, dan tdak selalu seluruhnya dsadar. Seorang professonal yang melbatkan drnya dalam tugas yang dtunakannya, akan cenderung mencar berbaga ndkas yang memberkan umpan balk (feed back) kepadanya tentang suatu efek atau hasl dar tndakanya dan pula tentang perseps banyak orang terhadapnya. Namun, evaluas nformal n dapat dpengaruh oleh prasangka serta keyaknan kurang rasonal pada orang professonal tu sendr, sehngga beberapa ndkas yang dtemukannya mudah dartkan lan darpada yang sebenarnya dndkaskan kepadanya.

Oleh karena tu, evaluas nformal n mudah menghaslkan pandangan prbad yang tdak lebh dar pada sekedar kesan, yang mungkn tdak tahan uj seandanya dbandngkan dengan hasl evaluas formal. Meskpun demkan, evaluas nformal dapat menghaslkan gamgaran yang berarti tentang efektifitas dari sejumlah kegatan bmbngan, lebh-lebh blamana rekan seprofesi yang terlibat dalam kegiatan/aktifitas bmbngan yang sama, sampa pada kesmpulan yang senada.

Dalam kenyataan, evaluas formal kerap mendasar beberapa keputusan yang dambl mengena perubahan dalam pengerahan tenaga dan bentuk kegatan bmbngan. Akan tetap, keputusan tu tentulah tdak bsa dpandang sebaga keputusan yang sama-sama kuat dasarnya dengan keputusan yang dambl berdasarkan hasl evaluas formal. Oleh karena tu suatu program bmbngan yang tdak memasukkan rencana dan pelaksanaan evaluas formal, tetap mengandung kelemahan, betapapun tnggnya frekuens evaluas nformal.

Evaluas dlakukan terhadap proses yang utama walaupun tetap melhat produk yang dcapa, yatu dengan menyorot proses bmbngan yang dlakukan secara krts.

Pennjauan evaluas terhadap proses dapat menemukan sejumlah kelemahan tertentu yang menjad faktor penyebab utama haslnya kurang memuaskan. Dengan demkan, evaluas proses dapatlah menemukan sumber kelemahan dalam perencanaan program bmbngan, dalam pelaksanaan rangkaan kegatan bmbngan, dalam pengerahan unsur tenaga bmbngan, dalam persedaan dan penggunaan aneka

sarana materal serta tekns, dalam kerjasama antara sesama tenaga bmbngan, dan dalam pengelolaan admnstras bmbngan.

Dalam rangka evaluas formal terhadap program bmbngan dgunakan metode-metode dan alat-alat tertentu untuk mengumpulkan data yang dperlukan, menyusun dan mengorgansas data, serta menafsrkannya. Pengumpulan dan penyusunan data menyangkut pengukuran, sedangkan penafsran menyangkut kesmpulan kualtatf atau pandangan evaluatf. Ada empat metode yang dapat dterapkan, yang masng- masng menggunakan alat atau nstrumen yang sesua, yatu metode survey dengan menggunakan suatu angket; metode observas dengan menggunakan daftar observas; metode stud kasus dengan menggunakan format yang memuat aspek-aspek yang akan dpelajar tentang seseorang; dan metode ekspermental dengan menggunakan daftar data yang memungknkan perbandngan antara kelompok ekspermental dan kelompok kontrol.

Metode dan alat manakah sebaknya dgunakan tergantung dar jens dan data yang dperlukan, sebagamana dtentukan dalam desan stud evaluatf. Msalnya, bla dperlukan data tentang stuas dan konds konkret sebaga lngkup lngkungan yang d dalamnya program bmbngan harus beroperas, akan dterapkan metode survey; bla dperlukan data tentang laju perkembangan beberapa sswa, akan dterapkan metode stud kasus. Dalam kenyataan metode survey palng serng dterapkan dan metode ekspermental palng jarang dgunakan.

B. SIMPulAN

“Evaluas bebas/lepas tujuan”, dalam model n bukannya lepas sama sekal dar tujuan tetap hanya lepas dar tujuan-tujuan khusus. Model n hanya mempertmbangkan tujuan umum yang akan dcapa. Perlu dketahu bagamana orang luar menla program bukan hanya untuk mengetahu apa mutunya, tap juga mengetahu apa yang seharusnya dlakukan, apa yang dlakukan d semua bagan, pada semua yang telah dhaslkan, secara sengaja atau tdak sengaja. Yang belakangan n merupakan tugas evaluator bebas tujuan yang tdak mengetahu tujuan program.

(6)

DAFTAR PuSTAKA

Arkunto, Suharsm, dan Abdul Jabar, Cep Safruddn. (2004). Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis bagi Praktisi Penddidikan. Jakatta : Bum Aksara.

Shertzer, Bruce & Stone, Shelley, C. 1981, Fundamentals Of Guidance. Dallas: Houghton Mifflin. Co.

Toyb Nops, Farda Yusuf, 2008, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, untuk Program Pendidikan dan Penilitian. Jakarta, Rneka Cpta

Wnkel dan Sr Hastut. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jogjakarta. Meda abad.

*) Penuls adalah Guru Bmbngan Konselng d SMA Neger 1 Magelang sejak tahun 1986

Referensi

Dokumen terkait

Our macroeconomic policy needs to encompass and provide solutions on how best we coordinate to synergize our policies on structural reforms in the real sector to develop new sources of

ISSN 2616-6828 113 © 2022 Journal for Researching Education Practice and Theory Exploring Authentic Leadership Theory in Practice: A Case Study about a School’s Leaders in a