See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/366618363
Evaluasi Program Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Article · December 2022
CITATIONS
0
READS
1,868
1 author:
Bunga Nurfitria University of Indonesia 6PUBLICATIONS 8CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Bunga Nurfitria on 27 December 2022.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Evaluasi Program Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Bunga Nurfitria1
1Program Studi S1 Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang: Perluasan cakupan imunisasi sebagai salah satu program Transformasi SKN dilakukan guna meningkatkan pelayanan kesehatan promotif-preventif. Program imunisasi dasar yang sangat bermanfaat bagi perkembangan bayi di masa depan perlu dijadikan target perluasan cakupan. Evaluasi program imunisasi dasar yang sudah terlaksana di wilayah kerja FKTP dilakukan agar kelebihan dan kekurangan dapat diketahui untuk memaksimalkan penyelenggaraan program di waktu yang akan datang. Metode:
Metode penelitian ini adalah literature review dengan menggunakan database Google Scholar.Hasil: Hasil penelitian terhadap evaluasi program imunisasi dasar di wilayah kerja FKTP tersebut dibagi berdasarkan tahap perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan atau penilaian. Secara umum, pelaksanaan program imunisasi dasar di wilayah kerja FKTP sudah cukup baik walau terdapat hambatan di setiap tahapnya.Kesimpulan: Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk memaksimalkan program imunisasi dasar di wilayah kerja FKTP. Kata Kunci: Evaluasi program, Imunisasi dasar, Fasilitas kesehatan tingkat pertama
PENDAHULUAN
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang tercantum dalam Perpres No. 72 Tahun 2012 merupakan dasar penyelenggaraan kesehatan nasional dengan tujuan yaitu menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia akan terus berupaya dalam memperkuat Sistem Kesehatan Nasional.
Salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah melalui Transformasi SKN. Transformasi SKN berisi enam macam pilar transformasi untuk memperbaharui sistem kesehatan dalam rangka menghadapi tantangan kesehatan. Pilar keempat adalah transformasi biaya kesehatan, di mana salah satu programnya adalah perluasan cakupan imunisasi.
Perluasan cakupan imunisasi dilakukan guna meningkatkan pelayanan kesehatan promotif-preventif. Dengan ini, masyarakat akan terhindar dari penyakit diikuti dengan meningkatnya derajat kesehatan secara keseluruhan. Imunisasi yang wajib dilakukan adalah imunisasi dasar untuk bayi usia 0–11 bulan. Imunisasi ini terdiri atas vaksin Hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HB, dan Campak (Kemenkes RI, 2014). Imunisasi dasar sangat bermanfaat bagi perkembangan bayi di masa depan sehingga perlu dijadikan target perluasan cakupan.
Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi program imunisasi dasar. Dengan mengevaluasi program yang sudah terlaksana, kelebihan dan kekurangan dapat diketahui untuk memaksimalkan penyelenggaraan program di waktu yang akan datang.
METODE
Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah literature review dengan menggunakan database Google Scholar. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal-jurnal adalah "evaluasi program imunisasi dasar puskesmas" dan "evaluasi program imunisasi dasar posyandu" kemudian dispesifikasi dari tahun 2018 sampai 2022. Selanjutnya, terpilih 10 jurnal sebagai berikut :
Tabel 1 Daftar Jurnal
NO PENULIS JURNAL
1. Afrizal et al (2020)
Evaluasi Pelaksanaan Program Imunisasi Dasar di Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2017
2. Dewi dan Widyaningsi (2021)
Studi Deskriptif Implementasi Program Imunisasi Dasar Bayi dalam Mewujudkan Hak Kesehatan dan Perlindungan Anak (di Puskesmas Kaliwungu Kudus Tahun 2021)
3. Fitirana et al (2022)
Analisis Manajemen Program Imunisasi dalam Capaian Cakupan Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Kuala Bhee Kabupaten Aceh Barat
4. Khomariah et al (2018)
Analisis Pelaksanaan Program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada Bayi di Puskesmas Kota Semarang (Studi Kasus pada Puskesmas Kedungmundu dan Puskesmas Candilama)
5. Lukito (2019) Cakupan Imunisasi Dasar Terhadap Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Desa Binjai Tahun 2018
6. Maharani et al (2020)
Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Imunisasi Dasar Lengkap Untuk Mencapai Desa Universal Child Immunization (UCI) di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Tahun 2019
7. Pratiwi et al (2022)
Upaya dalam Mendukung Capaian Universal Child Immunization (UCI) pada Program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Selama Pandemi COVID-19 di Puskesmas Gemuh 01 Kabupaten Kendal
8. Sukmana dan Permatasari (2021)
Evaluasi Pelaksanaan dan Cakupan Program Imunisasi di Posyandu Lingkungan Rancapetir Ciamis
9. Susilawati (2019)
Implementasi Imunisasi Untuk Mencapai Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Raya Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar
10. Trianto et al (2021)
Analisis Pencapaian Program Imunisasi Dasar Lengkap pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Pesisir Selatan 2021 Sepuluh jurnal ini dipilih sebagai gambaran pelaksanaan program imunisasi dasar di wilayah FKTP di Indonesia untuk mengevaluasi program imunisasi dasar yang telah berjalan di wilayah kerja FKTP di Indonesia dari sisi perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan atau penilaian.
HASIL
Dari berbagai penelitian mengenai implementasi program imunisasi dasar di wilayah FKTP, gambaran kegiatan dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
1. Perencanaan
Penelitian Susilawati di Puskesmas Raya Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar menunjukkan persiapan puskesmas yang sangat baik dalam pelaksanaan program imunisasi dasar. Ketersediaan tenaga kesehatan pelaksanaan imunisasi sudah mencukupi, di mana hanya penanggung jawab program dan kader yang mendapatkan pelatihan. Sisanya tidak mendapatkan pelatihan karena memiliki latar belakang pendidikan kesehatan (Susilawati, 2019). Penelitian lain dari Sukmana dan Permatasari di Posyandu Lingkungan Rancapetir Ciamis menunjukkan sarana dan prasarana pelayanan imunisasi yang memadai. Terlihat dari ruangan imunisasi yang memiliki banyak sirkulasi udara, pintu yang terbuka, serta tersedia tempat bagi masyarakat untuk mencuci tangan. Toiletnya pun dalam kondisi bersih, di mana tersedia akses jalan masuk dan keluar untuk masyarakat berlalu-lalang (Sukmana dan Permatasari, 2021). Penelitian oleh Khomariah et al di Puskesmas Kedungmundu dan Puskesmas Candilama menyatakan bahwa aspek dana bukan menjadi suatu hambatan karena penyelenggaraan imunisasi sudah ditanggung oleh pemerintah sepenuhnya.
Hal ini sesuai dengan Permenkes No. 12 Tahun 2017 mengenai Penyelenggaraan Imunisasi (Khomariah et al, 2018). Penelitian Trianto et al di puskesmas dan posyandu daerah Kabupaten Pesisir Selatan juga menunjukkan kelengkapan sumber daya untuk program imunisasi dasar dari sisi tenaga, anggaran, dan vaksin (Trianto et al, 2021).
2. Pelaksanaan
Penelitian oleh Afrizal et al di Puskesmas Lubuk Buaya menunjukkan bahwa pelayanan imunisasi sudah diberikan rutin sesuai jadwal di puskesmas dan posyandu.
Petugas yang berjaga pun selalu tersedia (Afrizal et al, 2020). Tak hanya itu, penelitian oleh Fitirana et al di Puskesmas Kuala Bhee Kabupaten Aceh Barat menyatakan bahwa terdapat penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi sebelum program berlangsung serta terdapat konseling untuk ibu bayi (Fitirana et al, 2022).
Sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan, vaksin yang diwajibkan adalah BCG, DPT-HB, Polio, serta Campak (Pratiwi et al, 2022). Untuk cakupan imunisasi, berdasarkan data dari penelitian Lukito di Puskesmas Desa Binjai, cakupan imunisasi dasar sudah mencapai target standar pelayanan imunisasi yaitu >90% (Lukito, 2019).
Target cakupan imunisasi merupakan hal yang penting karena imunisasi dinyatakan
efektif bila merata secara kuantitatif (Maharani et al, 2020). Penelitian oleh Dewi dan Widyaningsi di Puskesmas Kaliwungu membuktikan tanggung jawab puskesmas pada limbah yang dihasilkan program imunisasi. Setiap bidan memiliki inisiatif untuk mengumpulkan limbah ke dalamsafety box(Dewi dan Widyaningsi, 2021).
3. Pengawasan atau Penilaian
Pada penelitian Khomariah et al di Puskesmas Kedungmundu dan Puskesmas Candilama, tim mutu melakukan proses pengawasan terhadap bidan untuk mengevaluasi penerapan SPO pelayanan imunisasi. Pengawasan ini dilakukan setiap tiga bulan sekali (Khomariah et al, 2018). Tidak jauh berbeda, pada penelitian Pratiwi et al di Puskesmas Gemuh 01 Kabupaten Kendal, sweeping kerap dilakukan oleh penanggung jawab program imunisasi setiap tiga bulan sekali (Pratiwi et al, 2022).
Berdasarkan penelitian Fitirana et al di Puskesmas Kuala Bhee Kabupaten Aceh Barat, tahap pengawasan diwujudkan dengan lokakarya mini bulanan, di mana dilakukan pemeriksaan terhadap laporan bulanan bidan dan petugas imunisasi (Fitirana et al, 2022). Sama halnya dengan Puskesmas Kuala Bhee Kabupaten Aceh Barat, Puskesmas Raya Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar juga mengadakan lokakarya mini dengan laporan bulanan sebagai bahan evaluasi (Susilawati, 2019).
PEMBAHASAN
Evaluasi dilakukan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau penilaian program. Tahap pertama merupakan tahap perencanaan. Di dalam tahap ini, aspek-aspek yang sangat dibutuhkan adalah sumber daya manusia, dana, serta sarana dan prasarana. Pertama, sumber daya manusia yang biasa dipakai sebagai petugas imunisasi adalah kader, bidan, atau tenaga kesehatan yang memiliki kualifikasi (Dewi dan Widyaningsi, 2021; Khomariah et al, 2018; Maharani et al, 2020; Susilawati, 2019). Kedua, mengenai dana atau anggaran program imunisasi dasar. Tercantum dalam Permenkes No. 12 Tahun 2017, pemerintah merupakan penanggung biaya pelaksanaan program imunisasi di FKTP. Oleh karena itu, dana program imunisasi akan diambil dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) (Khomariah et al, 2018; Pratiwi et al, 2022; Trianto et al, 2021). Selanjutnya, sarana prasarana yang dimaksud yaitu vaksin, safety box dan cold chain sebagai tempat penyimpanan, dan Auto Disable Syringe (ADS) (Dewi dan Widyaningsi, 2021; Fitirana et al, 2022). Hambatan yang sering ditemukan dalam memenuhi sumber daya manusia, dana, atau sarana prasarana yaitu kurang kompetennya petugas imunisasi (Afrizal et al, 2020; Maharani et al, 2020), kurangnya sumber daya manusia sehingga terjadi tumpang tindih tanggung jawab (Dewi dan Widyaningsi, 2021;
Trianto et al, 2021), kurangnya ketersediaan vaksin (Fitirana et al, 2022; Sukmana dan Permatasari, 2021), kurang cukupnya anggaran karena pengalihan dana (Pratiwi et al, 2022), dan lain sebagainya.
Tahap kedua merupakan tahap pelaksanaan. Hal yang mendasari tahap ini merupakan SPO dan petunjuk teknis program (Trianto et al, 2021). Pedoman dari prencanaan program imunisasi adalah Permenkes No. 44 Tahun 2016 (Susilawati, 2019). Untuk melancarkan pelaksanaan program imunisasi, diperlukan kerja sama lintas sektor (Afrizal et al, 2020;
Pratiwi et al, 2022; Trianto et al, 2021). Kerja sama ini berguna bagi penyediaan sarana,
prasarana, modal, serta pendidikan dan pelatihan, juga mobilisasi informasi program (Maharani et al, 2020; Trianto et al, 2021). Beberapa hambatan pada tahap pelaksanaan adalah ketidakpatuhan terhadap SPO (Trianto et al, 2021), persiapan petugas yang kurang matang (Susilawati, 2019), pasien yang datang di luar jadwal (Dewi dan Widyaningsi, 2021), keterbatasan waktu dalam pemberian layanan (Khomariah et al, 2018), jarak tempuh pasien yang jauh (Fitirana et al, 2022), kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk datang (Fitirana et al, 2022; Maharani et al, 2020; Susilawati, 2019), jumlah sasaran yang tidak mencapai target (Lukito, 2019; Sukmana dan Permatasari, 2021), dan lain sebagainya.
Tahap terakhir adalah pengawasan atau penilaian. Pada tahap ini, dilakukan supervisi secara berkala agar dapat diidentifikasi kekurangan program (Fitirana et al, 2022). Kemudian, kekurangan tersebut diatasi sehingga terjadi peningkatan kualitas pelayanan (Afrizal et al, 2020). Pengawasan dilakukan terhadap kinerja petugas, kebutuhan logistik, dan hal-hal lainnya (Dewi dan Widyaningsi, 2021). Hasil pengawasan dan penilaian dicatat dalam sebuah laporan, kemudian dilakukan pemantauan dan penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) (Dewi dan Widyaningsi, 2021). Di beberapa tempat, tracing dilakukan untuk mencari tahu penyebab tidak tercapainya target imunisasi (Pratiwi et al, 2022).
Beberapa hambatan pada tahap pengawasan atau penilaian adalah tidak rutinnya pelaksanaan lokakarya (Fitirana et al, 2022; Susilawati, 2019), kurang tegasnya peneguran (Khomariah et al, 2018), dan berbagai hal lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil evaluasi program imunisasi dasar di wilayah kerja FKTP, program imunisasi dasar di beberapa wilayah kerja FKTP baik puskesmas maupun posyandu. sudah cukup baik, walau masih banyak ditemukan hambatan. Evaluasi dilihat dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau penilaian program. Evaluasi di tahap perencanaan menunjukkan bahwa harus terdapat tenaga kesehatan yang terlatih untuk melaksanakan program imunisasi. Tidak hanya penanggung jawab program, kader, dan bidan—tetapi juga petugas imunisasi. Selain itu, dana atau anggaran juga berperan penting dalam mewujudkan program imunisasi. Berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017, pemerintah lah yang menanggung biaya pelaksanaan program imunisasi di FKTP. Tak lupa sarana dan prasarana yang bersih berperan penting dalam kenyamanan masyarakat. Evaluasi di tahap pelaksanaan menunjukkan bahwa vaksin sebaiknya terus tersedia sehingga imunisasi dasar dapat dilakukan secara kontinu. Petugas juga sebaiknya standby di tempat untuk menjawab berbagai pertanyaan terkait imunisasi. Dengan ini, cakupan vaksin akan mencapai target. Evaluasi di tahap pengawasan atau penilaian menunjukkan bahwa evaluasi SPO program harus dibuat agar proses imunisasi dasar berjalan dengan semestinya. Terakhir, dilakukan lokakarya untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan sehingga dapat ditemukan cara untuk mengatasi masalah dan mengoptimalkan keunggulan di program imunisasi dasar selanjutnya. Evaluasi ini berguna sebagai acuan untuk memaksimalkan program imunisasi dasar dengan memperbaiki setiap proses pada tahap perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan atau penilaian.
REFERENSI
Afrizal, Edison dan Firdawati (2020) “Evaluasi Pelaksanaan Program Imunisasi Dasar di Puskesmas Lubuk Buaya Tahun 2017,”Jurnal Human Care, 5(3): pp. 865–874.
Dewi, I.P. dan Widyaningsi, W. (2021) “Studi Deskriptif Implementasi Program Imunisasi Dasar Bayi dalam Mewujudkan Hak Kesehatan dan Perlindungan Anak (di Puskesmas Kaliwungu Kudus Tahun 2021),”Jurnal Ilmiah Gizi dan Kesehatan, 3(1): pp. 37–44.
Fitirana, Fitriani, Farisni, T.N. dan Yarmaliza. (2022) “Analisis Manajemen Program Imunisasi dalam Capaian CakupanUniversal Child Immunization(UCI) di Puskesmas Kuala Bhee Kabupaten Aceh Barat,” JURMAKESMAS: Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2(1): pp. 133–147.
Kementerian Kesehatan RI (2014) “Situasi dan Analisis Imunisasi,” Pusat Data dan Informasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Khomariah, I.N., Suryoputro, A. dan Arso, S.P. (2018) “Analisis Pelaksanaan Program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada Bayi di Puskesmas Kota Semarang (Studi Kasus pada Puskesmas Kedungmundu dan Puskesmas Candilama),”Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(5):
pp. 86–94.
Lukito, A. (2019) “Cakupan Imunisasi Dasar terhadap Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Desa Binjai Tahun 2018,” BEST JOURNAL: Biology Eductaion Science &
Technology, 2(1): pp. 40–45.
Maharani, R., Amalia, R. dan Fiarosa, N. (2020) “Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan Imunisasi Dasar Lengkap Untuk Mencapai Desa Universal Child Immunization (UCI) di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Tahun 2019,” MENARA Ilmu, 14(1): pp.
117–125.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Penyelenggaraan Imunisasi. 11 April 2017. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 559.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Pedoman Manajemen Puskesmas. 21 September 2016. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1423.
Pratiwi, R.W., Budiyanti, R.T. dan Nandini, N. (2022) “Upaya dalam Mendukung Capaian Universal Child Immunization (UCI) pada Program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Selama Pandemi COVID-19 di Puskesmas Gemuh 01 Kabupaten Kendal,” Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 21(1): pp. 47–52.
Sukmana, C. dan Permatasari, V.R. (2021) “Evaluasi Pelaksanaan dan Cakupan Program Imunisasi di Posyandu Lingkungan Rancapetir Ciamis,” Indonesian Journal of Adult and Community Education, 3(2): pp. 34–40.
Susilawati (2019) “Implementasi Imunisasi Untuk Mencapai Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Raya Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar,” Jurnal Kesehatan Global, 2(1): pp. 8–19.
Trianto, A.A., Dasman, H. dan Lestari, Y. (2021) “Analisis Pencapaian Program Imunisasi Dasar Lengkap pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Pesisir Selatan 2021,” Jurnal Kesehatan Andalas, 10(3): pp. 150–158.
View publication stats