http://jtsl.ub.ac.id 17
EVALUASI STATUS KESUBURAN TANAH DI MASA REPLANTING PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PADA TANAH MINERAL
PROVINSI JAMBI
Evaluation of Soil Fertility Status During the Replanting Period of Oil Palm Plantations on Mineral Soils in Jambi Province
M. Ferry
*, Asmadi Saad, Yulfita Farni
Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak, Jambi 36361
* Penulis korespondensi: [email protected]
Abstrak
Rekomendasi pemupukan yang tepat diperlukan untuk memaksimalkan produksi tanaman kelapa sawit pada lahan yang telah lama digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesuburan tanah pada masa peremajaan kelapa sawit di Desa Kemang Manis Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan menentukan rekomendasi pemupukan sesuai kebutuhan tanaman kelapa sawit berdasarkan kesuburan tanah. Penelitian ini menggunakan metode survei; sampel tanah yang diambil merupakan sampel tanah terganggu, dan pengambilan sampel dilakukan pada dua kedalaman yaitu 0-30 cm dan 30-60 cm. Penentuan titik pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling berdasarkan satuan lahan homogen yang diolah berdasarkan jenis tanah dan kemiringan lereng di lokasi penelitian. Sampel tanah yang terkumpul dianalisis pH, KTK, KB, C organik, P2O5, K2O, dan N total. Hasil penelitian menunjukkan rendahnya status kesuburan pada masa peremajaan kelapa sawit di lokasi penelitian.
Pengamatan profil tanah juga menunjukkan bahwa horizon O tipis. Rekomendasi pemupukan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah antara lain penambahan pupuk dolomit untuk meningkatkan nilai pH tanah dan meningkatkan ketersediaan unsur N, P, dan K berupa Urea, SP36, dan KCl. Selain meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah, pemberian tandan kosong kelapa sawit juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Kata Kunci : kesuburan tanah, peremajaan kelapa sawit, rekomendasi pemupukan
Abstract
Appropriate fertilization recommendations are needed to maximize the production of oil palm plants on land that has been used for a long time. This study aimed to determine the status of soil fertility during the oil palm replanting period in Kemang Manis Village, Muara Papalik Sub-district, West Tanjung Jabung Regency, and determine fertilization recommendations according to the needs of oil palm plants based on soil fertility. This study used a survey method; soil samples taken were disturbed soil samples, and sampling was carried out at two depths, namely 0-30 cm and 30-60 cm. Determination of sampling points using stratified random sampling method based on homogeneous land units that were processed based on soil type and slope in the research location. The collected soil samples were analyzed for pH, CEC, BS, organic C, P2O5, K2O, and total N. The results showed low fertility status during the oil palm replanting period in the research location. Observations of the soil profile also showed that the O horizon was thin. Fertilization recommendations that must be made to improve soil fertility include adding dolomite fertilizer to increase soil pH value and increasing the availability of N, P, and K elements in the form of Urea, SP36, and KCl.
To increase the content of organic materials in the soil, applying oil palm empty fruit bunches can also improve the soil's physical, chemical, and biological properties.
Keywords : fertilizer recommendations, oil palm replanting, soil fertility
http://jtsl.ub.ac.id 18
Pendahuluan
Kelapa sawit (Elaeis guneensis Jacq.) merupakan komoditas ekspor andalan perkebunan di Indonesia. Peningkatan jumlah bahan olahan yang dapat diproduksi menggunakan minyak kelapa sawit menyebabkan peningkatan permintaan akan minyak kelapa sawit (Rahayu et al., 2018). Tahun 2019 hingga 2020 konsumsi minyak sawit global mencapai 73 ton (Urugo et al., 2021). Ekspor minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) serta produk turunannya pada tahun 2019 mencapai 36,17 juta ton (Direktorat Jendral Perkebunan, 2021).
Replanting adalah penanaman kembali terhadap komoditi tanaman yang sebelumnya diusahakan. Replanting kebun kelapa sawit, berarti mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif dengan tanaman kelapa sawit yang baru, dan umumnya tanaman kelapa sawit sudah berusia lebih dari 25 tahun, diganti dengan cara tanaman yang sudah tua ditumbangkan baik secara mekanis maupun secara kimia (dengan cara disuntik), lalu kemudian ditanam kembali dengan tanaman baru (bibit) yang layak tanaman, usia bibit sawit yang ditanam umumnya berusia 12 hingga 15 bulan (Kiki et al., 2022). Menurut Nasution dan Kusbiantoro (2022), tanaman yang tua atau mencapai usia 25 tahun keatas dan dengan produksi rendah dibawah 13 ton Tandan Buah Segar (TBS) ha-1 tahun-1 mengakibatkan keuntungan menurun dikarenakan hasil produksi yang kurang maksimal.
Kesuburan tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara esensial dalam bentuk tersedia dan dalam keseimbangan yang sesuai (Handayanto et al., 2017).
Kesuburan tanah penting untuk meningkatkan produksi tanaman dan implikasinya bagi pertanian (Widyantari et al., 2015). Menurunnya kesuburan tanah dapat menjadi faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanah, seperti yang diungkapkan oleh Zainudin dan Kesumaningwati (2021), penurunan kesuburan tanah merupakan kendala utama bagi produksi tanaman.
Penambahan unsur hara dalam tanah melalui pemupukan penting untuk dilakukan agar diperoleh hasil produksi yang maksimal. Nilai kesuburan tanah yang rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya KTK dan KB serta kandungan P dan K total yang rendah pula (Daksina et al., 2021).
Evaluasi status kesuburan tanah dilakukan untuk menilai atau memantau kesuburan tanah agar dapat mengetahui unsur hara apa saja yang menjadi kendala bagi tanaman (Pinatih et al., 2015). Pusat
Penelitian Tanah (1995) mengemukakan bahwa untuk menetapkan status kesuburan tanah maka diperlukan parameter sifat kimia tanah seperti;
Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), C organik, kadar P total dan K total tanah.
Kadar unsur hara tanah yang diperoleh dari data analisis tanah bila dibandingkan dengan kebutuhan unsur hara masing-masing tanaman, maka dapat diketahui apakah status unsur hara dalam tanah tersebut sangat rendah, rendah sedang dan tinggi sesuai kriteria tertentu berdasarkan petunjuk teknis penentuan status kesuburan berpedoman pada Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1995).
Desa Kemang Manis memiliki luas sekitar 1406 ha. Perkebunan rakyat yang dilakukan replanting adalah seluas 624 ha dengan usia masa replanting 1 tahun. Saat dilakukan replanting, usia sawit sebelumnya adalah 28 tahun, di mana ini sudah mencapai batas produksi aktif bagi tanaman sawit. Lahan yang sudah ditanami pohon sawit yang sudah tua perlu dilakukan evaluasi kesuburan karena sudah sangat banyak unsur hara yang diserap oleh tanaman sawit sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Parulin et al. (2013) adanya kemungkinan perubahan sifat kimia tanah yang mempengaruhi kesuburan tanah pada lahan akibat penyerapan tanaman kelapa sawit pada masa tanam sebelumnya. Penelitian ini penting dilakukan karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kesuburan tanah pada lokasi penelitian sehingga dapat diperoleh rekomendasi pemupukan yang dapat memaksimalkan produksi tanaman kelapa sawit.
Bahan dan Metode
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2022 sampai dengan bulan Februari 2023 di Desa Kemang Manis Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan di Laboratorium Survei dan Evaluasi Lahan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Analisis parameter kesuburan tanah (KTK, KB, pH tanah, C organik, P2O5, K2O dan N total) dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB.
Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbagai alat keperluan survei, yaitu bor mineral, GPS (Global Positioning System), meteran, kompas,
http://jtsl.ub.ac.id 19 cangkul, pisau komando, pisau cutter, plastik,
karung, karet gelang, kertas label, lakban transparan, handphone, ATK, softwere Avenza Maps, softwere ArcGIS, softwere Microsoft Office, dan peralatan lain yang dibutuhkan dalam penelitian. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah terganggu dari masing-masing satuan lahan homogen (SLH) dan dari kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm di lokasi penelitian.
Metode
Metode pengambilan data lapangan dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan menggunakan peta kerja skala 1:25.000 (detail) dengan luas areal penelitian 1.200 ha. Peta kerja dibuat berdasarkan satuan lahan homogen (SLH) hasil overlay peta jenis tanah skala 1:40.000 dan peta kelerengan skala 1:40.000. Penentuan titik-titik pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling yang mewakili Satuan Lahan Homogen (SLH). Serta titik-titik yang akan diamati berjumlah 6 titik dengan pengambilan sampel dari dua kedalaman, yaitu (0-30 cm) dan (30-60 cm) berdasarkan 6 Satuan Lahan Homogen sehingga terdapat 12 sampel tanah.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan yaitu persiapan, survei pendahuluan, survei utama dan interpretasi data.
Pengambilan data dilakukan di Desa Keman Manis.
Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Kegiatan survei pendahuluan yaitu melakukan Groundcheck pada peta kerja untuk lokasi penelitian guna menyesuaikan peta kerja yang telah dibuat dan menyesuaikan syarat lahan penelitian dengan titik- titik pengamatan serta melakukann peninjauan lapangan untuk mengamati hal-hal apa saja yang kemungkinan yang akan menjadi kendala dalam melakukan pekerjaan lapangan. Survei utama terdapat dua kegiatan yaitu pembuatan profil tanah untuk mendeskripsikan sifat morfologi dan sifat
fisik tanah. Jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian yaitu tanah jenis Ultisol dan Inceptisol.
Sifat tanah yang diamati pada profil tanah meliputi warna tanah, kedalaman tanah, ketebalan lapisan, konsistensi tanah, tekstur tanah, struktur tanah, bentuk lapisan tanah dan perakaran.
Selanjutnya kegiatan pengambilan sampel, yaitu berupa pengambilan sampel tanah terganggu sesuai titik-titik pengamatan yang telah ditentukan di peta kerja. Sampel tanah yang diambil berupa sampel tanah terganggu dengan 2 kedalaman dari masing-masing titik pengamatan, yaitu kedalaman pertama sedalam 0-30 cm serta kedalaman kedua sedalam 31-60 cm. Pengambilan sampel tanah terganggu ini menggunakan Bor tanah mineral.
Tahapan pengambilan sampel tanah terganggu ini dimulai dari penyesuaian titik pengamatan menggunakan Softwere Avenza Maps yang sudah ditentukan melalui peta Satuan Lahan Homogen dan dilakukan perekaman titik koordinat menggunakan GPS (global Positioning System) lalu dilakukan pengeboran untuk dua kedalaman yang telah ditentukan. Sampel tanah terganggu diambil guna untuk mengetahui kadar C organik, pH tanah, kejenuhan basa, KTK, P total, K total yang akan di analisis di laboratorium. Selanjutnya dilakukan analisis parameter di laboratorium, sifat-sifat kimia tanah yang di analisis di labororatorium yaitu C organik (metode Walkley dan Black), Kejenuhan basa (Kation Basa/KTK*100%), KTK (metode 1 N NH4OAC pH 7), P2O5 total (metode Ekstraksi HCl 25%) dan K2O total (metode Ekstraksi HCl 25%). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk memperoleh hasil status kesuburan tanah (Tabel 1). Data yang diperoleh di lapangan dan hasil analisis di laboratorium dicocokkan dengan berpedoman pada kriteria penilaian tanah dan status kesuburan tanah PPT Bogor (1995) (Tabel 2). Setelah didapatkan status kesuburan tanah di setiap Satuan Lahan Homogen, selanjutnya akan didapatkan peta kesuburan tanah di setiap SLH pada setiap kedalamannya.
Tabel 1. Kriteria penilaian sifat kimia tanah.
No Soil Parameter SR R S T TS
1 C organik (%) <1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00
2 Kejenuhan Basa (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70
3 P2O5 HCl 25% <10 10-20 21-40 41-60 >60
4 K2O HCl 25% <10 10-20 21-40 41-60 >60
5 KTK (me/100 g) <5 5-15 17-24 25-40 >40
Keterangan: SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, T = tinggi, ST= sangat tinggi. Sumber: (PPT Bogor, 1995).
http://jtsl.ub.ac.id 20 Tabel 2. Status kesuburan tanah menurut PPT Bogor (1995).
No KTK KB P2O5, K2O, C organik Status Kesuburan
1 T T 2T tanpa R Tinggi
2 T T 2T dengan R Sedang
3 T T 2S tanpa R Tinggi
4 T T 2S dengan R Sedang
5 T T TSR Sedang
6 T T 2R dengan T Sedang
7 T S 2R dengan S Rendah
8 T S 2T tanpa R Tinggi
9 T S 2T dengan R Sedang
10 T S 2S tanpa R Sedang
11 T S Kombinasi lain Rendah
12 T R 2T tanpa R Sedang
13 T R 2T dengan R Rendah
14 T R Kombinasi Lain Rendah
15 S T 2T tanpa R Sedang
16 S T 2T dengan R Sedang
17 S T Kombinasi lain Rendah
18 S S 2T tanpa R Sedang
19 S S 2T dengan R Sedang
20 S S Kombinasi lain Rendah
21 S R 3T Sedang
22 S R Kombinasi lain Rendah
23 R T 2T tanpa R Sedang
24 R T 2T dengan R Rendah
25 R T 2S tanpa R Sedang
26 R T Kombinasi lain Rendah
27 R S 2T tanpa R Sedang
28 R S Kombinasi lain Rendah
29 R R Semua kombinasi Rendah
30 SR TSR Semua kombinasi Sangat rendah
Keterangan : SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang. T = tinggi.
Hasil dan Pembahasan
Parameter kesuburan tanah pH tanahHasil analisis tanah pada lokasi penelitian menunjukan nilai pH yang relatif masam hingga sangat masam dan tidak ada yang mencapai netral (Gambar 1). Berdasarkan data pada Gambar 1 nilai pH tertinggi terdapat pada SLH U-2 (0-30 cm) dan nilai pH H2O terendah pada SLH I-3 (30-60 cm).
Rendahnya pH tanah ini disebabkan oleh tercucinya kation kation basa yang terjadi dari lapisan atas ke lapisan lebih dalam dan akan meninggalkan kation kation H+ dan Al3+ di lapisan atas. Menurut Kiki et al. (2022) pH tanah yang rendah di akibatkan oleh nilai C organik yang rendah. Hasil analisis nilai C organik dilokasi penelitian menunjukan nilai yang relatif rendah. Seperti yang diungkapkan oleh Sihite
et al. (2016). Inceptisol merupakan jenis tanah yang memiliki kandungan bahan organik rendah dan serta memiliki nilai pH yang rendah berkisar 4,6-5,5.
C organik
Hasil analisis menunjukkan C organik pada kriteria sangat rendah hingga sedang. Data yang ditampilkan pada Gambar 2 menunjukkan nilai C organik tertinggi terdapat pada SLH I-3 kedalaman 30-60 cm dan nilai C organik terendah terdapat pada SLH I-2 kedalaman 30-60 cm dan SLH I-3 kedalaman 0-30 cm. Rendahnya C organik diduga karena kelas kelerengan termasuk agak curam sehingga menambah kemungkinan terjadi run off yang dapat mengurangi bahan organik tanah, lahan perkebunan kelapa sawit ini sudah dikelola sejak lama dengan intensif dan tidak adanya penggunaan pupuk organik sebagai penopang unsur hara.
http://jtsl.ub.ac.id 21 Gambar 1. Nilai pH tanah
Gambar 2. Nilai C organik.
Menurut Fista et al. (2022) mengatakan bahwa C organik pada lahan yang diolah secara intensif lebih rendah dibanding nilai C organik pada lahan yang tidak dikelola.
P2O5
Hasil analisis sampel tanah yang diambil di lapangan menunjukkan kriteria P total dalam keadaan rendah hingga sangat tinggi. Data yang ditampilkan pada Gambar 3 menunjukkan nilai P total tertinggi
terdapat pada SLH I-3 kedalaman 30-60 cm dan nilai P total terendah terdapat pada SLH I-2 kedalaman 0-30 cm. Fosfor di lokasi penelitian yang rendah ini diduga oleh nilai pH yang masam atau rendah (Ramadhan et al., 2019). Rendahnya kandungan P total yang rendah diduga kurangnya sumber mineral P. Saputra dan Juanda (2015) menyatakan bahwa sumber alami posfor adalah pelapukan batuan mineral seperti strengit dan fluorapatit namun memiliki daya larut yang rendah.
4.98
4.06
4.99
4.33
3.91 4.18
4.67
4.12
4.64 4.46
3.77 4.19
0 1 2 3 4 5 6
U-2 U-3 U-4 I-2 I-3 I-4
Nilai pH Tanah
Satuan Lahan Homogen Kedalaman 0-30 cm Kedalaman 30-60 cm
0.99 1.24
0.49
0.88
0.4
1.1 0.67
1.18
0.83
0.4
2.51
0.49
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
U-2 U-3 U-4 I-2 I-3 I-4
Corganik (%)
Satuan Lahan Homogen
Kedalaman 0-30 cm Kedalaman 30-60 cm
http://jtsl.ub.ac.id 22 Gambar 3. Nilai P2O5
Menurut Alfiyah et al. (2020), tanah pada lereng curam memiliki sifat asam yang lebih tinggi, karena lebih mudah terjadi aliran yang menghanyutkan partikel tanah, bahan organik dan unsur hara tanah.
K2O
Hasil analisis menunjukkan kriteria K total sangat rendah. Data yang disajikan pada Gambar 4 menunjukkan nilai K total tertinggi terdapat pada SLH U-2 kedalaman 30-60 cm dan nilai K total
terendah terdapat pada SLH U-4 kedalaman 30-60 cm, SLH I-3 kedalaman 0-30 cm dan SLH I-3 kedalaman 30-60 cm. Nilai kalium yang rendah ini diduga karena rendahnya nilai kapasitas tukar kation di lokasi penelitian. Menurut penelitian Husni et al.
(2016), kapasitas tukar kation yang tinggi meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan Kalium, dengan demikian larutan tanah lebih lambat melepas kalium dan menurunkan potensi pencucian.
Gambar 4. Nilai K2O.
25.31 33.12 32
21.01
98.98
39.91 36.44
62.99
31.3 32.61
101.59
32.65
0 20 40 60 80 100 120
U-2 U-3 U-4 I-2 I-3 I-4
Nilai Ptotal (%)
Satuan Lahan Homogen
Kedalaman 0-30 cm Kedalaman 30-60 cm
0.16
0.09
0.07
0.09
0.06
0.1 0.17
0.08
0.06 0.07
0.06
0.08
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18
U-2 U-3 U-4 I-2 I-3 I-4
Nilai Ktotal (%)
Satuan Lahan Homogen Kedalaman 0-30 cm Kedalaman 30-60 cm
http://jtsl.ub.ac.id 23 Kapasitas tukar kation
Hasil analisis nilai KTK dapat dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan kriteria KTK di lokasi penelitian adalah rendah. Nilai KTK tertinggi didapat oleh SLH U-3 kedalaman 0-30 cm dengan nilai 15,05 dan nilai KTK terendah terdapat pada SLH U-2 kedalaman 30-60 cm dengan nilai 5,24.
Nilai KTK rendah ini karena lokasi penelitian dilakukan pengelolaan secara intensif. Menurut penelitian Fista et al. (2022), nilai C organik pada lahan yang diolah secara intensif lebih rendah dibanding nilai C organik pada lahan yang tidak diolah. Tanah yang memiliki C organik tinggi cenderung memiliki nilai KTK yang tinggi.
Menurut Widyantari et al. (2015), nilai KTK dipengaruhi oleh nilai C organik.
Kejenuhan basa
Hasil analisis sampel tanah menunjukkan kejenuhan basa adalah sangat rendah (Gambar 6).
Nilai kejenuhan basa tertinggi terdapat pada SLH U-2 kedalaman 0-30 cm dan nilai kejenuhan basa terendah dilokasi penelitian terdapat pada SLH I-4 kedalaman 30-60 cm. Rendahnya nilai kejenuhan basa ini diduga karena nilai pH pada lokasi penelitian juga menunjukkan kriteria rendah. Pada penelitian Kiki et al. (2022) menunjukkan bahwa nilai pH berpengaruh pada nilai kejenuhan basa, dapat dilihat pada titik pengamatan yang memiliki pH tinggi menunjukkan nilai kejenuhan basa yang tinggi pula, sebaliknya pula pada titik pengamatan yang memiliki nilai pH rendah menunjukkan nilai kejenuhan basa yang rendah pula.
Gambar 5. Nilai kapasitas tukar kation.
Evaluasi status kesuburan tanah
Berdasarkan kriteria status kesuburan tanah PPT Bogor (1995) yang disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2, diketahui bahwa status kesuburan tanah di Desa Kemang Manis adalah rendah, baik pada kedalaman 0-30 maupun 30-60 cm (Tabel 3 dan Tabel 4).
Status kesuburan tanah di lokasi penelitian secara umum adalah rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai pH tanah, C organik, P total, K total, kapastitas tukar kation dan kejenuhan basa yang rendah (Gambar 7 dan Gambar 8). Oleh karena itu perlu dilakukan usaha pengelolaan tanah untuk meningkatkan status kesuburan tanah seperti melakukan pemupukan yang sesuai agar lebih efektif bagi kesuburan tanah dan dapat
menciptakan pohon kelapa sawit yang optimal dalam memproduksi buah tandan segar. Menurut Roidah (2013), kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman dalam keseimbangan yang tepat dan dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan tanaman.
Pemberian pupuk dapat memberika pengaruh dalam memperbaiki kesuburan tanah, namun dengan pemberian yang sesuai. Pemberian pupuk anorganik saja tidak cukup dan harus diikuti dengan pemberian pupuk organik guna memperbaiki sifat fisik serta kimia tanah. Menurut Nelvia et al. (2013), kesuburan tanah dapat diperbaiki melalui pemberian pupuk, pupuk organik tidak hanya memperbaiki kesuburan kimia tanah tetapi juga memperbaiki kesuburan fisik dan biologi tanah.
5.28
15.05
8.55
12.07
10.28 10.41
5.24
9.95
14.2
8.44 9.74
11.23
0 2 4 6 8 10 12 14 16
U-2 U-3 U-4 I-2 I-3 I-4
Nilai KTK (cmol(+)/kg)
Satuan Lahan Homogen Kedalaman 0-30 cm Kedalaman 30-60 cm
http://jtsl.ub.ac.id 24 Gambar 6. Nilai kejenuhan basa.
Tabel 3. Hasil analisis kesuburan tanah (0-30 cm).
Kode
SLH KTK
(m 100g-1) KB
(%) P2O5
(%) K2O
(%) C org
(%) Status Kesuburan
U-2 5,28 30,78 25,31 0,16 0,99 Rendah
U-3 15,05 4,69 33,12 0,09 1,24 Rendah
U-4 8,55 18,78 32,00 0,07 0,49 Rendah
I-2 12,07 6,97 21,01 0,09 0,88 Rendah
I-3 10,28 5,41 98,98 0,06 0,40 Rendah
I-4 10,41 5,59 39,91 0,10 1,10 Rendah
Keterangan : SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, T = tinggi.
Tabel 4. Hasil analisis kesuburan tanah (30-60 cm).
Kode
SLH KTK
(m 100 g-1) KB
(%) P2O5
(%) K2O
(%) C org
(%) Status Kesuburan
U-2 5,24 18,99 36,44 0,17 0,67 Rendah
U-3 9,95 6,43 62,99 0,08 1,18 Rendah
U-4 14,20 3,84 31,30 0,06 0,83 Rendah
I-2 8,44 7,86 32,61 0,07 0,40 Rendah
I-3 9,74 4,80 101,59 0,06 2,51 Rendah
I-4 11,23 4,23 32,65 0,08 0,49 Rendah
Keterangan : SR = sangat rendah, R = rendah, S = sedang, T = tinggi.
Berdasarkan penelitian Nazari et al. (2012) menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk organik dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan pH tanah, C organik, N total, C/N rasio, P2O5, K2O total dan KTK. Pemberian pupuk
organik akan sangat berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah, contohnya dapat memanfaatkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah.
30.78
4.69
18.78
6.97 5.41 5.59
18.99
6.43
3.84
7.86
4.8 4.23
0 5 10 15 20 25 30 35
U-2 U-3 U-4 I-2 I-3 I-4
Nilai KB (%)
Satuan Lahan Homogen Kedalaman 0-30 cm Kedalaman 30-60 cm
http://jtsl.ub.ac.id 25 Gambar 7. Peta status kesuburan tanah kedalaman 0-30 cm.
Gambar 8. Peta status kesuburan tanah kedalaman 30-60 cm.
http://jtsl.ub.ac.id 26 Setiap ton tandan kosong kelapa sawit mengandung
hara 1,5% N, 0,5% P, 7,3% K, dan 0,9% Mg yang dapat digunakan sebagai pupuk kelapa sawit (Wirayuda et al., 2022). Penelitian Rosesnani et al.
(2016) menunjukkan bahwa pemberian 170 kg tandan kosong kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah.
Profil tanah
Tanah di lokasi penelitian termasuk Inceptisol serta Ultisol sesuai dengan peta jenis tanah dari BBSDLP tahun 2016. Berdasarkan pengamatan profil diketahui bahwa tipisnya lapisan atas merupakan salah satu indikator yang menyebabkan rendahnya tingkat kesuburan tanah pada areal replanting kelapa sawit di Desa Kemang Manis. Lapisan permukaan merupakan lapisan tanah yang mengandung kadar bahan organik tinggi (Fiantis, 2015). Lapisan permukaan dapat mempengaruhi kesuburan tanah karna kandungan hara dan bahan organik banyak terdapat pada lapisan ini dan pada dua profil tanah yang diamati pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa lapisan yang mengandung unsur hara ini tipis berkisar 10 cm dengan batas horison yang bergelombang. Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006), Ultisol kesuburan alaminya hanya bergantung pada bahan organik di lapisan atas, sedangkan Ultisol pada umumnya peka terhadap erosi dan ini membuat lapisan atas dari Ultisol menjadi tipis. Inceptisol juga memiliki permasalahan yang sama yaitu peka terhadap erosi sehingga lapisan atas dari tanah menjadi tipis.
Menurut Apulina et al. (2019) besarnya persentase pasir pada Inceptisol mengakibatkan mudahnya pencucian unsur hara.
Rekomendasi pemupukan
Status kesuburan tanah di lokasi penelitian menunjukkan kriteria rendah. Oleh karena itu, di lokasi penelitian direkomendasikan pemupukan untuk meningkatkan pH tanah dan memenuhi ketersediaan hara nitrogen, fosfor, kalium serta kandungan bahan organik. Rekomendasi pemupukan guna meningkatkan pH tanah dapat menggunakan dolomit. Rekomendasi pemupukan untuk memenuhi ketersediaan unsur N, P, dan K diberikan dalam bentuk Urea, SP36, dan KCl.
Namun dalam memberikan pupuk anorganik harus diikuti dengan pemberian pupuk organik pula, sehingga dapat menambah ketersediaan C organik.
Rekomendasi pupuk organik yang dapat digunakan adalah tandan kosong kelapa sawit sehingga selain memanfaatkan limbah menjadi pupuk yang berguna dapat pula mengurangi limbah dari produksi kelapa
sawit. Penelitian Wijayani dan Wirianata (2022) menunjukkan aplikasi tandan kosong kelapa sawit bersama 70% pupuk anorganik dapat meningkatkan hasil produksi TBS kelapa sawit dalam waktu satu sampai dua tahun setelah pengaplikasian. Selain mensubstitusi pupuk anorganik, tandan kosong kelapa sawit dapat memperbaiki hubungan keharaan kelapa sawit sehingga memperbaiki serapan hara yang berasal dari pupuk anorganik di perkebunan kelapa sawit.
Penambahan pupuk organik berupa tandan kosong kelapa sawit juga dapat memperbaiki morfologi tanah. Lapisan permukaan bisa diperbaiki dengan penambahan pupuk organik karena lapisan permukaan adalah lapisan yang mengandung bahan organik pada tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Kesimpulan
Berdasarkan nilai kejenuhan basa, kapasitas tukar kation, P total, K total dan C organik, status kesuburan tanah di perkebunan kelapa sawit Desa Kemang Manis Kecamatan Muara Papalik Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah rendah.
Rekomendasi pemupukan yang diberikan guna meningkatkan kesuburan tanah yaitu dengan meningkatkan pH tanah, ketersediaan unsur N, P, K dan bahan organik tanah. Peningkatan pH dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk dolomit.
Meningkatkan ketersediaan unsur N, P dan K dapat diberikan dalam bentuk Urea, SP36, dan KCl.
Meningkatkan kandungan bahan organik dapat dengan aplikasi tandan kosong kelapa sawit yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada aparat Desa Kemang Manis Kecamatan Muara Papalik, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
Daftar Pustaka
Alfiyah, F., Nugroho, Y. dan Rudy, G.S. 2020. Pengaruh kelas lereng dan tutupan lahan terhadap solum tanah, kedalaman efektif akar dan pH tanah. Jurnal Sylva Scienteae 03(3):499-508, doi:10.20527/jss.v3i3.2183.
Apulina S, Sumono dan Rohanah, A. 2016. Kajian sifat fisika dan kimia tanah Inceptisol pada lahan karet telah menghasilkan dengan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh di kebun PTPN III Sarang Giting.
Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian 7(2):2019.
http://jtsl.ub.ac.id 27 Daksina, B.F., Makalew, A.M. dan Langai, B.F. 2021.
Evaluasi kesuburan tanah Ultisol pada pertanaman karet di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Agroekotek View 4(1):60-71, doi: 10.20527/agtview.v4i1.2990.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2021. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021.
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Fiantis D. 2015. Morfologi dan Klasifikasi Tanah.
Universitas Andalas. Padang, 264.
Fista, B., Basir-Cyio, M. dan Akbar, R. 2022. Penilaian status kesuburan tanah pada pengembangan lahan kelapa sawit (Elaeis quineensis Jacq.) di Desa Laemanta Utara Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. e-Jurnal Agrotekbis 10(3): 581-589.
Handayanto, E., Muddarisna, N. dan Fiqri, A. 2017.
Pengelolaan Kesuburan Tanah. UB Press, Malang.
Husni, M.R., Sufardi dan Khalil, M. 2016. Evaluasi status kesuburan pada beberapa jenis tanah di lahan kering Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah 1(1):147-154, doi:10.17969/jimfp.v1i1.950.
Kiki, L., Aspan, A. dan Hayati, R. 2022. Status kesuburan tanah pada masa replanting perkebunan kelapa sawit di Desa Kelompu Kecamatan Kembayan Kabupaten Sanggau. Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian 11(1):7- 12..
Nasution, K. dan Kusbiantoro, D. 2022. Presepsi petani dalam melakukan peremajaan kelapa sawit (replanting). ATHA: Jurnal Ilmu Pertanian 1(1):23- 29.
Nazari, Y.A., Soemarno dan Agustina, L. 2012.
Pengelolaan kesuburan tanah pada pertanaman kentang dengan aplikasi pupuk organik dan anorganik. Indonesian Green Technology Journal 1(1): 7-12.
Nelvia, N., Sutikno, A. dan Haryanti, R.S. 2012. Sifat kimia tanah inceptisol dan respon selada terhadap aplikasi pupuk kandang dan Trichoderma.
Teknobiologi 3(2):139-143.
Parulin, A.S., Gunawan, J. dan Arief, F.B. 2013. Evaluasi kesuburan tanah untuk replanting kelapa sawit di Afdeling I (satu) PTPN XIII Kabupaten Landak.
Jurnal Sains Pertanian Equator 2(2):11-17.
Pinatih, I.D.A.S.P., Kusmiyarti, T.B. dan Susila, K.D.
2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 4(4): 282-292.
Prasetyo, B.H. dan Suriadikarta, D.A. 2006.
Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(2):39-47.
Pusat Penelitian Tanah. 1995. Petunjuk Teknis Evaluasi Kesuburan Tanah. Laporan Teknis No. 14. Versi 1,0.
1. REP II Project, CSAR, Bogor.
Rahayu, D., Wihandika, R.C. dan Perdana, R.S. 2018.
Implementasi metode backpropagation untuk klasifikasi kenaikan harga minyak kelapa sawit. Jurnal Pengembangan Teknologi Informas dan Ilmu Komputer 2(4):1547-1552.
Ramadhana, D., Donantho, D. dan Rachel, R. 2019.
Penilaian status kesuburan tanah pada lahan pascatambang di areal PT. Trubaindo Coal Mining Kabupaten Kutai Barat. Jurnal Agroekoteknologi
Tropika Lembab 2(1): 24-28,
doi:10.35941/jatl.2.1.2019.2529.24-28.
Roidah. 2013. Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo 1(1):30-42.
Rosenani, A.B., Rabuni, W., Cheach, P. and Noraini, J.
2016. Mass loss and release of nutrient from empty fruit bunch of oil palm applied as mulch to newly transplanted oil palm. Soil Research 54(8):985-996, doi:10.1071/SR15143.
Saputra, I. dan Juanda, B.R. 2018. Pemetaan kesuburan dan rekomendasi pemupukan tanah sawah di kota langsa. Agrosamudra, Jurnal Penelitian 5(1):24-33.
Sihite, E.A., Damanik, M.M.B. dan Sembiring, M. 2016.
Perubahan beberapa sifat kimia tanah, serapan P dan pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisol kwala bekala akibat pemberian pupuk kandang ayam dan beberapa sumber P. Jurnal Agroekoteknologi 4(3):2082-2090.
Urugo, M.M., Teka, T.A., Teshome, P.G. and Tringo, T.T. 2021. Palm oil processing and controversies over its health effect: overview of positive and negative consequences. Journal of Oleo Science 70(12):1693-1706, doi:10.5650/jos.ess21160.
Widyantari, D.A.G., Susila, K.D. dan Kusmawati, T.
2015. Evaluasi status kesuburan tanah untuk lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Timur. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika 4(4) 293-303.
Wijayani, S. dan Wirianata, H. 2022. Kontribusi tandan kosong dalam meningkatkan pengaruh pupuk anorganik terhadap produksi kelapa sawit. Jurnal Agroteknologi 6(1):42-51, doi:10.55180/
agi.v6i1.242.
Wirayuda, H., Sakiah dan Ningsih, T. 2022. Kadar kalium pada tanah dan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada lahan aplikasi dan tanpa aplikasi tandan kosong kelapa sawit. Tabela Jurnal Penelitian
Berkelanjutan 1(1):19-24,
doi:10.56211/tabela.v1i1.168.
Zainudin dan Kesumaningwati, R. 2021. Penilaian status kesuburan tanah pada beberapa penggunaan lahan di Samarinda. Jurnal Agroekoteknologi Tropika
Lembab 3(2):106-111,
doi:10.31602/zmip.v46i2.4352.