KASUS BRONKHITIS KRONIS PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
DIETETIK PENYAKIT INFEKSI Disusun Guna Memenuhi Ujian Akhir Semester Dosen Pengajar: Dr. Ni Komang Wiardani, SST, M.Kes
OLEH:
Ni Putu Amelia Putri Suaryanti NIM. P07131221001
Kelas A
PRODI SARJANA TERAPAN JURUSAN GIZI DAN DIETETIKA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR 2023
Kasus
Seorang laki laki umur, 56 tahun, dirawat di rumah sakit dengan diagnose medis PPOK (Brokitis Kronis). Pada saat MRS kasus mengeluh batuk terus menerus disertai dengan dahak sejak 1 bulan lalu. Kadang kadang sesak dan merasa nyeri dada serta meriang. Hasil pemeriksaan Fisik dan Klinis, suhu 37,5°C, Nadi 89, respirasi 35 /menit. Tensi 110/80 mmHg.
Pemeriksaan foto torak ( radiologi), ditemukan adanya lendir pada saluran bronkus, ada sedikit imflamasi, sehingga perlu dilakukan tindakan penyedotan lendir (dahak yang berlebihan) . Saat ini rasa sesak sudah berkurang, hanya masih menggunakan brokodilator 1 kali sehari.
Hasil pengukuran antropometri BB =50 kg, TB 169 cm, kadar Hb 12 mg/dl, albumin 3,5 mg/dl. Nilai PCO2 53 mg (N =35-45 mmHg), VO2 max 30 mmHg (35-40 mmHg).
Hasil anamnesa riwayat diet, pasien punya kebiasaan makan 2 kali sehari, makan sedikit sedikit karena sering sesak. Sesak meningkat saat makan makanan yang manis seperti the manis, kue bergula atau buah yang manis. Minum kopi dengan sedkit gula 2 kali sehari yaitu pagi dan siang. Lauk yang paling sering dikonsumsi adalah ikan pindang dan daging ayam goreng. Selama di rumah sakit, makan masih tersisa terutama nasi dan sayur.
Hasil recall sehari menunjukkan asupan energi 70%, Protein 70% kebutuhan, karbohidrat 110% kebutuhan dan lemak 65% kebutuhan.
Pasien sebelumnya bekerja sebagai tukang semprot hama tanaman di sawah dan di kebun, tetapi sejak sejak sakit 1 tahun lalu jarang bekerja.
Lakukan Penatalanaksanaan diet pada pasien ini dan susun menu sehari dengan biaya makan 50 ribu/hari.
1. Pengkajian Gizi
Kategori Data Data Standar Pembanding
Antropometri
Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, indeks masa tubuh, pertumbuhan dan komposisi tubuh.
1. TB =169 cm 2. BB =50 kg 3. Umur 56 th
4. IMT =17,54 (kekurangan BB tingkat ringan)
Rekomendasi 1. BBI =62 kg
2. IMT normal =18,5 – 25
Biokimia
Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam lemak esensial, profil gastrointestinal, profile glukosa/endokrin, profil inflamasi, profil laju metabolik, profil mineral, profil anemia gizi, profil protein, profil urine, dan profil vitamin.
1. Hb =12 mg/dL (normal) 2. Albumin =3,5 mg/dL (normal) 3. PCO2 =53 mgHg (asidosis
respiratorik)
4. VO2 Max =30 mmHg (buruk)
Standar Pembanding:
1. Hb =12 mg/dL
2. Albumin =3,5 – 4,5 mg/dL 3. PCO2 =35 – 45 mmHg 4. VO2 Max =35,8 - 40,9 mmHg
Fisik /Klinis
Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan.
1. Suhu 37,5oC (demam ringan) 2. Nadi 89x/mnt
3. RR 35/mnt
4. Tensi 110/80 mmHg 5. Radiologi thorax =berlendir
pada bronkus, inflamasi 6. Batuk tak henti disertai dahak
sejak 1 bulan
7. Sesak, nyeri dada, meriang
Standar Pembanding:
1. Suhu =36 – 37oC 2. Nadi =60 – 100x/mnt 3. RR =12 – 25/mnt 4. Tensi 120/80 mmHg
5. Radiologi thorax tidak berlendir, bersih dan tidak adanya
inflamasi 6. Tidak batuk
7. Tidak sesak, tidak nyeri, tidak meriang
Diet/Riwayat Gizi
Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview / wawancara termasuk interview khusus seperti recall
Asupan Nutrisi
1. Hasil recall diperoleh hasil asupan:
Energi 70%
Protein 70%
Standar Pembanding
1. Estimasi kebutuhan energi total
→ 2.170 kkal/ hari
2. Estimasi kebutuhan protein total: 93 gr/hari
makanan 24 jam, food frequency questioner (FFQ), dll.
Karbohidrat 110%
Lemak 65%.
(FH.5.4) Perilaku Makan 1. Pola makan SMRS 2x sehari 2. Makan sedikit-sedikit karena
sesak
3. Sesak kambuh saat makan makanan manis (teh, kue, buah manis)
4. Minum kopi dengan gula sedikit tiap 2 x sehari (pagi dan siang)
5. Lauk biasanya ikan pindang dan ayam goreng
6. Makanan RS selalu tersisa (nasi dan sayur)
3. Estimasi kebutuhan lemak total:
108,5 gr/hari
4. Estimasi kebutuhan KH total:
190 gr/hari
5. Kebutuhan vitamin D dan K = 1,5% dari AKG
6. Kebutuhan mineral utamanya berikan kalsium dan magnesium 7. Estimasi kebutuhan cairan:
2.100 ml/hari
(metode ini didasarkan pada preskripsi diet pada penuntun diet buku EGC dan rumus cairan Holliday-segar)
Riwayat Individu (CH) Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis, keluarga dan sosial.
(CH.1) Riwayat Personal Laki-laki, umur 56 tahun.
1. Saat ini pasien di rawat di RS dengan diagnose medis PPOK Bronkhitis Kronis
2. Menggunakan Bronkodilator 1 kali sehari saat MRS
3. Bekerja sebagai tukang semprot hama tanaman di sawah dan kebun 1 bulan sebelum sakit.
-
2. Diagnosis Gizi
No Problem Etiologi Symptom
1 Domain Intake - Ketidakseimbangan
zat gizi - Asupan oral
inadekuat
Karbohidrat sederhana intake berlebih
Hasil recall asupan:
- Energi 70%
- Protein 70%
- Karbohidrat 110%
- Lemak 65%.
- Sesak
- Makanan masih tersisa terutama nasi dan sayur
- Asupan oral intake energi di bawah 80%
- IMT 17,5 (kekurangan BB tingkat ringan)
2 Domain klinis - Perubahan fungsi
organ pernapasan - Perubahan nilai lab
terkait gizi
- PCO2 =53 mgHg (asidosis respiratorik)
- VO2 Max =30 mmHg (buruk) - Diagnose medis PPOK
Bronkhitis kronis
- Radiologi thorax =berlendir pada bronkus, inflamasi
- Batuk tak henti disertai dahak sejak 1 bulan
- Sesak, nyeri dada, meriang 2 Domain prilaku
- Pemilihan makanan yang salah
- Suka makan makanan manis seperti teh manis, kue bergula, buah manis, kopi dengan gula sedikit tiap 2 kali sehari
Hasil recall asupan:
- Energi 70%
- Protein 70%
- Karbohidrat 110%
- Lemak 65%.
3. Intervensi Gizi
No Diagnosis Gizi Intervensi Gizi
1
Problem (P) - Ketidakseimbangan zat gizi - Asupan oral inadekuat
Tujuan:
Memperbaiki status gizi pasien
Mencegah terjadinya defisiensi zat gizi makro dan mikro serta memperbaiki keseimbangan asupan zat gizi pasien
Meningkatkan intake asupan oral
Etiologi (E)
Karbohidrat sederhana intake berlebih
Hasil recall asupan:
- Energi 70%
- Protein 70%
- Karbohidrat 110%
- Lemak 65%.
Cara:
Modifikasi persentase pemberian makronutrien Modifikasi komposisi makanan atau snack Modifikasi buah-buahan
Pemberian sayuran
Memberikan Diet Energi Tinggi Protein Tingi (ETPT) Padat Gizi secara bertahap agar tidak terjadi defisiensi zat gizi makro dan mikro.
Symptom (S)
- Sesak
- Makanan masih tersisa terutama nasi dan sayur - Asupan oral intake energi di
bawah 80%
Target:
Pasien dapat menghabiskan 90 – 100% makanan yang diberikan selama 3 hari lalu dapat menghabiskannya 100% di hari berikutnya.
2
Problem (P)
- Perubahan fungsi organ pernapasan
- Perubahan nilai lab terkait gizi
Tujuan:
Mengembalikan fungsi organ pernapasan dan juga menormalkan nilai lab yg terkait gizi
Etiologi (E)
- PCO2 =53 mgHg (asidosis respiratorik)
- VO2 Max =30 mmHg (buruk) - Diagnose medis:
PPOK Bronkhitis kronis.
Cara:
- Memberikan Diet Energi Tinggi Protein Tingi (ETPT) Padat Gizi secara bertahap - Terapi obat-obatan.
- Mengubah pola makan dan jenis makanan
Symptom (S) - Radiologi thorax =berlendir pada bronkus, inflamasi
Target:
Kondisi pasien lebih baik dan sesak tidak muncul kembali
- Batuk tak henti disertai dahak sejak 1 bulan
- Sesak, nyeri dada, meriang
3
Problem (P) Pemilihan makanan yang salah
Tujuan:
Memperbaiki pola perilaku dari pasien setelah tahap pemulihan agar bisa memilih makanan yang baik untuk dikonsumsi dan meningkatkan persentase konsumsi energi menjadi 100%
Etiologi (E)
Suka makan makanan manis seperti teh manis, kue bergula, buah manis, kopi dengan gula sedikit tiap 2 kali sehari
Cara:
- Modifikasi komposisi makanan atau snack - Memberikan Diet Energi Tinggi Protein
Tingi (ETPT) Padat Gizi secara bertahap.
- Rekomendasi modifikasi jenis makanan
Symptom (S) Intake karbohidrat 110%
Target:
Intake karbohidrat tidak melebihi 100% dan pasien lebih bijak memilih jenis makanan sehat
4. Preskripsi Diet
4.1 Jenis Diet :Diet Energi Tinggi Protein Tingi (ETPT) Padat Gizi 4.2 Tujuan diet :
- Meningkatkan asupan makanan
- Memperbaiki status gizi pasien dengan cara meningkatkan BB pasien hingga memperoleh status gizi normal
- Mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi berulang - Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
- Meningkatkan kualitas hidup dengan memperbaiki pola makan dan gaya hidup.
4.3Syarat diet :
- Energi kalori cukup 20 – 35 kkal/ kgBB/ hari.
- Protein diberikan 1,2 – 1,7 gram/ kgBB/ hari untuk mempertahankan massa dan fungsi serta kekuatan otot pernapasan.
- Lemak diberikan tinggi yaitu 30 – 45% dari total energi karena RQ (Respiratory Quotient) lemak itu rendah.
- Karbohidrat diberikan rendah yaitu 40 – 50% total energi. J ika sesak dan ketosis berikan 30 – 35% dari total energi.
- Vitamin diberikan khususnya 1,5 % AKG untuk vitamin C, vitamin A, dan vitamin E serta betakaroten.
- Mineral diberikan sesuai AKG dengan utamanya kalsium dan magnesium serta fosfat - Berikan suplemen untuk meningkatkan intake gizi oral
- Cairan cukup sesuai dengan keadaan pasien (menggunakan rumus Holliday-segar).
- Makanan diberikan dalam porsi makanan lunak mudah cerna
- Hindari makanan merangsang (sambal, gorengan, makanan asin, masam) 4.4Bentuk makanan : Makanan lunak mudah cerna
4.5 Jalur pemberian : oral (mulut)
4.6Frekuensi :
- 5 kali (3 x makan utama, 2 x makan selingan) 4.7 Jadwal pemberian :
- Makan Pagi : 07.00 - Snack Pagi : 10.00 - Makan Siang : 12.00 - Snack Siang : 15.00 - Makan Malam : 18.00 4.8Perhitungan nilai gizi:
a. Perhitungan Kebutuhan Pasien:
BBI =(169 – 100) – 10%
= 62 kg IMT =50/1,692
= 17,5 kg/m2 Energi =35 kkal x 62 kg
= 2.170 kkal
Total kebutuhan energi = 2.170 kkal
Kebutuhan protein 1,5 gram/kg BB =1,5 gram x 62 kg
=372 kkal =93 gram Kebutuhan lemak 45% dari energi =45% x 2.170 kkal
=976,5 kkal =108,5 gram Kebutuhan karbohidrat =35% x 2.170 kkal
=759,5 kkal =190 gram b. Pembagian Porsi Makan
Makan Pagi + Snack (35%)
Energi =35% x TE
=35% x 2.170 kkal =759,5 kkal Protein =35% x TP
=35% x 93 gram =32,5 gram
Lemak =35% x TL
=35% x 108,5 gram =38 gram Karbohidrat =35% x TKH
=35% x 190 gram =66,5 gram Makan Siang + Snack (35%)
Energi =35% x TE
=35% x 2.170 kkal =759,5 kkal Protein =35% x TP
=35% x 93 gram =32,5 gram
Lemak =35% x TL
=35% x 108,5 gram =38 gram Karbohidrat =35% x TKH
=35% x 190 gram =66,5 gram Makan Malam (30%)
Energi =30% x TE
=30% x 2.170 kkal =651 kkal Protein =30% x TP
=30% x 93 gram =28 gram
Lemak =30% x TL
=30% x 108,5 gram =32,5 gram Karbohidrat =30% x TKH
=30% x 190 gram =57 gram Rumus Holliday-segar kebutuhan cairan:
=1.500 ml +(50 – 20) x 20
= 2.100 ml/hari
Vitamin C =90 mg x 1,5= 135 mg Vitamin A =650 RE x 1,5= 975 RE Vitamin E =15 mcg x 1,5= 22,5 mcg Mineral:
- Kalsium =1.200 mg - Magnesium =360 mg - Fosfor =700 mg
Hewani Nabati
Makan Pagi Bubur Beras giling 50 180 0 3.4 0.35 39.45 3 70 0.4 0 0.06 0 2.5 50 0 1 6.5
AyamKecap Ayam 85 256.7 15.47 0 21.25 0 11.9 170 1.275 688.5 0.068 0 85 297.5 51 0 47.515
Minyak kelapa sawit 7 63.14 0 0 7 0 0 0 0 4200 0 0 0 0 0 0 0
Oseng tahu buncis Tahu 50 34 0 3.9 2.3 0.8 62 31.5 0.4 0 0.03 0 6 75.5 0 0.25 42.4
Buncis 15 5.25 0 0.36 0.03 1.155 9.75 6.6 0.165 94.5 0.012 2.85 5.28 11.655 0 1.425 13.335
Minyak kelapa sawit 7 63.14 0 0 7 0 0 0 0 4200 0 0 0 0 0 0 0
Sup Wortel Kembang K ol Wortel 40 16.8 0 0.48 0.12 3.72 15.6 14.8 0.32 4800 0.024 2.4 28 98 0 2 35.28 Kol kembang 40 10 0 0.96 0.08 1.96 8.8 28.8 0.44 36 0.044 27.6 12 139.6 0 2.6 36.68
Buah Semangka Semangka 180 50.4 0 0.9 0.36 12.42 12.6 21.6 0.36 1062 0.09 10.8 7.2 109.26 0 1.8 165.78
Snack Pagi Susu Kedele Susu kedele 200 82 0 7 5 10 100 90 1.4 400 0.16 4 0 0 0 0 174
76 1.4 3 1 5.4 7 17 4 3.4 9 6 9.50 5 2 23 .6 5 4 33 .3 4 .7 6 1 548 1 0 .4 88 47 .6 5 1 45 .9 8 78 1.5 2 5 1 9 .0 75 5 2 1.49
Makan Siang Nasi Tim Beras giling 50 180 0 3.4 0.35 39.45 3 70 0.4 0 0.06 0 2.5 50 0 1 6.5
Sambal Ati Hati Ayam 70 182.7 19.18 0 11.27 1.12 11.9 170 1.275 688.5 0.068 0 85 297.5 51 0 47.515
Tomat masak 30 6 0 0.3 0.09 1.26 1.5 8.1 0.15 450 0.018 12 1.2 70.5 0 2.25 28.2
Minyak kelapa sawit 12 108.24 0 0 12 0 0 0 0 7200 0 0 0 0 0 0 0
Tumis Tempe Kacang Panjang Tempe kedele murni 50 74.5 0 9.15 2 6.35 64.5 77 5 25 0.085 0 0 0 0 3.5 32
Kacang panjang 70 30.8 0 1.89 0.21 5.46 34.3 242.9 0.49 234.5 0.091 14.7 3.64 38.794 0 4.76 61.95
Minyak kelapa sawit 12 108.24 0 0 12 0 0 0 0 7200 0 0 0 0 0 0 0
Buah Jeruk Jeruk manis 85 38.25 0 0.765 0.17 9.52 28.05 19.55 0.34 161.5 0.068 16.15 1.7 137.7 0 0.2125 74.12
Snack Siang Puding Susu Agar-agar 7 0 0 0 0.014 0 28 8.75 0.35 0 0 0 0 0 0 5.88 1.246
Susu skim 75 27 2.625 0 0.075 3.825 92.25 72.75 0.075 0 0.03 0.75 28.5 111.75 0 0 67.875 755.73 21.805 15.505 38.179 66.985 263.5 669.05 8.08 15960 0.42 43.6 122.54 706.24 51 17.603 319.41
Makan Malam Nasi Tim Beras giling 50 180 0 3.4 0.35 39.45 3 70 0.4 0 0.06 0 2.5 50 0 1 6.5
AyamSuwir Ayam 75 226.5 13.65 0 18.75 0 10.5 150 1.125 607.5 0.06 0 75 262.5 45 0 41.925
Minyak kelapa sawit 5 45.1 0 0 5 0 0 0 0 3000 0 0 0 0 0 0 0
Tahu Kecap Tahu 60 40.8 0 4.68 2.76 0.96 74.4 37.8 0.48 0 0.036 0 7.2 90.6 0 0.3 50.88
Minyak kelapa sawit 7 63.14 0 0 7 0 0 0 0 4200 0 0 0 0 0 0 0
Sup Bening Wortel 50 21 0 0.6 0.15 4.65 19.5 18.5 0.4 6000 0.03 3 35 122.5 0 2.5 44.1 Bayam 50 18 0 1.75 0.25 3.25 133.5 33.5 1.95 3045 0.04 40 2 208 0 1.75 43.45 Buah Melon Potong Melon 160 59.2 0 0.96 0.64 12.48 12.6 21.6 0.36 1062 0.09 10.8 7.2 109.26 0 1.8 165.78 65 3.7 4 1 3.6 5 11 .3 9 3 4.9 60 .7 9 2 53.5 33 1.4 4 .7 15 1 791 5 0 .3 16 5 3.8 1 28 .9 84 2.8 6 4 5 7 .3 5 3 52.64 21 70 .9 1 16 .5 69 197 .2 8 7 40 .6 5 1 43 3.8 1 7.5 55 49 35 5 1 .2 24 1 45 .0 5 3 97 .4 2 23 30 .6 1 47 34 .0 28 1 193 .5
2170 108.5 190
100.04 107.437 103.83
Total 94.82
101.9569892
TOTAL KEBUTUHAN 93
PRESENTASE KECUKUPAN Sub Total
Sub Total
Sub Total
d. Daftar Pesanan
NAMA : 1
MENU :
No Nama Bahan Makanan Berat
Bersih Satuan Berat Kotor Satuan A MAKANAN POKOK
1 Beras Giling 0.15 kg 0.15 kg 0.15 kg x Rp 10,000 Rp 1,500 B LAUK HEWANI
1 Hati Ayam 0.07 kg 0.07 kg 0.07 kg x Rp 20,000 Rp 1,400
2 Daging Ayam 0.16 kg 0.16 kg 0.16 kg x Rp 40,000 Rp 6,400 C LAUK NABATI
1 Tahu 1 bks 1 bks 1 bks x Rp 2,000 Rp 2,000
2 Tempe 1 bks 1 bks 1 bks x Rp 2,000 Rp 2,000
D SAYUR-SAYURAN
1 Kembang kol 0.04 kg 0.0702 kg 0.0702 kg x Rp 20,000 Rp 1,404 2 Kacang Panjang 0.07 kg 0.0761 kg 0.0761 kg x Rp 8,000 Rp 609
3 Tomat 0.03 kg 0.03 kg 0.03 kg x Rp 10,000 Rp 300
4 Wortel 0.09 kg 0.1125 kg 0.1125 kg x Rp 16,000 Rp 1,800
5 Buncis 0.015 kg 0.0167 kg 0.0167 kg x Rp 22,000 Rp 367
6 Bayam 0.05 kg 0.0704 kg 0.0704 kg x Rp 15,000 Rp 1,056
E BUAH-BUAHAN
1 Semangka 2 ptg 2 ptg 2 ptg x Rp 2,000 Rp 4,000
2 Melon 2 ptg 2 ptg 2 ptg x Rp 2,000 Rp 4,000
3 Jeruk 0.085 kg 0.1181 kg 0.1181 kg x Rp 18,000 Rp 2,126
F LAIN-LAIN
1 Bawang merah 0.05 kg 0.055 kg 0.055 kg x Rp 32,000 Rp 1,760
2 Bawang putih 0.05 kg 0.056 kg 0.056 kg x Rp 20,000 Rp 1,120
3 Garam 1 bks 1 bks 1 bks x Rp 2,000 Rp 2,000
4 Kecap manis 1 bks 1 bks 1 bks x Rp 1,000 Rp 1,000
5 Minyak 0.051 kg 0.051 kg 0.051 kg x Rp 22,000 Rp 1,122
G. SNACK
1 Agar-agar 1 bks 1 bks 1 bks x Rp 4,000 Rp 2,000
2 Susu Kedele 1 btl 1 btl 1 btl x Rp 5,000 Rp 5,000
3 Susu skim 1 ktk 1 ktk 1 ktk x Rp 7,000 Rp 7,000
Jumlah Rp 49,964
Jumlah
DAFTAR PESANAN
Ni Putu Amelia Putri Suaryanti Lunak
Banyaknya
5. Edukasi Gizi Tujuan:
- Pasien PPOK mengenal perjalanan penyakit, melaksanakan pengobatan yang maksimal, mencapai aktivitas optimal dan meningkatkan kualitas hidup.
- Meningkatkan asupan zat gizi pada pasien PPOK seperti energi, protein dan lemak.
- Pasien mengetahui diet yang dijalankan dan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk penderit PPOK
A. Definisi PPOK
Penyakit paru obstuksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang dikarenakan hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan ini bersifat progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya.
Tahun 2020 World Health Organization (WHO) memperkirakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian terbanyak nomor tiga ialah PPOK setelah penyakit jantung coroner dan stroke (Saftarina et al., 2017).
Penyakit paru obstruktif kronis atau sering disingkat PPOK adalah istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari dalam paru-paru sehingga pengidap akan mengalami kesulitan dalam bernapas. PPOK umumnya merupakan kombinasi dari dua penyakit pernapasan, yaitu bronkitis kronis dan emfisema.
- Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara menuju paru-paru yang menyebabkan pembengkakan dinding bronkus dan produksi cairan di saluran udara berlebihan.
- Emfisema adalah kondisi rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru yang terjadi secara bertahap (RI, 2018).
B. Penyebab dan Etiologi Penyakit PPOK
PPOK merupakan penyakit pernafasan yang memiliki beberapa penyebab seperti:
- Rokok
- Pajanan polusi udara, misalnya asap kendaraan bermotor, debu jalanan,gas buangan industri, briket batu bara, debu vulkanik gunung meletus, asap kebakaran hutan, asap obat nyamuk bakar, asap kayu bakar, asap kompor, polusi di tempat kerja (bahan kimia, debu/zat iritasi, dan gas beracun)
- Usia. PPOK akan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit umumnya muncul pada pengidap yang berusia 35 hingga 40 tahun
- Faktor keturunan. Jika memiliki anggota keluarga yang mengidap PPOK, maka akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit yang sama (RI, 2018)
C. Faktor Resiko PPOK
Faktor resiko PPOK yang merupakan inflamasi lokal saluran nafas paru, akan ditandai dengan hipersekresi mukus dan sumbatan aliran udara yang persisten. Gambaran ini muncul dikarenakan adanya pembesaran kelenjar di bronkus pada perokok dan membaik saat merokok di hentikan. Terdapat banyak faktor risiko yang diduga kuat merupakan etiologi dari PPOK.
Faktorfaktor risiko yang ada adalah genetik, paparan partikel, pertumbuhan dan perkembangan paru, stres oksidatif, jenis kelamin, umur, infeksi saluran nafas, status sosioekonomi, nutrisi dan komorbiditas (Susanti, 2015)..
D. Patologi Patogenesis PPOK
Perubahan patologi pada PPOK mencakup saluran nafas yang besar dan kecil bahkan unit respiratori terminal. Terdapat 2 kondisi pada PPOK yang menjadi dasar patologi yaitu bronkitis kronis dengan hipersekresi mukusnya dan emfisema paru yang ditandai dengan pembesaran permanen dari ruang udara yang ada, mulai dari distal bronkiolus terminalis, diikuti destruksi dindingnya tanpa fibrosis yang nyata. Penyempitan saluran nafas tampak pada saluran nafas yang besar dan kecil yang disebabkan oleh perubahan konstituen normal saluran nafas terhadap respon inflamasi yang persisten. 6 Epitel saluran nafas yang dibentuk oleh sel skuamousa akan mengalami metaplasia, sel-sel silia mengalami atropi dan kelenjar mukus menjadi hipertropi.
Proses ini akan direspon dengan terjadinya remodeling saluran nafas tersebut, hanya saja proses remodeling ini justru akan merangsang dan mempertahankan inflamasi yang terjadi dimana T CD8+dan limfosit B menginfiltrasi lesi tersebut.
Inflamasi pada saluran nafas pasien PPOK merupakan suatu respon inflamasi yang diperkuat terhadap iritasi kronik seperti asap rokok. Mekanisme ini yang rutin dibicarakan pada bronkitis kronis, sedangkan pada emfisema paru, ketidakseimbangan pada protease dan anti protease serta defisiensi α 1 antitripsin menjadi dasar patogenesis PPOK. Proses inflamasi yang
melibatkan netrofil, makrofag dan limfosit akan melepaskan mediator mediator inflamasi dan akan berinteraksi dengan struktur sel pada saluran nafas dan parenkim. Secara umum, perubahan struktur dan inflamasi saluran nafas ini meningkat seiring derajat keparahan penyakit dan menetap meskipun setelah berhenti merokok. Peningkatan netrofil, makrofag dan limfosit T di paru-paru akan memperberat keparahan PPOK. Sel-sel inflamasi ini akan melepaskan beragam sitokin dan mediator yang berperan dalam proses penyakit, diantaranya adalah leucotrien B4, chemotactic factors seperti CXC chemokines, interlukin 8 dan growth related oncogene α, TNF α, IL-1ß dan TGFß.
Selain itu ketidakseimbangan aktifitas protease atau inaktifitas antiprotease, adanya stres oksidatif dan paparan faktor risiko juga akan memacu proses inflamasi seperti produksi netrofil dan makrofag serta aktivasi faktor transkripsi seperti nuclear factor κß sehingga terjadi lagi
pemacuan dari faktor-faktor inflamasi yang sebelumnya telah ada. Hipersekresi mukus menyebabkan batuk produktif yang kronik serta disfungsi silier mempersulit proses ekspektorasi, pada akhirnya akan menyebabkan obstruksi saluran nafas pada saluran nafas yang kecil dengan diameter <2 mm dan air trapping pada emfisema paru (Susanti, 2015).
E. Tata Laksana PPOK
Penatalaksanaan pada PPOK dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. Tujuan terapi tersebut adalah mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit, mencegah dan mengatasi ekserbasasi dan komplikasi, menaikkan keadaan fisik dan psikologis pasien, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi angka kematian pada pasien (Susanti, 2015).
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangkan panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang bersifat irreversible dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan penyakit.
Pada terapi farmakologis, obatobatan yang paling sering digunakan dan merupakan pilihan utama adalah bronchodilator. Penggunaan obat lain seperti kortikoteroid, antibiotic dan antiinflamasi diberikan pada beberapa kondisi tertentu. Bronkodilator diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan denganklasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long acting) (Susanti, 2015).
Selain itu penderita PPOK juga harus diberikan intervensi gizi. Intervensi gizi pada pasien PPOK ditujukan untuk mengendalikan anoreksia, memperbaiki fungsi paru, dan mengendalikan penurunan berat badan (Fasitasari, 2013).
F. Diet yang Dianjurkan dan Makanan yang Harus Dihindari
Sumber Makanan yang Dianjurkan Makanan yang Tidak Dianjurkan Karbohidrat Semua bahan makanan kecuali
yang menimbulkan gas ditim, dibubur, direbus, dipure Protein Hewani Daging sapi, ayam, ikan,
ungags, telur, dikukus, direbus, ditim ; telur ayam diceplok air, diorak-arik, susu dan hasil olahannya seperti keju, yoghurt Protein Nabati Tahu, tempe, kacang hijau, tofu
Lemak Minyak nabati, margarin,
santan encer, alpukat
Sayur Semua sayuran kecuali yang
ada pada daftar makanan yang tidak dianjurkan
Buah Semua buah kecuali yang ada
pada daftar makanan yang tidak dianjurkan
Bumbu Bawang merah, putih, lada, kunyit, jahe, ketumbar, daun salam, sereh, kayu manis, lengkuas, kecap
Tidak dianjurkan:
Bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi jalar
Dibatasi:
Kacang-kacangan digoreng kering Pantangan:
- Makanan seperti kue atau camilan karbohidrat sederhana, seperti kue tart, sirup, teh manis, kopi manis, buah manis.
- Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.
- Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka.
- Minuman yang mengandung alcohol, gula tinggi, dan soda.
6. Monitoring dan Evaluasi
Parameter Target/Tujuan
Capaian/Hasil Monitor
Evaluasi Tindak lanjut Tgl:…. Tgl:…. Tgl:….
Asupan Gizi
- Pasien dapat mengonsumsi 80%
makanan yang diberikan selama 3 hari lalu 100% dapat menghabiskan pada hari berikutnya - BB meningkat
minimal 0,5 – 1 kg dalam seminggu - Asupan zat gizi
seimbang kembali
Hasil Lab dan Fisik
Klinis
Target :
- Pasien kembali sehat dalam satu minggu - Pasien tidak merasa
sesak, nyeri saat makan
- Pasien sembuh dari batuk berdahak
Perilaku
- Memahami dan mengerti pentingnya mengonsumsi makanan yang bervariasi, seimbang, dan cairan yang cukup
7. Daftar Pustaka
1. Fasitasari, M. (2013). Terapi Gizi pada Lanjut Usia dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Nutrition Therapy in Elderly with Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Sains Medika, 5(1), 50 – 61.
2. Persagi & ASDI . (2019). Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
3. P2PTM Kemenkes RI. (2018). Apa itu Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ?. Tersedia pada http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-kronik/page/23/faktor-
risikopenyakitparuobstruktif-kronis-ppok.
4. Saftarina, F., Anggraini, D. I., & Ridho, M. (2017). Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok Aktif dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Kecamatan Tanjung Sari Natar. Jurnal Agromed Unila, 4(1), 143 – 151.
5. Susanti, E. F. P. (2015). Influence of Smoking on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). J Majority, 4(5), 67 – 75.
6. Yudhawati, R., & Prasetiyo, Y. D. (2019). Imunopatogenesis Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Jurnal Respirasi, 4(1), 19