• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perencanaan Rehabilitasi Bangunan Pelimpah (Spillway) pada Embung Takisung Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan

N/A
N/A
aknop batam

Academic year: 2023

Membagikan "Studi Perencanaan Rehabilitasi Bangunan Pelimpah (Spillway) pada Embung Takisung Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JTRESDA

Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/

p-ISSN : 2798-3420 e-ISSN : 2477-6068

*Penulis korespendensi: Fajarbudiarto.15@gmail.com

Studi Perencanaan Rehabilitasi Bangunan Pelimpah (Spillway) pada Embung Takisung Kabupaten Tanah Laut Kalimantan

Selatan

Rehabilitation Design Study of Takisung Retention Basin Spillway in Tanah Laut Regency South Kalimantan

Fajar Dwi Budiarto1*, Suwanto Marsudi1, Very Dermawan1

1Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jalan MT. Haryono No.167, Malang, 65152, Indonesia

Korespondensi Email : fajarbudiarto.15@gmail.com DOI:

https://doi.org/10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.08

Kata kunci: Perencanaan Pelimpah, Debit Inflow, Debit Outflow

Keywords: Overflow Planning, Inflow Discharge, Outflow Discharge Article history:

Received: 12-01-2023 Accepted: 01-03-2023

Abstrak: Perencanaan rehabilitasi bangunan pelimpah (spillway) bertujuan untuk mengetahui besar debit banjir, merencanakan desain dimensi bangunan, dan menganalisis kestabilan bangunan. Perencanaan ini dilakukan di Embung Takisung Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Tahap awal perencanaan ini adalah dengan meninjau secara detail debit inflow yang masuk ke waduk yang selanjutnya digunakan untuk perhitungan penelusuran banjir. Hasil dari penelusuran banjir berupa debit outflow yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan pelimpah, profil muka air, serta perencanaan peredam energi. Hasil perencanaan yaitu besar debit menggunakan metode HSS Nakayasu sebagai debit inflow dengan kala ulang 100 tahun dan kala ulang 1000 tahun sebagai kontrolnya. Debit inflow sebesar Q100th = 61,729 m3/detik; Q1000th = 72,541 m3/detik serta debit outflow sebesar Q100th = 30,453 m3/detik; Q1000th = 37,767 m3/detik.

Kemudian hasil perencanaan pelimpah yang sesuai dengan kondisi daerah studi dari topografi, hidrologi dan hidrolika menggunakan Q100th. Perhitungan stabilitas pelimpah dengan keadaan air kosong, muka air normal dalam kondisi normal dan gempa, dan muka air banjir debit Q1000th serta keadaan ekstrim diperoleh hasil aman terhadap guling, geser dan daya dukung tanahnya tidak melebihi dari tegangan ijin tanah sehingga memenuhi syarat.

Abstract: Spillway rehabilitation planning aims to determine the discharge of major floods, dimensional design of the structure, and analyze the stability. This planning was carried out at the Takisung Retarding basin, Tanah Laut Regency, South Kalimantan. The initial stage of this planning is to review in detail the incoming discharge that enters the reservoir which is then used for flood routing on the spillway. The result of flood routing is in the form of outflow which will be used as the basis for

(2)

94

planning the spillway, the water level profil, and the planning of the stilling basin. The result of the planning is a large discharge using the HSS Nakayasu method as an inflow discharge with a return period of 100 years and a return period of 1000 years as the control. Inflow discharge of Q100th = 61,729 m3/second; Q1000th = 72,541 m3/second and an outflow discharge of Q100th = 30,453 m3/second; Q1000th = 37.767 m3/second. Then the spillway planning results are in accordance with the conditions of the study area from topography, hydrology and hydraulics using Q100th. Analyze of the stability with the load with empty water, normal water level in normal and earthquake conditions, and flood water level with Q1000th discharge and extreme conditions which results in safety against overturning, shearing and soil carrying capacity not exceeding the allowable stress of the soil so that it meets the requirements.

1. Pendahuluan

Kejadian bencana banjir Kabupaten Tanah Laut terjadi pada pertengahan bulan Januari 2021 yang menyebabkan area genangan hampir mencapai seluruh wilayah kabupaten. Salah satu penyebab banjir adalah curah hujan yang sangat ekstrim pada tanggal 15 Januari 2021 setinggi 230,5 mm (BWS Kalimantan III). Salah satu infrastruktur yang terdampak adalah Embung Takisung.

Pada banjir tahun tersebut, pelimpah di Embung Takisung tidak berfungsi secara maksimal, sehingga air banjir melimpas pada bagian tubuh embung dan waduk mengalami overtopping. Karena kondisi tanah yang kurang bagus dan diduga terdapat piping, tubuh embung mengalami gerusan dan longsoran yang menyebabkan terjadinya banjir di sekitar Embung Takisung. Selain itu, kondisi bangunan pelimpah di Embung Takisung sangat memprihatinkan. Tidak adanya perawatan dan pemeliharaan serta kondisi bangunan yang mengalami kerusakan menyebabkan bangunan pelimpah saat ini tidak layak untuk dioperasikan. Maka diperlukan sebuah alternatif perencanaan pelimpah baru.

Dalam suatu perencanaan bangunan pelimpah, diperlukan tinjauan secara detail mengenai debit banjir rancangan yang masuk ke waduk (debit inflow) dan debit keluaran (debit outflow) yang direncanakan akan melimpas pada pelimpah seluruhnya [1]. Debit outflow tersebut dapat dihitung melalui perhitungan penelusuran banjir melalui pelimpah. Perhitungan penelusuran banjir ini juga untuk mengetahui tinggi muka air waduk pada saat terjadi banjir rencana pada Waduk Takisung [2].

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran debit banjir rencana yang digunakan sebagai dasar dan acuan perencanaan pelimpah; merencanakan desain dimensi bangunan dan mengetahui kondisi aliran pada bangunan pelimpah; serta menganalisa stabilitas konstruksi pelimpah terhadap gaya guling, geser dan daya dukung tanah [3].

2. Metodologi Perencanaan 2.1 Lokasi Studi

Embung Takisung terletak pada Desa Benua Tengah, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Kabupaten Tanah laut merupakan salah satu wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan yang berjarak sekitar 60 km dari Kota Banjarmasin sebagai ibukota provinsi. Adapun koordinat letak geografis Kabupaten Tanah Laut adalah 3°30’33” – 4°11’38” LS dan 114°30’20” – 115°23’31” BT.

Lokasi Embung Takisung berjarak sekitar 17 km dari Kota Pelaihari sebagai ibukota kabupaten. Secara Administrasi wilayah Kabupaten Tanah Laut dibatasi oleh:

(3)

95

• Sebelah Utara : Kota Banjarbaru

• Sebelah Selatan : Laut Jawa

• Sebelah Timur : Kabupaten Tanah Bumbu

• Sebelah Barat : Laut Jawa 2.2 Data Penelitian

Dalam perencanaan bangunan pelimpah diperlukan meliputi data hidrologi, data topografi, dan data geologi. Data tersebut merupakan bahan dalam melakukan perhitungan dan analisa.

2.3 Persamaan

2.3.1 Debit Banjir Rancangan

Debit banjir rancangan merupakan perhitungan besaran debit pada kedudukan embung yang terjadi karena daerah pengaliran mengalami hujan maksimum rata rata serta jangka waktu yang terjadi sejak air hujan tersebut berkumpul pada tempat kedudukan embung [4]. Metode hidrogaf satuan sintesis (HSS) Nakayasu adalah metode yang akan digunakan dalam analisa debit banjir rencana dengan input parameter luas DAS, panjang sungai, dan karakteristik DAS [5].

Q = A Ro

3,61(0,3.Tpi+iT0,3) Pers. 1 dengan:

Q = debit puncak hidrogaf satuan (m3/detik) Ro = hujan satuan (mm)

Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)

T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai 30%

A = luas daerah pengaliran sampai outlet (km2) 2.3.2 Kapasitas Pengaliran Melalui Pelimpah

Debit inflow dari tampungan waduk yang telah mencapai kapasitas maksimum dapat melimpas pada pelimpah dan menjadi debit outflow. Besaran debit yang melimpas di atas mercu pelimpah dapat dihitung menggunakan persamaan [6].

Q = C . L . H 3/2 Pers. 2 dengan:

Q = debit (m3/detik)

C = koefisien debit limpahan L = lebar efektif mercu embung (m)

H = total tinggi tekanan air di atas ambang pelimpah (m) 2.3.3 Koefisien Debit

Adanya gesekan yang terjadi dapat mengurangi besaran debit yang akan lewat pada pelimpah.

Besaran koefisien C pada ambang mercu tipe Ogee biasanya berkisar antara 1,6 sampai 2,21. Persamaan empiris Iwasaki dapat digunakan untuk menentukan koefisien debit yang lewat melalui pelimpah [6].

Cd = 2,200 – 0,0416 (Hd

P)0,99 Pers. 3 C = 1,60

1+2a (h

Hd) 1+a (h

Hd) Pers. 4

(4)

96 dengan:

C = koefisien debit limpahan untuk semua tinggi tekan Cd = koefisien debit limpahan untuk tinggi tekan rencana H = tinggi air di atas mercu ambang (m)

Hd = tinggi tekan rencana di atas mercu ambang (m) P = tinggi ambang (m)

a = konstanta (diperoleh pada saat h=Hd yang berarti C=Cd) 2.3.4 Bentuk Mercu Pelimpah

Dalam perencanaan ini digunakan pelimpah dengan bentuk standar tipe Ogee (overflow), yang dikembangkan oleh Civil Engineering Department U.S Army. Lengkung Harold digunakan untuk menentukan bentuk penampang setelah titik tertinggi mercu pelimpah yang diubah profilnya menjadi garis lurus dengan kemiringan 1 : 1 pada bagian hilir ambang pelimpah [7]. Pada studi ini menggunakan bentuk mercu tipe Ogee II.

2.3.5 Profil Muka Air

Pada ambang pelimpah, besaran tinggi muka air dapat menggunakan persamaan berikut [8] dan muka air loncatan hidrolik ditunjukkan pada Gambar 1.

Vz = Q

L .yz Pers. 5

Vz = √2g (∆z + Hd − yz) Pers. 6 maka:

Q

L .yz = √2g (∆z + Hd − yz) Pers. 7 dengan:

Q = debit (m3/detik) L = lebar pelimpah (m) Vz = kecepatan aliran (m/detik)

∆z = jarak vertikal dari pelimpah bagian hulu sampai dengan lereng hilir pelimpah (m) yz = kedalaman air pada titik sejauh z (m)

Fz = bilangan Froude

Gambar 1: Muka Air Loncatan Hidrolik

Persamaan hidrolika yang digunakan dalam perhitungan pada peredam energi antara lain adalah kedalaman aliran setelah loncatan (kedalaman konjugasi) sebagai berikut [6].

(5)

97

y2

y1 = 1

2 √1 + 8F12− 1 Pers. 8 dengan:

y1 = kedalaman aliran sebelum loncatan hidrolika(m) F1 = bilangan Froude

y2 = kedalaman aliran setelah loncatan hidrolika (m) 2.3.6 Peredam Energi

Peredam energi berfungsi sebagai penahan dan peredam energi dari air yang diakibatkan oleh pembendungan agar tidak terjadi penggerusan setempat yang dapat membahayakan struktur bangunan pelimpah [9]. Untuk studi ini tipe USBR tipe III digunakan sebagai peredam energi dengan kriteria q<

18,5 m2/detik, Fr > 4,5 serta V< 18 m/detik [6]. Detail kolam olakan USBR tipe III dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2: Kolam Olakan USBR Tipe III [6]

n3 = 𝑦1 (4+𝐹1)

6 Pers. 9

dengan:

n3 = tinggi blok halang (buffle blok) (m) y1 = kedalaman aliran sebelum loncatan (m) F1 = bilangan Froude

2.3.7 Stabilitas Pelimpah

Analisa Stabilitas pada perencanaan pelimpah ini perlu dilakukan dengan memperkirakan beban- beban yang bekerja untuk mengetahui apakah konstruksi pelimpah stabil dan aman untuk menahan semua beban yang bekerja. Maka pelimpah harus aman terhadap gaya geser, gaya guling serta daya dukung tanah. Persamaannya adalah sebagai berikut [10].

1. Stabilitas Terhadap Guling

Bangunan pelimpah harus aman terhadap guling dengan faktor keamanan (Sf) lebih besar dari 1,5 untuk kondisi normal dan 1,2 untuk kondisi gempa dengan kala ulang 500 tahun [11].

Sf = 𝛴𝑀𝑡

𝛴𝑀𝑔 Pers. 10 dengan:

Sf = faktor keamanan Mt = momen tahan (t.m)

(6)

98

Mg = momen guling (t.m) 2. Stabilitas Terhadap Geser

Bangunan pelimpah harus aman terhadap geser dengan faktor keamanan (Sf) lebih besar dari 1,5 untuk kondisi normal dan 1,2 untuk kondisi gempa dengan kala ulang 500 tahun [11].

Sf = 𝑓 𝛴𝑉+ 𝑐 𝐿

𝛴𝐻 Pers. 11

dengan:

Sf = faktor keamanan ΣV = jumlah gaya vertikal (t) ΣH = jumlah gaya horizontal (t) f = koefisien gesekan antar pondasi c = kohesi tanah (t/m2)

L = panjang pondasi (m)

3. Stabilitas Terhadap Daya Dukung Tanah

e = |ΣMtΣV− ΣMgL2| Pers. 12 Jika e < 𝐿

6 , maka σmaks/min = 𝛴𝑉

𝐵 . (1 ±6 .e

𝐿 ) Pers. 13 dengan:

σ = besarnya reaksi daya dukung tanah (t/m2) ΣV = jumlah gaya vertikal (t)

e = eksentrisitas pembebanan (m) L = panjang pondasi (m)

B = lebar pondasi (m) 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisa Hidrologi

Melakukan analisa hidrologi merupakan tahapan awal untuk mendesain suatu bangunan pelimpah embung. Dalam studi perencanaan ini, analisa hidrologi yang dilakukan adalah menghitung besarnya debit banjir rencana yang nantinya digunakan sebagai acuan dasar penentuan dimensi konstruksi bangunan pelimpah (spillway) [12]. Pada perhitungan debit banjir rencana ini, menggunakan metode HSS Nakayasu yang ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1: Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan HSS Nakayasu No Kala Ulang T Debit Banjir Rencana

(tahun) (m3/detik)

1 Q100tahun 61,73

2 Q1000tahun 72,54

Untuk kebutuhan analisa selanjutnya, dari hasil metode HSS Nakayasu digunakan debit banjir kala ulang 100 tahun sebagai dasar perencanaan pelimpah serta debit banjir 1000 tahun sebagai kontrol tinggi jagaan muka air pada pelimpah [2].

(7)

99 3.2 Analisa Hidrolika

Dalam perencanaan ini, analisa hidrolika berupa perhitungan besarnya debit outflow dari hasil penelusuran banjir sebagai dasar untuk menentukan dimensi bangunan pelimpah (spillway). Selain itu juga menghitung profil muka air dan dimensi peredam energi.

3.2.1 Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah

Penelusuran banjir diperlukan untuk mengetahui tinggi air maksimum di atas ambang pelimpah serta debit outflow maksimum. Hal ini sebagai dasar perencanaan hidrolika struktur agar tidak membahayakan puncak embung pada saat banjir besar [13]. Berikut data input yang dibutuhkan:

• Elevasi mercu pelimpah = + 7,3 m

• Elevasi dasar pelimpah = + 4,0 m

• Lebar pelimpah = 20 m

• Tinggi pelimpah = 3,3 m

• Jumlah pilar = 0

• Q100th = 61,73 m3/detik

• Q1000th = 72,54 m3/detik

Hasil penelusuran banjir untuk Q100th ditunjukkan dalam Gambar 3, sedangkan untuk Q1000th

ditunjukkan dalam Gambar 4.

Gambar 3: Hidrogaf Penelusuran Banjir Untuk Q100th

Gambar 4: Hidrogaf Penelusuran Banjir Untuk Q1000th

0 10 20 30 40 50 60 70

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

Q (m3/detik)

T (jam)

Hidrograf Penelusuran Banjir Q100th

Inflow Outflow

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Q (m3/detik)

T (jam)

Hidrograf Penelusuran Banjir Q1000th

Inflow Outflow

(8)

100

Penelusuran banjir Q1000th dihitung untuk mengetahui tinggi air maksimum di atas ambang pelimpah yang nantinya akan digunakan sebagai kontrol dari tinggi jagaan embung saat kondisi banjir..

Hasil penelusuran banjir pelimpah ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2: Rekapitulasi Penelusuran Banjir Pelimpah untuk Q100th dan Q1000th

Embung Takisung Satuan Q100th Q1000th

Lebar puncak pelimpah m 20,0 20,0

Debit inflow m3/detik 61,73 72,54

Debit outflow m3/detik 30,45 37,77

Tinggi air di atas ambang m 0,83 0,96 Elevasi air di atas ambang m 8,13 8,26

Tinggi Jagaan m 0,87 0,74

Elevasi Top Embung m 9,00 9,00

Pada perhitungan penelusuran banjir debit banjir rencana 1000 tahunan (Q1000th) setelah melalui penelusuran banjir di pelimpah adalah sebesar 37,77 m3/detik. Debit sebesar tersebut jika melimpas di pelimpah, tinggi pelimpasannya (H) adalah 0,96 m. Sehingga tinggi jagaan dari puncak embung adalah 0,74 m. Nilai tersebut telah aman terhadap banjir Q1000th dengan tinggi jagaan minimum embung sebesar 0,5 m [9].

3.2.2 Perencanaan Ambang Pelimpah

Pada Pelimpah Takisung ini direncanakan lebar total pelimpah sebesar 20 m tanpa pilar. Untuk perencanaan ini menggunakan debit outflow penelusuran banjir melalui pelimpah dengan kala ulang 100th sebesar 30,45 m3/detik. Dari nilai tersebut, didapatkan kedalaman aliran di atas ambang sebesar 0,83 m dan lebar efektif pelimpah 19,70 m. Untuk pelimpah ini didesain dengan tipe Ogee II dan lengkung Harold dengan koordinat X sebesar 0,89 m dan koordinat Y sebesar 0,48 m.

3.2.3 Perhitungan Profil Muka Air

Dalam Perhitungan muka air di atas mercu pelimpah didesain menggunakan Qoutflow 100 Tahun yang dihitung melalui penulusuran banjir dan ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3: Perhitungan Profil Muka Air di Atas Ambang Pelimpah

∆z (m)

yz

(m) Vz

(m/detik) Fz El Dasar

Pelimpah (m) El Muka Air (m)

0,60 0,33 4,65 2,60 6,70 7,03

1,20 0,26 5,90 3,70 6,10 6,36

1,80 0,22 6,88 4,66 5,50 5,72

2,40 0,20 7,71 5,54 4,90 5,10

3,00 0,18 8,46 6,37 4,30 4,48

3,60 0,17 9,15 7,16 3,70 3,87

4,20 0,16 9,78 7,91 3,10 3,26

4,55 0,15 10,13 8,34 2,75 2,90

Dengan menggunakan Persamaan 8, dapat dihitung tinggi muka air pada kolam olak (y2) dengan menggunakan hasil bilangan Froude pada titik sebelum loncatan.

(9)

101 y2 = y1

2 √1 + 8F12− 1

= 0,15

2 √1 + 8 . 8,342− 1

= 1,70 m

Perhitungan rating curve untuk tinggi muka air pada saluran akhir (tail water) mempengaruhi kedalaman rencana pada elevasi peredam energi yang ditunjukkan pada Gambar 5. Jika elevasi dasar peredam energi lebih rendah dari pada elevasi dasar sungai asli, maka akan terjadi aliran yg naik secara tiba-tiba yang mana digunakan untuk mengkontrol hasil loncatan hidrolis. Kedalaman minimum air yang diperkenankan dalam peredam energi tipe III yaitu Tw/y2 ≥ 0,8 [6].

Gambar 5: Rating Curve Tail Water

Dari table 5 rating curve diatas, didapatkan tinggi muka air pada saluran akhir (tail water) yaitu 1,65 m. Lalu selanjutnya dilakukan perhitungan kedalaman minimum air yang diperkenankan dan gambarkan pada Gambar 6.

𝑇𝑤

𝑦2 = 1,65+0,25

1,70 = 1,12 Syarat Tw/y2 ≥ 0,8.

𝑇𝑤

𝑦2 ≥ 0,8

1,12 ≥ 0,8 (Aman)

Gambar 6: Muka Air pada Saluran Akhir (Tail Water)

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

Tinggi Muka Air, h (m)

Debit, Q (m3/detik)

Rating Curve Tail Water Level

Q100th

(10)

102

3.2.4 Perencanaan Peredam Energi

Debit yang digunakan dalam perencanaan peredam energi adalah debit kala ulang Q100th. Hasil dari nilai F (Froude) yang didapatkan pada perhitungan sebelumnya digunakan untuk menentukan tipe peredam energi. Peredam energi yang akan digunakan pada pelimpah Embung Takisung yaitu kolam olakan tipe USBR tipe III, karena bilangan Froude dan kecepatan aliran sesuai dengan syarat, yaitu q <

18,5 m2/detik, Fr > 4,5 serta V< 18 m/detik [6]. Dimensi dari pelimpah dan peredam energi USBR tipe III dijelaskan dan digambarkan pada Gambar 7 berikut ini.

a. Tipe = USBR tipe III

b. Elevasi dasar peredam energi = + 2,75 m c. Panjang peredam energi = 4,60 m d. Kedalaman air (y2) = 1,70 m

Gambar 7: Perencanaan Pelimpah Embung Takisung 3.3 Analisa Stabilitas

Dari analisa stabilitas pelimpah dengan keadaan air kosong, ekstrim, muka air normal dalam kondisi normal dan gempa, dan muka air banjir debit Q1000th diperoleh hasil aman yang dipaparkan pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4: Rekapitulasi Stabilitas Pelimpah Embung Takisung

Kondisi

Stabilitas

Guling Geser Daya Dukung Tanah

Fshitung Fsizin Ket Fshitung Fsizin Ket σmax σmin σizin

(t/m2) (t/m2) (t/m2) Ket

Kosong 135.79 1.50 Aman 15.73 1.50 Aman 6.56 4.46 11.32 Aman Kosong Gempa 26.38 1.20 Aman 9.43 1.20 Aman 6.02 5.00 11.32 Aman Muka Air normal 1.85 1.50 Aman 1.70 1.50 Aman 3.51 3.23 11.32 Aman Muka Air normal Gempa 1.74 1.20 Aman 1.37 1.20 Aman 4.26 2.48 11.32 Aman Muka Air Banjir 1.51 1.50 Aman 1.53 1.50 Aman 4.33 2.08 11.32 Aman Ekstrim 5.98 1.20 Aman 3.81 1.20 Aman 6.81 6.59 11.32 Aman

(11)

103 4. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan studi perencanaan rehabilitasi bangunan pelimpah Embung Takisung dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Besar debit banjir rancangan yang digunakan sebagai dasar perencanaan pelimpah menggunakan metode HSS Nakayasu sebagai debit inflow sebesar Q100th = 61,73 m3/detik; Q1000th = 72,54 m3/detik serta debit outflow dari perhitungan penelusuran banjir sebesar Q100th = 30,45 m3/detik;

Q1000th = 37,77 m3/detik.

2. Hasil perencanaan pelimpah yang sesuai dengan kondisi daerah studi dari topografi, hidrologi dan hidrolika menggunakan Q100th dengan data tipe ambang pelimpah: Overflow Spillway Tipe Ogee II; lebar total pelimpah: 20 m; tinggi mercu: 3,30 m; tipe peredam energi : USBR tipe III;

panjang peredam energi: 4,60 m; elevasi hulu pelimpah: + 4,00 m; elevasi puncak mercu: + 7,30 m; elevasi peredam energi: + 2,75 m; elevasi hilir pelimpah: + 3,00 m; tinggi tekan di atas pelimpah (hd): 0,83 m; tinggi muka air setelah ambang (y1): 0,15 m; tinggi muka air peredam energi (y2): 1,70 m; tinggi muka air hilir pelimpah (y3): 1,65 m.

3. Perhitungan stabilitas pelimpah dengan keadaan air kosong, muka air normal dalam kondisi normal dan gempa, dan muka air banjir debit Q1000th serta keadaan ekstrim diperoleh hasil aman terhadap guling, geser dan daya dukung tanahnya tidak melebihi dari tegangan ijin tanah sehingga memenuhi syarat.

Daftar Pustaka

[1] Mulholland, W.M. (1987). General Guidelines for The Design of small Homogeneous Earthfill Dams. Terjemahan Muslimin. Salatiga: Universitas Gajah Mada.

[2] Masrevaniah, Aniek. (2012). Konstruksi Bendungan Urugan : Pelimpah. Malang: CV.

Asrori.

[3] Fazjrin, M.R. et al. (2021) “Studi Perencanaan Konstruksi Bendungan Cijurey Tipe Beton Padat Gilas Gravitasi Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Bogor Jawa Barat”. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No.2 p.104-116.

[4] Sosrodarsono, S. & Takeda, K. (2003). Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.

[5] Soemarto, CD. (1994). Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga.

[6] Sosrodarsono, S. & Takeda, K. (1989). Bendungan Type Urugan. Jakarta: Pradnya Paramita.

[7] Soedibyo. (1993). Teknik Bendungan. Jakarta: Pradnya Paramita.

[8] Chow, Ven Te. (1985). Hidrolika Saluran Terbuka (open channel Hydraulics). Terjemahan Suyatman, VFX. Kristanto Sugiharto dan E.V. Nensi Rosalina. Jakarta: Erlangga.

[9] Kasiro I,, Adidarma, W., Rusli, B.S., Nugroho, C.L. & Sunarto. (1994). Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia. Bandung: Puslitbang Pengairan.

[10] Ditjen SDA Kementerian PU. (2013). Standar Perencanaan Irigasi - Kriteria Perencanaan 02.

Jakarta: Ditjen SDA.

[11] Das M., Braja. (1995). Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis). Jakarta:

Erlangga.

[12] Subarkah, Imam. (1980). Hidrologi: Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma.

[13] Ayu, M. et al. (2021) “Analisa Keruntuhan Bendungan Salomekko Kabupaten Bone dengan Menggunakan Aplikasi Zhong Xing HY21”. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No.2 p.686-696.

Referensi

Dokumen terkait

This means that when integrating any strategies into the instructional design process, the nature of the learning task (i.e., the level of cognitive processing required) and