• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETEPATAN WAKTU TANGGAP (RESPONSE TIME) PERAWAT DI IGD RSUD BANGIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETEPATAN WAKTU TANGGAP (RESPONSE TIME) PERAWAT DI IGD RSUD BANGIL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 1 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETEPATAN WAKTU TANGGAP

(RESPONSE TIME) PERAWAT DI IGD RSUD BANGIL

Ani Sutriningsih1), Vita Maryah Ardiyani1)

1)Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang email: [email protected]

ABSTRACT

The success of emergency room nurses in providing nursing care to emergency patients is determined by the nurse's response time in taking action. The emergency room nurse is said to have a good response time if she has a response time of 5 minutes and a definitive time of

≤2 hours. The success of nurses' response time in treating patients will reduce the spread of organ damage, disability, and reduce mortality. The goal to be achieved in this study is to determine the factors associated with the timeliness of response (response time) in patients in the Emergency Room of Bangil Hospital. The study used a cross-sectional research design. The population includes all 420 emergency room patients and the sample used is 152 people who are determined using the principle of accidental sampling. The instruments used to measure factors related to the timeliness of response (response time) are questionnaires and observation sheets which were prepared by researchers based on a literature review. The analysis used to analyze factors related to the timeliness of response (response time) using the Logistic Regression test. The results showed that more than half of the respondents were in the yellow triage category (52%), there were officers in the triage room (100%), most of the respondents used BPJS (88.2%), gurneys were available in the emergency room (100%), almost all respondents had a response time that was in the right category (92.8%) with an average response time of 3.57 minutes, and the dominant factor related to the response time of nurses in the Emergency Room at Bangil Hospital was the level of emergency/triage (p=0.027). Discussion: Future researchers are expected to identify factors that influence response time based on nurse internal factors (education, knowledge, skills, and experience).

Keywords: accuracy, emergency, nurse, response time Pendahuluan

Pelayanan kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat sangat dibutuhkan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada pasien dengan kategori gawat darurat. Perawat dalam melakukan implementasi dituntut harus mengacu kepada doktrin dasar yaitu time saving is life saving (waktu adalah nyawa) atau dikatakan keselamatan pasien di IGD sangat ditentukan oleh waktu tanggap perawat. Keberhasilan perawat IGD dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gawat darurat ditentukan dari waktu tanggap perawat dalam melakukan tindakan. Perawat IGD dikatakan memiliki waktu tanggap yang

baik apabila memiliki waktu tanggap selama 5 menit dan waktu definitif ≤ 2 jam. Keberhasilan waktu tanggap perawat dalam menangani pasien akan mengurangi meluasnya kerusakan organ, kecacatan, dan menurunkan angka kematian (Asmara, K., Handayani, T., 2017).

Response time atau ketepatan waktu tanggap yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standard sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan penangananan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan

(2)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 2 manajemen IGD rumah sakit sesuai

standar Response time dikategorikan dengan prioritas P1 dengan penanganan 0 menit, P2 dengan penanganan<30 menit, dan P3 dengan penanganan<60 menit (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2009).

Penanganan pasien di IGD harus melihat time saving it’s life saving yang biasa disebut golden time dalam keberhasilan penanganan medik dan harapan hidup pasien. Penanganan di IGD harus dilaksanakan secara cepat dan tepat karena penanganan yang cepat akan mengurangi terjadinya kematian 30%, sebaliknya jika terlambatnya response time akan berdampak buruk dapat mengakibatkan kecacatan permanen dan kematian (Limantara, R., Herjunianto, &

Roosalina, 2015; Kambuaya, R. P., Kumaat, L. T., & Onibala, 2016; Plasay, M., Islam, A. A., & Gaus, 2016). Hasil penelitian sebelumnya terdapat 1.016 pasien mempunyai response time ≥8 menit yang meninggal dari 7.760 pasien (Blanchard, J. E., Doig, C. J., Hagel, B. E., Anton, A. R., Zygun, D. A., & Kortbeek, 2012). Penelitian lainnya menyebutkan salah satu faktor penyebab yang mempengaruhi response time yaitu tidak tersedianya peralatan atau obat di ruang IGD (Naser, R. W., Mulyadi, & Malara, 2015). Faktor eksternal terdiri dari ketersediaan alat dan obat, sarana prasarana, fasilitas, stretcher, kehadiran petugas, dan beban kerja. Faktor internal terdiri dari kondisi gawat darurat, pelatihan gawat darurat, masa kerja dan pendidikan.

Literature lainnya menyebutkan keterlambatan penanganan kasus gawat darurat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal antara lain karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan stretcher dan petugas kesehatan, waktu ketibaan pasien, pelaksanaan manajemen dan, strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih (Yoon, P., Steiner, I., Reinhardt, 2003).

Kunjungan pasien IGD di Indonesia tahun 2019 mencapai 13,3% dari seluruh total kunjungan di rumah sakit umum (Menteri Kesehatan RI., 2018). Kunjungan pasien IGD RSUD Bangil tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 62.500 atau rata-rata 162 pasien per hari dari tahun sebelumnya (Kurniawan, 2020).

Response Time adalah kecepatan dalam penanganan pasien dihitung sejak pasien datang sampai mendapatkan tanggapan dari petugas IGD (Suhartati, 2011). Faktor yang mempengaruhi response time perawat dalam penanganan pasien gawat darurat, antara lain ketersediaan strecher, ketersediaan alat dan obat-obatan, beban kerja (Maatilu, V., Mulyadi. & Malara, 2014). Penelitian sebelumnya menyebutkan ada beberapa faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap penanganan kasus di UGD adalah ketersediaan stretcher, ketersediaan petugas, pola penempatan staf, tingkat karakteristik pasien, faktor pengetahuan, keterampilan dan pengalaman petugas kesehatan yang menangani kejadian gawat darurat (Wa Ode, 2012). Canadian of Association Emergency Physician menyatakan bahwa: kurangnya stretcher untuk penanganan kasus yang akut berdampak serius terhadap kedatangan pasien baru yang mungkin saja dalam kondisi yang sangat kritis (Canadian Association emergency Physician, 2012).

Menurut Widodo ada beberapa faktor yang mempengaruhi response time perawat, yaitu kompetensi perawat, sarana dan prasarana, pengetahuan dan keterampilan (Widodo, 2015). Dampak response time yang kurang tepat dapat menyebabkan kerusakan organ-organ, selain itu seseorang dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja, karena berhenti napas 2-3 menit saja manusia dapat mengakibatkan kematian (Sutawijaya, 2018). Response time sangat penting dalam menangani pasien gawat darurat khususnya dengan pasien dengan kategori triase merah karena dapat mengurangi

(3)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 3 keluasan rusaknya organ-organ dalam

dapat juga mengurangi beban pembiayaan dan response time yang cepat dapat menimbulkan rasa puas terhadap pelayanan yang dirasakan oleh keluarga pasien ditunjang juga dengan sikap peduli atau emphaty dan keramahan juga komunikasi yang baik antara keluarga pasien dengan petugas kesehatan khususnya perawat (Purba, DE., Kumaat, L., 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan tanggal 21 Januari 2023 pada 10 pasien didapatkan response time di IGD RSUD Bangil ≥ 5 menit. Berdasarkan fenomena dan fakta tersebut perlu adanya penelitian yang berjudul “Faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap (response time) perawat di IGD RSUD Bangil”.

Metode Penelitian

Desain penelitian menggunakan cross sectional (potong lintang) (Sugiyono, 2013). Penelitian analitik bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap (response time) perawat di IGD.

Populasi penelitian ini adalah pasien di IGD RSUD Bangil sebanyak 420 orang (Data Pasien IGD/bulan Februari 2023).

Sampel penelitian ini adalah pasien di IGD RSUD Bangil sebanyak 152 orang.

Kriteria inklusi yaitu bersedia menjadi responden, pasien di IGD pada bulan Mei- Juni 2023. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling adalah

mengambil responden

sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2013). Penentuan besaran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2011):

Instrumen yang digunakan untuk mengukur faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap (response time) adalah kuesioner dan lembar

observasi yang disusun peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap (response time) menggunakan uji Regresi Logistik.

Hasil

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gagasan awal untuk mendirikan rumah sakit milik pemerintah Kabupaten Pasuruan, berawal dari keberadaan Puskesmas Bangil sebagai puskesmas perawatan dengan fasilitas sebanyak 77 tempat tidur. RSUD Bangil dalam perkembangannya karena tuntutan 64 kebutuhan akan pelayanan rujukan yang belum tentu dimiliki Kabupaten Pasuruan, maka perlu untuk didirikan Rumah Sakit yang merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Pada tanggal 19 Desember 1979 Rumah Sakit Umum Bangil telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur sebagai rumah sakit tipe D yang berlokasi di Jalan Soetomo No. 101 Bangil. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Pada tanggal 26 Februari 1993 RSUD Bangil meningkat menjadi kelas C. RSUD Bangil di Jalan Raci Bangil Mengingat makin meningkatnya jumlah kunjungan ke RSUD Bangil serta makin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang canggih dikaitkan dengan keterbatasan lahan untuk pengembangan rumah sakit maka pada tanggal 18 Maret 2008 RSUD Bangil dilakukan relokasi dari jalan dr. Soetomo No. 101 Bangil ke Jalan Raya Raci Bangil.

Rumah Sakit Umum Daerah Bangil sebagai Rumah Sakit Badan Layanan Umum Daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam pemberian jasa pelayanan kesehatan dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan maka pada tanggal 24 Februari 2012 RSD Bangil ditetapkan sebagai Rumah Sakit BLUD. Dengan status BLUD tersebut

maka RSUD Bangil lebih

(4)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 4 mengembangkan kegiatan pelayanan, baik

medik maupun nonmedik terutama melalui kerja sama dengan pihak lain. IGD RSUD Bangil Kab. Pasuruan terletak di bagian kanan depan rumah sakit. Pada bangsal ini terdapat loby dan beberapa ruangan, seperti ruangan Triage, ruangan khusus pasien kategori P1 (merah), P2 (kuning) dan P3 (hijau), ruang bedah minor, ruang isolasi, ruangan IGD PONEK, apotik IGD dan ruang ganti perawat serta Nurse station yang berada tepat di tengah-tengah ruangan. Tenaga kesehatan yang bertugas di IGD RSUD Bangil terdiri dari 3 orang dokter jaga dan 65 4-5 orang perawat dan 2 bidan pada setiap shift nya. Pada IGD ini terdapat beberapa tindakan keperawatan yang dilakukan seperti pemeriksaan tanda- tanda vital, pemasangan infus, pemasangan oksigen, pengambilan darah, pembersihan luka, dan pemasangan ventilator. Rata-rata kunjungan pasien ke IGD berjumlah 500 kunjungan perbulan.

Data Umum

Berikut data umum responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan identifikasi faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap (response time) perawat di IGD RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan tahun 2023.

Tabel 1 Distribusi Numerik Karakteristik Responden berdasarkan Umur di IGD RSUD Bangil tahun 2023 (n=152)

Variabel Rerata Median SD Min- Max Usia

(tahun)

43,10 48,00 21,121 1-90

Tabel 1 menunjukkan rata-rata usia responden 43,1 tahun, dengan standar deviasi 21,1 tahun, usia terendah 1 tahun dan tertinggi 90 tahun.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin dan Faktor yang berhubungan dengan Response Time di IGD RSUD Bangil tahun 2023 (n=152)

Variabel Kategori f %

Jenis kelamin Laki-laki 85 55,9

Perempuan 67 44,1 Cara datang Kendaraan

Sendiri

122 80,3 Angkutan

umum

2 1,3 Ambulance 27 17,8 Mobil polisi 1 7 Petugas yang

pertama kali menangani

Dokter 0 0

Perawat 152 100

Tingkat

Kegawatan/ Triase

Merah 67 44,1

Kuning 79 52,0

Hijau 6 3,9

Keberadaan petugas di Ruang Triase

Ada 152 100

Tidak ada 0 0

Cara pembayaran Umum 18 11,8

BPJS 134 88,2

Ketersediaan Brankar

Tersedia 152 100 Tidak tersedia 0 0

Total 152 100

Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (55,9%), sebagian besar responden datang ke IGD menggunakan kendaraan sendiri (80,3%), seluruh responden ditangani pertama kali di ruang triase oleh perawat (100%), lebih dari separuh responden masuk kategori triase kuning (52%), seluruhnya terdapat petugas di ruang triase (100%), sebagian besar responden menggunakan BPJS (88,2%), dan seluruhnya tersedia brankar (100%).

Data Khusus

Berikut data khusus responden berdasarkan ketepatan waktu tanggap (response time) di IGD RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan tahun 2023.

Tabel 3 Distribusi NumerikKetepatan Waktu Tanggap Response Time di IGD RSUD Bangil tahun 2023 (n=152)

Variabel Rerata Median SD Min- Max Response

Time (menit)

3,57 4,00 1,879 0-11

Tabel 3 menunjukkan rata-rata response time 3,57 menit, dengan standar deviasi 1,879, response time terendah 0 tahun dan tertinggi 11 menit.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Ketepatan Waktu Tanggap (Response

(5)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 5 Time) di IGD RSUD Bangil

tahun 2023 (n=152)

Variabel Kategori f %

Response Time Tepat 141 92,8 Tidak tepat 11 7,2

Total 152 100

Tabel 4 menunjukkan hampir seluruh responden mempunyai ketepatan waktu tanggap (response time) dalam kategori tepat (92,8%).

Analisis Data Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan keberadaan petugas, triase, ketersediaan brankar, dan cara pembayaran dengan response time yang dianalisis dengan menggunakan Uji Pearson Chi Square.

Tabel 5 Hasil Analisis Bivariat Faktor yang berhubungan dengan Response Time di IGD RSUD Bangil tahun 2023

Variabel Katego ri

Response Time p valu

e Tepat Tidak

tepat

f % f %

Triase Merah 66 46,

8

1 9,1 0,02 7 Kuning 69 48,

9 1 0

90, 9

Hijau 6 4,3 0 0

Keberadaan petugas

Ada 14

1

100 1 1

100 .a Tidak

ada

0 0 0 0

Cara pembayara n

Umum 18 12,

8

0 0 0,20 7

BPJS 12

3 87,

2 1 1

100 Ketersediaa

n Brankar

Tersedia 14 1

100 1 1

100 .a Tidak

tersedia

0 0 0 0

Tabel 5 menunjukkan terdapat hubungan triase dengan ketepatan response time (p = 0,027) dan tidak ada hubungan keberadaan petugas, cara pembayaran, dan ketersediaan brankar dengan response time (0,207).

Analisis Univariat

Analisis multivariat pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor yang berhubungan dengan response

time yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik karena variabel dependennya kategorik. Tujuan utama dari regresi logistik ini yaitu untuk mengetahui faktor yang dapat dijadikan prediktor yang mempengaruhi response time. Variabel independennya yaitu keberadaan petugas, triase, ketersediaan brankar, dan cara pembayaran, serta variabel dependennya adalah response time.

1. Pemilihan Kandidat Multivarian

Pemilihan kandidat diawali dengan melakukan analisis bivarian dengan menggunakan uji chi-square jika memenuhi syarat dan uji fisher jika tidak memenuhi syarat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Tabel 6 Hasil Analisis Bivariat Keberadaan Petugas, Triase, Ketersediaan Brankar, dan Cara Pembayaran dengan Response Time

No. Variabel p value

1 Triase 0,027*.

2 Keberadaan Petugas .a

3 Cara Pembayaran 0,207*

4 Ketersediaan Brankar .a

*kandidat yang masuk tahap uji multivariat selanjutnya

Masing-masing variabel independen dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji pearson chi-square jika memenuhi syarat dan uji fisher jika tidak memenuhi syarat, bila menghasilkan nilai p = < 0,25 maka variabel tersebut dapat masuk dalam tahap multivariat, tetapi jika dihasilkan nilai p = > 0,25 variabel tersebut tidak masuk dalam tahap multivariat. Tabel 6 menunjukkan variabel yang memenuhi syarat dan dapat masuk ke tahap multivariat yaitu variabel triase dan cara pembayaran sedangkan variabel yang tidak memenuhi syarat yaitu variabel keberadaan petugas di ruang triase dan ketersediaan brankar.

(6)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 6 2. Pemodelan Multivariat

Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat di uji cobakan secara bersama- sama dengan menggunakan uji regresi logistik. Variabel yang dianggap valid adalah variabel yang memiliki nilai p <

0,25 dan variable yang memiliki nilai p >

0,25 dikeluarkan dari model. Dibawah ini dijelaskan model summary dari analisis multivarian.

Tabel 7 Model Summary Analisis Multivariat Keberadaan Petugas, Triase, Ketersediaan Brankar, dan Cara Pembayaran dengan Response Time

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 66,995 0,076 0,187

Tabel 7 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square 0,187 dapat diartikan bahwa kedua variabel independen menjelaskan bahwa pengaruh terhadap ketepatan response time sebesar 18,7% sedangkan 81,3% sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Menilai kualitas persamaan yang diperoleh berdasarkan parameter kalibrasi yang dapat dilihat dari tabel 8.

Tabel 8 Hosmer and Lameshow Test Analisis Multivariat Keberadaan Petugas, Triase, Ketersediaan Brankar, dan Cara Pembayaran dengan Response Time

Step Chi Square

Df Sig.

1 0,000 2 1,000

Tabel 8 menunjukkan p-value 1,000 lebih besar dari 0,05 yang artinya persamaan yang diperoleh mempunyai kalibrasi yang baik dan model layak untuk di interpretasikan.

3. Model Persamaan Multivariat

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan model persamaan sebagai berikut:

Tabel 9 Model Persamaan Akhir Analisis Multivariat Keberadaan Petugas, Triase, Ketersediaan Brankar, dan Cara Pembayaran dengan Response Time

Variabe l

Koefis ien

p OR IK 95%

mi n

ma ks Triase 18,865 0,0

90

21095313 ,244

0,0 00

. Cara

pembay aran

- 18,903

0,9 98

0,000 0,0 00

.

Tabel 9 menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap response time adalah triase. Kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) dimana nilai OR dari variabel triase sebesar 21095313,244.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh responden mempunyai ketepatan waktu tanggap (response time) dalam kategori tepat dengan rata-rata response time 3,57 menit. Faktor yang mempengaruhi response time perawat dalam penanganan pasien gawat darurat, antara lain ketersediaan strecher, ketersediaan alat dan obat-obatan, beban kerja (Maatilu, V., Mulyadi. & Malara, 2014). Hasil penelitian menunjukkan pada saat pasien datang ke IGD selalu tersedia stretcher/ brankar. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyimpulkan ada hubungan ketersediaan stretcher dengan response time perawat dengan p= 0,000 (Tumbuan, Kumaat and Malara, 2015). Penelitian sebelumnya menyebutkan ada beberapa faktor yang berhubungan dengan ketepatan waktu tanggap penanganan kasus di UGD adalah ketersediaan stretcher, ketersediaan petugas, pola penempatan staf, tingkat karakteristik pasien, faktor pengetahuan, keterampilan dan pengalaman petugas kesehatan yang menangani kejadian gawat darurat (Wa Ode, 2012). Hasil penelitian menunjukkan pada saat pasien datang ke IGD selalu ada petugas di ruang triase dan yang menangani pasien pertama kali di ruang triase adalah perawat. Penelitian sebelumnya menyatakan sarana prasarana tidak mempengaruhi response time perawat. Sarana prasarana di rawat darurat

(7)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 7 terdiri dari alat bantu yang disebut

stretcher yang digunakan untuk memindahkan pasien (Santoso. H., 2009;

Karokaro et al., 2020). Sarana prasarana atau fasilitas tidak hanya terdiri dari alat bantu stretcher, tetapi ada alat lain yang dapat membantu perawat dalam memberikan penanganan seperti obat habis pakai dan alat habis pakai yang dapat diberikan kepada pasien untuk menstabiilkan kondisi pasien dan meningkatkan keselamatan pasien.

Penelitian Mudatsir, Sangkala, &

Setyawati mengatakan faktor yang paling kuat mempengaruhi response time perawat merupakan fasilitas gawat darurat terdiri dari alat dan bahan seperti obat yang digunakan untuk melakukan penanganan medis, peralatan yang dapat berguna menstabilkan pasien bukan hanya stretcher tetapi ada alat lain yaitu alat suction dan alat intubasi (Mudatsir, Sangkala and Setyawati, 2018). Penelitian Karokaro, Hayati, Sitepu & Sitepu mengatakan bahwa peralatan memerlukan perawatan yang lebih akurat sehingga ketika perawat ingin menggunakannya untuk melakukan tindakan kepada pasien di triage hijau tidak ada kendala. Ketersediaan sarana atau fasilitas yang termasuk alat dan obat dapat tersedia dengan sesuai standar yang diatur dari pihak rumah sakit atau kementerian kesehatan, maka komponen itu tidak hanya dapat meningkatkan kualitas pasien tetapi akan dapat mempengaruhi kepuasan pasien karena response yang diberikan perawat dapat berlangsung cepat dan tanpa hambatan, sehingga akan membuat pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh perawat (Karokaro et al., 2020).

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh tingkat kegawatan/ triase responden masuk kategori kuning. Analisis data menunjukkan terdapat hubungan tingkat kegawatan/ triase dengan ketepatan response time. Faktor yang mempengaruhi response time adalah kondisi pasien, karena perawat tidak langsung menangani

pasien yang memiliki kondisi cedera ringan, sehingga memperpanjang response time yang diberikan. Tetapi ada beberapa perawat yang memberikan response time cepat karena perawat tersebut juga didukung oleh fasilitas dan sudah mengikuti pelatihan gawat darurat (Mudatsir, Sangkala and Setyawati, 2018).

Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya yang menyebutkan faktor yang dominan adalah kondisi pasien dengan response time perawat, hal ini terjadi karena perawat lebih memprioritaskan pada kondisi pasien yang berat daripada kondisi pasien yang ringan bahkan dapat mempengaruhi response time lima kali lipat daripada kondisi pasien yang ringan (Santoso. H., 2009). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang menyebutkan kondisi pasien tidak mempengaruhi response time perawat karena tidak meratanya tingkat kondisi pasien, yang menyebabkan pasien berada di triage kuning, sehingga mengikuti aturan untuk prioritas kuning itu ada waktu tunggu selama 30 menit, dan ada faktor IGD yang overload membuat perawat kewalahan mengatasi kondisi di IGD (Fadhilah, Harahap and Lestari, 2015). Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden ditangani oleh petugas di ruang triase. Analisis data menunjukkan tidak terdapat hubungan keberadaan petugas di ruang triase dengan ketepatan response time. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan 58% pasien dengan waktu tanggap yang tidak sesuai dengan standart >5 menit didapatkan nilai p pengantar pasien (0,113), kehadiran dokter (0,362), saranaprasarana (0,119), kebijakan surat rujukan (0,848), dan kondisi pasien berdasarkan kondisi kegawatdaruratan (0,004) (Santoso. H., 2009). Faktor lain yaitu kehadiran petugas, terutama perawat dan dokter. Pentingnya kehadiran petugas di meja triase dapat mempercepat response time yang diberikan karena pertugas yang dapat menstabilkan kondisi pasien adalah dokter dan perawat, maka perawat dan dokter

(8)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 8 harus berjaga di triage. Hal ini sejalan

dengan penelitian mengatakan ketersediaan petugas yaitu dokter dan perawat dapat mempengaruhi response time pada penanganan gawat darurat (Santoso. H., 2009; Karokaro et al., 2020).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden mempunyai ketepatan waktu tanggap (response time) dalam kategori tepat dengan rata-rata response time 3,57 menit.

2. Ada hubungan tingkat kegawatan/

triase dengan waktu tanggap (response time) perawat di IGD RSUD Bangil.

3. Tidak ada hubungan keberadaan petugas di ruang triase, cara pembayaran, dan ketersediaan brankar dengan waktu tanggap (response time) perawat di IGD RSUD Bangil.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut:

1. Bagi IGD RSUD Bangil

Mempertahankan ketepatan waktu tanggap (response time) ≤ 5 menit.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu tanggap (response time) berdasarkan faktor internal perawat (pendidikan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman).

Daftar Pustaka

Asmara, K., Handayani, T., N. (2017) Gambaran Kematian di Instalasi Gawat Darurat. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiyah Kuala Banda Aceh.

Blanchard, J. E., Doig, C. J., Hagel, B. E., Anton, A. R., Zygun, D. A., &

Kortbeek, J.B. (2012) ‘Emergency

Medical Services Response Time and Mortality in An Urban Setting’, Prehospital Emergency Care, 16(1).

Canadian Association emergency Physician (2012) Overcrowding.

Available at:

http://www.caep.ca/advocacy/overcro wding (Accessed: 9 March 2023).

Dahlan, M.S. (2011) Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan multivariate, dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS.

Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Fadhilah, N., Harahap, W.A. and Lestari, Y. (2015) ‘Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Waktu Tanggap pada Pelayanan Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M.

Djamil Padang Tahun 2013’, Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), pp. 195–

201. Available at:

https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.221.

Kambuaya, R. P., Kumaat, L. T., &

Onibala, F. (2016) ‘Hubungan Beban Kerja Perawat dengan Waktu Tanggap Keperawatan Gawat Darurat Menurut Persepsi Pasien di IGD RSUD Kabupaten Sorong.’, e-Jurnal Keperawatan (e-Kp), 4(1).

Karokaro, T.M. et al. (2020) ‘FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN WAKTU TANGGAP

(RESPONSE TIME) PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT GRANDMED’, JURNAL KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI (JKF), 2(2), pp. 172–

180. Available at:

https://doi.org/10.35451/jkf.v2i2.356.

Kurniawan (2020) ‘Hubungan Intensi dengan Perilaku Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Instalasi Gawat Darurat’, Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 4(1).

Limantara, R., Herjunianto, & Roosalina, A. (2015) ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka

(9)

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 8 No 2 Tahun 2023- 9 Kematian dI IGD Rumah Sakit’,

Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(2).

Maatilu, V., Mulyadi. & Malara, R. (2014)

‘Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Response Time Perawat pada Penanganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado’, eJournal Keperawatan, 2(6).

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2009) Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta:

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan RI. (2018) Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.

Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Mudatsir, S., Sangkala, M.S. and Setyawati, A. (2018) ‘Related Factors of Response Time in Handling Head Injury in Emergency Unit of Prof.Dr.H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng General Hospital’, Indonesian Contemporary Nursing Journal (ICON Journal), 2(1), p. 1.

Available at:

https://doi.org/10.20956/icon.v2i1.357 9.

Naser, R. W., Mulyadi, & Malara, R.T.

(2015) ‘Hubungan Faktor-Faktor Eksternal dengan Response Time Perawat dalam Penaganan Pasien Gawat Darurat di IGD RSUP. PROF.

DR. D. Kandou Manado’, eJournal Keperawatan, 3(2).

Plasay, M., Islam, A. A., & Gaus, S.

(2016) ‘Hubungan Antara Waktu Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medis dengan Kematian Lanjut pada Penderita Trauma Mayor’, JST Kesehatan, 6(2), pp. 193–200.

Purba, DE., Kumaat, L., & M. (2015)

‘Hubungan Response Time dengan Kepuasan Keluarga Pasien Gawat Darurat pada Triase Merah di IGD RSUP Prof. Dr.R.D.Kandou Manado’, eJournal Keperawatan [Preprint].

Santoso. H. (2009) Memahami Krisis Lanjut Us. Jakarta: Gunung Mulia.

Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfa Beta.

Suhartati (2011) Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan.

Sutawijaya, R.B. (2018) Gawat Darurat.

Yogyakarta: Aulia.

Tumbuan, A., Kumaat, L. and Malara, R.

(2015) ‘Hubungan Response Time Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kategori Triase Kuning Di Igd Rsu Gmim Kalooran Amurang’, Jurnal Keperawatan UNSRAT, 3(2), p. 113054.

Wa Ode (2012) Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan

KetepatanWaktu Tanggap

Penanganan Kasus Pada Respon Time I Di Instalasi Gawat Darurat Bedah Dan Non Bedah RSUD Dr.

Wahidin Sudirohusodo.

Widodo, E. (2015) Hubungan Response Time Perawat dalam memberikan Pelayanan dengan Kepuasan Pelanggan di IGD RS Panti Waluyo Surakarta. Program Studi S1 Keperawatan: STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Yoon, P., Steiner, I., Reinhardt, G. (2003) Analysis of factos influencing length of stay in the emergency departments.

Available at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

17472779 (Accessed: 12 March 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : Ha diterima dan Ho ditolak artinya terdapat Hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan waktu tanggap

Instalasi gawat Darurat RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo merupakan unit penyelenggaraan administrasi rumah sakit di bawah wakil direktur pelayanan yang menunjang kegiatan