FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI E. COLI PADA MAKANAN PEDAGANG KAKI LIMA DI
LAPANGAN GASMIN WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GRIYA ANTAPANI
Fanni Martriani Azhari1, Yeni Mahwati 2, Irfan Nafis Sjamsuddin3, Metha Dwi Tamara4 Suparni5
1Mahasiswa Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung, 2Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung, 3Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung, 4Dosen Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung, 5Dosen Sarjana Kesehatan
Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung
Email: [email protected]
Abstract
Food sold by street vendors (PKL) is the main choice for many people in various countries, especially in urban areas, because of its easy accessibility and affordable prices. however, the hygiene and safety issues of the food sold by street vendors are a serious concern, especially with regard to pathogenic microbial contamination. One of the common pathogenic bacteria found in food is Escherichia coli (E. coli). Based on examination of samples of school snacks in the gasmin field in the working area of the Griya Antapani UPTD Health Center, many school snacks in the area contained microbiology. The purpose of this study was to describe the presence of E.
coli bacteria in the food of street vendors and the causative factors in the field. gasmin working area of UPTD Griya Antapani Health Center. This study uses a quantitative research method, with a cross sectional approach.
The research sample is 35 traders. Univariate and bivariate data analysis using Chi-square test. The results showed that the variables of environmental sanitation, personal hygiene and equipment sanitation were related to the presence of E.coli bacteria in street vendors' food. It is recommended that street vendors sell according to the regulations set by the Ministry of Health and pay attention to factors such as personal hygiene, environmental sanitation, and equipment sanitation.
Keywords: Escherichia coli, Environmental Sanitation, Personal Hygiene of food handlers, equipment sanitation, condition of food raw materials
Abstrak
Makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) menjadi pilihan utama bagi banyak orang di berbagai negara, terutama di perkotaan, karena kemudahan aksesibilitas dan harga yang terjangkau. namun, masalah kebersihan dan keamanan makanan yang dijual oleh PKL menjadi perhatian serius, terutama berkaitan dengan kontaminasi mikroba patogenik. Salah satu bakteri patogen yang umum ditemukan pada makanan adalah Escherichia coli (E. coli). Berdasarkan pemeriksaan sampel pangan jajan sekolah di lapangan gasmin wilayah kerja Puskesmas UPTD Griya Antapani, banyak jajanan sekolah di wilayah tersebut yang mengandung mikrobiologi.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran keberadaan bakteri E. coli pada makanan pedagang kaki lima dan faktor-faktor penyebabnya di lapangan gasmin wilayah kerja Puskesmas UPTD Griya Antapani. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitaif, dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 35 pedagang. Analisis data secara univariat dan bivariat menggunakan Uji Chi-square.
Hasil penelitian diperoleh bahwa variabel sanitasi lingkungan, personal hyigiene dan sanitasi peralatan berhubungan dengan keberadaan bakteri E.coli pada makanan pedagang kaki lima. Disarankan kepada pedagang kaki lima sebaiknya berjualan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan Departemen Kesehatan dan memperhatikan faktor faktor seperti personal hygiene, sanitasi lingkungan, sanitasi peralatan.
Kata Kunci: Escherichia coli, sanitasi lingkungan, penjamah makanan, sanitasi peralatan, kondisi bahan baku makanan
I. PENDAHULUAN
Makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) menjadi pilihan utama bagi banyak orang di berbagai negara, terutama di
perkotaan, karena kemudahan aksesibilitas dan harga yang terjangkau. Namun, masalah kebersihan dan keamanan makanan yang dijual oleh PKL menjadi perhatian serius, terutama
berkaitan dengan kontaminasi mikroba patogenik. Salah satu bakteri patogen yang umum ditemukan pada makanan adalah Escherichia coli (E. coli). Bakteri E. coli menjadi pathogen apabila jumlahnya lebih dari normal yang ada didalam tubuh kita. Bakteri ini juga menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare. Data dari Komdat Kesmas periode Januari - November 2021, diare menyebabkan kematian pada postneonatal sebesar 14%. Data terbaru dari hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2020, prevalensi diare di berada ada pada angka 9,8%.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2021, terdapat 480.959 kasus diare di Provinsi Jawa Barat dan sebanyak 17.180 kasus diare di Kota Bandung.
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Bakteri E. coli Pada Makanan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani”.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan bakteri E. coli pada makanan pedagang kaki lima dan faktor- faktor penyebabnya. Adapun tujuan penelitian secara khusus adalah mengetahui gambaran keberadaan bakteri e.coli pada makanan pedagang kaki lima dan mengetahui faktor- faktor yang berkontribusi terhadap keberadaan e.coli antara lain faktor sanitasi lingkungan, personal hyegiene penjamah makanan, faktor sanitasi peralatan, serta faktor kondisi bahan baku makanan.
Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan kontribusi penting dalam memperbaiki kualitas makanan PKL, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan mengurangi insiden keracunan makanan yang disebabkan oleh e.coli.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Escherichia coli merupakan salah satu anggota kelompok dari Coliform.
Karena Escherichia coli adalah bakteri Coliform yang ada pada kotoran manusia, maka Escherichia coli sering disebut sebagai Coliform fecal, et al Aditia (2018). E. coli dapat bertindak sebagai indikator keberadaan pathogen lainnya, dan mudah dideteksi
dalam makanan seperti daging babi, sapi, dan ayam, et al Choi (2018).
Berdasarkan keputusan Dirjen BPOM No. 7388/B/SK/VII/2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam makanan yaitu angka lempeng total (ALT) (105kol/g) dan MPN (10 kol/g), BPOM (2008).
Menurut PERWALI Kota Cirebon Nomor 27 Tahun 2014 tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL pasal 1 ayat (5), Pedagang Kaki Lima, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang melakukan usaha Pedagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak meneta.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096 (2011), sanitasi lingkungan berupa (1) tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, saluran pembuangan air dan alat pengering, (2) tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup, (3) tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan sampah kering (an organik), tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, sehingga dapat menghindari kemungkinan tercemar nya makanan oleh sampah.
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit, Riskesdas Jabar (2021).
Sanitasi peralatan dapat diartikan dengan kondisi kebersihan tempat/ wadah yang digunakan untuk mengolah dan membungkus makanan, dimana wadah/
tempat selalu dicuci degan air bersih dan menggunakan sabun, serta membersihkan dengan lap yang bersih, Hakim (2012).
Bahan baku makanan adalah semua bahan yang dipergunakan untuk membuat
makanan baik yang segar ataupun diolah pabrik. Tempat atau wadah penyimpanan bahan baku makanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab, Kepmenkes (2011).
2.1. Kerangka Berpikir
Gambar 1. Kerangka Teori
Setiap faktor dan subfaktor diatas dapat saling berinteraksi dan mempengaruhi keberadaan bakteri E.coli pada makanan Pedagang Kaki Lima (PKL) di lapangan Gasmin wilayah kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani. Peneliti menggunakan kerangka teori simpul sebagai panduan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan bakteri E.coli dalam penelitian.
2.2. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan keberadaan bakteri E. coli pada makanan jajanan pedagang kaki lima di lapangan Gasmin wilayah kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani.
2. Terdapat hubungan antara personal hygiene penjamah makanan dengan keberadaan bakteri E. coli pada makanan jajanan pedagang kaki lima di lapangan Gasmin wilayah kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani.
3. Terdapat hubungan antara sanitasi peralatan dengan keberadaan bakteri E.
coli pada makanan pedagang kaki lima di lapangan Gasmin wilayah kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani.
4. Terdapat hubungan antara sumber bahan makanan dengan keberadaan bakteri E.
coli pada makanan pedagang kaki lima di lapangan Gasmin wilayah kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dimana penelitian menggunakan data berupa angka atau numerical yang akan diolah dengan pendekatan Cross Sectional dan menggunakan metode statistika. Pada penelitian ini menggunakan beberapa metode lainnya yaitu metode Isolasi bakteri menggunakan media Dry Compact EC dan Metode Chi-Square.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Sementara, teknik penentuan sampel menggunakan teknik sampling jenuh.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi yang bersumber dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Instrumen penelitian lain yang digunakan adalah alat pemeriksaan kualitas bakteriologi makanan, yaitu mortar, inkubator, pipet, alat penghitung koloni, dan cawan.
Data pada penelitian ini adalah data primer dari hasil uji laboratorium kualitas bakteriologi dan hasil observasi menggunakan lembar observasi. Teknik pengolahan data nya yaitu editing, codding, data entry dan tabulasi, serta cleaning data.
Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini disajikan dalam beberapa bentuk, yaitu analisis Univariat dan Analisis Bivariat.
4.1. Analisis Univariat
a. Gambaran Karakteristik Pedagang Kaki Lima di lapangan gasmin wilayah kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani
Tabel 1. Distribusi Responden Pedagang Kaki Lima Di Lapangan Gasmin UPTD
Puskesmas Griya Antapani (n=35)
Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%) Usia <35 Tahun
≥35 Tahun 19 16
54,3%
45,7%
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
26 9
74,3%
25,7%
Pendidikan Terakhir
SMP SMA/SMK
D3/S1 10 21 4
28,6%
60%
11,4%
Lama Berjualan
< 10 Tahun
≥ 10 Tahun 19 16
54,3%
45,7%
Sarana Berjualan
Gerobak Meja
28 7
80%
20%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat diketahui bahwa total pkl di lapangan gasmin sebanyak 35 pkl makanan. Dengan kriteria sebagai berikut, pedagang dengan usia < 35 tahun berjumlah sebanyak 19 pedagang dan pedagang yang usianya ≥ 35 berjumlah sebanyak 16 orang. Sementara untuk jenis kelamin sebagian besar pedagang berjenis kelamin laki-laki dengan total sebanyak 26 pedagang, sedangkan perempuan sebanyak 9 pedagang, pedagang dengan pendidikan terakhir SMP sebanyak 10 pedagang, SMA/SMK sebanyak 21 pedagang, dan D3/S1 4 pedagang, pedagang dengan lama berjualan < 10 tahun sebanyak 19 pedagang sementara yang sudah berjualan ≥ 10 tahun sebanyak 16 orang dan dapat diketahui bahwa pedagang yang berjualan sebagian besar menggunakan gerobak sebanyak 28 pedagang, sementara 7 pedagang menggunakan meja.
a. Gambaran Faktor Sanitasi Lingkungan Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Faktor Sanitasi Lingkungan
Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Sanitasi
Lingkungan
Tidak memenuhi
syarat
11 31,4%
Memenuhi syarat
24 68,6%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 2 distribusi frekuensi faktor sanitasi lingkungan dapat diketahui dari 35 pedagang Sebagian besar pedagang yang memenuhi syarat sanitasi lingkungan sebanyak 24 pedagang (68.6%).
b. Gambaran Faktor Personal Hygiene Penajamah Makanan
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Personal Hygiene Penajamah
Makanan
Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Personal
Hygiene Penjamah Makanan
Tidak memenuhi
syarat
12 34,3%
Memenuhi syarat
23 65,7%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 3 distribusi frekuensi faktor personal hygiene dapat diketahui dari 35 pedagang yang memenuhi syarat personal hygiene sebanyak 23 pedagang (65.7%).
c. Gambaran Faktor Sanitasi Peralatan Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Faktor Sanitasi Peralatan
Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Sanitasi
Peralatan
Tidak memenuhi
syarat
10 28,6%
Memenuhi syarat
25 71,4%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 4 distribusi frekuensi faktor sanitasi peralatan yang berhubungan dengan keberadaan bakteri E.coli pada pedagang kaki lima, dapat diketahui dari 35 pedagang yang memenuhi syarat sanitasi peralatan sebanyak 25 pedagang (71.4%).
d. Gambaran Faktor Kondisi Bahan Baku Makanan
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Sanitasi Peralatan
Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Kondisi
Bahan Baku Makanan
Tidak memenuhi
syarat
9 25,7%
Memenuhi syarat
26 74,3%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 5 distribusi frekuensi faktor kondisi bahan makanan
dapat diketahui dari 35 pedagang yang memenuhi syarat kondisi bahan makanan sebanyak 26 pedagang (74.3%).
e. Gambaran Keberadaan E.coli pada Makanan Pedagang Kaki Lima
Tabel 5. Distribusi Keberadaan E.coli
Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Keberadaan
E.coli
Negatif 10 28,6%
Positif 25 71,4%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel 6 distribusi frekuensi keberadaan bakteri E.coli pada makanan pedagang kaki lima, dapat diketahui dari 35 pedagang yang memiliki bakteri E.coli negative sebanyak 25 pedagang (71.4%).
Penelitian yang dilakukan mengatakan bahwa adanya hubungan antara sanitasi lingkungan, personal hygiene, sanitasi peralatan dan kondisi bahan baku dengan keberadaan E.coli juga menandakan bahwa faktor tersebut mempengaruhi keberadaan bakteri Escherichia coli dimana para tempat berdagang yang ditempati 10 tidak memenuhi syarat atau positif mengandung bakteri E.coli berdasarkan PERMENKES Republik Indonesia No 1096/Menkes/PER/VI/2011.
4.1. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel X (sanitasi lingkungan, personal hygiene penjamah makanan, sanitasi peralatan, dan kondisi bahan baku makanan) dengan variabel Y yaitu keberadaan E.coli.
a. Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Keberadaan E.coli
Tabel 7 Hubungan Antara Faktor Sanitasi Lingkungan dengan Keberadaan E.Coli
Sanitasi Lingkung an
Keberadaan Ecoli P value
OR (95% CI) Positif Negatif
n % %
0,041
6,000 (1,2- 29,7) Tidak
memenuhi syarat
6 17.1 5 14.3 Memenuhi
syarat 4 11.4 20 57.5 Total 10 28.6 25 71.4
Hasil analisis hubungan antara sanitasi lingkungan dengan keberadaan e-coli diperoleh sebanyak 6 (17,1%) penjual makanan dengan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat memiliki dagangan makanan dengan keberadaan e coli positif.
Hasil uji Chi Square diperoleh niali p-value sebesar 0,031, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi keberadaan E-Coli pada makanan dagangan antara penjual dengan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat dengan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat.
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR menunjukan keberadaan E-Coli pada makanan pedagang kaki lima berpeluang sebesar 6,000 kali (95% CI 1,2 – 29,7) pada sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat dibanding dengan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat.
Hasil ini selaras dengan penelitian Yuniatun (2017) bahwa lokasi tempat penjualan makanan gado – gado mempengaruhi adanya kontaminasi bakteri E.coli dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan sumber pencemaran.
b. Hubungan antara Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan Keberadaan E.coli
Tabel 8 Hubungan Antara Faktor Personal Hygiene Penjamah Makanan dengan
Keberadaan E.Coli
Personal Hygiene
Keberadaan Ecoli P value
OR (95% CI) Positif Negatif
n % %
0,015
9,333 (1,7- 49,5) Tidak
memenuhi syarat
7 20.0 5 14.3 Memenuhi
syarat 3 8.6 20 57.5 Total 10 28.6 25 71.4
Hasil analisis hubungan antara personal hygiene penjamah makanan dengan keberadaan e-coli diperoleh sebanyak 7 (20.0%) penjual makanan dengan personal hygiene penjamah makanan yang tidak memenuhi syarat memiliki dagangan makanan dengan keberadaan e-coli positif.
Hasil uji Chi Square diperoleh niali p-value sebesar 0,008, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi keberadaan E-Coli pada makanan dagangan antara penjual dengan personal hygiene penjamah makanan yang
memenuhi syarat dengan personal hygiene penjamah makanan yang tidak memenuhi syarat.
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR menunjukan keberadaan E-Coli pada makanan pedagang kaki lima berpeluang sebesar 9,333 kali (95% CI 1,7 – 49,5) pada personal hygiene penjamah makanan yang tidak memenuhi syarat dibanding dengan personal hygiene penjamah makanan yang memenuhi syarat.
Hasil ini selaras dengan penelitian Ghanesia (2021) bahwa berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan antara hygiene penjamah dengan keberadaan bakteri E.coli Hubungan ini memiliki nilai p-value = 0,004 berarti <0,05 yang artinya ada hubungan antara hygiene penjamah dengan keberadaan E.coli.
c. Hubungan antara Sanitasi Peralatan dengan Keberadaan E.coli
Tabel 9 Hubungan Antara Faktor Sanitasi Peralatan dengan Keberadaan E.Coli
Sanitasi Peralatan
Keberadaan Ecoli P value
OR (95% CI) Positif Negatif
n % %
0,016
7,875 (1,5- 41,2) Tidak
memenuhi syarat
6 17.1 4 11.4 Memenuhi
syarat 4 11.4 21 60.0 Total 10 28.6 25 71.4
Hasil analisis hubungan antara sanitasi peralatan dengan keberadaan e-coli diperoleh sebanyak 6 (17,1%) penjual makanan dengan sanitasi peralatan yang tidak memenuhi syarat memiliki dagangan makanan dengan keberadaan e coli positif.
Hasil uji Chi Square diperoleh niali p-value sebesar 0,016, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi keberadaan E-Coli pada makanan dagangan antara penjual dengan sanitasi peralatan yang memenuhi syarat dengan sanitasi peralatan yang tidak memenuhi syarat.
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR menunjukan keberadaan E-Coli pada makanan pedagang kaki lima berpeluang sebesar 7,875 kali (95% CI 1,5 – 41,2) pada sanitasi peralatan yang tidak memenuhi syarat dibanding dengan sanitasi peralatan yang memenuhi syarat.
Hasil ini selaras dengan penelitian Yunaenah (2009) bahwa berdasarkan nilai p- value = 0,003 < 0,05 yang artinya bahwa ada hubungan antara penyajian makanan dengan keberadaan bakteri E.coli.
d. Hubungan antara Kondisi Bahan Baku Makanan dengan Keberadaan E.coli Tabel 10 Hubungan Antara Faktor Kondisi Bahan Baku Makanan dengan Keberadaan
E.Coli
Kondisi Bahan Baku Makanan
Keberadaan Ecoli P value
OR (95% CI) Positif Negatif
n % %
0,007
11,000 (1,9- 63,1) Tidak
memenuhi syarat
6 17.1 3 8.6 Memenuhi
syarat 4 11.4 22 62.9 Total 10 28.6 25 71.4
Hasil analisis hubungan antara kondisi bahan baku makanan dengan keberadaan e-coli diperoleh sebanyak 6 (17,1%) penjual makanan dengan kondisi bahan baku makanan yang tidak memenuhi syarat memiliki dagangan makanan dengan keberadaan e coli positif. Hasil uji Chi Square diperoleh niali p-value sebesar 0,007, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi keberadaan E-Coli pada makanan dagangan antara penjual dengan kondisi bahan baku makanan yang memenuhi syarat dengan kondisi bahan baku makanan yang tidak memenuhi syarat.
Dari hasil analisis diperoleh nilai OR menunjukan keberadaan E-Coli pada makanan pedagang kaki lima berpeluang sebesar 11,000 kali (95% CI 1,9 – 63,1) pada kondisi bahan baku makanan yang tidak memenuhi syarat dibanding dengan kondisi bahan baku makanan yang memenuhi syarat.
Hasil ini selaras dengan penelitian Puspitasari (2013) tentang hubungan higiene penjamah makanan dan sanitasi makanan dengan keberadaan E.coli pada makanan jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Helvetia bahwa berdasarkan nilai p-value = 0,001 < 0,05 yang artinya bahwa bahwa ada hubungan antara sanitasi pengolahan makanan dengan keberadaan bakteri E.coli.
5.1. Kesimpulan
Gambaran keberadaan bakteri E.coli pada makanan pedagang kaki lima di Lapangan Gasmin Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani, dari 35 sampel makanan pedagang terdapat 10 pedagang yang makanannya positif bakteri E.coli.
Dari hasil analisis bivariat dapat diketahui bahwa faktor sanitasi lingkungan, faktor personal hygiene penjamah makanan, faktor sanitasi peralatan, dan faktor kondisi bahan baku makanan memiliki hubungan dengan keberadaan bakteri E.coli pada makanan pedagang kaki lima di Lapangan Gasmin Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Griya Antapani.
5.2. Saran
Pedagang kaki lima sebaiknya berjualan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan Departemen Kesehatan dan memperhatikan faktor faktor seperti personal hygiene, sanitasi lingkungan, sanitasi peralatan, dan bahan baku makanan.
Saran pada puskesmas Griya Antapani agar lebih meningkatkan pembinaan terhadap pedagang kaki lima yang sudah mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, personal hygine, dan faktor lainya.
Hasil penelitian ini diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan keberadaan bakteri pada makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima, sehingga bisa lebih luas untuk wilayah penelitiannya, dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak agar penelitian mendapatkan hasil yang signifikan dan analisis yang dilakukan harus sampai analisis multivariat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mundiatun, Daryanto. 2018. Sanitasi Lingkungan (Pendidikan Lingkungan Hidup).
Gava Media. Yogyakarta.
[2] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2022. Laporan Riset Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta.
[3] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2022. Depkes RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Jawa Barat Tahun 2021. Jakarta.
[4] Adriyani R, Sujoso ADP. 2019. Ekologi, Pemanasan Global, dan Kesehatan. Aseni.
[5] Pratiwi, Y., 2015., Hubungan Keberadaan Bakteri E.coli Pada Makanan Jajanan Dengan Kejadian Diare Akut di Kelurahan Pancoran.
[6] Arisman. 2009. Keracunan Makanan:
Buku Ajar Ilmu Gizi. ECG. Jakarta.
[7] Peraturan Walikota Cirebon Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan PKL pasal 1 ayat (5).
[8] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/
VI/2011.Higiene Sanitasi Jasaboga.
[9] Hakim, L., 2012, Farmakokinetik Klinik Ed 1, PT Bursa Ilmu. Yogyakarta.