Journal Scientific Solutem Vol. 2 No.1–Januari–Juni 2019 p-ISSN : 2620-7702 e-ISSN : 2621-136X journal homepage: http://ejurnal.akperbinainsan.ac.id
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Blighted Ovum Pada Ibu Hamil Di RSUD Pasar Rebo Tahun 2017
Ella Nurlelawati1, Kursih Sulastriningsih2, Nur Hafizah Aryani3 STIKes Bhakti Pertiwi Indonesia, Jakarta
[email protected]1 [email protected]2
Abstrak
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa, sedangkan AKI di Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2014). Diperkirakan di seluruh dunia BO merupakan 60% dari penyebab kasus keguguran, di ASEAN mencapai 51%, di Indonesia ditemukan 37% dari setiap 100 kehamilan (WHO, 2012).. DI RSUD Pasar Rebo pada tahun 2017 sebanyak 68 orang ibu hamil yang mengalami blighted ovum dari 2.327 kehamilan normal. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Blighted Ovum (BO) pada ibu hamil di RSUD Pasar Rebo Tahun 2017. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, banyaknya populasi diambil dari keseluruhan sumber data dalam suatu penelitian yaitu sebanyak 68 ibu, besarnya sampel diambil semua populasi yaitu sebanyak 68 ibu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder rekam medik yang di peroleh secara manual. Hasil dan pembahasan dari penelitian di peroleh angka kejadian blighted ovum yang memiliki usia beresiko 54,4% kelompok kasus memiliki paritas Primipara 48,5%, sedangkan pada kelompok kasus kebiasaan meroko dan minum alcohol 55,9%. Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa angka kejadian blighted ovum di RSUD Pasar Rebo masih meningkat, hal ini menunjukkan belum optimalnya upaya kesehatan yang dilakukan oleh petugas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu diharapkan perlu ditingkatkan upaya kesehatan secara maksimal.
Kata Kunci : Blighted Ovum, Usia, Paritas Abstract
The World Health Organization (WHO) states that in 2014 the Maternal Mortality Rate (MMR) in the world was 289,000, while the MMR in Indonesia was 190 per 100,000 live births. (WHO, 2014). It is estimated that in the world BO constitutes 60% of the causes of miscarriages, in ASEAN it reaches 51%, in Indonesia found 37% of every 100 pregnancies (WHO, 2012) .. In RSUD Pasar Rebo in 2017 there were 68 pregnant women who were blighted ovum of 2,327
normal pregnancies. The general objective of this study was to determine the factors that affected the incidence of Blighted Ovum (BO) in pregnant women at Pasar Rebo Hospital in 2017. The methodology used in this study was descriptive method, the population was taken from the entire data source in a study that was 68 mother, the sample size was taken by all populations, namely 68 mothers. In this study researchers used secondary data medical records that were obtained manually. The results and discussion of the study obtained the incidence of blighted ovum at risk of age 54.4% of the case group had Primipara parity of 48.5%, while in the case group the habit of smoking and drinking alcohol was 55.9%. Based on all of the research activities, it can be concluded that the incidence of blighted ovum in Pasar Rebo Hospital is still increasing, this shows that the health services carried out by health care workers have not been optimal. Therefore, it is expected that health efforts should be maximized.
Keywords: Blighted Ovum, Age, Parity Pendahuluan
AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilannya per 100.000 kelahiran hidup. Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang.
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa, sedangkan AKI di Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2014).
Diperkirakan di seluruh dunia BO merupakan 60% dari penyebab kasus keguguran, di ASEAN mencapai 51%, di Indonesia ditemukan 37% dari setiap 100 kehamilan (WHO, 2012).
Negara ASEAN, Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 303.000 jiwa, Asia Tenggara sebanyak 61.000 jiwa dan Indonesia sebanyak 126 per 100.000
kelahiran hidup. Sementara itu, pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia sebanyak 4.368 jiwa, Asia Tenggara sebanyak 1.190 jiwa, dan Indonesia sebanyak 114 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2015).
Pada tahun 2013 AKI di Indonesia mencapai 190 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Malaysia, Filiphina dan Singapura, angka tersebut lebih besar, dimana AKI Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 120 per 100.000 kelahiran hidup dan Singapura 6 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,2014). Pada tahun 2013 AKB di Indonesia mencapai 25 per 100.000 kelahiran hidup.
Bila dibandingkan dengan Indonesia mencapai 190 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan malaysia, Filiphina dan Singapura, angka tersebut lebih besar, dimana AKB Malaysia 7 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 24 per 100.000 kelahiran hidup dan Singapura 2 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2014).
Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 baik AKI maupun AKB menunjukan penurunan yaitu AKI 305 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 22 per 1000
kelahiran hidup. yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Data nasional, dari tahun ke tahun angka kematian bayi (AKB) juga menunjukan penurunan yang cukup signifikan. Dari hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015 menunjukan AKB sebesar 22, 23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya belum mencapai target SDG’s 2030 yaitu 17 per 1.000 kelahiran hidup.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan, angka kematian ibu (AKI) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Dari data yang diverifikasi tim Dinkes Provinsi Jawa Timur ditahun 2013 ini angka kematian ibu melahirkan meningkat secara angka yakni mencapai 474 kasus ibu meninggal saat melahirkan, dibandingkan pada tahun 2012 angka kematian ibu melahirkan hanya 450 kasus (SDKI 2013)
Berdasarkan laporan Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2014 dengan jumlah Kematian Ibu sebesar yaitu 97 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kejadian kematian Ibu tertinggi yaitu di Jakarta Timur sebanyak 34 kematian ibu jakarta barat 16 kkematian ibu dan Jakarta utara sebanyak 23 Jakarta selatan dan jakarta pusat sebanyak 12 kematian ibu.
Sementara, Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi DKI Jakarta menurut data Kesga Dinkes DKI Jakarta tahun 2015 sebesar 3 per 1.000 kelahiran hidup di jakarta selatan dibandingkan dengan jakarta pusat sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Target SDGs untuk AKB pada tahun 2030 sebesar 12 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, dan artinya Provinsi DKI Jakarta telah mencapai target SGDs
dengan tujuan, menurunkan angka kematian bayi dalam kurun waktu 2015- 2030 (Dinkes, 2014) .
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSUD Pasar Rebo tahun 2016 didapatkan dari 2.275 ibu hamil, yang mengalami blighted ovum sebanyak 25 (2%) ibu hamil. Sedangkan data pada tahun 2017 diperoleh dari 2.327 Ibu hamil, yang mengalami blighted ovum meningkat menjadi 68 (10%) ibu hamil.
Sehingga disimpulkan bahwa dari tahun 2016 ke tahun 2017 angka kejadian blighted ovum pada ibu hamil di RSUD Pasar Rebo terdapat peningkatan sebanyak 8%, itu berarti, masih terjadi tinggi atau adanya peningkatan yang mengalami blighted ovum di RSUD Pasar Rebo.
Berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi selama masa kehamilan, diantaranya adalah pre eklampsia, abortus, IUFD, BO, dll. Oleh sebab itu pemeriksaan keamilan secara rutin sangatlah diperlukan (Arif, 2010).
Upaya untuk menurunkan angka kejadian Blighted ovum dapat dilakukan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor resiko yang dimiliki ibu.
Walaupun timbulnya blighted ovum tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penyuluhan dan pelaksanaan pengawasan pada ibu hamil. Seperti meningkatkan program pemerintah dengan ANC teratur, edukasi kepda calon pengantin dan remaja putri. Selain itu saling menjaga kesehatan menerapkan pola hidup sehat dan bersih juga dapat menjadi pencegahan awal blighted ovum ataupun masalah kehamilan lainnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Faktor- Faktor yang Berhubungan DenganTerjadinya Blighted Ovum pada
ibu hamil di RSUD Pasar Rebo Tahun 2017.
Metode
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan rangcangan case control. Data yang digunakan bersifat retrospektif yaitu rancang bangun dengan melihat ke belakang dari suatu kejadian yang berhubungan dengan kejadian kesakitan yang diteliti. Dalam penelitian ini akan dilihat apakah ada hubungan antara usia ibu, paritas, usia kehamilan dan riwayat diabetesdengan kejadian Blighted Ovum.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Pasar Rebo tahun 2018, pada bulan Apri - Mei 2018. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Setiawan, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester I & II yang mengalami Blighted Ovum (BO) di RSUD Pasar Rebo tahun 2017. Sampel yang diambil dari keseluruhan objek yang di teliti yang di anggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2012).
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester I& II dengan Blighted Ovum (BO) pada1 Januari–31 Desember 2017 di RSUD Pasar Rebo yang diambil dari jumblah populasi ibu hamil trimester I & II dengan Blighted Ovum (BO) di RSUD Pasar Rebo yaitu sebanyak 68 responden.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu seluruh data pasien diperoleh dari rekam medis pasien. Dalam pengumpulan data ini diawali dengan penjelasan penulis kepada bagian diklat RSUD Pasar Rebo agar tidak terjadi kekeliruan atau kesulitan dalam pengumpulan data.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling yaitu pengambilan sampel dimana jumlah sempel sama dengan populasi (Sugiyono,2011). Alasan menggunakan teknik total samplig karna menurut Sugiyono (2011) jika jumlah populasi yang kurang dari 100,maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Populasi dalam penelitian ini hanya sebesar 68 responden, maka semua populasidijadikan sebagai sampel.
Hasil Penelitian
Tabel 1 DistribusiFrekuensi Kejadian Blighted Ovum pada Ibu Hamil di RSUD Pasar ReboTahun 2017
Pada Tabel 1 di atas yang merupakan hasil analisis pada variabel dependen atau variable Blighted Ovum diketahui bahwa ibu yang mengalami Blighted Ovum pada trimester I
sebanyak 36 (52,92%) ibu hamil, sedangkan yangmengalami Blighted Ovum sebanyak32 (47,1%) ibu hamil pada trimester II
No Blighted Ovum N
Frekuensi Presentasi (%) 1 Pada Trimester I (0-12 minggu) 36 52,9 % 2 Pada Trimester II (13-28 minggu) 32 47,1 %
Total 68 100 %
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Blighted Ovum pada Ibu Hamil di RSUD Pasar ReboTahun 2017
No Umur
N
Frekuensi Presentasi (%)
1 Tidak Beesiko (20-35 Tahun) 31 45,6 %
2 Beresiko (<20 Tahun dan >35 Tahun) 37 54,4 %
Total 68 100.0
Pada Tabel.2 diatas yang merupakan hasil analisis pada variable independen atau variable ibu hamil yang mengalami Blighted Ovum berdasarkan usia diketahui bahwa ibu dengan beresiko rendah yang berusia 20-35
tahun yaitu 31 (45,6 %) ibu hamil, dibandingkan dengan ibu beresiko tinggi yang berusia antara < 20 tahun – > 35 tahun lebih banyak yaitu 37 (54,4 %) ibu hamil.
Tabel 3 DistribusiFrekuensiKejadian Blighted Ovum padaIbu Hamil di RSUD PasarReboTahun 2017
No Paritas N
Frekuensi Presentasi (%) 1
0. Primipara (Paritas 1) 33 48,5 %
2 Multiparitas (paritas 2-4) Gerande Multipara 35 51.5
Total 68 100 %
Pada Tabel.3 diatas yang merupakan hasil analisis pada variable ibu hamil yang mengalami Blighted Ovum berdasarkan paritas diketahui
bahwa ibu yang melahirkan1kali yaitu 33 (48,5%) ibu hamil, dibandingkan dengan ibu yang melahirkan 2-4 kali yaitu35 (51,5%) ibu hamil.
Tabel 4 DistribusiFrekuensiKejadian Blighted Ovum padaIbu Hamil di RSUD PasarReboTahun 2017
No Meroko dan Minum Alkohol N
Frekuensi Presentasi (%)
1 Kebiasaan meroko dan minum alkohol 38 55,9 %
2 Tidak Kebiasaan meroko dan minum alkohol 30 44.1
Total 58 100 %
Pada Tabel 4 di atas yang merupakan hasil analisis pada variabel independen atau variabel ibu hamil yang mengalami Blighted Ovum dengan Kebiasaan meroko dan minum alkohol yaitu 38 (55,9%) ibu hamil, dibandingkan dengan ibu yang mengalami blighted ovum dengan tidak meroko dan minum alkohol sebanyak 30 (44,1%) ibu hamil.
Pembahasan
Hasil analisis hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian Blighted Ovum diperoleh bahwa ada sebanyak ibu hamil yang tidak beresiko (20 – 35 tahun) 32 (47,1%), yang mengalami blighted ovum sebanyak 24 (35,3%) dan yang tidak mengalami blighted ovum sebanyak 38 (11,8%).
Sedangkan ada sebanyak ibu hamil yang beresiko (< 20 tahun atau >
35 tahun) 36 (52,9%), yang mengalami blighted ovum sebanyak 9 (17,6%) dan yang tidak mengalami blighted Ovum sebanyak 24 (35,3%).
Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p valueyaitu 0,001< dari α = 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian blighted ovum pada ibu hamil.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR adalah 6,000 (2,082-17,292) yang artinya ibu hamil dengan usia < 20 Tahun atau >35 tahun mempunyai peluang 6,000 kali untuk mengalami blighted ovum.
hasil analisa hubungan antara blighted ovum dengan paritas ibu diperoleh bahwa ada sebanyak 33 (48,5%) ibu Pirimipara yang mengalami blihted ovumyaitu 24 (35,3%), dibandingkan yang tidak mengalami blihgted ovum yaitu 9 (13,3%).
Sedangkan diantara 35 (51,5%) ibu hamil Multipara dan granmultipraada 12 (17,6%) yang mengalami blighted ovumibu hamil yang tidak mengalami blighted ovum ada 23 (33,8%).
Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value yaitu 0,002< dari α = 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara blighted ovumdengan paritas ibu. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR adalah 5,111 (1,813- 14,408) yang artinya ibu hamil dengan paritas Multipara mempunyai peluang 5,111kali untuk mengalami blighted ovumdibanding ibu hamildengan paritas Pirimipara.
Hasil analisa hubungan antara ibu hamil yang mengalami blighted ovum dengan Kebiasaan meroko dan minum alkohol diperoleh bahwa ada sebanyak 38(55,9%) ibu hamil yang mengalami blighted ovum dan ibu yang sering meroko dan minum alkohol yaitu 26 (38,2%)dan12(17,6%) ibu hamil
yang tidak mengalami blighted ovum.
Sedangkan ibu hamil dengan tidak pernah meroko dan minum alkohol ada sebanyak 30(44,1%) yang mengalami blighted ovum sebanyak10 (14,7 %) dan20(29,4%) yang tidak mengalami bloghted ovum. Hasil uji statistic Chi- square diperoleh nilaip value yaitu 0,004<dari α = 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkana dahubungan yang signifikan antara usia kehamilan ibu dengan blighted ovum. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR adalah 4,333(1,560-12,039) yang artinya ibu yang Kebiasaan meroko dan minum alcohol 4,333 kali mengalami blighted ovum.
Hasil penelitian memfokuskan pada hubungan usia, paritas dan kebiasaan meroko pada ibu hamil dengan kejadian blighted ovum di RSUD Pasar Rebo tahun 2017. Dari hasil univariat berdasarkan table 1 menggambarkan presentase responden dari seluruh sampel yang diambil yaitu 58 ibu hamil yang mengalami blighted ovum lebih banyak dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami blighted ovum, masing– masing dengan proporsi 32 (55,2 %) ibu hamil yang mengalami blighted ovumdan 26 (44,8%) ibu hamil yang tidak mengalami blighted Ovum Frekuensi Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Blighted Ovum
Hasil analisis univariat berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa ibu hamildengan kejadian blighted ovum di RSUD Pasar Rebo Tahun 2017 berdasarkan usia beresiko
lebih banyak yaitu 37
(54,4%)dibandingkan dengan usia tidak beresiko 31 (45,6 %). .
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa ibu hamil dengan usia <20 atau
>35 tahun lebih beresiko mengalami blghted ovum, karena organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna.
Sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi.
Selain itu kekuatan otot-otot perineum belum atau sudah tidak dapat bekerja secara optimal. Tetapi, tidak menutup kemungkinan pada ibu dengan usia 20-35 tahun untuk mengalami blighted ovum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia ibu yang memiliki usia tidak beresiko maupun usia beresiko dapat mempengaruhi terjadinya terjadinya blighted ovum.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian blighted ovum.
FrekuesiParitas Ibu Hamil dengan Kejadian Blighted Ovum
Hasil analisis univariat Pada Tabel .3 di atas yang merupakan hasil analisis pada variabel ibu hamil yang mengalami Blighted Ovum berdasarkan paritas diketahui bahwa ibu yang melahirkan 1kali yaitu 33 (48,5%) ibu hamil, dibandingkan dengan ibu yang melahirkan 2-4 kali yaitu 35 (51,5 %) ibu hamil.
Dalam penelitian ini sesuai denganteori menurut Prawirohardjo (2015) paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (>3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Semakin tinggi paritas akan semakin tinggi pula kematian maternal.
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa multipara yang memiliki riwayat abortus sebelumnya dapat menghalangi atau menghambat kemajuan kehamilan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu dengan paritas multipara dapat mempengaruhi terjadinya blighted ovum. Maka dari itu, disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian blighted ovum.
FrekuensiKebiasaan meroko dan minum alkohol dengan Kejadian Blighted Ovum
Hasil analisis
univariatberdasarkan pada tabel 4 yang merupakan hasil analisis pada variabel independen atau variabel ibu hamil yang mengalamiBlighted Ovum dengan Kebiasaan meroko dan minum alkohol yaitu 38 (55,9 %) ibu hamil, dibandingkan dengan ibu yang mengalami blighted ovum dengantidak meroko dan minum alkohol sebanyak 30 (44,1%) ibu hamil.
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa kebiasaan meroko dan minum alkohol berhubungan dengan blighted ovum karena disebabkan oleh gaya hidup dan pola perilaku ibu hamil yang kurang baik seperti merokok dan minum alkohol (Kuntari, Wilopo, & Emilia, 2010). Sehingga, kebiasaan meroko dan minum alkoholdapat mempengaruhi terjadinya blighted ovum. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan meroko dan minul alkohol dengan kejadian lighted Ovum.
Hasil Bivariat
Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Pasar Rebo Tahun 2017, diperoleh dari data sekunder yang telah dikualifikasikan berdasarkan kerangka teori dan diperoleh variabel dependen dan independen yang termasuk dalam jenis kategorik akan dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel dependen yaitu Blighed Ovum dengan variabel independen yaitu dari Umur, Paritas, kebiasaan meroko dan minum alkohol dalam bentuk tabel dan narasi serta diklasifikasikan sebagai berikut
Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Blighted Ovum
Hasil analis bivariat pada tabel 5.6 di atas hasil analisis hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian Blighted
Ovum diperoleh bahwa ada sebanyak ibu hamil yang tidak beresiko (20 – 35 tahun) 32 (47,1%), yang mengalami blighted ovum sebanyak 24 (35,3%) dan yang tidak mengalami blighted ovum sebanyak 38 (11,8%). Sedangkan ada sebanyak ibu hamil yang beresiko (<20 tahun atau > 35 tahun) 36 (52,9%), yang mengalami blighted ovum sebanyak 9 (17,6%) dan yang tidak mengalami blighted Ovum sebanyak 24 (35,3%).
Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value yaitu 0,001 < dari α = 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian blighted ovum pada ibu hamil.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR adalah 6,000 (2,082-17,292) yang artinya ibu hamil dengan usia <20 Tahun atau >35 tahun mempunyai peluang 6,000 kali untuk mengalami blighted ovum.
Pada penelitian ini sesuai dengan teori Prawirohardjo dalam Buku Ilmu Kebidanan (2014) yang menyatakan bahwa dimana usia < 20 tahun atau lebih
> 35 tahun merupakan usia beresiko tinggi terjadinya blighted ovum karena usia tersebut menghadapi penyulit pada waktu kehamilan ataupun persalinan yang disebabkan karena organ reproduksi belum siap dalam menghadapi kehamilan, persalinan ataupun nifas. Usia ibu yang ideal untuk mengandung adalah usia 20 – 35 tahun, karena pada usia ini organ reproduksi telah matang dengan sempurna sehingga lebih siap untuk menerima kehamilan (Noer, Ermawati, & Afdal, 2016).
Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Blighted Ovum
Hasil anilis bivariat antara blighted ovum dengan paritas ibu diperoleh bahwa ada sebanyak 33 (48,5%) ibu Pirimipara yang mengalami blihted ovum yaitu 24 (35,3%), dibandingkan yang tidak mengalami
blihgted ovum yaitu 9 (13,3%).
Sedangkan diantara 35 (51,5%) ibu hamil Multipara dan granmultipra ada 12 (17,6%) yang mengalami blighted ovum ibu hamil yang tidak mengalami blighted ovum ada 23 (33,8%).
Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value yaitu 0,002 < dari α = 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara blighted ovum dengan paritas ibu. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR adalah 5,111 (1,813- 14,408) yang artinya ibu hamil dengan paritas Multipara mempunyai peluang 5,111 kali untuk mengalami blighted ovum dibanding ibu hamil dengan paritas Pirimipara.
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa multipara dapat mempengaruhi menghambat kemajuan kehamilan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu dengan paritas multipara dapat mempengaruhi terjadinya blighted ovum. Maka dari itu, disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian blighted ovum.
Hubungan Kebiasaan meroko dan minum alkohol dengan Kejadian Blighted Ovum
Hubungan antara ibu hamil yang mengalami blighted ovum dengan Kebiasaan meroko dan minum alkohol diperoleh bahwa ada sebanyak 38 (55,9%) ibu hamil yang mengalami blighted ovum dan ibu yang sering meroko dan minum alkohol yaitu 26 (38,2%) dan 12 (17,6%) ibu hamil yang tidak mengalami blighted ovum.
Sedangkan ibu hamil dengan tidak pernah meroko dan minum alkohol ada sebanyak 30 (44,1%) yang mengalami blighted ovum sebanyak 10 (14,7 %) dan 20 (29,4%) yang tidak mengalami bloghted ovum.
Hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value yaitu 0,004 < dari
α = 0,05 atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara usia kehamilan ibu dengan blighted ovum. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR adalah 4,333 (1,560-12,039)yang artinya ibu yang Kebiasaan meroko dan minum alkohol 4,333 kali mengalami blighted ovum
Berdasarkan teori dan penelitian yang telah dilakukan, peneliti berasumsi bahwa kebiasaan meroko dan minum alkohol berhubungan dengan blighted ovum karena disebabkan oleh gaya hidup dan pola perilaku ibu hamil yang kurang baik seperti merokok dan minum alkohol (Kuntari, Wilopo, & Emilia, 2010). Sehingga, kebiasaan meroko dan minum alkoholdapat mempengaruhi terjadinya blighted ovum. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan meroko dan minul alkohol dengan kejadian lighted Ovum.
Kesimpulan
Ibu yang mengalami kejadian blighted ovum pada Triester I terdiri dari 52,9% dan yang mengalami blighted ovum pada Trimester II 47,1%., berdasarkan umur ibu yang tidak beresiko 45,6%, dan yang tidak beresiko 54,4 %, berdasarkan paritas pada paritas Primipara yaitu 48,5 % sedangkan Multipara dan Grande multi yaitu 51,5
%,, berdasarkan kebiasaan meroko dan minum alkohol 55,9%,dan pada ibu yang kebiasaan meroko dan minum alkohol 44,1 %. Ada hubungan antara umur dengan kejadian blighted ovum p value = 0,001 dan OR sebesar 6,000 (2,082-17,292), Ada hubungan antara paritas dengan kejadian blighted ovum p value = 0,002 dan OR sebesar 5,111 (1,813-14,408), Ada hubungan antara kebiasaan meroko dan minum alkohol dengan kejadian blighted ovum p value
= 0,004 dan OR sebesar 4,333 (1,560- 12,039.
Daftar Pustaka
[1] Baziad A.(2008). Endokrinologi Ginekologi Edisi ketiga. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI
[2] Clinical presentation of uterine fibroid and effect of the therapeutic intervention on fertility. American Journal Of Clinical Medicine Research (CMR) 2105:3:9013 [3] Derek LJ. 2011. Dasar-dasar
Obstetri dan Ginekologi . Jakarta:
Hipokrates, pp: 263-266.
[4] Manuaba, Ida A.C.2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC
[5] Hakim, T. and Dharmawan, T.2014.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . 6th edn. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1491–1499.
[6] Jones, Derek Lewellyn, 2001.
Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, Jakarta : Hipocrates [7] Manuaba, I.B.G. 2012. Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta. EGC
[8] Parker, W.H. 2007. Etiologi, Symptomaatology & Diagnosis of Uterine Myomas,
[9] Saifudin, 2012. Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
[10] Sulaiman, Sastrawinata, 2012.
Ginekologi. Bandung: Elstar Offset [11] Wiknjosastro, H. 2014. Ilmu
Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo [12] Notoatmodjo, Soekidjo. 2013.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
[13] Ekine AA, Lawani LO, Iyoke CA, Jeremiiah I, Ibrahim IA. (2015).
Review of the
[14] Winkjosastro. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardj