FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS BENDA TAJAM DI RUMAH SAKIT ULIN BANJRAMASIN TAHUN
2020
Muhammad Fajar Dharmawan1, Meilya Farika Indah2, Hilda Irianty3
1Kesehatan Masyarakat, 13201, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, NPM 16070012,
2Kesehatan Masyarakat, 13201, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, NIDN1124057901
3Kesehatan Masyarakat, 13201, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, NIDN1126048903
1Universitas Islam Kalimantan Selatan Muhammad Arsyad Al-Banjari
2Fakultas Kesehatan Masyarakat E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Rumah sakit merupakan pihak yang menghasilkan sampah selama kegiatannya salah satunya sampah medis benda tajam. Sampah medis benda tajam merupakan sampah berbahaya yang dapat menimbulkan luka gores atau tertusuk.
Sampah medis benda tajam mempunyai potensi bahaya yang dapat menyebabkan infeksi karena mengandung bahan kimia beracun. Perawat adalah pihak yang berkaitan dengan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan tindakan dalam membuang sampah medis benda tajam di RSUD Ulin. penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 464 perawat yang bekerja di RSUD Ulin Banjarmasin. Pengambilan sampel menggunakan Teknik Sampling Pusrvosive. Sampel penelitian yaitu 61 perawat. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara Umur (p = 0,012), Pendidikan (p = 0,028), Masa kerja (p = 0,012), Sikap (p = 0,08) dan tidak ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan (p = 0,297) dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin. Saran bagi pihak rumah sakit melakukan pengawasan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam, mengadakan pelatihan dan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah medis benda tajam.
Kata Kunci: karakteristik; pengetahuan; sikap; pengelolaan sampah medis; benda tajam;
ABSTRACT
The hospital is the party that produces waste during it’s activities, one of which is sharp medical waste. Sharps medical waste is hazardous waste that can be scratched or punctured. Sharps medical waste has a potential hazard that can cause infection because it contains toxic chemicals. The nurse is a party related to the treatment of sharp object medical waste at Ulin Hospital. The purpose of this study was to determine the factors that could be associated with the actions of nurses in disposing of sharp objects medical waste at Ulin Hospital. This study used a cross sectional design. The population of this research is 464 nurses who work at Ulin Hospital Banjarmasin.
Sampling using Pusrvosive Sampling Technique. The research sample was 61 nurses. The instruments used were questionnaires and checklists. The results of this study are that there is a relationship between age (p = 0.012), education (p = 0.028), work period (p = 0.012), attitude (p = 0.08) and there is no relationship between Knowledge Level (p = 0.297) and managing medical waste sharp objects at RSUD Ulin Banjarmasin. Suggestions for the hospital to supervise the management of sharps medical waste, hold training and socialization regarding sharp object medical waste management.
Keywords: characteristics; knowledge; attitude; waste medical management; sharp object;
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang banyak sehingga potensial dalam menghasilkan sejumlah besar limbah (Depkes RI, 2006b)
Pada tahun 1999, WHO sebuah laporan yang diajukan oleh US Environmental Protection Agency di depan kongres Amerika menyajikan perkiraan kasus infeksi Hepatitis B (HBV) akibat cedera oleh benda tajam di kalangan tenaga medis dan pengelolaan sampah rumah sakit. Jumlah kasus infeksi HBV per-tahun di AS akibat pajanan sampah rumah sakit adalah sekitar 162-321 kasus dari jumlah total pertahun yang mencapai 300.000 kasus.Pada fasilitas layanan kesehatan dimanapun, perawat dan tenaga kebersihan merupakan kelompok utama yang berisiko mengalami cedera, jumlah yang bermakna justru berasal dari luka teriris dan tertusuk limbah benda tajam. (A. Pruss
& Dkk, 2005).
Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) mencatat kasus infeksi akibat tusukan jarum yang terkontaminasi diperkirakan (1) terinfeksi virus Hepatitis B sebanyak 21 juta (32% dari seluruh infeksi baru), (2) terinfeksi virus Hepatitis C sebanyak 2 juta (40% dari seluruh infeksi baru), (3)
terinfeksi virus HIV sebanyak 260 ribu (5% dari seluruh infeksi baru). Pada tahun 2002, hasil penilaian yang dilakukan WHO di 22 negara-negara berkembang menunjukkan bahwa proporsi fasilitas layanan kesehatan yang tidak menggunakan metode pembuangan sampah yang tepat meningkat dari 18% menjadi 64% (World Health Organi, 2004). Kegiatan rumah sakit menimbulkan dampak positif dan negative bagi masyarakat sekitarnya.
Dampak positifnya adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara lain menghasilkan limbah rumahsakit baik sampah medis padat maupun sampah medis non padat yang dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus (Widiyanto et al., 2014). Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Selain membawa dampak positif, rumah sakit juga membawa dampak negatif yaitu menghasilkan sampah selama kegiatannya, salah satunya sampah medis. Sampah medis rumah sakit dikategorikan sebagai sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan kode sampah D227 seperti disebutkan dalam Lampiran I PP No. 18 Tahun 1999 dan PP 85 Tahun 1999. Yang termasuk sampah medis antara lain sampah infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksis, kimia, radioaktif, container
bertekanan, dan sampah dengan kandungan logam yang berat yang tinggi (Depkes RI, 2006a).
Rumah sakit dapat dianggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular karena sampah menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme penyebab penyakit dan sarang serangga serta tikus. Di samping itu kadang- kadang dapat mengandung bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat menimbulkan penyakit atau cidera (Djuhaeni & Henni, 2007).
Sampah medis benda tajam dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk tetapi juga menginfeksi luka jika terkontaminasi patogen. Karena memiliki potensi cedera dan menularkan penyakit, benda tajam termasuk dalam kelompok sampah yang sangat berbahaya. Infeksi yang ditularkan melalui subkutan lewat agent penyebab penyakit.
Jarum suntik merupakan bagian yang penting dalam sampah medis benda tajam dan berbahaya karena sering terkontaminasi darah pasien (A.Pruss dkk, 2005: 22). Perawat lebih banyak berperan dalam melakukan tindakan pelayanan keperawatan kepada pasien, kemungkinan besar perawatlah yang pertama kali berperan apakah sampah medis sudah dibuang ke tempat yang aman sebelum di kumpulkan dan diangkut ke tempat pembuangan akhir yakni incinerator oleh petugas pengangkut sampah rumah sakit (Muchsin, 2013).
Menurut penelitian terdahulu dari (Solikhah & Sudiharti, 2012) didapatkan pengetahuan dan sikap dapat mempengaruhi upaya pengelolaan sampah medis, termasuk dalam pembuangan sampah medis benda tajam. Jika perawat memiliki sikap yang baik maka pengelolaan sampah medis dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Penelitian (Karimullah & Irkhas, 2013) menyatakan bahwa hubungan umur dengan kinerja perawat menunjukkan hubungan yang positif, artinya semakin tua umur perawat semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi kinerjanya termasuk dalam membuang sampah medis benda tajam. Menurut penelitian (Tarigan & Yuniati, 2009) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tindakan membuang limbah medis padat p=0,018). Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mencerna dan memahami suatu masalah, selanjutnya pemahaman akan masalah bisa membentuk sikap seseorang dan dipengaruhi oleh lingkungannya akan menghasilkan perilaku (tindakan) nyata sebagai reaksi
.
Sedangkan penelitian terdahulu oleh (Tarigan & Yuniati, 2009) terdapat hubungan antara masa kerja dan pendidikan terhadap tindakan perawat dalam pengelolaan sampah medis termasuk sampah medis benda tajam (menunjukkan bahwa ada hubungan masa kerja dengan tindakan responden membuang limbah medis padat (p = 0,026). 103 perawat yang masa kerjanya baru sebanyak 79,6% perawat melakukan tindakan membuang sampah medis padat yang kurang, sedangkan 97 perawat yang masa kerjanya lama sebanyak 35,1% perawat melakukan tindakan membuang sampah medis padat yang baik(menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tindakan membuang limbah medis padat p=0,018). RSUD Ulin merupakan rumah sakit tipe A milik kota Banjarmasin provinsi Kalimantan selatan.
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pelaksanaan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Kota Banjarmasin masih belum dilaksanakan sesuai SOP Rumah Sakit.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka dalam penulisan Penelitian Skripsi ini mengambil judul: “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Perawat Dalam Pengelolaan Sampah Medis Benda Tajam Di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin Tahun 2020”. Karena itu, penelitia ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Tindakan perawat dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Banjarmasin. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bersifat Survey Analitik yaitu penelitan yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu variabel penelitian yang menjadi sebab akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2006) Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 464 perawat yang bekerja di intalasi rawat inap dan 51 orang perawat yang bekerja di intalasi Poliklinik di RSUD Ulin Banjaramasin.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Sampling Purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan petimbangan tertentu, perawat yang berperan dalam melakukan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di ruangan sebanyak 61 tadiri dari 46 orang perawat yang bekerja di instlasi rawat inap dan 16 orang perawat yang bekerja di intalasi poliklinik dari jumlah total keseluruhan perawat yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar pertanyaan kuesioner (sekala Likert) dan wawancara secara langsung dengan responden.
Analisis dalam penelitian ini yaitu data merupakan bagian dari suatu penelitian, dimana tujuan dari analisis data ini yaitu agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, dilanjutkan dengan analisis univariat dan analisis bivariate.
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan Distribusi Frekuensi dan presentasi dari setiap variabel, selanjutnya dilanjutkan dengan analisis bivariate menggunakan tabulasi silang yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent (pengetahuan, sikap, Karakter perawat dan ketersediaan fasilitas) dengan variabel dependent (Tindakan perawat dalam pengelolaan sampah medis benda tajam) dengan memakai program yang ada di aplikasi SPSS di perangkat lunak komputer yaitu uji statistic yang digunakan adalah Chi Square (x2) atau yang biasa disebut dengan (Chi Kuadrat), yang dilanjutkan dengan dengan Fisher’s Exact Test
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil
a. Analisis Univariat
Distribusi frekuensi Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020
Table 1. Distribusi Frekuesi Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap
Keterangan Kategori Frekuensi
(f)
Presentase (%)
Umur Muda
Tua
32 29
52.5 47.5
Pendidikan
D3 S1
16 45
26.3 73.8
Masa Kerja
Baru Lama
23 38
37.7 62.3
Pengetahuan
Baik Cukup
45 16
73.8 26.2
Sikap
Positif Negatif
53 8
86.9 13.1 Tindakan pengelolaan sampah medis
benda tajam
Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat
48 13
13.1
Total 61 100.0
Keterangan: Data Primer Terolah 2020
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukan sebagian besar umur responden adalah yang memiliki umur dengan kategori muda, yaitu sebanyak 32 orang (52.5%), sedangkan tingkat pendidikan responden sebagian besar memiliki Pendidikan S1 di RSUD Ulin Banjaramasin yaitu sebanyak 45 orang (73,8%), sedangkan masa kerja responden Sebagian besar dengan kategori lama sebanyak 38 orang (62,3%), untuk pengetahuan responden dengan tingkat pengetahuan terbanyak dengan kategori baik sebanyak 45 orang (73,8%), untuk responden dengan sikap positif terlihat lebih banyak, yaitu sebanyak 53 orang (86,9%), selanjutnya responden dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam sebagian besar adalah memenuhi syarat, yaitu sebanyak 48 orang (78,7%).
b. Analisis Bivariat
Analisis yang menghubungkan antara variabel bebas dengan veriabel terikat dengan menggunakan uji Chi Square dilanjutkan dengan Fisher ‘S Exact.
Tabel 2. Hubungan Umur Dengan Tindakan Pengelolaan Sampah Medis Benda Tajam RSUD Ulin Kota Banjarmasin Tahun 2020
Umur
Tindakan Dalam Pengelolaan Sampah Medis
Benda Tajam Total P-Value
Memenuhi syarat Memenuhi syarat
N % n % N %
0,012
Muda 21 65.6 11 34.4 32 100
Tua 27 93.1 2 6.9 29 100
Total 48 78.7 13 21.3 61 100
Keterangan: Data Primer Terolah 2020
Berdasarkan tabel 2 menjelaskan tentang hubungan umur dengan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020 hasil penelitian ini yang telah dilakukan menunjukan bahwa responden yang paling banyak dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah sebagian besar umur responden dengan kategori memenuhi syarat menunjukan bahwa umur dengan kategori muda sebanyak 32 orang (52,5%) terdiri dari responden dengan memenuhi syarat dalam melakuakan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam sebanyak 21orang (65,6%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 11 orang (34,4%)
.
Hasil uji statistik dengan chi square di dapatkan nilai p-value = 0,0012 < ɑ0,05maka H0 ditolak artinya ada hubungan umur dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020.
Tabel 3. Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan Pengelolaan Sampah Medis Benda Tajam RSUD Ulin Kota Banjarmasin Tahun 2020
Pendidikan
Tindakan Dalam Pengelolaan Sampah Medis
Benda Tajam Total P-Value
Memenuhi syarat Memenuhi syarat
N % n % N %
0,028
D3 9 56.3 7 43.8 16 100
S1 39 86.7 6 13.3 45 100
Total 48 78.7 13 21.3 61 100
Keterangan: Data Primer Terolah 2020
Berdasarkan tabel 3 menjelaskan tentang hubungan pendidikan dengan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020 hasil penelitian ini yang telah dilakukan menunjukan bahwa responden yang paling banyak dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah menunjukan bahwa sebagian besar pendidikan responden dengan kategori S1 sebanyak 45 orang (73,8%), terdiri dari responden dengan memenuhi syarat dalam melakuakan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam sebanyak 39 orang (86,7%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 6 orang (13,3%).
Hasil uji statistik dengan chi square di dapatkan nilai p-value = 0,0028 < ɑ0,05maka H0 ditolak artinya ada hubungan pendidikan dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020.
Tabel 4. Hubungan Masa kerja Dengan Tindakan Pengelolaan Sampah Medis Benda Tajam RSUD Ulin Kota Banjarmasin Tahun 2020
Masa Kerja
Tindakan Dalam Pengelolaan Sampah Medis
Benda Tajam Total P-Value
Memenuhi syarat Memenuhi syarat
N % N % N %
0,012
Baru 14 60.9 9 39.1 23 100
Lama 34 89.5 4 10.5 38 100
Total 48 78.7 13 21.3 61 100
Keterangan: Data Primer Terolah 2020
Berdasarkan tabel 4 menjelaskan tentang hubungan masa kerja dengan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020 hasil penelitian ini yang telah dilakukan menunjukan bahwa responden yang paling banyak dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah menunjukan bahwa sebagian besar masa kerja responden dengan kategori lama menunjukan bahwa masa kerja responden dengan kategori lama sebanyak 38 orang
(62,3%), terdiri dari responden dengan memenuhi syarat dalam melakuakan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam sebanyak 34 orang (89,5%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 4 orang (10,5%).
Hasil uji statistik dengan chi square di dapatkan nilai p-value = 0,0012 < ɑ0,05maka H0 ditolak artinya ada hubungan masa kerja dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020.
Tabel 5. Hubungan Pengtahuan Dengan Tindakan Pengelolaan Sampah Medis Benda Tajam RSUD Ulin Kota Banjarmasin Tahun 2020
Pengetahuan
Tindakan Dalam Pengelolaan Sampah Medis
Benda Tajam Total P-Value
Memenuhi syarat Memenuhi syarat
N % n % N %
0,297
Baik 37 82.2 8 17.8 45 100
Cukup 11 68.8 5 31.3 16 100
Total 48 78.7 13 21.3 61 100
Keterangan: Data Primer Terolah 2020
Berdasarkan tabel 5 menjelaskan tentang hubungan pengetahuan dengan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020 hasil penelitian ini yang telah dilakukan menunjukan bahwa responden yang paling banyak dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah menunjukan bahwa sebagian besar masa kerja responden dengan kategori lama menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan rsesponden dengan kategori baik sebanyak 45 orang (73,8%), terdiri dari responden dengan memenuhi syarat dalam melakuakan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam sebanyak 37 orang (82,2%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 8 orang (17,8%).
Hasil uji statistik dengan chi square di dapatkan nilai p-value = 0,297 > ɑ0,05 maka H0 diterima dan H1
ditolak artinya tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020.
Tabel 6. Hubungan Sikap Dengan Tindakan Pengelolaan Sampah Medis Benda Tajam RSUD Ulin Kota Banjarmasin Tahun 2020
Sikap
Tindakan Dalam Pengelolaan Sampah Medis
Benda Tajam Total P-Value
Memenuhi syarat Memenuhi syarat
N % n % N %
0,008
Positif 45 84.9 8 15.1 53 100
Negatif 3 37.5 5 62.5 8 100
Total 48 78.7 13 21.3 61 100
Keterangan: Data Primer Terolah 2020
Berdasarkan tabel 6 menjelaskan tentang hubungan sikap dengan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020 hasil penelitian ini yang telah dilakukan menunjukan bahwa responden yang paling banyak dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah menunjukan bahwa sebagian besar masa kerja responden dengan kategori lama menunjukan sebagian besar bahwa sikap responden dengan kategori positif dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam lebih banyak menunjukkan 53 orang (86,9%), terdiri dari responden dengan memenuhi syarat dalam melakuakan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam sebanyak 45 orang (84,9%) dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 8 orang (15,1%).
Hasil uji statistik dengan chi square di dapatkan nilai p-value = 0,008 < ɑ0,05maka H0 ditolak artinya ada hubungan masa kerja dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020.
2. PEMBAHASAN
Hubungan antara umur dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020
Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai signifikan pada uji Pearson Chi Square sebesar 0,012 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang erat antara umur responden dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Puspaningrum, 2015) dengan nilai signfikan (p=0,059), umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik . Dari data seperti di atas dapat dilihat bahwa kategori responden yang paling banyak memenuhi syarat dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah umur dengan kategori tua, hal ini dikarenakan responden dengan umur yang lebih tua lebih sabar dan teliti dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam.
Hubungan antara pendidikan dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020
Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai signifikan dilanjutkan dengan uji fisher
‘s exact test sebesar 0,028 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang erat antara Pendidikan responden dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Tarigan & Yuniati, 2009) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tindakan membuang limbah medis padat p=0,018). Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mencerna dan memahami suatu masalah, selanjutnya pemahaman akan masalah bisa membentuk sikap seseorang dan dipengaruhi oleh lingkungannya akan menghasilkan perilaku (tindakan) nyata sebagai reaksi.
Dari data seperti di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak memenuhi syarat dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah responden yang berpendidikan S1, hal ini dikarenakan responden dengan tingkat pendidikan S1 lebih baik wawasan tentang pengelolaan sampah medis benda tajam dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan D3 dan jumlah responden yang berpendidikan S1 yang bekerja di RSUD Ulin Banjarmasin khususnya di instalasi Rawat Inap lebih banyak di bandingkan perawat yang berpendidikan D3.
Hubungan antara masa kerja dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2020
Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai signifikan pada uji fisher ‘s exact test sebesar 0,012 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang erat antara Masa Kerja responden dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin.
Hal ini selajalan dengan penelitian (Tarigan & Yuniati, 2009) menunjukkan bahwa ada hubungan masa kerja dengan tindakan responden membuang limbah medis padat (p = 0,026). 103 perawat yang masa kerjanya baru sebanyak 79,6% perawat melakukan tindakan membuang sampah medis padat yang kurang, sedangkan 97 perawat yang masa kerjanya lama sebanyak 35,1% perawat melakukan tindakan membuang sampah medis padat yang baik.
Dari data seperti di atas dapat dilihat bahwa masa kerja responden yang paling banyak memenuhi syarat dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah perawat yang masa kerja dengan kategori lama.
Dari hasil wawancara penulis dengan responden bahwa responden yang masa kerjanya baru masih lalai dalam melakukan tindakan membuang sampah medis benda tajam dan kurangnya komunikasi antara perawat dengan pihak Cleaning Service (CS) di RSUD Ulin Banjarmasin.
Hubungan antara pengetahuan dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin
Hasil analisis bahwa tingkat pengetahuan responden yang paling banyak memenuhi syarat dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin adalah responden yang pengetahuannya dengan kategori Baik. Dari hasil uji Chi Square di lanjutkan dengan pengambilan nilai signifikan fisher’s exact dengan p-value (0,297), dapat diambil keputusan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Solikhah & Sudiharti, 2012), pada penelitian ini terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta (p=0,002). Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 60 perawat yang ada di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang sedang shif pagi, sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 30 orang atau (50%).
Dari hasil penelitian tentang pengetahuan perawat dengan menggunkan koesioner, hampir semua perawat berpengatahuan baik dan tidak ada perawat yang tingkat pengetahuannya kurang, tetapi responden yang tingkat pengetahuannya baik dan cukup masih ada yang tidak memenuhi syarat dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam, hasil koesioner pengetahuan masih banyak responden yang tidak bisa membedakan sampah medis khusus benda tajam dengan sampah medis padat, berarti tingkat pengetahuan masih belum bisa dikaitkan dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di instalasi rawat inap RSUD Ulin Banjarmasin.
Hubungan antara sikap dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Uin Banjarmasin tahun 2020
Analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square didapat nilai signifikan pada uji fisher ‘s exact test sebesar 0,008 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang erat antara Sikap responden dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin. Hal ini sejalan dengan penelitian (Solikhah & Sudiharti, 2012) ada hubungan antara sikap dengan perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta (p=0,000). Hasil observasi di lapangan masih sering terjadi adanya percampuran antar asampah medis dan non medis yang dilakukan oleh perawat.
Dalam penelitian ini responden dengan sikap positif lebih banyak dibandingkan dengan responden yang sikapnya negative, tetapi untuk jumlah responden yang tidak memenuhi syarat, responden dengan sikap positif lebih banyak dibandingkan dengan responden yang sikapnya negatif. Dikarenakan sama seperti analisis yang sebelumnya yaitu kurangnya komunikasi responden dengan pihak CS tentang pengelolaan sampah medisbenda tajam, responden tidak bisa membedakan sampah medis benda tajam dengan sampah medis padat dan masih ada terdapat sampah medis benda tajam di wadah sampah medis yang berwarna hitam.
PENUTUP 1. Kesimpulan
Tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin di ketaui sebagian besar perawat memenuhi syarat sebanyak 48 orang (78,7%). Ada hubungan antara karakteristik dan sikap dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin dengan masing-masing nilai p-value sebagai berikut: Umur p=value (0,012), Pendidikan p=value (0,028), Masa kerja p=value (0,012), Sikap p=value (0,008), untuk tingkat pengetahuan tidak ada hubungan dengan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin, di ketahui p-value sebesar (0,297).
2. Saran
Kepada RSUD Ulin Banjarmasin disarankan melakukan sosialisasi selalu pada perawat tentang pentingnya pengelolaan sampah medis untuk meningkatkan sikap perawat dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medis benda tajam khususnya di RSUD Ulin Banjarmasin. Selanjutnya Kepada responden disarankan melakukan komunikasi yang aktif antara pihak perawat dengan pihak cleaning service (CS) dalam pengelolaan sampah medis benda tajam di RSUD Ulin Banjarmasin. Serta Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti variabel baru yang belum di teliti seperti pengaruh komunikasi antara perawat dan CS, SOP perawat dalam melakukan pengelolaan sampah medis, peraturan dalam pengelolaan sampah medis dan pemanfaatan peralatan dalam melakukan tindakan dalam pengelolaan sampah medis benda tajam khususnya di RSUD Ulin Banjarmasin. Sehingga hasil temuan yang didapat bisa menjadi referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
REFERENSI
A. Pruss, & Dkk. (2005). Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Candra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2006a). Ditjen PP & PL. (2006). Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Medis Padat Dan Limbah Medis Cair Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI. Ditjen PP & PL.
Depkes RI. (2006b). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia.
Ditjen PP, & PL. (2005). Pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia. Depkes RI.
Djuhaeni, & Henni. (2007). ‘Modul Belajar Asuransi Kesehatan dan Managed Care’.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. (2019). Pedoman Penulisan Skripsi. UNISKA.
ILO, & WHO. (2005). Pedoman bersama ILO/WHO tentang pelayanan kesehatan dan HIV/AIDS. direktorat pengawasan kerja direktorat pembinaan pengawasan ketenagakerjaan departemen tenaga kerja dan transmigrasi RI. Aprilia Dwi Puspaningrum.
Karimullah, & Irkhas, M. (2013). Hubungan Antara Pendidikan, Pengetahuan Dan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Telinga Pada Operator Mesin Air Jet Loom PT Primatexco Indonesia Batang.
Kristina, & Nyoman, N. (2014). Kristina, Ni Nyoman. 2014. Pengelolaan Limbah Medis. Denpasar: Dinkes Provinsi Bali 2015 http://www.diskes.baliprov.go.id/id/PENGELOLAAN-LIMBAHMEDIS-. Dinkes Provinsi Bali. http://www.diskes.baliprov.go.id/id/PENGELOLAAN-LIMBAHMEDIS-
Muchsin, dkk. (2013). Gambaran Perilaku Perawat dalam Membuang Limbah Medis dan Non Medis di RSUD Kab. Aceh Tamiang Tahun 2013. FKM. USU.
N, S., & Ibrahim. (2001). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan,. Sinar Baru Algestino.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
Nugroho, & Kris, M. (2004). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Pegawai Daerah Di Puskesmas. Semarang: UNIVERSITAS DIPONEGORO.
Puspaningrum, A. D. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan perawat dalam membuang sampah medis benda tajam di rsud ungaran.
Riyanto, A. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian. EGC.
Solikhah, & Sudiharti. (2012). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku perawat dalam pembuangan sampah medis di rumah sakit pku muhammadiyah yogyakarta. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Perawat Dalam Pembuangan Sampah Medis Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta, 49–
59.
Tarigan, & Yuniati, I. (2009). Determinan Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis Padat Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2008.
Widiyanto, A. F., Nurhayati, S., & Wahyunigsih, E. (2014). Evaluasi Pengelolaan Limbah Klinis Tajam di RSUD Kabupaten Cilacap. Jurnal Kesmasindo, 6(3), 183–194.
World Health Organi. (2004). Policy Paper:Safe Health-Care Waste Management.