PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi komite manajemen risiko adalah persentase komisaris independen, ukuran dewan direksi, reputasi akuntan, kompleksitas bank dan ukuran perusahaan.
Pembatasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Sistematika Penulisan
LANDASAN TEORI …
Tinjauan Pustaka …
- Teori Agensi
 - Komisaris Independen
 - Ukuran Dewan
 - Reputasi Auditor …
 - Kompleksitas Bank …
 - Ukuran Perusahaan
 - Manajemen Risiko
 - Risk Management Committee
 
Peneliti Terdahulu
Dalam survei yang dilakukan Subramaniam et.al (2009) untuk mengetahui keberadaan RMC dan jenis RMC dilakukan terhadap 300 emiten Australia. Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan positif antara ukuran panel yang lebih besar pada RMC yang berada dalam satu perusahaan atau terpisah. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah proporsi komisaris independen dan CEO independen berhubungan positif dengan pembentukan RMC yang terpisah dari komite audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri Andarini dan Indira Januarti (2010) didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Subramaniam dkk (2009), yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan RMC dan keberadaan RMC yang dibagikan oleh perusahaan-perusahaan pada industri non keuangan yang terdaftar di EIB dari tahun 2007-2008. 248 perusahaan. Hasil dari penelitian ini adalah komisaris independen, ukuran dewan direksi, reputasi auditor, kompleksitas perusahaan dan leverage tidak berhubungan secara signifikan terhadap keberadaan RMC dan RMC terpisah. Penelitian yang dilakukan oleh Briana Dita Pratika (2011) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan RMC pada perusahaan tercatat di BEI.
Sampel berjumlah 140 perusahaan dan dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logistik untuk menguji hipotesis dengan hasil bahwa variabel reputasi auditor dan ukuran perusahaan (variabel kontrol) berpengaruh signifikan terhadap keanggotaan komite audit RMC. Sedangkan variabel frekuensi pertemuan dan ukuran perusahaan (variabel kontrol) berhubungan secara signifikan terhadap RMC yang menjadi bagian dari komite audit. 2009) Jenis RMC dari perusahaan manajemen yang lebih besar, memisahkan RMC dan komite audit secara signifikan.
Proporsi komisaris independen dan CEO independen berhubungan positif dengan RMC yang terpisah dari komite audit. Bagi RMC yang menjadi anggota komite audit, variabel reputasi auditor dan variabel kontrol ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan. Sedangkan variabel frekuensi audit dan variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap RMC terpisah.
Rerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
- Ukuran Perusahaan Terhadap RMC
 - Ukuran Dewan Terhadap RMC
 - Reputasi Auditor Terhadap RMC
 - Komplekitas Bank Terhadap RMC
 - Ukuran Perusahaan Terhadap RMC
 
Dalam penelitian Subramaniam dkk (2009), Andarini dan Januarti (2010) ditemukan bahwa direktur independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan tercatat. H01 : Komisaris independen tidak berhubungan positif dengan keberadaan RMC Ha1 : Komisaris independen mempunyai hubungan positif dengan keberadaan RMC. H02 : Ukuran dewan direksi tidak berhubungan positif dengan keberadaan RMC Ha2 : Ukuran dewan direksi mempunyai hubungan positif dengan keberadaan RMC.
Perusahaan audit yang tergabung dalam Big Four dapat meningkatkan kualitas mekanisme pengawasan internal kliennya dibandingkan dengan auditor non-Big Four. H03 : Reputasi Auditor tidak berhubungan positif dengan keberadaan RMC Ha3 : Reputasi Auditor mempunyai hubungan positif dengan keberadaan RMC. Dalam Peraturan Bank Indonesia 5/8/PBI/2003 dijelaskan bahwa pembentukan komite manajemen risiko ditentukan oleh kompleksitas bank.
Kompleksitas tersebut tercermin dari banyaknya segmen usaha yang dimiliki bank, yang dapat meningkatkan risiko pada berbagai tingkat, termasuk risiko operasional dan teknologi yang memerlukan mekanisme pemantauan risiko yang lebih besar (Subramaniam, et al., 2009). H04 : Kompleksitas operasional perbankan tidak mempunyai hubungan positif dengan keberadaan RMC. Ha4 : Kompleksitas kegiatan perbankan mempunyai hubungan positif dengan keberadaan RMC. Selain kompleksitas bank, besar kecilnya perusahaan atau bank juga menentukan terbentuknya komite manajemen risiko di dalam bank.
Karena perusahaan besar berpotensi mempunyai masalah keagenan yang lebih besar karena lebih sulit melakukan tindakan pengawasan (Fitdiani, 2009 dalam Andarini dan Januarti, 2010). Ukuran perusahaan yang besar dapat diartikan mempunyai risiko yang besar, sehingga perusahaan tersebut mengadopsi praktik tata kelola perusahaan yang lebih baik. H05 : Ukuran perusahaan tidak berhubungan positif dengan keberadaan RMC Ha5 : Ukuran perusahaan berhubungan positif dengan keberadaan RMC.
METODE PENELITIAN …
- Obyek Penelitian
 - Metode Pengumpulan Data …
 - Metode Pengambilan Sampel …
 - Jenis dan Sumber Data
 - Teknik Pengumpulan Data
 - Teknik Pengolahan Data
 - Model Penelitian
 - Operasionalisasi Variabel
 - Metode Analisis Data …
 - Statistik Deskriptif
 - Uji Hipotesis
 
Pada Tabel 4.8 terdapat 11 bank (18,2%) yang belum membentuk Komite Manajemen Risiko dan terdapat 82 bank (96,3%) yang telah membentuk Komite Manajemen Risiko. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% maka H03 ditolak (H03 diterima) yaitu reputasi akuntan tidak mempunyai pengaruh terhadap keberadaan Komite Manajemen Risiko. Dan pembentukan Komite Manajemen Risiko harus dilakukan oleh perbankan. Kehadiran komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap pembentukan RMC.
Dari hasil pengujian secara parsial ditemukan bahwa ukuran dewan direksi tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap keberadaan Komite Manajemen Risiko. Hasil penelitian tidak sesuai dengan Subramaniam, dkk. (2009) yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap keberadaan Komite Manajemen Risiko. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara ukuran dewan komisaris dengan keberadaan Komite Manajemen Risiko.
Berdasarkan hasil SPSS, variabel reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan komite manajemen risiko. Alasan ini mungkin dapat disimpulkan bahwa reputasi auditor tidak ada sangkut pautnya dengan keberadaan komite manajemen risiko. Hasil ini sesuai dengan penelitian Subramaniam et al. 2009); Yatim (2009), Andarin & Januarti (2010) menyatakan kompleksitas tidak memiliki hubungan signifikan dengan keberadaan komite manajemen risiko.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa faktor komisaris independen, ukuran dewan direksi, reputasi auditor dan kompleksitas tidak berhubungan dengan keberadaan komite manajemen risiko. Komisaris independen tidak mempunyai hubungan signifikan dengan keberadaan dewan manajemen risiko pada perbankan di Indonesia. Kompleksitas tidak berhubungan signifikan dengan keberadaan komite manajemen risiko, karena perkiraan keberadaan anak perusahaan yang dimiliki bank menentukan kompleksitas bank.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN …
Gambaran Umum Obyek Penelitian
45 5 PT Bank CIMB Niaga Tbk 6 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 7 PT Bank Bumiputera Indonezi 8 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 9 PT Bank Kesawan Tbk. 13 PT Bank Negara Indonezi (Persero) Tbk 14 PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk 15 PT Bank OCBC NISP Tbk.
Analisis Statistik Deskriptif
Hasil data deskriptif menyajikan nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi setiap variabel yang mempengaruhi keberadaan Komite Manajemen Risiko sebagai variabel dependen. Pada variabel independen (Variabel X) terdapat dua variabel yang merupakan variabel kategori yaitu variabel Reputasi Auditor dan variabel Kompleksitas. Nilai minimum pada data ini adalah 0 yang berarti tidak ada perwakilan independen sama sekali di bank.
Dan angka 1 untuk nilai tertinggi berarti seluruh anggota dewan direksi pada bank tersebut merupakan komisaris independen. Nilai rata-rata pada data tersebut adalah 0,5104 yang berarti perbandingan antara dewan independen dengan jumlah komisaris proporsional.
Pengujian Hipotesis
- Menilai Kelayakan Model Regresi
 - Menilai Keseluruhan Model
 - Hasil Regresi Logistik
 - Hasil Uji Hipotesis
 
Pada tabel 4.7 diperoleh nilai Cox & Snell R Square sebesar 23,3% dan Nagalkerke R Square sebesar 45,1% yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 45,1%. Tahap selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap keseluruhan model yang ditunjukkan dengan melihat statistik -2LogL pada kedua output SPSS. Penurunan output pertama dan kedua sebesar 25,223 dengan tingkat signifikansi 0,00 menjelaskan bahwa H0 tidak dapat ditolak.
Jadi dari hasil pengujian secara keseluruhan, dalam penelitian ini terdapat variabel independen yang dapat mempengaruhi variabel dependen. Hasil yang signifikan secara statistik ini menjelaskan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang baik. Setelah lolos uji kelayakan model dan menilai keseluruhan model, tahap selanjutnya adalah uji uji parsial masing-masing variabel.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan (aset bank), maka semakin besar pula kesadaran manajemen risiko pada bank tersebut. Hasil komisaris independen menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -1,120 dengan probabilitas variabel sebesar 0,440 lebih besar dari (α) 10% yang berarti H01 tidak dapat ditolak (H01 diterima). Dari hasil uji parsial terlihat nilai koefisien reputasi auditor sebesar -0,604 dan variabel probabilitas sebesar 0,592 lebih dari 10%.
Diketahui variabel kompleksitas bank mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 18,017 dan probabilitas variabel tersebut sebesar 0,997 yang berarti lebih besar dari 0,05. Variabel ukuran perusahaan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 1,077 dengan probabilitas variabel sebesar 0,067 dengan signifikansi dibawah 10%. Signifikansi hubungan ukuran perusahaan dengan keberadaan Komite Manajemen Risiko juga dapat dilihat dari hasil statistik Wald yaitu 3,518>1.
Analisis Hasil Penelitian
- Komisaris Independen
 - Ukuran Dewan
 - Reputasi Auditor
 - Kompleksitas Bank
 - Ukuran Perusahaan
 
Dari data survei yang diperoleh dari 93 sampel diketahui bahwa beberapa bank tidak memiliki komisaris independen sesuai hasil data deskriptif 0. Bank yang tidak memiliki komisaris independen, namun dapat membentuk Komite Manajemen Risiko karena mempunyai tingkat komisaris independen yang tinggi. kepatuhan, Bank membentuk Komite Pemantau Risiko dengan dibantu oleh seorang komisaris sementara yang belum diangkat menjadi komisaris tetap. Penunjukan komisaris independen oleh perusahaan hanya dapat dilakukan sesuai dengan peraturan di bidang tata kelola perusahaan yang baik (Andarin & Januarti, 2010).
Jumlah komisaris independen harus sebanding dengan jumlah komisaris yang tidak independen (Muntoro, 2006) Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah rata-rata bank mempunyai proporsi yang hampir sama. Proses pencarian komisaris independen dinilai sulit karena harus memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, yaitu ekonomi dan/atau pengalaman yang memadai. Sehingga beberapa bank tidak memiliki komisaris independen dalam struktur komisarisnya karena tidak mudahnya mendapatkan komisaris independen.
Menurut Andarin & Januarti (2010) yang mempunyai hasil penelitian bahwa ukuran dewan direksi tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap manajemen risiko dewan, mereka menyatakan bahwa ukuran dewan direksi yang besar akan menambah permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi. Pembentukan komite manajemen risiko merupakan hal yang wajib dilakukan bank dan tidak bergantung pada jumlah komisaris. Bank harus membentuk komite manajemen risiko, sehingga reputasi auditor baik BigFour maupun NonBigFour tidak mempengaruhi pembentukan komite manajemen risiko.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Andarin & Januari (2010); Yudiati Indah (2011) menyatakan bahwa besar kecilnya perusahaan sangat berkaitan dengan keberadaan komite manajemen risiko. Pada penelitian ini terdapat beberapa bank dengan usaha kecil (small aset) yang tidak membentuk komite manajemen risiko, hal ini mungkin disebabkan karena bank tersebut tidak memiliki tingkat risiko yang tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bank-bank di Indonesia yang memiliki agency cost lebih tinggi akan membentuk komite manajemen risiko.
Implikasi Manajerial
Karena bagi bank yang tidak memiliki kuasa independen, hal ini mungkin disebabkan karena tidak mudahnya mencari kuasa independen. Ukuran dewan direksi tidak berhubungan secara signifikan dengan keberadaan komite manajemen risiko, hal ini menunjukkan bahwa ukuran dewan direksi tidak mempengaruhi pembentukan dewan direksi. Reputasi seorang auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap keberadaan komite manajemen risiko, penggunaan jasa auditor BigFour maupun auditor non BigFour tidak berpengaruh terhadap keberadaan komite manajemen risiko.
Komisaris independen dan ukuran dewan direksi yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan keberadaan komite manajemen risiko dapat digantikan oleh variabel latar belakang pendidikan anggota dewan. MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN: Memahami pendekatan 3 pilar Basel II Accord mengenai penerapan dan implementasi regulasi di Indonesia. Hubungan Karakteristik Dewan dan Perusahaan Terhadap Informasi Komite Manajemen Risiko Pada Perusahaan Go Public Indonesia.
KESIMPULAN DAN SARAN …
Kesimpulan …
Saran …
Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Pada KAP Big 5 dan Non Big 5." Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.