• Tidak ada hasil yang ditemukan

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT DELAY (STUDI EMPRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI LQ-45 BURSA

EFEK INDONESIA TAHUN 2016 -2019)

Oleh:

Avondio Yusuf

Dosen Pembimbing:

Sutrisno T

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia

Email: dioyusufavon@ymail.com

Abstract

This research aims to examine the factors that influence audit delay: they are firm size, profitability, solvability, audit firm size and auditor change. The object of this research is public company that listed in LQ 45 Indonesia Stock Exchange from 2016 to 2019. Using purposive sampling method, 124 data are collected. This research uses some data analysis techniques; those are descriptive statistics, normality test, autocorrelation test, multicollinearity test, heteroscedastisity test, multiple linear regression model test, and hypothesis test using SPSS for Windows. Result of the examination shows that firm size do not affect audit delay. Solvability and auditor change positively and significantly affects audit delay. Profitability and audit firm size negatively and significantly affects audit delay.

Keywords: firm size, profitability, solvability, audit firm size and auditor change, audit delay.

PENDAHULUAN

Penyampaian atas laporan keuangan merupakan kewajiban dari setiap perusahaan kepada para pemangku kepentingan seperti manajemen perusahaan, investor, dan pemerintah untuk membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu kendala perusahaan dalam mempublikasikan dalam penyampaian laporan keuangan kepada masyarakat yaitu ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya.

Ketidaktepatan waktu dalam menyelesaikan laporan keuangan mengakibatkan adanya penundaan dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Jangka waktu auditor menyelesaikan aktivitas mereka pada klien diukur dari akhir tahun fiskal sampai dengan tanggal audit laporan ditandatangani.

Perbedaan waktu antara tanggal pada laporan keuangan atau akhir tahun fiskal dengan tanggal pada laporan audit atau lamanya waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan proses audit disebut audit delay atau audit report lag.

Menurut Subekti dan Widiyanti (2004), keterlambatan informasi dalam laporan keuangan yang akan dipublikasikan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal karena laporan keuangan auditan yang di dalamnya memuat informasi laba yang

dihasilkan oleh perusahaan untuk dijadikan sebagai pengambilan keputusan oleh investor.

Audit delay akan memengaruhi keakuratan informasi yang dipublikasikan sehingga akan memengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan berdasarkan informasi yang dipublikasikan. Informasi keuangan harus memiliki karakteristik kualitatif yaitu relevance, faithful representation, comparable, verifiable, timeliness, dan understandable (FASB, 2010). Investor mengartikan keterlambatan pelaporan sebagai sesuatu yang buruk bagi perusahaan karena investor akan sulit menentukan seberapa baik atau buruk keadaan dari suatu perusahaan sehingga manfaat laporan keuangan akan berkurang jika laporan keuangan tidak tersedia pada waktu yang tepat. Menurut Handoyo dan Maulana (2019), keterlambatan akan menjadikan informasi yang dihasilkan akan berkurang atau hilang relevansinya. Semakin dekat jarak antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan atau opini audit atas laporan keuangan, maka laporan yang diperoleh akan semakin relevan dan menguntungkan..

Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya melewati tanggal yang ditentukan karena keterlambatan informasi yang didapatkan menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan dikenakan sanksi keterlambatan sesuai dengan peraturan OJK

(2)

Nomor 29/POJK.04/2016. Sanksi tersebut berupa peringatan tertulis, denda dengan membayar sejumlah uang tertentu, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha dan pembatalan pendaftaran. Pada pada 29 Juni 2019 tercatat 10 perusahaan yang belum menyampaikan laporan keuangan audit per 31 Desember 2018 dan atau belum melakukan pembayaran denda atas ketelambatan penyampaian laporan keuangan (Bursa Efek Indonesia, 2019). Berdasarkan data tersebut, BEI memutuskan untuk memberikan sanksi berupa suspensi terhadap perusahaan-perusahaan yang belum menyampaikan laporan keuangannya (Melani, 2019). Selain itu, BEI mencatat per 30 Juni 2020 terdapat 42 perusahaan tercatat yang belum menyampaikan laporan keuangan yang berakhir per 31 Desember 2019 dan telah mengenakan peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp 50 juta rupiah kepada 42 perusahaan tersebut. (Bursa Efek Indonesia, 2020).

Akuntan publik atau auditor eksternal bertanggung jawab dalam mencapai kualitas pelaporan keuangan yang baik di pasar modal. Auditor eksternal harus memberikan jaminan atas kewajaran Laporan Keuangan yang disusun dan dipublikasikan oleh manajemen. Auditor eksternal dalam menjalankan tugasnya untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan akan menghadapi beberapa kendala dan konflik.

Ukuran KAP dan pergantian auditor adalah salah satu faktornya. Berdasarkan teori agensi, teori ini dapat digunakan untuk membantu auditor dalam memahami konflik kepentingan yang muncul antara prinsipal dan agen sehingga diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan yang dapat menimbulkan tenggang waktu proses audit yang berkepanjangan.

Manajemen perusahaan dan pimpinan perusahaan yang mungkin memiliki kepentingan yang beragam dan tanggung jawab yang berbeda.

Pengendalian internal sangat penting bagi setiap perusahaan karena berguna untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Auditing seksi 319 pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan personel lainnya yang

dirancang guna memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan dalam hal keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Solvabilitas, ukuran perusahaan dan profitabilitas adalah salah satu faktornya.

Auditor akan menggunakan pengetahuan yang dihasilkan dari pemahaman atas pengendalian intern dan tingkat risiko dalam menentukan pengujian substantif untuk asersi laporan keuangan.

Faktor-faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas dipilih menjadi variabel independen karena faktor-faktor tersebut menggambarkan hasil dari kinerja perusahaan untuk menentukan cepat atau lambatnya audit delay. Faktor lainnya yaitu ukuran KAP dan pergantian auditor dipilih menjadi variabel independen karena faktor- faktor tersebut menggambarkan jasa independen yang membantu menentukan cepat atau lambatnya audit delay.

TELAAH PUSTAKA Teori Agensi

Teori agensi merupakan kewenangan yang diberikan kepada agen untuk melakukan suatu tindakan dalam hal kepentingan pemilik dan menghasilkan cara yang penting untuk menjelaskan kepentingan yang berlawanan antara manajer dengan pemilik yang merupakan suatu rintangan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dan NG (1978), teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen yang merupakan agen dengan pemilik yang merupakan prinsipal. Konflik terjadi karena manajemen yang biasanya ingin membuat laporan pertanggungjawaban manajemen terlihat baik agar kinerjanya juga dianggap baik oleh prinsipal, namun sebenarnya prinsipal ingin menggali dan mempealjari berkaitan dengan aktivitas manajemen yang sudah direncanakan oleh prinsipal untuk dipantau dan dievaluasi.

Pada teori ini dijelaskan tentang bagaimana agen dan principal dapat memunculkan konflik kepentingan dalam melakukan tugasnya. Teori agensi berfungsi untuk membantu auditor sebagai pihak eksternal yang independen menjadi pihak ketiga dalam

(3)

mengecek laporan keuangan pertanggungjawaban manajemen sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko terhadap terjadinya kecurangan dan kecurangan yang sudah dilakukan oleh pihak manajemen.

Auditor mengecek juga melakukan evaluasi dan pembenaran laporan keuangan yang telah disajikan perusahaan serta diberikan opini sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan oleh publik seperti para investor, kreditur, dan masyarakat untuk melakukan pengambilan keputusan.

Teori Pengendalian Internal

engendalian internal timbul sebagai cara yang dilakukan untuk meraih keuntungan. Menurut Hackett dan Mobley (1976), Direksi perusahaan membuat metode untuk menghasilkan keuntungan, merancang cara untuk mengontrol dan melindungi keuntungan sehingga ditentukan bahwa keuntungan dapat diperluas dengan mengembangkan aktivitas perusahaan serta mempekerjakan orang lain dengan menetapkan bentuk pengendalian.

Selain mendapatkan keuntungan, semua perusahaan harus menjaga liabilitas dan juga asetnya dengan optimal agar aktivitas perusahaan berjalan dengan lancar. Menurut American Institute of Certificated Accountants (1949), pengendalian internal berarti rencana dan cara serta cara terkoordinasi lainnya oleh perusahaan untuk menjaga asetnya, memeriksa kerahasiaan dan keandalan data yang dimiliki perusahaan serta untuk meningkatkan efektivitas perusahaan.

Pengendalian internal merupakan bagian penting dari perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan, semakin besar perusahaan semakin penting dan kuat pula peran pengendalian internal perusahaan tersebut sehingga dengan pengendalian internal yang kuat maka akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi.

Pengendalian internal yang berkualitas akan menghasilkan informasi keuangan yang lebih dapat dipercaya dan andal. Pengendalian internal bertujuan untuk mencegah dan atau mendeteksi kesalahan atau kecurangan yang dapat terjadi dalam salah saji laporan keuangan (Doyle, Ge, & McVay, 2007).

Laporan Keuangan

Kinerja perusahaan dalam waktu tahun tertentu dapat digambarkan melalui laporan keuangan yang berisikan informasi keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 1

(2015: 1), laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan berguna untuk menyediakan informasi yang ada di laporan keuangan untuk membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai.

Auditing

Laporan keuangan setiap perusahaan harus diaudit terlebih dahulu. Berdasarkan PSA No. 02 (IAI,2001:110.1) menjelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam hal yang material, perubahan ekuitas, arus kas, posisi keuangan, dan hasil usaha sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut (Agoes, 2014:4).

Auditing dilakukan oleh pihak yang independen yaitu akuntan publik. Organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berada di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik disebut dengan kantor akuntan publik (KAP).

Audit delay

Audit delay merupakan kondisi yang mengharuskan perusahaan untuk menunda dalam mempublikasikan laporan keuangannya. Menurut Subekti dan Wulandari (2004), audit delay adalah waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor eksternal yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal tutup buku laporan keuangan dengan tanggal opini audit yang ada di dalam laporan keuangan.

Menurut Juwita, T. Sutrisno, dan Mardiati (2020) Keterlambatan laporan audit yang lama bisa menyebabkan keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan. Fenomena keterlambatan pengiriman laporan keuangan terjadi setiap tahun oleh banyak perusahaan.

Keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan menyebabkan kesenjangan informasi yang lebih besar, dan menyebabkan perusahaan mendapat sanksi dari BAPEPAM atau OJK.

(4)

+

-

+

- -

Rerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, berikut merupakan kerangka pemikiran dari penelitian ini:

Gambar 1

Kerangka Teoritis Penelitian

a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit delay

Perusahaan besar memiliki kelebihan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan aset dan pengendalian internal perusahaan, dengan pengendalian internal yang kuat maka perusahaan akan membentuk tim auditor internal yang memiliki kemampuan audit internal untuk mengurangi kecenderungan kesalahan dalam pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan meyakinkan auditor internal untuk melakukan pengendalian yang lebih luas dan untuk mengecek pekerjaan internal sehingga saat auditor eksternal mengecek tidak memerlukan waktu yang lama. Perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang kuat maka auditor eksternal memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian substansif dan pengujian ketaatan, sehingga dapat mempercepat proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan laporan keuangan yang telah diaudit sehingga jarak antara akhir tahun fiskal terhadap penandatanganan opini laporan audit perusahaan semakin cepat.

Semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin pendek waktu audit delay. Hal tersebut menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh

negatif terhadap audit delay

b. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit delay Sistem pengendalian internal akan mendorong perusahaan meningkatan kualitas dengan menghindari biaya yang tidak seharusnya dan menghasilkan respon yang cepat terhadap perubahan keadaan dan pada akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Menurut Arad dan Jamshidi-Navid (2010), Tingkat profitabilitas dapat digambarkan dengan rasio ROA yang terdiri dari perbandingan antara total aset dengan laba bersih setelah pajak. Keuntungan yang diperoleh merupakan kabar baik bagi perusahaan, dan dapat dipastikan bahwa perusahaan ingin secepat mungkin mempublikasikan laporan keuangannya.

Berdasarkan hal tersebut manajemen akan berusaha melakukan percepatan terhadap penundaan dalam mempublikasikan laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, profitabilitas akan memiliki pengaruh negatif terhadap audit delay.

Perusahaan yang dapat mengendalikan internalnya dengan baik akan memiliki profitabilitas tinggi atau memperoleh good news cenderung akan berusaha lebih cepat dalam penyampaian laporan keuangan sehingga jarak antara laporan keuangan akhir tahun fiskal tertentu terhadap penandatanganan opini laporan audit perusahaan semakin cepat.

Semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin pendek waktu audit delay.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay

c. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit delay Solvabilitas dapat digambarkan dengan perhitungan Debt to Assets Ratio (DAR) dimana total hutang dibandingnkan degan total aset perusahaan. Menurut Alkhatib dan Marjib (2012), Proporsi liabilitas terhadap total aset dapat menggambarkan kesehatan keuangan dari perusahaan dimana semakin tinggi poporsi hutang akan menggambarkan tingginya resiko kegagalan pengembalian kewajiban-kewajiban.

Tingkat hutang perusahaan yang tinggi cenderung membutuhkan waktu audit yang lama karena auditor ekstenal akan mencari tahu asal dari liabilitas yang dimiliki perusahaan serta memastikannya dengan pihak kreditur, namun apabila tidak terjadi kesalahan atau

Ukuran Perusahaan (X1)

Profitabilitas (X2)

Solvabilitas (X3)

Ukuran KAP (X4)

Audit delay (Y)

Pergantian Auditor (X5)

(5)

kecurangan terhadap pencatatan hutang perusahaan, maka tidak perlu dilakukan audit secara menyeluruh yang akan berdampak terhadap audit delay sehingga jarak antara laporan keuangan akhir tahun fiskal tertentu terhadap penandatanganan opini laporan audit perusahaan semakin lama. Semakin besar solvabilitas, maka akan semakin lama waktu audit delay. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Solvabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap audit delay

d. Pengaruh Ukuran KAP terhadap Audit delay

Teori agensi menggambarkan hubungan antara principals (pemegang saham) dana agen (manajemen) yang pada kondisi tertentu memungkinkan adanya perbedaan tujuan antara manajemen dan pemegang saham sehingga dibutuhkannya penengah atau akuntan publik yang dinaungi kantor akuntan publik.

KAP publik diklasifikasikan menjadi KAP the big four dan KAP non big four. KAP the big four memiliki standar dan proses audit yang lebih terstruktur, kualitas auditor dan sistem yang lebih baik dibandingkan KAP non big four. KAP the big four memiliki sistem yang lebih baik sehingga semua perusahaan yang bekerja sama dengan KAP the big four akan diaudit tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditentukan sehingga tidak mengalami keterlambatan penandatanganan laporan keuangan audit apalagi mengalami keterlambatan publikasi laporan keuangan. Perusahaan yang diaudit oleh KAP the big four akan mengalami audit delay yang lebih sebentar dibandingkan KAP non big four sehingga jarak antara laporan keuangan akhir tahun fiskal tertentu terhadap penandatanganan opini laporan audit perusahaan semakin sebentar. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap audit delay.

e. Pengaruh Pergantian Auditor terhadap Audit delay

Teori agensi menggambarkan hubungan antara principals (pemegang saham) dana agen (manajemen) yang pada kondisi tertentu memungkinkan adanya perbedaan tujuan antara manajemen dan pemegang saham dan

auditor eksternal sebagai penengah dari perbedaan tujuan tersebut. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

423/KMK.06/2002, perusahaan harus mengganti KAP setiap 5 tahun. Perbedaan tujuan tersebut dapat diatasi oleh mediator yaitu auditor eksternal. Pergantian auditor dari KAP yang sama ataupun KAP yang berbeda sifat auditor harus tetap mempertahankan independensi dan profesional agar dapat memberikan hasil audit yang berkualitas.

Apabila perusahaan mengganti auditor dalam melakukan proses audit maka akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengenali karakteristik usaha klien pada sistem yang ada didalamnya, dengan hal tersebut maka akan semakin lama pula auditor melaksanakan proses auditnya. Penugasan pertama maupun penugasan ulang merupakan salah satu pertimbangan dalam menilai risiko bawaan. Hal ini menyebabkan pemeriksaan pada penugasan pertama akan dilakukan dengan lebih cermat dibandingkan dengan yang biasa dilakukan pada penugasan ulang. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Pergantian Auditor berpengaruh positif terhadap audit delay

terhadap tingkat underpricing.

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengum penelitian dengan teori, jurnal, dan referensi yang berkaitan dengan audit delay. Populasi pada penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ-45 di BEI periode 2016–2019. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.

Purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu atau teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu dimana sampel sengaja dipilih untuk mewakili populasinya. Kriteria tertentu tersebut yaitu:

1. Perusahaan yang terdaftar di LQ-45 BEI dan melaporkan laporan keuangannya dari tahun 2016 sampai tahun 2019 secara berturut-turut dengan tanggal tutup buku pada 31 Desember setiap tahunnya.

2. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya pada tahun 2016 sampai dengan 2019 yang telah diaudit oleh KAP

(6)

serta mencantumkan laporan auditor independen.

3. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya dengan menampilkan data yang mendukung penelitian, yaitu laporan keuangan yang minimal mengandung laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

Tabel 1

Perhitungan Pengambilan Sampel

Perusahaan yang terdaftar di LQ-45 BEI dan melaporkan laporan

keuangannya dari tahun 2016 sampai tahun 2019 dengan tanggal tutup buku pada 31 Desember setiap tahunnya.

180

Perusahaan tersebut tidak terdaftar berturut-turut pada indeks LQ-45 di BEI tahun 2016-2019.

(56) Perusahaan tersebut tidak

mencantumkan laporan auditor independen

0 Perusahaan tersebut tidak

mencantumkan laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain

0

Total sampel 124

Data Penelitian dan Sumbernya

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian empiris, yang dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di indeks LQ-45 BEI tahun 2016-2019. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya yaitu Alkhatib dan Marjib (2012) serta Habib, Bhuiyan, Huang and Miah (2019). Namun, peneliti melakukan modifikasi terhadap waktu penelitian, objek penelitian serta melakukan modifikasi pada variabel independen.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu, data yang telah diperoleh dalam bentuk jadi dan telah diolah oleh pihak lain (pada umumnya berbentuk publikasi). Data yang digunakan pada penelitian ini berupa laporan keuangan yang diakses dari situs www.idx.co.id, dan Laboratorium Investasi dan Pasar Modal GI-BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Definisi Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu audit delay dan lima variabel independen yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran KAP dan

Pergantian Auditor.

Variabel Dependen

Audit delay merupakan perbedaan waktu antara tutup buku tanggal laporan keuangan akhir tahun fiskal dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor. Merujuk dari penelitian Abdillah, Mardijuwono, dan Habiburrochman (2019), Ahmed dan Hossain (2010), Alkhatib dan Marji (2012), Putra, T. Sutrisno, dan Mardiati (2017), Handoyo dan Maulana (2019), rumus dari variabel audit delay yaitu:

Audit delay = Tanggal Laporan Audit – Tanggal Tutup Buku Laporan Keuangan

Variabel Independen

Variabel dependen ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran KAP dan pergantian auditor.

a. 1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan volume besar kecilnya perusahaan yang dilihat dari jumlah aset perusahaan. Ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan total aset merupakan salah satu informasi fundamental yang direspons oleh investor. Ukuran perusahaan dapat diukur menggunakan logaritma natural (ln) total asset.

Log natural digunakan untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Merujuk dari penelitian Triyaningtyas dan Sudaryo (2019), Anggarawati dan Fuad (2016) Alkhatib dan Marji (2012), Ahmed dan Hossain (2010), Habib, Bhuiyan, Huang dan Miah (2019), Banimahd, Moradzedehfard, dan Zeylani (2012) Variabel ukuran perusahaan akan diukur menggunakan skala data rasio dengan rumus:

Ukuran Perusahaan = Ln(Total Asset) UP=

underpricing

b. Profitabilitas

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau profit pada tingkat penjualan, aset, dan ekuitas dalam periode tertentu. Indikator yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah ROA yaitu perbandingan antara total asset dengan laba bersih dapat menggambarkan tingkat profitabilitas perusahaan. Merujuk dari penelitian Abdillah, Mardijuwono, dan Habiburrochman (2019), Handoyo dan Maulana (2019), Alkhatib dan Marji (2012), Banimahd, Moradzedehfard dan

(7)

Zeylani (2012), rumus dari ROA yaitu:

Return on Asset (ROA) =𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝐩𝒂𝒋𝒂𝒌 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒔𝒆𝒕

c. Solvabilitas

Solvabilitas yaitu rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali hutangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Semakin tinggi rasio solvabilitas maka semakin tinggi pula resiko kerugian atau kesulitan keuangan yang dihadapi. Solvabilitas dapat diukur dengan menggunkan total aset perusahaan dan total ekuitas perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan membandingkan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang) dengan jumlah aset. Solvabilitas dalam penelitian merujuk pada penelitian Ahmed dan Hossain (2010), Alkhatib dan Marji (2012), Abdillah, Mardijuwono, dan Habiburrochman (2019) ini digunakan dengan mengukur DAR dari tiap laporan keuangan perusahaan. Rumus dari DAR yaitu:

Debt to Asset ratio = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕

d. Ukuran KAP

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 Pasal 1 disebutkan jika yang dimaksud dengan KAP adalah sebuah badan usaha yang dalam pemberian jasa-jasanya telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan.

Dalam penelitian ini Ukuran KAP digolongkan menjadi dua yaitu KAP the big four dan KAP non big four. Penelitian ini mengukur ukuran KAP dengan mengacu dari penelitian Putra, T.

Sutrisno, dan Mardiati (2017), Triyaningtyas dan Sudarno (2019), serta Alkhatib dan Marji (2012) dengan diukur menggunakan variable dummy. KAP the big four akan diberi skala nominal atau kode dummy 1, sedangkan KAP non big four akan diberi skala nominal atau kode dummy 0 dengan skala nominal sebagai skala data yang digunakan sehingga peneliti akan menggunakan variabel ukuran KAP dengan menggunakan dummy.

e. Pergantian Auditor

Pergantian auditor merupakan putusnya hubungan auditor yang lama dengan perusahaan kemudian mengangkat auditor yang baru untuk menggantikan auditor yang lama. Variabel

pergantian auditor ini dapat diukur dengan variabel dummy, dengan membandingkan auditor pada periode tahun sebelumnya seperti dari KAP non big four menjadi KAP the big four. Merujuk dari penelitian Ahmed dan Hossain (2010), Handoyo dan Maulana (2019), serta ), Habib, Bhuiyan, Huang dan Miah (2019) Jika perusahaan mengalami pergantian auditor akan diberi skala nominal atau kode dummy 1, sedangkan jika tidak mengalami pergantian auditor akan diberi kode dummy 0 dengan skala nominal sebagai skala data yang digunakan.

Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, sehingga digunakan model statistik regresi linier berganda untuk menguji hipotesis penelitian.

Persamaan regresi dari penelitian ini yaitu:

Y= a +β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ɛ Y : Audit delay

a : konstanta

X1 : Ukuran perushaan X2 : Profitabilitas X3 : Solvabilitas

X4 : Ukuran KAP X5 : Pergantain auditor

ɛ : standard error

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, ada beberapa teknik analisis yang perlu dilakukan yaitu uji deskriptif dan uji asumsi klasik agar data layak diuji menggunakan analisis linier berganda. Pada penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis regresi berganda yaitu uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji signifikansi variabel (uji t), uji ketepatan model (uji F) dan uji koefisien determinasi (R2).

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan metode pengambilan sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti, kriteria yang digunakan ialah perusahaan non-keuangan yang mengalami underpricing dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 dengan laporan keuangan yang dinyatakan dalam Rupiah, serta

(8)

memiliki ekuitas positif dan kondisi laba selama satu tahun sebelum IPO.

Setelah melalui proses pengambilan sampel, terdapat 152 perusahaan yang melakukan IPO dari tahun 2016 sampai dengan 2019. Dari jumlah tersebut terdapat data yang tidak dimasukkan ke dalam sampel karena 25 perusahaan tidak mengalami underpricing, 6 perusahaan bergerak pada jasa keuangan, 4 perusahaan menyatakan laporan keuangan bukan dalam Rupiah, 2 perusahaan memiliki ekuitas negatif, 17 perusahaan mengalami kerugian selama satu tahun sebelum IPO, 8 perusahaan tidak memiliki data yang lengkap, serta 9 perusahaan merupakan outlier.

Sampel

yang memenuhi syarat dalam penelitian ini berjumlah 81 perusahaan.

Statistik Deskriptif

Metode ini digunakan untuk menunjukkan dan menganalisa data angka agar dapat memberikan gambaran yang terstruktur dan ringkas mengenai suatu peristiwa atau keadaan sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu. Statistik deskriptif membahas tabel, mean, median, modus, serta perhitungan yang sederhana. Pada tabel statistik deskriptif untuk variabel ukuran KAP dan pergantian auditor diukur menggunakan variabel dummy.

Tabel 2

Analisis Statistik Deskriptif DER, ROA, Persentase penawaran saham, dan

Underpricing N Mean Std.

Devi asi

Mi nim um

Max imu m Ukuran

perusaha an

124 20,8278 5,2126 4

12,20 32,45

Profitabil itas

124 0,1147 0,1128 6

-0,01 0,45 Solvabili

tas

124 0,4849 0,2098 5

0,06 0,92 Ukuran

KAP

124 0,82 0,384 0 1 Pergantia

n Auditor

124 0,18 0,384 0 1

Audit delay

124 62,2016 22,619 14

15,00 146,00 Sumber: SPSS 21, data olahan peneliti

Rata-rata ukuran KAP yang mengaudit perusahaan sampel pada tahun 2016 hingga

2019 ialah sebesar 0,82. Sebanyak 102 perusahaan diaudit oleh KAP big four, dan 22 perusahaan diaudit oleh KAP non big four.

Seperti yang diketahui, variabel ukuran KAP menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dilambangkan dengan angka 1 dan perusahaan yang diaudit oleh KAP non big four dilambangkan dengan angka 0.

Tabel 3

Statistik Deskriptif Ukuran KAP Kategori Frekuensi % KAP non big

four

22 17,74

KAP big four 102 82,26

Total 124 100,0

Sumber: SPSS 21, data olahan peneliti Uji Asumsi Klasik

Model regresi juga dapat dijadikan estimasi yang tidak bias apabila memenuhi kaidah BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

Kaidah BLUE dapat terpenuhi apabila data terdistribusi secara normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, tidak terjadi

multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi pada data. Sehingga pada penelitian ini dilakukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

Uji Normalitas

Peneliti menggunakan statistic non-parametric One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan tingkat α= 5% untuk melihat normalitas nilai residual pada penelitian ini.

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas

Unstandardized residual

N 124

Sig. 0,940

Sumber: SPSS 21, data olahan peneliti

Dari hasil pengolahan data SPSS diperoleh nilai Sig. sebesar 0,940 atau lebih besar daripada 0,05 sehingga nilai residual data terdistribusi secara normal dan data dapat digunakan untuk model

(9)

regresi.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara masing- masing variabel independen. Kriteria pengujian yang digunakan untuk menguji asumsi ini ialah melihat nilai Tolerance dan VIF. Apabila nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas pada data. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 5

Hasil Uji Multikolinearitas Tolerance VIF Ukuran Perusahaan 0,935 1,069 Profitabilitas (ROA) 0,806 1,241 Solvabilitas (DAR) 0,797 1,255

Ukuran KAP 0,790 1,265

Pergantian Auditor 0,825 1,212

Sumber: SPSS 21, data olahan peneliti Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat perbedaan nilai varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi dapat dikatakan baik apabila model regresi tersebut homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Peneliti menggunakan Uji glejser yang dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut dari model yang diestimasi terhadap variabel variabel penjelas. Kriteria yang digunakan ialah apabila nilai signifikansi > 0,05, dapat dikatakan bahwa data terbebas dari heteroskedastisitas. Dapat dilihat dari tabel 4.7 bahwa nilai signifikansi untuk semua variabel independen lebih dari 0,05 sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang telah diuji. Oleh karena itu data ini lolos uji heteroskedastisitas dan dapat digunakan dalam model regresi.

Tabel 6

Hasil Uji Heteroskedastisitas Sig.

Ukuran Perusahaan 0,175

Profitabilitas 0,478

Solvabilitas 0,932

Ukuran KAP 0,194

Pergantian Auditor 0,592 Sumber: SPSS 21, data olahan peneliti Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi antara residual satu observasi dengan residual lainnya. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ialah dengan Uji Durbin-Watson (DW-test). Kriteria pengujian Durbin Watson ialah apabila dU < d

< (4-dU), dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada data.

Tabel 7

Hasil Uji Autokorelasi

Durbin-Watson 1,824

Sumber: SPSS 21, data olahan peneliti

Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson pada tabel 4.6 di atas diperoleh nilai DW sebesar 1,824. Dari tabel Durbin-Watson pada taraf signifikansi 5%

dengan lima variabel independen dapat diperoleh nilai K=5, dan jumlah pengamatan ialah sebanyak 124 sehingga n=124, diperoleh nilai dU sebesar 1,7914. Apabila dibandingkan dengan nilai DW- test yang telah didapatkan sebelumnya, maka nilai dU < d < (4-dU) ialah 1,7914 < 1,824 <

2,2086. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan.

Uji Kelayakan Model (Uji F)

Uji kelayakan model dalam statistik dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F, maupun nilai koefisien regresi t. Peneliti menggunakan nilai signifikansi F untuk menilai kelayakan model pada penelitian ini.karena itu, penelitian ini menerima hipotesis alternatif yang telah diajukan sebelumnya yaitu terdapat pengaruh antara terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, ukuran KAP dan pergantian auditor secara bersamaan terhadap audit delay.

(10)

Tabel 8 Hasil Uji F Sum

of squar es

df Mean Squar e

F Sig.

Regressi on

20962,7 70

5 4192,55 4

11,788 0,000b

Residual 41967,1 89

118 355,654

Total 62929,9 60

123

Variabel dependen: audit delay

Prediktor: (Constant), Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran KAP dan Pergantian Auditor

Sumber: SPSS 21, data olahan peneliti

Dari hasil uji F pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat alpha yang diperbolehkan yaitu 0,05. Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel independen secara simultan memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Uji Koefisien Regresi (Uji t)

Uji t merupakan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial.

Uji t dilakukan dengan melihat nilai signifikansi tiap variabel. Dengan tingkat kepercayaan 5%, berikut kriteria yang digunakan:

1. H0 diterima apabila nilai sig. > α 2. H0 ditolak apabila nilai sig. < α Apabila H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Apabila H0 diterima, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Tabel 10 Ikhtisar Hasil Uji

Sumber: SPSS 21, data olahan peneliti Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Ukuraan perusahaan Terhadap Audit delay

Ukuran perusahaan diukur menggunanakan logaritma natural dari total aset. Berdasarkan hasil pengujian t, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 0,063 >

α = 0,05 sehingga ukuran perusahaan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay (Y).

Hal ini menyebabkan H0 diterima dan Ha ditolak sehingga ukuran perusahaan tidak memengaruhi audit delay secara signifikan.

Hasil studi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Triyaningtyas dan Sudarno (2018). Hal ini dikarenakan setiap perusahaan yang terdaftar di BEI akan menjadi pengawasan bagi investor maupun regulator sehingga tidak memengaruhi audit delay karena dengan cara menerbitkan laporan keuangan sesuai dengan batasan waktu yang diberikan oleh regulator, investor mendapatkan informasi di dalam laporan keuangan dan pemangku kepentingan dapat mengambil keputusan ekonomi. Selain itu, pengukuran dari aset bukan menjadi faktor utama proses audit menjadi lebih lama. Permasalahan yang dihadapi oleh auditor dalam mengaudit perusahaan bisa berasal dari terdeteksinya kecurangan, keterlambatan informasi, pemberian data, dan pengalaman auditor sehingga proses

Hipo tesis

Variabel t Sig. Keputu s an H1 Ukuran

Perusahaan

-1,879 0,063 H1 tidak didukung H2 Profitabilitas

(ROA)

-3,755 0,000 H2 didukung

H3 Solvabilitas (DAR)

2,090 0,039 H3 didukung

H4 Ukuran KAP -2,216 0,029 H4 didukung

H5 Pergantian Auditor

2,231 0,028 H5 didukung

(11)

audit memakan waktu yang lama.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Audit delay

Profitabilitas yang diukur menggunakan ROA merupakan ukuran untuk menilai keefektifan perusahaan dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba. Berdasarkan hasil pengujian t, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel profitabilitas (X2) sebesar 0,000 < α = 0,05, sehingga sehingga profitabilitas (X2) berpengaruh negatif terhadap audit delay (Y).

Hal ini menyebabkan H0 ditolak dan Ha diterima sehingga profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Handoyo dan Maulana (2019), Ahmad dan Hossain (2010), Abdillah, Mardijuwono, dan Habiburrochman (2019) serta Habib, Bhuiyan, Huang and Miah (2019).

Pengaruh negatif profitabilitas artinya semakin tinggi profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan, tingkat audit delay akan semakin rendah. profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur efisiensi perusahaan dalam mengolah asetnya untuk menghasilkan laba.

Tingkat profitabilitas yang tinggi berarti perusahaan sudah mengelola aset secara efektif dan efisien atau memiliki pengendalian internal yang baik sehingga menekankan auditor eksternal untuk segera menyelesaikan proses auditnya. Good news berupa profitabilitas yang tinggi akan membuat perusahaan berusaha secepat mungkin untuk menerbitkan laporan keuangannya/

Pengaruh Solvabilitas Terhadap Audit delay

Solvabilitas merupakan tolak ukur perusahaan dalam risiko kegagalan dengan membagi total hutang dengan total aset atau DAR. Berdasarkan hasil pengujian t, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel solvabilitas (X3) sebesar 0,039 < α = 0,05, sehingga sehingga solvabilitas (X3) berpengaruh positif terhadap audit delay (Y).

Hal ini menyebabkan H0 ditolak dan Ha diterima sehingga solvabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdillah, Mardijuwono, dan Habiburrochman (2019) serta Habib, Bhuiyan, Huang and Miah (2019) serta Ahmed dan Hossain (2010) yang menyatakan bahwa solvabilitas berpengaruh positif terhadap audit delay. Auditor akan mengaudit

hutang yang dimiliki perusahaan dengan memakan waktu yang lebih lama karena harus mencari penyebab dari tingginya proporsi hutang yang dimiliki perusahaan dan mengkonfirmasi pihak terkait yang berkaitan dengan perusahaan.

Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Audit delay

Ukuran KAP terbagi menjadi dua yaitu KAP big four dan KAP non big four menjadikan.

Berdasarkan hasil pengujian t, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel ukuran KAP (X4) sebesar 0,029 > α = 0,05, sehingga ukuran KAP (X4) berpengaruh negatif terhadap audit delay (Y). Hal ini menyebabkan H0 ditolak dan Ha diterima sehingga ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap audit delay.

Hasil penelitian konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Hossain (2010), Handoyo dan Maulana (2019), Juwita, T. Sutrisno dan Hariadi (2020) Ukuran KAP akan memengaruhi audit delay secara negatif. KAP big four akan mengalami audit delay yang lebih pendek dari KAP non big four. Hal tersebut dikarenakan KAP big four bekerja lebih ahli dan profesional dibandingkan dengan KAP non big four. KAP big four akan melaksanakan audit lebih efektif dan efisien sehingga proses audit yang dialami akan semakin sebentar. Sumber daya yang dimiliki oleh KAP big four lebih besar maupun dari segi kuantitas dan kualitas.

Penyelesaian audit tepat waktu adalah cara KAP dalam mempertahankan fee audit dan reputasinya.

Pengaruh Pergantian Auditor Terhadap Audit delay

Auditor yang dimaksud adalah Kantor Akuntan Publik yang jasanya digunakan perusahaan untuk menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan.

Berdasarkan hasil pengujian t, diperoleh nilai signifikansi untuk variabel pergantian auditor (X5) sebesar 0,028 > α = 0,05, sehingga pergantian auditor (X5) berpengaruh pergantian auditor ositif terhadap audit delay (Y). Hal ini menyebabkan H0 ditolak dan Ha diterima sehingga pergantian auditor berpengaruh positif terhadap audit delay.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed dan Hossain (2010), Habib, Bhuiyan, Huang and Miah (2019) serta Handoyo dan Maulana (2019). Auditor eksternal yang baru sebagai penengah antara prinsipal dan agen akan membutuhkan waktu yang cukup lama

(12)

untuk mengerti tentang perusahaan yang diaudit untuk menghindari risiko audit. Auditor eksternal yang baru juga harus melakukan komunikasi terhadap auditor yang lama untuk mengetahui informasi tentang transaksi yang dilakukan perusahaan sehingga audit delay akan semakin tinggi.

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit delay. Perusahaan yang menjadi objek penelitian berjumlah 124 perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019.

Beberapa kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan, yaitu ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap audit delay karena ukuran perusahaan bukan menjadi permasalahan dalam mengaudit, namun faktor lain seperti terdeteksi kecurangan, dan keterlambatan informasi akan menimbulkan masalah dalam mengaudit. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay, perusahaan berusaha secepat mungkin untuk menerbitkan laporan keuangannya karena aktivitas perusahaan berjalan lancar dengan pengendalian internal yang kuat sehingga tidak terdeteksi kecurangan dan proses audit menjadi lebih cepat sehingga investor melihat prospek perusahaan di masa depan dengan adanya peningkatan profitabilitas dan laba perusahaan. Solvabilitas berpengaruh positif audit delay karena auditor akan lebih skeptis tentang keandalan laporan keuangan perusahaan, kecenderungan kegagalan dan tingkat hutang yang tinggi karena sistem pengendalian internal yang buruk. Ukuran KAP memiliki pengaruh negatif terhadap audit delay, karena auditor sebagai mediator antara agen dan principals yang berasal dari KAP big four akan mempunyai keahlian yang lebih baik daripada KAP non big four sehingga semakin rendah atau sebentar tingkat audit delay. Pergantian auditor memiliki pengaruh positif terhadap tingkat audit delay, karena auditor baru sebagai penengah agen dan prinsipal yang akan mendapatkan penugasan pertama dalam mengaudit perusahaan sehingga memakan waktu lebih lama dalam memahami karakteristik perusahaan dan akan mengalami kendala-kendala baru sehingga tingkat audit delay akan bertambah atau semakin lama.

Daftar Pustaka

Abdillah, M.R., Mardijuwono, A.W., &

Habiburrochman, H. (2019). The effect of company characteristics and auditor characteristics to audit report lag. Asian Journal of Accounting Research. 4(1), Hal. 129-144.

Doi: doi.org/10.1108/AJAR-05-2019-0042 Abdullah, F. (2013). Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan. Malang: UMM press.

Afriyadi. (2018). Tutup Tahun, BEI Pamer Jumlah Emiten Baru Pecah Rekor. Diakses dari https://finance.detik.com/bursa-dan- valas/d-4362316/tutuptahun-bei-pamer-

jumlah-emiten-baru-pecah-rekor jumlah saham 2018

Agoes, S. (2014). Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan. Jakarta:

Salemba Empat.

Ahmed, Alim Al Ayub dan Shakawat Hossain (2010). Audit Report Lag: A Study of the Bangladeshi Listed Companies. ASA University Review. Vol. 4 No. 2. Juli-Desember 2010. Doi:

10.2139/ssrn.3406733

Aljana, B.T, Purwanto, A. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Struktur Kepemilikan dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013- 2015). Diponegoro Journal of Accounting. Vol.

6 No. 3 Hal. 1-10. ISSN: 2337-3806.

Alkhatib, K., & Marji, Q. (2012). Audit reports timeliness: Empirical evidence from Jordan.

Procedia-Social and Behavioral Sciences. 62,

Hal. 1342-1349. Doi:

http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.229 American Institute of Certified Public Accountants. Committee on Auditing Procedure. (1949). Internal control: elements of a coordinated system and its importance to management and the independent public accountant, special report. AICPA Committees: New York. Diakses dari https://egrove.olemiss.edu/aicpa_comm/103 Anggarawati, Diajeng Tri dan Fuad. (2016).

Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit delay (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Food and Beverages yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2009-2014).

Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 5 No. 4 Hal. 5. ISSN: 2337-3806

(13)

Arad, Hamed, Jamshedy-Navid, Babak. (2010).

“A Clear Look At Internal Controls : Theory And Concepts. Social Science Research Network Electronic Paper Collection. Ssrn:

http://Ssrn.Com/Abstract=1342048

Ayuningtyas, Dwi (2019). Perhatian! 24 Emiten Ini Kena Sanksi BEI, Kenapa?. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/market/2019 0509090006-17-71388/perhatian-24-emiten- ini-kena-sanksi-bei-kenapa

Banimahd, Bahman, Mehdi Moradzadehfard, dan Mehdi Zaylani. (2012). Audit Report Lag and Auditor Change: Evidence From Iran.

Journal of Basic and Applied Scientific Research. Hal. 12278- 2282 ISSN 2090-4304 Bursa Efek Indonesia. (2019). Pengumuman Penyampaian Laporan Keuangan Auditan yang Berakhir per 31 Desember 2018. Diakses dari

https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndA nnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/E xchange/PENG-00006_BEI-

PP2_SPT_SUGI_07-2019.pdf

Bursa Efek Indonesia. (2020). Pengumuman Penyampaian Laporan Keuangan Auditan yang Berakhir per 31 Desember 2019. Diakses dari

https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndA nnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/F rom_EREP/202007/c0bf962bbe_499e94cbe9.

pdf

Carslaw, C. A., & Kaplan, S. E. (1991). An examination of audit delay: Further evidence from New Zealand. Accounting and Business Research. 22(85). Hal 21–32. Doi:

doi.org/10.1080/00014788.1991.9729414 DeFond, M., Jiambalvo, J., (1991). Incidence

and circumstances of accounting errors. The Accounting Review Vol. 66 Hal. 643–655.

Doyle, Jeffrey T. and Ge, Weili and McVay, Sarah E. (2007). Determinants of Weaknesses in Internal Control over Financial Reporting.

Journal of Accounting and Economics. Vol.

44, Hal.193-223.

Dyer, J. C. I. V., dan A. J. McHugh. (1975). The Timeliness of The Australian Annual Report.

Journal of Accounting Research. Autumn.

Vol. 13. No.2. Hal: 204-219

Eshagniya, Azam, dan Mahdi Salehi. (2017).

The Impact of Financial Restatement on

Auditor Changes: Iranian Evidence. Asia Pacific Journal of Innovation and Entrepreneurship.

Vol. 11 No. 3 Hal: 366-390. Doi 10.1108/APJIE-12-2017-039

Financial Accounting Standards Board. (2010).

Statement of Financial Accounting Concepts No. 8: Conceptual Framework for Financial Reporting [Chapter 1, The Objective of General Purpose Financial Reporting, and Chapter 3, Qualitative Characteristics of Useful Financial Information]. Norwalk, Connecticut:

FASB; September

F. Jumi Rahayu, and T. J. Wahyu Prabowo.

(2018). Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 7 No. 4 Hal. 1-14.

ISSN(Online): 2337-3806

Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Habib, A. & Bhuiyan, M.B.U, Huang, H.J & Miah, M.S. (2019). Determinants of Audit Report Lag:

A Meta-Analysis. International Journal Of Auditing. 23(1), 20-44. Doi:

10.1111/ijau.12136

Hackett, W., and S. Mobley. (1976). "An Auditing Perspective of the Historical Development of Internal Control", Auditing Symposium III:

Proceedings of the 1976 Touche Ross / University of Kansas Symposium on Auditing Problems. Lawrence, Kansas: University of Kansas 1976: 1-16.

Harmono. (2014). Manajemen Keuangan:

Berbasis Balanced Scorecard. Jakarta: Bumi Aksara.

Handoyo, Sigit & Maulana, Erza Diandra. (2019).

Determinants of Audit Report Lag of Financial Statements in Banking Sector. Matrik Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan Kewirausahaan.

Vol. 13 No. 2 Hal: 142-152. Doi:

https://doi.org/10.24843/MATRIK:JMBK.2019 .v13.i02.p02

Hossain, M. & Taylor, P. (1998). An examination of audit delay: Evidence from Pakistan.

Working Paper, University of Manchester.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 Tentang Laporan Arus Kas. Jakarta: Salemba

(14)

Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan.

(Revisi 2015). Jakarta: Salemba Empat Ikatan Akuntan Indonesia. (2001).

Kompartemen Akuntan Publik Standar Auditing Per 1 Januari 2001.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 319.Pertimbangan Atas Pengendalian Intern Dalam Audit Laporan Keuangan.

Insititut Akuntan Publik Indonesia. (2018).

Panduan Indikator Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik. Diakses dari https://iapi.or.id/uploads/article/58Panduan- indikator-kualitas-audit-kap.pdf

Karyo, Edison Sutan. (2017). Perusahaan go public di Burfa Efek Indonesia. Diakses dari https://www.sahamok.com/perusahaan- publik-terbuka-tbk-emiten-bei-bursa-efek- indonesia/

Kieso, Donald E., Jerry J, Weygant & Terry D.

Warfield. (2014). Intermediate Accounting IFRS Edition, 2nd edition. United States of America :Wiley

Jensen, M., C., dan W. Meckling. (1976).

Theory of the firm: Managerial behavior, agency cost and ownership structure. Journal of Finance Economic. 3:305- 360. Diakses dari

http://www.nhh.no/for/courses/spring/eco420 /jensenmeckling-76.pdf.

Juwita, Ratna, Sutrisno T., & Bambang H.

(2020). Influence of audit committee and internal audit on audit report lag: Size of public accounting firm as a moderating variable. International Journal of Research in Business and Social Science. Vol. 9 No. 1 Hal.

137-142. ISSN: 2147-4478. Doi:

10.20525/ijrbs.v9i1.593

Kasmir. (2012). Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

May, E. (2016). Mengenal LQ-45. Diakses dari https://finance.detik.com/bursa-danvalas/d- 3298411/mengenal-lq-45

Melani, A. (2019). Awal Juli 2019, BEI Suspensi 10 Saham Emiten Ini. Diakses dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/400229

1/awal-juli-2019-bei-suspensi10-saham-emiten- ini

Melani, A. (2016). Belum Sampaikan Laporan Tahunan, BEI Beri Sanksi ke 63 Emiten.

Diakses dari

https://www.liputan6.com/bisnis/read/2532990/

belumsampaikan-laporan-tahunan-bei-beri- sanksi-ke-63-emiten

Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Siaran Pers: OJK Longgarkan Batas Waktu Laporan Keuangan

dan RUPS. Diakses dari

https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-

kegiatan/siaran-pers/Pages/OJK-Longgarkan- Batas-Waktu-Laporan-Keuangan-dan- RUPS.aspx

Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Ringkasan Pojok No . 13 / POJK . 03 / 2017 tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan. Diakses dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regul asi/peraturan-

ojk/Documents/Pages/POJKPenggunaan-Jasa- Akuntan-Publik-dan-Kantor-Akuntan-Publik- dalam-Kegiatan-JasaKeuangan/Sal Pojk Penggunaan Jasa Ap Dan Kap final.pdf

Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 29/POJK.04/2016 Tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Diakses dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-

modal/regulasi/peraturan-ojk/Docume nts/Pages/POJK-Laporan-Tahunan-Emiten- Perusahaan-Publik/POJK-Lapor an- Tahunan.pdf

Putra, Rediyanto, Sutrisno T., & Endang M.

(2017). Determinant of Audit delay: Evidance from Public Companies in Indonesia.

International Journal of Business and Management Invention. Vol. 6 No. 6 Hal. 12-21.

ISSN: 2319-8028.

Perwitasari, Anna Suci. (2020). BEI: Ada 80 perusahaan yang belum laporkan kinerja keuangan tahun 2019. Diakses dari https://investasi.kontan.co.id/news/bei-ada-80- perusahaan-yang-belum-laporkan-kinerja- keuangan-tahun-2019

Rahadianto, Naufal Arief. (2012). Analisis Pengaruh Auditor Spesialisasi Industri, Dewan Komisaris, Komite Audit, dan Penerapan PSAK 50/55 (Revisi 2006) Terhadap Audit delay pada Industri Perbankan. (Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta). Diakses dari

(15)

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320076- S-Naufal%20Arief%20Rahadianto.pdf Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Metode

Penelitian untuk Bisnis Pendekatan

Pengembangan-Keahlian. Jakarta: Salemba Empat

Shin, I. -H., Lee, H. -Y., Lee, H. -A., & Son, M. (2017). How does human resource investment in internal control affect audit reporting lag?. Asia‐Pacific Journal of Accounting & Economics. Vol. 24(1-2). Hal.

195-215. Doi:

doi.org/10.1080/16081625.2015.1135751 Subekti, I dan Widiyanti, N.W. (2004). Faktor

Faktor yang Mempengaruhi Audit delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII:991-1002.

Sukirman, S. (2014). Opini Auditor, Laba atau Rugi Tahun Berjalan, Auditor Switching dalam Memprediksi Audit delay. Accounting Analysis Journal, Vol. 3 No. 2. Doi:

doi.org/10.15294/aaj.v3i2.4180

Sukrisno, A. (2012). Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik).

Edisi keempat. Salemba Empat: Jakarta.

Triyaningtyas, Mutia dan S. Sudarno. (2019).

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015).

Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 8.

No. 1. Hal 1-9. ISSN: 2337-3806

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor:

7/POJK.04/2018. Tentang Penyampaian Pelaporan Elektronik Emiten atau Perusahaan

Publik. Diakses dari

https://www.ojk.go.id/id/regulasi/Documents/

Pages/Penyampaian-Laporanmelalui-Sistem- Pelaporan-Elektronik-Emiten-atau-

PerusahaanPublik/POJK%207-2018.pdf Peraturan Menteri Keuangan Nomor

17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan

Publik. Diakses dari

https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/ass ets/uploads/tiny_mce/PERATURAN/2204 2016_140258_Peraturan_Menteri_Keuang an_Nomor_17_tahun_2008.pdf

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Salwa. Pengaruh Audit, Reputasi KAP, Umur Perusahaan Dan Opini Audit Terhadap Audit Delay Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Perdagangan, Jasa Dan Investasi Yang