FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI NAGARI SALIMPAT KECAMATAN LEMBAH GUMANTI
KABUPATEN SOLOK
JURNAL
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1)
RENI ELFIA 11090297
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN N ILMU PENDIDDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI NAGARI SALIMPAT KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK
Oleh:
Reni elfia, Yola Malinda, Lovelly Dwinda Dahen
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumbar
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumbar Jl. Gunung Pangilun No 1 Padang Sumatera Barat
Email : [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan harga terhadap produksi bawang merah di Nagari Salimpat Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara luas lahan terhadap produksi bawang merah, ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 436,056 nilai ini signifikan karena thitung 5,558 l >
ttabel 1,980. 2) Terdapat pengaruh yang poositif dan signifikan antara pupuk terhadap produksi bawang merah, ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 1,080 nilai ini signifikan karena thitung 3,703 > ttabel 1,980. 3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tenaga kerja terhadap produksi bawang merah, ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 21,282, nilai ini signifikan karena thitung 2,300 > ttabel 1,980. 4) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara penggunaan pupuk terhadap produksi bawang merah, ditunjukkan oleh nilai koefisien sebesar 0,468 nilai ini signifikan karena thitung 12,858 > ttabel 1,980. 5) terdapat pengaruh positif antara luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan harga berpengaruh positif terhadap produksi bawang merah, yang di tunjukkan oleh nilai Fhitung 134,904 >
Ftabel 2,44.
ABSTRACT
The study aims to analize the influence of the area of land, fertilizer, labor and the price of onions in the Nagari Salimpat Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.
This research result indicates that: 1) There is a positive influence and significant between the area of land to the produktion onions, is indicated by the coefficientt of 436,056 the value significant because tcount 5,558 l > ttabel 1,980. 2) There is a positive influence and significant between the fertilizer to the produktion onions, is indicated by the coefficientt of 1,080 the value significant because tcount 53,703> ttabel 1,980. 3) There is a positive influence and significant between the labor to the produktion onions, is indicated by the coefficientt of 21,282 the value significant because tcount 2,300> ttabel 1,980. 4) There is a positive influence and significant between the price to the produktion onions, is indicated by the coefficientt of 0,468 the value significant because tcount 12,858> ttabel 1,980. 5) there is a positive influence between the area of land, fertiliser, labor and the price of onions,shoun by the value of Fcount 134,904 > Ftabel 2,44.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang berpotensi tinggi untuk mengerakkan kegiatan pertanian. Hal ini dilatar belakangi oleh letak geografis Indonesia yang berada di daerha tropis, sehinggga keadaan tanah, cuaca dan sumber daya lainnya mendukung untuk kegiatan pertanian.
sehingga sebagian besar pednduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
Sektor pertanian di Indonesia cukup tinggi tingginya sektor pertanian di indonesia terlihat pada sebagian besar derahnya di peruntukkan untuk sektor pertanian. salah satu sektor pertanian yang berkembang dengan pesat adalah di bidang agribisnis holtikultura.
Perkembangan agribisnis holtikultura pada berbagai sentra produksi sebagian besar telah difasilitasi oleh ABPN, APBD dan masyarakat sendiri. Perkembangan holtikultura yang berkembang dengan baik dan banyak dilirik petani adalah bawang merah. Pertanian bawang pada
umumnya berkembang di daerah dataran tinggi dan dataran rendah.
Tingginya potensi pertanian di Indonesia untuk mengembangkan dan membudidayakan bawang merah melahirkan 32 kqbupqten sebagai daerah sentra produksi bawang merah yang tersebar di 19 provinsi yang ada di Indonesia. Salah satu daerah sentra produksi bawang merah adalah Kabupaten Solok yang berada di Provinsi Sumatera Barat.
Di Kabupaten Solok perkembangan pertanian bawang merah paling pesat adalah di Kecamatan Lembah Gumanti. Perkembangan pertanian bawang merah di Kecamatan Lembah Gumanti di tidak terlepas dari keadaan tanh dan cuaca yang mendukung utuk pertnian bawang merah.
Petanian bawang merah di Lembah Gumanti mulai berkembang dari tahun 200 yang terus di pertahankan petani sampai sekarang.
Perkembangan produksi bawang merah di lembah gumanti meningkat dari
tahun ke tahun.
Tabel 1
Perkembangan luas lahan dan produksi bawang merah di Kecamatan Lembah Gumanti
No Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (ton) Perkembangan (%)
1 2010 1609 14.999,7 -
2 2011 2169 21.880,9 31,48
3 2012 2269 24.521,3 10,76
4 2013 2629 28.897,8 15,15
Sumber: BPS Sumatera Barat 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi bawang merah dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
Produksi bawang merah tertinggi di Lemnag gumanti dalah pada tahun 3013 dengna jumlah produksi 28,897, 8 ton dengan luas lahan 1609 Ha dan
produksi terendah adalah pada tahun 2010 dengan jumlah produksi 14.999,7 dengan luas lahan 2629 Ha. Disamping produksi bawang merah yang selalu meningkat dari tahun ketahun. Jika dilihat dari perkembangannya, perkembngan produksi bawang merah
menurun pada tahun 2012 dimana perkemnbgannya hanya 10,76%
dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 31,48%.
Perkembngan produksi bawang merah di Lembah Gumanti tersebar di 4 Nagari yaitu Nagari Alahan Panjang,
Sungai Nanam, Aia Dingin dan Salimpat.
Di Nagari Salimpat perkembangan pertanian bawang merah cukup baik an dari tahun ketahunya mengalami fluktuasi
Tabel 2
produksi bawang merah di Ngari Salimpat 2010 – 2013
No Tahun Produksi (ton) Perkembangan (%)
1 2010 2119,28 -
2 2011 3167,34 33,09
3 2012 2646,14 19,69
4 2013 3715,04 28,77
Sumber: kantor Nagari Salimpat
Dari tabel diatas dapat kita lihat produksi bawang merah di Nagari salimpat berfluktuasi. Produksi bawang merah paling tinggi di nagari salimpat adalah pada tahun 2013 dengan jumlah produksi mencapai 3715,04 ton dan produksi paling rendah adalah pada tahun 2010 dengan produksi 2119, 28 ton. Dari informasi tabel diatas dapat dilihat produksi bawang merah mengalami masalah pada tahun 2012, dimana produksinya hanya 2646,14 dimana produksi pada tahun 2011 mencapai 3167,34 ton. Hal ini disebabkan oleh banyaknya produksi yang rusak.
Penurunan produksi bisa diakibatkan oleh banyak hal. Menurut Daniel (2004:51) faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga kerja. Faktor pendukung dalam produksi adalah kebijakan harga.
Tanah dalam pertanian merupakan faktor fungsi dalam pertanian, produksi dapat ditentukan oleh luas atau sempitnya lahan yang diggunakan untuk pertanian. modal dalam pertanian bisa berupa pupuk yag digunakan dalam pertanian. tenaga kerja adalah orang yang melkukan kegiatan pertanian dan harga adalah ukuran dan nilai untuk menghargai suatu produksi.
Menurut Soekartawi (2003:32) yang dimaksud denga faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman mampu tumbuh dan menghasilkan produksi dengan baik. Faktor produksi dikenla dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang di peroleh petani.
Alasan peneliti mengambil variabel dari faktor-faktor yang mempengaruhi produksi adlah karena dalam melakukan onserfasi awal peneliti menemukan masih belum efisiennya penggunaan faktor produksi dikalangan petani bawang merah di Nagari Salimpat, sehingga produksi bawang merah di Nagari Salimpat kadang naik dan kadang turun.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan merupkan penelitian yang berrsifat deskriptif asosiatif. Dimana penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan uraian tentang variabel- variabel yang di teliti kemudian menafsirkanya dalam bentu angka- angka. Penelitian ini juga bersifat korelasi. Menurut Arikunto (2002:326) jenis penelitian korelasi adalah
penelitian yangg bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan suatuu variabel dengan variabel lainnya.
Penelitian ini dilakukan di Nagari Salimpat kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok, yang dilaksanakan pada bulan juli sampai Agustus tahun 2015, dengan populasi 412 petani bawang merah. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 129 responden. Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive samplig dengan menggunakan rumus Isak dan Michael dengan nilai krisis 5%. Analisis data dalm penelitian ini menggunakn
analisis deksriptif dan induktif dengan bantuan program SPPS.16.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskritif
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh luaslahan, pupuk tenaga kerja dan harga terhadap produksi bawang merah di Nagari salimpat Kecamatan Lembah Gumanti kabupaten Solok.
Untuk membuktikan pernyataan tersebut terlebih dahulu dilakukan proses pengumpulan informasi dan data dengan mmenyebarkan angket pada 129 respondeng yang dilkukan secara langsung oleh peneliti.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Produksi (Y) bawang merah di Nagari Salimpat
No Kelas Interval Frekuensi
F1 %
1 2500 - 2900 21 16,28
2 3000 - 3400 6 4,65
3 3500 – 3900 40 31,01
4 4000 – 4400 31 24,03
5 4500 – 4900 19 14,73
6 5000 - 5400 8 6,20
7 5500 - 5900 3 2,33
8 6000 – 6400 1 0,78
Jumlah 129 100,00
Rata-rata Median
Modus Maximum Minimum
3800,543 3800 3500 6000 2500 Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi produksi bawang merah (y) di nagari salimpat produksi bawang merah terbayak terletak antara 3500 – 3900 sebanyak 40 orang (31,01%) dengan rata-rata 3800,543. Nilai tengah pada sebaran jumlah produksi 3800 kg dan
produksi yang sering muncul adalah produksi 3500 kg. Produksi bawang merah tertinggi berada pada produksi 6000 kg – 6400 kg sebanyak 1 orang (0,78) dan produksi terendah berada pada 2500kg – 2900 kg sebanyak 21 orang (16,28)
Tabel 4
Distribusi Frekunsi Luas Lahan (X1) di Nagari Salimpat
No Luas Lahan (Ha) Frekuensi
F1 %
1 1 26 20,16
2 2 95 73,64
3 3 8 6,20
Jumlah 129 100,00
Rata-rata Median
Modus Maximum Minimum
1,86 2 2 3 1 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi luas lahan (X1) di nagari salimpat, luas lahan bawang merah terbayak terletak pada luas lahan 2 Ha sebanyak 95 orang (73,64%) dengan rata-rata 1,86. Nilai tengah pada sebaran luas lahan adalah 2 Ha dan luas
lahan yang sering muncul adalah luas lahan 2 Ha. Luas lahan bawang merah tertinggi berada pada luas lahan 3 Ha sebanyak 1 orang (0,78) dan luas lahan terendah adalah 1 Ha sebanyak sebanyak 26orang (20,16%)
Tabel 5
Distribusi frekuensi jumlah pupuk (X3) di Nagari Salimpat
No Kelas Interval Frekuensi
F1 %
1 50 – 99 15 11,63
2 100 -149 12 9,30
3 150 -199 9 6,98
4 200 – 249 24 18,61
5 250 – 299 23 17,83
6 300 – 349 19 14,73
7 350 – 399 6 4,65
8 400 – 450 21 16,27
Jumlah 129 100,00
Rata-rata Median
Modus Maximum
Minimum
236,20 250 200 450 50 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi jumlah pupuk (x2) di Nagari Salimpat penggunaan pupuk bawang merah terbayak terletak 200 kg – 249 kg sebanyak 24 orang (18,61%) dengan rata-rata 236,20. Nilai tengah pada sebaran penggunaan pupuk adalah 250
kg dan penggunaan pupuk yang sering muncul 200 kg. Penggunaan pupuk bawang merah tertinggi berada pada 450 kg sebanyak 21 orang (16,27%) dan penggunaan pupuk terendah adalah 50 kg sebanyak sebanyak 15 orang (11,63%)
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Jumlah Tenaga Kerja (X3) di Nagari Salimpat
No Kelas Interval (Orang) Frekuensi
F1 %
1 3 – 5 26 20,16
2 6 – 8 10 7,75
3 9 – 11 53 41,09
4 12 – 14 16 12,40
5 15 – 17 21 16,28
6 18 – 20 2 0,06
7 21 – 25 1 0,78
Jumlah 100,00
Rata-rata Median
Modus Maximum Minimum
10,20 10 10 25 3 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi jumlah tenaga kerja (X3) di Nagari Salimpat penggunaan tenaga kerja bawang merah terbayak terletak pada tingkat tenaga kerja 9 – 11 sebanyak 53 orang (41,09%) dengan rata-rata 10,20. Nilai tengah pada sebaran penggunaan tenaga kerja adalah
10 dan penggunaan pupuk yang sering muncul 10. Penggunaan tenaga kerja bawang merah tertinggi berada pada 21 – 25 sebanyak 1 orang (0,78%) dan penggunaan tenaga kerja terendah adalah 3 – 5 sebanyak sebanyak 26 orang (20,16%)
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Harga (X4) di Ngari Salimpat
No Kelas interval Frekuensi
F1 %
1 7000 – 7499 57 44,19
2 7500 – 7999 12 9,30
3 8000 – 8499 25 19,38
4 8500 – 8999 13 10,08
5 9000 – 9499 10 7,75
6 9500 – 9999 3 2,33
7 10000 – 10499 7 5,43
8 10500 – 11000 2 1,55
Jumlah 129 100,00
Rata-rata Median
Modus Maximum Minimum
7825,58 7500 7000 11000
7000 Sumber : Hasil Olahan Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi harga (X4) di Nagari Salimpatharga penjualan bawang merah terbayak terletak pada 7000- 7499 rupiah sebanyak 57 orang (44,19%) dengan rata-rata 7825,58. Nilai tengah pada sebaran harga penjualan bawang merah adalah 7500 rupiah dan harga
penjualan yang sering muncul adalah 7000 rupiah. Harga penjualan bawang merah tertinggi berada pada harga 11000 rupiah sebanyak 2 orang (1,55%) dan tingkat harga penjualan terendah berada pada harga 7000 rupiah sebanyak sebanyak 57 orang (44,19%).
Analisis Induktif
1. Uji Kelayakan Model
a. Uji maximum likelihood Ratio (LR)
Berdasarkan hasil analisis uji LR dengan pengurangan variabel, nilai hitung variabel luas lahan (X1) adalah sebesar 30,73643 sedangkan nilai tabel pada a 0,05 dengan df 1 adalah sebesar 3,841 yang berarti nenolak pengurangan variabel luas lahan. Nilai hitung variabel pupuk (X2) adalah sebesar 13,70858 sedangkan nilai tabel pada a 0,05 dengan df 1 adalah sebesar 3,841, yang berarti menolakn pengurangan variabel pupuk. Nilai hitung variabel tenaga kerja (X3) adalah sebesar 5,292108 sedangkan nilai tabel pada a 0,05 dengan df 1 sebesar 3,841 yang berati menolak pengurangan variabel tenaga kerja. Nilai hitung variabel harga (X4) adalah sebesar 165,3172 sedangkan nilai tabel pada a 0,05 dengan df 1 sebesar 3,841, yang berarti juga menolak pengurangan variabel harga.
b. Uji Ramsey
Dengan bantuan program Eviews diketahui nilai Fhitung
sebesar 0,038 lebih kecil dari nilai Ftabel yaitu 2,28 pada α = 0.05. hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel yang artinya spesifikasi model digunakan dalam bentuk linear diterima.
c. Metode analisis
Dari hasil estimasi yang dilakukan di peroleh estimasi model 436,05+ 1,07+21,28+0,46 dimana hasil etimasinya besar dari α = 0.05 yang berarti positif.
Dengan demikian faktor produksi luas lahan, pupuk, tenga kerja dan harga berpengaruh positif terhadap produksi bawang merah.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bervariabel pengganggu atau residual memiliki disrtibusi normal. Uji normalitas sebaran data menggunakan metode Jarque-Bera dengan formula
JB=
n
Sehingga diperoleh nilai statistik sebesar 14,319 sedangkkan nilai tabel dengan df : 0,05 adalah sebesar 156,508 Kerena nilai statistik Jarque-Bera (JB) 14,39 < dari nilai tabel 156,50. Dengan demikian dapat disimpulkan data terdisrtibusi secara normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejseer.
Dari pengujian diperoleh nilai signifikan variabel luas lahan
(X1) terhadap absolut residual sebesar 0,866 > dari 0,05, signifikan variabel pupuk (X2) terhadap absolut residual sebesar 0,454 > 0,05, signifikan variabel tenaga kerja (X3) terhadap absolut residual sebesar 0,891 > dan signifikan variabel harga (X4) terhadap absolut residual sebesar 0,077 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Hasilpengujian multikolinearitas dengan bantuan program SPSS 16.0 dapat dilihat dari variance In-flation Factor (VIF) dan toletance menunjukkan bahwa variabel luas lahan (x1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,767, variabel pupuk (X2) sebesar 0,792, variabel tenaga kerja (X3) sebesar 0,805 dan variabel harga (X4) sebesar 0,564.dari nilai koefisien regresi diatas dapat dicari nilai tolerance (TOL) dan VIF ddari masing- masing variabel dengan cara nilai Tol = (1- ) pada masing-masing variabel. Dari hasil regresi tersebut diperoleh nilai variabel X1 sebesar 4,292, variabel X2 sebesar 4,808, varibel x3 sebesar 0,195 dan variabel X4 sebesar 2,294 yang menunjukkan bahwa masing-masing varibel bebas memiliki nilai VIF kecil dari 10 yang berartitidak ada gejala multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.
d. Uji autokorelasi
Uji statistik yang digunakan untuk menguji autokorelasi adalah uji Dw dengan menggunakan bantuan SSS 16,0 sehingga diperoleh niali DW sebesar 2,029.
Nilai tesebut jika dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan
5% n=129 dan varibel bebas k=
(4) maka nilai DW adalah 1,2264<2,029<2,3571. Yang berarti dalam model tidak terdapat autokorelasi.
3. Uji Analisis Regresi Berganda Uji analisis regresi berganda dalam persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
Y = a+b1 X1+b2 X2+ b3
X3+b4 X4
Y = -1146,323 + 436,056 X1 + 1,080 X2
+ 21,282 X3 + 0,468 X4
Dari persamaan regresi linear di atas dapat diketahui bahwa :
1. Nilai konstanta sebesar – 1146,324 yang berarti apabila variabel bebas nilainya nol ( luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan harga) maka nilai variabel jumlah produksi hanya sebesar – 1146,324.
2. Koefisien regresi variabel luas lahan (X1) sebesar 436,056 yang berarti apabila nilai variabel luas lahan meningkat satu persen maka jumlah produksi bawang merah akan meningkat sebesar 436,056 setiap satuannya
3. Koefisien regresi variabel pupuk (X2) sebesar 1,080 yang berarti apabila nilai variabel pupuk meningkat satu persen maka jumlah produksi bawang merah akan meningkat sebesar 1,080 setiap satuannya.
4. Koefisien regresi variabel tenaga kerja (X3) yang berarti apabila nilai variabel tenaga kerja meningkat satu persen maka jumlah produksi bawang merah akan meningkat sebesar 21,282 setiap satuannya.
5. Koefisien variabel harga (X4) sebesar 0,468 yang berarti Apabila nilai variabel harga meningkat satu persen maka jumlah produksi bawang merah
akan meningkat sebesar 0,468 setiap satuannya.
4. Uji Analisis Determinasi ( Koefisien determinasi ( digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel
dependen.berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai R Square sebesar 0,813 yang artinya 81,30 % produksi di pengaruhi oleh faktor luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan harga, sementara itu 18,70% di pengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
5. Uji Hipotesis
Uji hipoteisi yang diunakan dalam penelitian ini terdiri dari uji t dan uji F
1. Uji t
Dari hasil pengolahan data dapat dilihat pengaruh masing- masing variabelbebas terhadap produksi adalah sebagai berikut : 1) Hipotesis 1, terdapat pengaruh
yang signifikan antar luas lahan (X1) terhadap jumlah produksi (Y)
2) Hipotesis 2, terdapat pengaruh yang signifikan antar pupuk (X2) terhadap jumlah produksi (Y)
3) Hipotesis 3, terdapat pengaruh yang signifikan antar tenaga kerja (X3) terhadap jumlah produksi (Y)
4) Hipotesis 4, terdapat pengaruh yang signifikan antar harga(X4) terhadap jumlah produksi (Y)
2. Uji F
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan terdapat pengaruh yang signifikan antar luas lahan, pupuk, tenaga jerja dan harga terhadap produksi
bawang merah. Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung 134,904 >
Ftabel 2,44dan nilai signifikan 0,000 < α 0,05 hal ini berarti diterima Ha dan ditolak H0.
Artinya semakin tinggi luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan harga maka jumlah produksi bawang merah juga akan semakin tinggi.
PENUTUP
Berdasarkan kepada permasalahan, pertanyaan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :