Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menemukan kesenjangan perilaku komunikasi elektronik di kalangan mahasiswa PAI IAIN Metro. Kedua, mahasiswa Jurusan PAI IAIN Metro mudah memahami konsep larangan sexting dalam Islam. Pemahaman tentang larangan sexting dalam perspektif Islam pada mahasiswa mapan jurusan PAI IAIN Metro berasal.
Kemampuan memahami larangan sexting di kalangan mahasiswa jurusan PAI IAIN Metro semakin kuat ketika semua sumber mampu menetapkan landasan hukum Islam yang melarang sexting. Berdasarkan pengertian larangan yang telah dijelaskan di atas, berimplikasi pada mahasiswa Jurusan PAI IAIN Metro yang tetap melakukan perilaku seksual. Perilaku seks di kalangan mahasiswa jurusan PAI IAIN Metro merupakan perilaku yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau sembunyi-sembunyi.
Kondisi intensitas perilaku sexting pada mahasiswa jurusan PAI IAIN Metro untuk menjawab indikator ketidakseimbangan hasrat seksual. Berdasarkan pengertian larangan sexting yang telah dijelaskan di atas, maka implikasinya adalah tetap mempraktekkan perilaku sexting bagi mahasiswa jurusan PAI IAIN Metro. Perilaku sexting di kalangan mahasiswa jurusan PAI IAIN Metro merupakan perilaku yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau sembunyi-sembunyi.
Dilarang melakukan sexting antar mahasiswa PAI IAIN Metro dengan alasan apapun. Implikasi dari pemahaman larangan sexting yang diuraikan di atas bagi mahasiswa PAI IAIN Metro adalah: Media yang digunakan untuk memposting konten sexting bagi mahasiswa PAI IAIN Metro adalah grup media sosial Whatshap.
Kondisi emosi pelaku sexting di kalangan mahasiswa jurusan PAI IAIN Metro mayoritas tidak mengalami gangguan emosi dan sisanya merasa malu.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pertanyaan Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam penggunaan alat komunikasi khususnya bagi pemuda muslim. Kemudian bagi orang dewasa (orang tua, guru dan konselor), penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengingatkan dan memantau penggunaan alat komunikasi oleh anak.
Penelitian Relevan
- Tipe-tipe Sexting
- Jenis-jenis Sexting
- Faktor-Faktor yang menyebabkan Sexting
- Dampak Sexting
- Prilaku Sexting pada Mahasiswa
Svantesson, "Sexting and The Law: How Australian Regulations Electronic Communication of Non Professional Sexual Content", http://epublications.bond.edu.au/blr/vol22/iss2/3, diunduh pada 14 Juni 2017 di 21.07. Sedangkan menurut Bauermeister, Yeagley, Meanley dan Pingel menjelaskan bahwa “Sexting pada dasarnya berasal dari kata Sex (Sex) dan Short Message Service atau pengiriman pesan singkat, yang biasa disebut SMS (SMS).”1. Kemudian pernyataan lain menyatakan: "Sexting berarti komunikasi elektronik gambar atau video non-profesional yang menggambarkan satu atau lebih orang dalam keadaan telanjang atau sebaliknya secara seksual".
Artinya: "Seksualisasi berarti komunikasi elektronik dari gambar atau video non-profesional yang menggambarkan satu atau lebih orang telanjang atau secara seksual". Svantesson, "Sexting and The Law: 15 Minutes of Fame, and A Lifetime Of Shame" dalam Masaryk University Journal of Law and Technology, (Republik Ceko: Fakultas Hukum Universitas Masrky), Vol. 5:2, hal. 290. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pelaku sexting dapat dikategorikan menjadi tiga jenis sexting, yaitu: Pertama, penerima atau penerima konten sugestif seksual.
Vandiner, "Teen Sex in the United States: A Retrospective Analysis of Identifying Motivating Factors, Potential Targets, and the Role of a Competent Guardian", by OPEN ACCESS ARTICLE, (Texas State University, USA: International Journal of Cybercriminology ), Vol.8, Issue 1/January-June 2014, h. 8Stephani Fisher, et.al, "Sexting in Australia: The Legal and Social Ramification", by SALVATION ARMY OASIS HUNTER, (Victoria: Parliament of Victoria Law Reform Committee Sexting Inquiry), No.
Larangan Sexting dalam Tinjauan Islam
- Laranga Sexting Menurut Al-Qur’an
- Larangan Sexting Menurut Hadits Rasulullah SAW
- Larangan Sexting Menurut Ulama
Selama ini belum ada kasus sexting di kalangan mahasiswa Jurusan PAI IAIN Metro yang datang ke kami. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, terdapat indikasi perilaku seksual pada mahasiswa jurusan PAI IAIN Metro. Situasi perilaku seksual pada mahasiswa Jurusan PAI IAIN Metro dengan mengirimkan gambar meme yang mengarah ke cabul.
Status perilaku sexting mahasiswa pascasarjana PAI IAIN Metro membuat percakapan iseng berujung malu.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sifat Penelitian
Sumber Data
Sumber primer adalah sumber yang memberikan data secara langsung kepada pengumpul data 7 Sumber data primer disebut juga sumber atau objek penting dalam suatu penelitian. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil orang-orang yang tepat dipilih oleh peneliti sesuai dengan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut. Puposive Sampling adalah sampel yang telah dipilih secara cermat sehingga relevan dengan desain penelitian.”8 Penulis menggunakan Teknik Puposive Sampling agar proses pengumpulan data dari sumber data primer menjadi efektif dan efisien.
Sumber sekunder adalah sumber yang tidak secara langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen.” 9 Sumber data sekunder yang digunakan penulis berupa dokumen tertulis, seperti: buku, jurnal, artikel dan Makalah, dokumen atau risalah wawancara yang berkaitan dengan penelitian maupun dari orang lain, seperti: data dari kepala dari lembaga tersebut yaitu Bpk. Muhammad Ali, M.I selaku Ketua PAI IAIN Cabang Metro dan Rekan-rekan yaitu Kak “SM”, Kak “RNW” dan Kak “MF”.
Teknik Pengumpulan Data
Pengamatan dapat didefinisikan sebagai pemilihan, perubahan, pencatatan, pengkodean dari serangkaian perilaku dan situasi yang berkaitan dengan organisme menurut tujuan empiris. Dalam hal menggunakan metode observasi, penulis akan mengamati dan merekam keadaan perilaku sexting dan keadaan pemahaman tentang larangan sexting dan implikasinya bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan agama Islam di IAIN Metro. Dalam wawancara semi terstruktur ini tujuannya adalah untuk menemukan masalah-masalah terbuka, dimana pihak-pihak yang diundang wawancara ditanya tentang pemikiran dan gagasannya.”13.
Tujuan penulis menggunakan teknik wawancara semi terstruktur untuk menjaring pendapat dan gagasan secara terbuka terkait pemahaman larangan sexting dan implikasinya bagi mahasiswa jurusan PAI di IAIN Metro dalam tinjauan Islam. Dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber atau dokumen tertulis, baik berupa buku, majalah, anggaran dasar, risalah rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dokumen tertulis yang digunakan penulis adalah Al-Quran, kitab Hadits, kitab Fiqh modern, jurnal, artikel, artikel, risalah wawancara dan data dari mahasiswa jurusan PAI IAIN Metro.
Teknik Penjamin Keabsahan Data
Teknik penjaminan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi teknik yaitu penulis menyelidiki keabsahan data yang disampaikan oleh seorang narasumber melalui wawancara dengan mengamati kesesuaian apa yang disampaikan pada saat sesi wawancara. Triangulasi sumber untuk menguji reliabilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sumber data penulis adalah mahasiswa Jurusan PAI IAIN Metro (informan), Pengelola Jurusan PAI IAIN Metro dan teman informan yang berasal dari kalangan mahasiswa.
Teknis jaminan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber adalah penulis meneliti kebenaran data yang penulis temukan dari suatu sumber melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yaitu ketua jurusan PAI dan teman-teman narasumber. orang.
Teknik Analisis Data