DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...1
TOKOH FILSUF...2
A. THALES...2
a. Pemikiran...2
B. ANAXIMANDROS...3
C. ANAXIMENES...4
a. pemikiran...4
D. PHYTAGORAS...6
E. HERACLITUS...7
F. PARMENIDES...8
G. SOCRATES...9
a. Pemikiran...9
H. PLATO...10
a. Pemikiran...10
I. BASILUS AGUNG...11
J. TERTULIANUS...13
a. Karya Tertulianus...14
K. GORGIAS...16
a. Kehidupan...16
b. Filsafat...17
b. Inovasi Retoris...18
L. Aristoteles...20
a. Riwayat hidup...20
b. Pemikiran...20
c. Pengaruh...21
TOKOH FILSUF
A.
THALES
Thales adalah seorang filsuf yang yang lahir antara tahun 624–625 SM dan meninggal sekitar tahun 547–546 SM. Ia dimasukkan ke dalam tradisi Filsafat Ionian, Mazhab Miletos, dan Filsafat Alam. Ia memiliki minat utama dalam Etika, Metafisika, Matematika, dan Astronomi. Selain itu ia pula memiliki gagasan penting yakni, Air adalah prinsip dasar segala sesuatu dan Teorema Thales.
Thales lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil.
Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja.
Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhasil memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.
a. Pemikiran
I.
Air sebagai Prinsip Dasar Segala SesuatuThales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
II. Teorema Thales
Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales berisi tentang sebuah sudut siku-siku yang didapat dari garis yang ditarik dari diameter sebuah lingkaran. Selain itu ada pula penjelasan tentang dua buah garis yang terdapt dalam sebuah segitiga yang menghasilkan beberapa hasil yang sama.
III. Pandangan Politik
Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan nasihat kepada orang- orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk
membentuk pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang memiliki posisi sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat dianggap seperti distrik dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan
demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi.
B.
ANAXIMANDROS
Anaximandros adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid dari Thales. Seperti Thales, dirinya dan Anaximenes tergolong sebagai filsuf-filsuf dari Miletos yang menjadi perintis filsafat Barat. Anaximandros adalah filsuf pertama yang meninggalkan bukti tulisan berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.
Anaximandros (640 - 546 SM) adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusasteraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi dan usahanya dalam bidang geografi dilanjutkan oleh Herakleios, sewarga polis dengan dia. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani.
Pemikirannya dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indera, akan tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera, yaitu to apeiron, sebagai sesuatu yang tidak terbatas, abad sifatnya, tidak berubah-ubah, ada pada segala-galanya, dan sesuatu yang paling dalam.
Alasannya, apabila tentang arche tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur maka unsur tersebut akan mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya, sehingga tidak ada tempat bagi unsur yang berlawanan.
Pendapatnya yang lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya.
Sedangkan bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi tidak jatuh? Karena bumi berada pada pusat jagad raya. Pemikiranya ini harus dipandang sebagai titik ajaran yang mengherankan bagi orang-orang modern.
Meskipun Anaximandros merupakan murid Thales, tetapi ia menjadi terkenal justru karena mengkritik pandangan gurunya mengenai air sebagai prinsip dasar (arche) segala
sesuatu. Menurutnya, bila air merupakan prinsip dasar segala sesuatu, maka seharusnya air terdapat di dalam segala sesuatu, dan tidak ada lagi zat yang berlawanan dengannya. Namun kenyataannya, air dan api saling berlawanan sehingga air bukanlah zat yang ada di dalam segala sesuatu. Karena itu, Anaximandros berpendapat bahwa tidak mungkin mencari prinsip dasar tersebut dari zat yang empiris. Prinsip dasar itu haruslah pada sesuatu yang lebih mendalam dan tidak dapat diamati oleh panca indra. Anaximandros mengatakan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron.
To apeiron berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan gabungan a dan peras yang berartit tanpa batas. Ia merupakan suatu prinsip abstrak yang menjadi prinsip dasar segala sesuatu. Ia bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu. Dari prinsip inilah berasal segala sesuatu yang ada di dalam jagad raya sebagai unsur-unsur yang berlawanan (yang panas dan dingin, yang kering dan yang basah, malam dan terang). Kemudian kepada prinsip ini juga semua pada akhirnya akan kembali.
C.
ANAXIMENES
Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari kota Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros Anaximenes hidup sezaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut di dalam tradisi filsafat Barat, bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu. Tentang riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahuiAnaximenes mulai terkenal sekitar tahun 545 SM, sedangkan tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM. Ia diketahui lebih muda dari Anaximandros. Ia menulis satu buku, dan dari buku tersebut hanya satu fragmen yang masih tersimpan hingga kini.
a. pemikiran
I.
Udara sebagai prinsip dasar segala sesuatuSalah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang metafisik adalah bagaimana menjelaskan hubungan saling memengaruhi antara yang metafisik dengan yang fisik Karena itulah, Anaximenes tidak lagi melihat sesuatu yang metafisik sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni udara. Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu Karena itu, Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu. Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain Perubahan- perubahan tersebut berproses dengan prinsip "pemadatan dan pengenceran"
(condensation and rarefaction. Bila udara bertambah kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan kemudian batu Sebaliknya, bila udara mengalami pengenceran, maka yang timbul adalah api. Proses pemadatan dan pengenceran tersebut meliputi seluruh kejadian alam, sebagaimana air dapat berubah menjadi es dan uap, dan bagaimana seluruh substansi lain dibentuk dari kombinasi perubahan udara
II. Tentang Alam Semesta
Pembentukan alam semesta menurut Anaximenes adalah dari proses pemadatan dan pengenceran udara yang membentuk air, tanah, batu, dan sebagainya. Bumi, menurut Anaximenes, berbentuk datar, luas, dan tipis, hampir seperti sebuah meja. Bumi dikatakan melayang di udara sebagaimana daun melayang di udara. Benda-benda langit seperti bulan, bintang, dan matahari juga melayang di udara dan mengelilingi bumi Benda-benda langit tersebut merupakan api yang berada di langit, yang muncul karena pernapasan basah dari bumi. Bintang-bintang tidak memproduksi panas karena jaraknya yang jauh dari bumi. Ketika bintang, bulan, dan matahari tidak terlihat pada waktu malam, itu disebabkan mereka tersembunyi di belakang bagian- bagian tinggi dari bumi ketika mereka mengitari bumi. Kemudian awan-awan, hujan, salju, dan fenomena alam lainnya terjadi karena pemadatan udara
III. Tentang Jiwa
Jiwa manusia dipandang sebagai kumpulan udara saja. Buktinya, manusia perlu bernapas untuk mempertahankan hidupnya Jiwa adalah yang mengontrol tubuh dan menjaga segala sesuatu pada tubuh manusia bergerak sesuai dengan yang seharusnya
Karena itu, untuk menjaga kelangsungan jiwa dan tubuh. Di sini, Anaximenes mengemukakan persamaan antara tubuh manusiawi dengan jagat raya berdasarkan kesatuan prinsip dasar yang sama, yakni udaraTema tubuh sebagai mikrokosmos (jagat raya kecil) yang mencerminkan jagat raya sebagai makrokosmos adalah tema yang akan sering dibicarakan di dalam Filsafat Yunani. Akan tetapi, Anaximenes belum menggunakan istilah-istilah tersebut di dalam pemikiran filsafatnya.
D.
PHYTAGORAS
Phytagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia. Pythagoras adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan, diantaranya ke Mesir.
Perjalanan Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Phytagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam perjumpaannya denganZarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos dan meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos. Kira-kira pada tahun 530, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”
Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki- kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan pengamatan ini secara matematis.
Phytagoras mempunyai peran penting dalam perkembangan matematika. Pythagoras mendapat penghargaan dan namanya dipakai untuk menamai perhitungan relasi antar segitiga siku-siku.
Pythagoras mendapat penghargaan tersebut karena beliau dianggap sebagai orang yang membawa pengetahuan tersebut ke peradapan Yunani yang selanjutnya menjadi pusat ilmu pengetahuan pada zamannya.
Dalam perkembangan matematika teorema Pythagoras juga masih di tetap diajarkan di sekolah dan digunakan untuk menghitung jarak suatu sisi segitiga. Manfaat penemuan Pythagoras kelak akan membuat matematika tetap dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan perhitungan terhadap pengamatan fenomena alam.
E.
HERACLITUS
Heraclitus yang hidup pada sekitar th 500an SM. H2 ada, yang hakikat,ialah gerak dan perubahan dan paham relatifisme semakin mempunyai dasar setelah Heraclitus menyatakan engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir.
Menurut heraclitus alam semesta ini dala keadaan berubah, suatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. itu berarati bila kita memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis kosmos tidak pernah berhenti ia selalu bergerak dan bergerak berarti berubah, gerak itu menghasilkan perlawanan 2 itulah semesta ini bukan bahan (stuff)- nya seperti yang dipertanyakasn “semua mengalir” berarti semua berubah bukanlah pernyataan yang mengandung sederhana. implikasi pernyataan ini amat hebat hebat. Pernyataan itu mengandung penertian bahwa kebenaran itu selalu berubah, tidak tetap.
Keruntuhan Yunani dan Masa Heraclitus (350-250 SM) Pada masa ini filsafat tetap berkembangnamun berkembang pula intelektual lain. Pada masa ini muncul beberapa aliran antara lain :1) Stoicism yang menyangkal adanya ruh dan materi (monoisme) 2) Epicureanism yaitu bahwa segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus. 3) Sinism yaitu bahwa jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa (logos).
Aliran ini merupakan pengembangan dari aliran Stoicism. 4) Neo Platonism bahwa segala sesuatu berasal dari yang satu (Allah) dan akan kembali padaNya.
Tokohnya adalah Plotinus, ia adalah satu-satunya tokoh filsafat yang bersiar pada masa ini. Pada masa ini juga muncul ilmuwan Yunani, antara lain : 1) Epicurus (341-270 SM) Ia menyatakan bahwa segala sesuatu bersifat kematerian (materialisme) 2) Aristarchus (310-230 SM) Ia adalah orang pertama yang menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya disamping mengelilingu matahari sebagai pusat tata surya. 3) Euclid (300 SM) Menurutnya ilmu itu deduksi. Eiclid menerbitkan buku geometri element. 4) Archimedes (287-212 SM) Archimedes adalah penemu rumus luas dan volume bola, silinder dan bentuk geometri yang lain. Ia juga menemukan bilangan pi. 5) Apollonius (260-200 SM) Apollonius terkenal dengan irisan kerucutnya 6) Ptolemy (270-247 SM) Ptolemy adalah seorang ahlu astronmi, geometri, matematika maupunfisika.
Paham relativisme semakin mempunyai dasar heraclitus (544-484 SM) Menurut heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berunah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan kosmos. Kita mesti menyadari bahwa kosmo itu dinamis. Kosmos tidak pernah berhenti ( diam ) ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah.
F.
PARMENIDES
Parmenides adalah seorang filsuf dari Mazhab Elea. Arti nama Parmenides adalah "Terus Stabil", atau "Penampilan yang stabil". Di dalam Mazhab Elea, Parmenides merupakan tokoh yang paling terkenal. Pemikiran filsafatnya bertentangan dengan Herakleitos sebab ia berpendapat bahwa segala sesuatu "yang ada" tidak berubah.
Parmenides menuliskan filsafatnya dalam bentuk puisi. Ada ratusan baris puisi Parmenides yang masih tersimpan hingga kini. Puisi Parmenides terdiri dari prakata dan dua bagian. Dua bagian tersebut masing-masing berjudul "Jalan Kebenaran" dan "Jalan Pendapat". Bagian prakata dan "Jalan Kebenaran" tersimpan secara lengkap, yakni 111 ayat. Bagian kedua, "Jalan Pengetahuan", hanya tersimpan sebanyak 42 ayat.
Parmenides lahir pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 470 SM. Ia berasal dari kota Elea, Italia Selatan. Ia berasal dari keluarga yang kaya dan terhormat di Elea. Parmenides juga menyusun suatu konstitusi untuk Elea.Ia merupakan murid dari Xenophanes, namun tidak mengikuti pandangan-pandangan gurunya. Pengaruh Xenophanes terhadap Parmenides hanyalah di dalam penggunaan puisi di dalam menyampaikan filsafatnya. Selain itu, ia juga amat dipengaruhi oleh Ameinias, seorang dari mazhab Pythagorean. Menurut kesaksian Plato, Parmenides pernah mengunjungi Sokrates di Athena bersama Zeno, muridnya. Pada waktu itu, Sokrates masih muda sedangkan Parmenides telah berusia 65 tahun.
Inti utama dari "Jalan Kebenaran" adalah keyakinan bahwa "hanya 'yang ada' itu ada". Parmenides tidak mendefinisikan apa yang dimaksud "yang ada", namun menyebutkan sifat- sifatnya. Menurut Parmenides, "yang ada" itu bersifat meliputi segala sesuatu, tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. Selain itu, "yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.
Menyangkalnya, maka ia akan jatuh pada kontradiksi. Hal itu dapat dijelaskan melalui pengandaian yang diberikan oleh Parmenides. Pertama, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada"
itu tidak ada. Kedua, orang dapat mengatakan bahwa "yang ada" dan "yang tidak ada" itu bersama- sama ada. Kedua pengandaian ini mustahil. Pengandaian pertama mustahil, sebab "yang tidak ada"
tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan. "Yang tidak ada" tidak dapat dipikirkan dan dibicarakan. Pengandaian kedua merupakan pandangan dari Herakleitos. Pengandaian ini juga mustahil, sebab pengandaian kedua menerima pengandaian pertama, bahwa "yang tidak ada" itu ada, padahal pengandaian pertama terbukti mustahil. Dengan demikian, kesimpulannya adalah "Yang tidak ada" itu tidak ada, sehingga hanya "yang ada" yang dapat dikatakan ada.
Untuk lebih memahami pemikiran Parmenides, dapat digunakan contoh berikut ini. Misalnya saja, seseorang menyatakan "Tuhan itu tidak ada!" Di sini, Tuhan yang eksistensinya ditolak orang itu sebenarnya ada, maksudnya harus diterima sebagai dia "yang ada". Hal ini disebabkan bila orang itu mengatakan "Tuhan itu tidak ada", maka orang itu sudah terlebih dulu memikirkan suatu konsep tentang Tuhan. Barulah setelah itu, konsep Tuhan yang dipikirkan orang itu disanggah olehnya sendiri dengan menyatakan "Tuhan itu tidak ada". Dengan demikian, Tuhan sebagai yang dipikirkan oleh orang itu "ada" walaupun hanya di dalam pikirannya sendiri. Sedangkan penolakan terhadap sesuatu, pastilah mengandaikan bahwa sesuatu itu "ada" sehingga "yang tidak ada" itu tidaklah mungkin. Oleh karena "yang ada" itu selalu dapat dikatakan dan dipikirkan, sebenarnya Parmenides menyamakan antara "yang ada" dengan pemikiran atau akal budi.
G.
SOCRATES
Socrates dilahirkan di Athena ( 470 S.M – 399 S.M ). Dia bukan keturunan bangsawan atau orang berkedudukan tinggi. Melainkan anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikannya sebagai pemahat. Tetapi akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.
Satu Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Karena itu pokok pembahasan filsafat Socrates hampir sama dengan pokok pembahasan kaum sofis. Sebab itu ada orang yang memasukkan Socrates kedalam golongan kaum sofis. Tetapi ini tidak betul, karena ada perbedaan yang nyata antara pendapat Socrates dan pendapat kaum sofis itu.Tetapi dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik sebagai nilai obyektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Dalam sejarah umat manusia, Socrates merupakan contoh istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani.
Socrates mempunyai kepribadian yang sabar, rendah hati, yang selalu menyatakan dirinya bodoh.
Badannya tidak gagah sebagi biasanya sebagai penduduk Athena. Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan orang baik-baik dan pandai.
a. Pemikiran
Socrates mencetuskan istilah-istilah sofis, sofisme, dialetika cara berfikir induksi. Pemikirannya mementingkan eudaimonia (keluhuran budi) pandangannya berbunyi” keutamaan adalah
pengetahuan ”. Menurut Socrates, istilah filsafat berasal dari philos (teman) dan sophia (wisdom).
Ini benar-benar peristiwa traumatik dalam sejarah filsafat. Pada saat Socrates dihukum mati karena ”merusak pikiran generasi muda”, Athena merupakan negara kota (atau polis) yang paling demokratis adalah Yunani, dan Socrates telah mencapai reputasi sebagai salah satu filsuf terbesar.
Sejak saat itu, Socrates menjadi contoh bagi pemikir yang membela ideal, tinggi dan sekaligus mejadi tealadan cita-cita itu.
Ungkapan Socrates yang sangat terkenal adalah “kenalilah dirimu sendiri”. Manusia adalah makhluk yang terus-menerus mencari dirinya sendiri dan yang setiap saat harus menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensinya. Socrates berkata dalam Apologia, “Hidup yang tidak dikaji” adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Bagi Socrates, manusia adalah makhluk yang bila disoroti pertanyaan yang rasional dapat menjawab secara rasional pula.
Menurut Socrates, hakekat manusia tidak ditentukan oleh tambahan-tambahan dari luar, ia semata-mata tergantung pada penilaian diri atau pada nilai yang diberikan kepada dirinya sendiri.
Semua hal yang ditambahkan dari luar kepada manusia adalah kosong dan hampa.
Socrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Socrates (sebagai sang bidan) untuk
“melahirkan” pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Socrates meletakkan dasar bagi pendekatan deduktif. — Pemikiran Socrates dibukukan oleh Plato, muridnya. Hidup pada masa yang sama dengan mereka yang menamakan diri sebagai
“sophis” (“yang bijaksana dan berapengetahuan”), Socrates lebih berminat pada masalah manusia dan tempatnya dalam masyarakat, dan bukan pada kekuatan-kekuatan yang ada dibalik alam raya ini (para dewa-dewi mitologi Yunani).
H.
PLATO
Plato lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM) adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia, "negeri") yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang menulis).
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai ide. Pandangan Plato terhadap ide-ide dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea adalah dunia yang melampaui manusia maka ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada dunia ide. Ide adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Ide sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide- ide tersebut. Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”. Ide ini melampaui segala ide yang ada.
a. Pemikiran
Dunia indrawi adalah dunia nyata yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indra kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide. Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa Kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.
I.
BASILUS AGUNG
Basil dari Kaisarea (bahasa Yunani: Άγιος Βασίλειος ο Μέγας), juga dijuluki Santo Basilius Agung, adalah seorang teolog, Bapa Gereja sekaligus Doktor Gereja pada abad ke-4.
Salah satu sumbangan darinya adalah melakukan integrasi kebudayaan klasik ke dalam agama Kristen.
Basil dilahirkan di Kaisarea, Kapadokia dalam sebuah keluarga yang kaya dan saleh pada tahun 329. Ia adalah anak sulung dalam keluarga dan memiliki kondisi fisik yang lemah.
Seluruh keluarganya giat dalam bidang kegerejaan. Bahkan, ia dan dua saudara laki-lakinya, yakni Gregorius dari Nyssa dan Petrus dari Sebaste menjadi uskup.
Basil menerima pendidikan dasarnya dari ayahnya sendiri karena ayahnya adalah seorang guru retorika. Kemudian, ia pergi ke Konstantinopel dan belajar pada Libanus, seorang guru retorika yang terkemuka pada masa itu. Setelah itu, ia pergi ke Athena untuk mempelajari retorika, matematika, dan filsafat. Ia belajar filsafat pada kelompok Sofis, yakni kepada Himerius dan Proaeresius. Setelah itu, ia kembali ke Kappadokia dan mengajar retorika selama beberapa waktu.
Karena kecerdasannya sebagai guru retorika, ia menjadi sombong. Setelah saudara perempuannya mengingatkan dia mengenai kesombongannya, ia bertobat dan dibaptiskan.
Demikianlah kutipan pernyataan spiritualitas nya dalam sebuah surat:
“ Aku telah menyia-nyiakan banyak waktu pada kebodohan dan menghabiskan hampir semua tenaga kerja muda saya pada kesia-siaan, dan pengabdian kepada kearifan yang telah dibuat bodoh oleh Allah. Tiba-tiba, aku terbangun dari tidur nyenyak.
Aku melihat cahaya indah dari kebenaran Injil, dan aku mengenali kehampaan
kebijaksanaan para pangeran di dunia ini. ”
Setelah itu, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai guru retorika dan melakukan perjalanan ke Mesir, Siria dan Palestina untuk belajar kehidupan bertapa. Kemudian, ia kembali ke negerinya dan membagi-bagikan kekayaannya pada orang miskin karena merasa tertarik dengan kehidupan para pertapa. Ia lalu pergi ke tempat yang sunyi di Pontus dan mengajar di sana. Dalam khotbah-khotbahnya, ia selalu menegaskan prinsip-prinsip sosial. Ia berpendapat bahwa semua orang diciptakan Allah dan dikasihi Allah. Oleh karena itu, semua orang pada dasarnya sama dan memiliki martabat yang sama.
Pada tahun 364, ia diangkat menjadi seorang presbiter di Kaisarea dan ditahbiskan menjadi uskup di tempat yang sama pada tahun 370. Pada masa ini, Basil terus berjuang untuk melawan Arianisme yang mencoba mengambil alih Kappadokia sebagai salah satu dari wilayah mereka.
Kondisi fisiknya yang kurang baik diperparah dengan cara hidup asketis yang keras.
Makanannya hanyalah roti, garam, dan sayuran. Dalam hidup asketisnya, ia menekankan keseimbangan antara bekerja dan berdoa. Selain itu, ia juga memberikan perhatian yang
sangat besar bagi orang miskin dan menderita. Salah satu bentuk perhatiannya adalah dengan membangun sebuah rumah sakit besar yang ditujukan untuk merawat orang-orang yang sakit kusta.
Ia meninggal pada tahun 379. Salah satu peninggalannya bagi Gereja Timur adalah liturgi yang masih dipergunakan oleh Krisostomus.
J.
TERTULIANUS
Quintus Septimius Florens Tertullianus, atau Tertulianus, (155–230) adalah seorang pemimpin gereja dan penghasil banyak tulisan selama masa awal Kekristenan. Ia lahir, hidup, dan meninggal di Kartago, sekarang Tunisia. Ia dibesarkan dalam keluarga berkebudayaan kafir (pagan) serta terlatih dalam kesusasteraan klasik, penulisan orasi, dan hukum. Pada tahun 196 ketika ia mengalihkan kemampuan intelektualnya pada pokok-pokok Kristen, ia mengubah pola pikir dan kesusasteraan gereja di wilayah Barat hingga sebagai Bapa Gereja ia digelari "Bapak Teologi Latin" atau "Bapak Gereja Latin". Ia memperkenalkan istilah
"Trinitas" (dari kata yang sama dalam bahasa Latin) dalam perbendaharaan kata Kristen;
sekaligus kemungkinan, merumuskan "Satu Allah, Tiga Pribadi". Di dalam Apologeticusnya, ia adalah penulis Latin pertama yang menyatakan Kekristenan sebagai vera religio (?), dan sekaligus menurunkan derajat agama klasik Kerajaan dan cara penyembahan lainnya sebagai takhyul belaka.
Sebelumnya, para penulis Kristen umumnya menggunakan bahasa Yunani – bahasa yang agak fleksibel dan halus, yang cocok digunakan untuk berfilsafat dan berdebat tentang hal-hal sederhana. Acap kali, orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani menggunakan cara berfilsafat seperti ini terhadap keyakinan mereka.
Meskipun Tertulianus, pengacara kelahiran Afrika itu, dapat berbahasa Yunani, ia memilih menulis dalam bahasa Latin, dan karya-karyanya mencerminkan unsur-unsur moral dan praktis orang Romawi yang berbahasa Latin. Pengacara yang berpengaruh ini telah menarik banyak penulis untuk mengikuti gayanya.
Ketika orang-orang Kristen Yunani masih bertengkar tentang kelihaian Kristus serta hubunganNya dengan Allah Bapa, Tertulianus sudah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Maka, ia pun merintis formula yang sampai hari ini masih kita pegang: Allah adalah satu hakikat yang terdiri dari tiga pribadi.
Ketika dia menyiapkan apa yang menjadi doktrin Trinitas, Tertulianus tidak mengambil terminologinya dari para filsuf, tetapi dari Pengadilan Roma. Kata Latin substantia bukan berarti "bahan" tetapi "hak milik". Arti kata persona bukanlah "pribadi", seperti yang lazim kita gunakan, tetapi merupakan "suatu pihak dalam suatu perkara" (di pengadilan). Dengan demikian, jelaslah bahwa tiga personae dapat berbagi satu substantia.
Tiga pribadi (Bapa, Putra dan Roh Kudus) dapat berbagi satu hakikat (kedaulatan ilahi).
Meskipun Tertulianus mempersoalkan "Apa urusan Athena (filsafat) dengan Yerusalem (gereja)?" namun, filsafat Stoa yang populer pada masa itu turut mempengaruhinya. Ada yang berkata bahwa ide dosa asal bermula dari Stoisisme, kemudian diambil alih Tertulianus dan selanjutnya merambat ke Gereja Barat. Agaknya ia berpendapat bahwa roh (jiwa) itu adalah sebentuk benda: seperti tubuh dibentuk ketika pembuahan, maka roh pun demikian. Dosa Adam diwariskan seperti rangkaian genetik.
Gereja-gereja Barat menyimak ide ini, tetapi ide ini tidak dialihkan ke Timur (yang mempunyai pandangan yang lebih optimistik tentang sifat manusia).
Kira-kira pada tahun 206, Tertulianus meninggalkan Gereja untuk bergabung dengan sekte Montanis. Keterlibatannya dengan Montanisme, dan karena sejumlah tulisan menjelang akhir hidupnya dianggap bertentangan dengan ajaran Gereja, kemungkinan membuat Tertulianus tidak pernah diakui sebagai seorang santo oleh Gereja, tidak seperti para Bapa Gereja lainnya.
a. Karya Tertulianus
Tulisan-tulisan Tertulianus disunting dalam jilid 1–2 Patrologia Latina, dan teks modern terdapat dalam Corpus Christianorum Latinorum. Terjemahan bahasa Inggris oleh Sidney Thelwall dan Philip Holmes dapat dibaca pada jilid III dan IV buku Ante-Nicene Fathers yang tersedia gratis online; juga muncul lebih banyak lagi terjemahan modern dari karya-karyanya.
Apologetik
Apologeticus pro Christianis.
Dissertatio Mosheim in Apol.
Libri duo ad Nationes.
De Testimonio animae.
Ad Martyres.
De Spectaculis.
De Idololatria.
Accedit ad Scapulam liber.
Dissertatio D. Le Nourry in Apologet. libr. II ad Nat. et libr. ad Scapulam.
Polemik
De Oratione.
De Baptismo.
De Poenitentia.
De Patientia.
Ad Uxorem libri duo.
De Cultu Feminarum lib. II.
Dogmatik
De Corona Militis.
De Fuga in Persecutione.
Adversus Gnosticos Scorpiace.
Adversus Praxeam.
Adversus Hermogenem.
Adversus Marcionem libri V.
Adversus Valentinianos.
Adversus Judaeos.
De Anima.
De Carne Christi.
De Resurrectione Carnis.
Mengenai moral
De velandis Virginibus.
De Exhortatione Castitatis.
De Monogamia.
De Jejuniis.
De Pudicitia.
De Pallio.
K.
GORGIAS
Gorgias (483 - 375 SM) adalah seorang sofis Yunani kuno , filsuf pra-Sokrates , dan ahli retorika yang merupakan penduduk asli Leontinoi di Sisilia . Bersama dengan Protagoras , ia membentuk generasi pertama kaum Sofis . Beberapa doxographers melaporkan bahwa dia adalah murid Empedocles , walaupun dia hanya beberapa tahun lebih muda. "Seperti para Sofis lain, dia adalah seorang keliling yang berlatih di berbagai kota dan memberikan pameran publik keterampilannya di pusat pan-Hellenic besar Olympia dan Delphi, dan membebankan biaya untuk instruksi dan penampilannya. Fitur khusus dari pajangannya adalah untuk ajukan pertanyaan lain-lain dari audiens dan berikan balasan mendadak. " Ia telah disebut "Gorgias the Nihilis " meskipun sejauh mana julukan ini menggambarkan filosofinya secara memadai masih kontroversial.
a. Kehidupan
Gorgias lahir sekitar 483 SM di Leontinoi , koloni Chalcidian di Sisilia timur yang bersekutu dengan Athena . Nama ayahnya adalah Charmantides. Ia memiliki saudara lelaki bernama Herodicus, yang adalah seorang dokter, dan kadang-kadang menemaninya selama perjalanan. Ia juga memiliki saudara perempuan, yang namanya tidak diketahui, tetapi cucunya mendedikasikan sebuah patung emas untuk pamannya di Delphi . Tidak diketahui apakah Gorgias menikah atau memiliki anak. Gorgias dikatakan telah belajar di bawah filsuf Sisilia Empedocles of Acragas (c. 490 - c. 430 SM), tetapi tidak diketahui kapan, di mana, untuk berapa lama, atau dalam kapasitas berapa. Ia mungkin juga belajar di bawah retorika Corax dari Syracuse dan Tisias , tetapi sangat sedikit yang diketahui tentang orang-orang ini, juga tidak ada yang diketahui tentang hubungan mereka dengan Gorgias.
Tidak diketahui peran apa yang mungkin dimainkan Gorgias dalam politik di negara asalnya, Leontinoi, tetapi diketahui bahwa, pada 427 SM, ketika usianya sekitar enam puluh tahun, ia dikirim ke Athena oleh sesamanya. warga negara sebagai kepala kedutaan untuk meminta perlindungan Athena terhadap agresi Syracusans. Setelah 427 SM, Gorgi tampaknya telah menetap di daratan Yunani, tinggal di berbagai titik di sejumlah negara-kota, termasuk Athena dan Larisa. Ia terkenal karena menyampaikan orasi di Festival Panhellenic dan digambarkan sebagai orang yang "mencolok" di Olympia . Tidak ada catatan tentang peran apa pun yang mungkin dimainkannya dalam mengorganisasi festival itu sendiri.
Pekerjaan utama Gorgias adalah sebagai guru retorika. Menurut Aristoteles , murid- muridnya termasuk Isocrates. (Siswa lain disebutkan dalam tradisi kemudian; Suda menambahkan Pericles , Polus , dan Alcidamas , Diogenes Laërtius menyebutkan Antisthenes, dan menurut Philostratus, "Saya mengerti bahwa ia menarik perhatian orang yang paling dikagumi). laki-laki, Critias dan Alcibiades yang masih muda, dan Thucydides dan Pericles yang sudah tua. Agathon juga, penyair tragis, yang Komedi anggap bijak dan fasih, sering Gorgianizes dalam ayat iambiknya "). Selain itu, meskipun mereka tidak digambarkan sebagai muridnya, Gorgi secara luas dianggap telah mempengaruhi gaya
sejarawan Thucydides , penulis drama tragis Agathon , dokter Hippocrates , ahli retorika Alcidamas , dan penyair dan komentator Lycophron.
Gorgias konon berumur seratus delapan tahun (Matsen, Rollinson dan Sousa, 33). Dia memenangkan kekaguman karena kemampuannya untuk berbicara tentang masalah apa pun (Matsen, Rollinson dan Sousa, 33). Dia mengumpulkan banyak kekayaan; cukup untuk menugaskan patung emas dirinya untuk kuil umum. Setelah Orasi Pythian-nya, orang-orang Yunani memasang patung emas padatnya di kuil Apollo di Delphi (Matsen, Rollinson dan Sousa, 33). Dia meninggal di Larissa di Thessaly.
b. Filsafat
Filosofi para Sofis Yunani pra-Sokrates kontroversial di antara para sarjana pada umumnya, karena tulisan-tulisan mereka yang sangat halus dan ambigu dan juga fakta bahwa mereka paling dikenal sebagai karakter dalam dialog Plato. Gorgias, terutama, membuat frustasi bagi para sarjana modern untuk mencoba memahami. Sementara para sarjana memperdebatkan seluk beluk ajaran Protagoras , Hippias , dan Prodicus , mereka umumnya sepakat tentang kerangka dasar dari apa yang diyakini oleh para pemikir ini. Dengan Gorgias, bagaimanapun, para sarjana secara luas tidak setuju bahkan pada kerangka paling dasar dari ide-idenya, termasuk apakah kerangka itu ada atau tidak. Hambatan terbesar bagi pemahaman ilmiah tentang filsafat Gorgias adalah bahwa sebagian besar tulisannya telah hilang dan mereka yang selamat telah mengalami perubahan yang cukup besar oleh para penyalin kemudian.
Kesulitan-kesulitan ini semakin diperparah oleh fakta bahwa retorika Gorgias seringkali sulit dipahami dan membingungkan; ia membuat banyak poin terpentingnya menggunakan metafora yang rumit, sangat ambigu, simile, dan permainan kata-kata. Banyak proposisi Gorgias yang juga dianggap sarkastik, lucu, atau satir. Dalam risalahnya Pada Retorika, Aristoteles mengkarakterisasi gaya pidato Gorgias sebagai "ironis yang meluas"
dan menyatakan bahwa Gorgias merekomendasikan untuk menanggapi keseriusan dengan jests dan untuk jests dengan keseriusan. Gorgi sering mengaburkan batas antara wacana filosofis yang serius dan sindiran, yang membuatnya sangat sulit bagi para sarjana untuk mengatakan kapan ia serius dan ketika ia hanya bercanda. Gorgias sering bertentangan dengan pernyataannya sendiri dan mengadopsi perspektif yang tidak konsisten tentang berbagai masalah. Sebagai akibat dari semua faktor ini, Scott Porter Consigny memanggilnya
"mungkin yang paling sulit dipahami dari tambang polytropic yang diburu oleh Sofist Plato.
Gorgi telah diberi label "The Nihilis" karena beberapa sarjana telah menafsirkan tesisnya tentang "yang tidak ada" untuk menjadi argumen terhadap keberadaan segala sesuatu yang secara langsung didukung. oleh Gorgias sendiri. Menurut Alan Pratt, nihilisme adalah
"kepercayaan bahwa semua nilai tidak berdasar dan tidak ada yang dapat diketahui atau dikomunikasikan." Ini terkait dengan pesimisme dan skeptisisme radikal yang mengutuk keberadaan.
Gorgias mengajukan argumen nihilisnya dalam On Non-Existence; namun, teks asli tidak lagi ada. Kita hanya tahu argumennya melalui komentar oleh Sextus Empiricus dan Pseudo-Aristoteles De Melisso, Xenophane, Gorgia. Gorgi berpura-pura mengembangkan tiga argumen berurutan: pertama, bahwa tidak ada yang ada; kedua, bahwa bahkan jika ada, itu tidak dapat dipahami manusia; dan ketiga, bahwa bahkan jika keberadaan dapat dipahami, tentu saja tidak dapat dikomunikasikan atau ditafsirkan kepada tetangga seseorang.
Yang sedang berkata, ada konsensus di akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 beasiswa bahwa label 'nihilis' menyesatkan, sebagian karena jika argumennya benar-benar dimaksudkan untuk mendukung nihilisme itu akan merusak diri sendiri. Argumennya, tentu saja, itu sendiri adalah sesuatu, dan memiliki pretensi untuk mengkomunikasikan pengetahuan, bertentangan dengan pernyataan eksplisit bahwa tidak ada apa-apa dan tidak dapat diketahui atau dikomunikasikan. Gisela Striker berpendapat: "Saya merasa sulit untuk percaya bahwa ada orang yang berpikir bahwa Gorgias secara serius menganjurkan pandangan bahwa tidak ada apa-apa dan bahwa, oleh karena itu, ia adalah seorang 'nihilis.
Demikian pula Caston menyatakan: "Gorgi harus tidak hanya putus asa, tetapi cukup bodoh, untuk melewatkan konflik antara presentasinya dan isinya". Akhirnya, Wardy berkata,
"Bacaan yang sayangnya keliru ini mengabaikan pandangan. konsekuensi paling jelas dari paradoksologia Gorgias (παραδοξολογία): pesannya menyangkal dirinya sendiri, dan sebagai konsekuensinya, sejauh ini dari menyusun teori logo , ia berhadapan dengan gambaran tentang bahasa apa yang tidak bisa, dengan apa yang tidak dapat diasumsikan sebagai aspirasi menjadi. "Gigon dan Newiger membuat poin serupa”.
b. Inovasi Retoris
Gorgias mengantarkan inovasi retorika yang melibatkan struktur dan ornamen, dan paradoksologi yang diperkenalkan - gagasan pemikiran paradoks dan ekspresi paradoks.
Untuk kemajuan ini, Gorgi telah dilabeli sebagai "bapak ilmu menyesatkan " (Wardy 6).
Gorgias juga dikenal karena berkontribusi pada difusi dialek Yunani Attic sebagai bahasa prosa sastra. Gorgias adalah orator pertama yang dikenal untuk mengembangkan dan mengajarkan "gaya berbicara yang khas" (Matsen, Rollinson dan Sousa, 33).
Karya retorika Gorgias yang masih ada - Encomium of Helen (Ἑλένης ἐγκώμιον), Pertahanan Palamedes (Ὑπέρ Παλαμήδους ἀπολογία), Pada Non-Keberadaan (Περὶ τοῦ μὴ ὄ φύ φύ φύ φύ entitled entitled entitled entitled entitled entitled entitled entitled entitled entitled entitled entitled entitled Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep Ep com com
" Technai (Τέχναι), manual instruksi retorika, yang mungkin terdiri dari model yang harus dihafal dan menunjukkan berbagai prinsip praktik retorika (Leitch, et al. 29). Meskipun beberapa sarjana mengklaim bahwa setiap karya menyajikan pernyataan yang bertentangan, keempat teks dapat dibaca sebagai kontribusi yang saling terkait dengan teori dan seni ( teknik ) retorika yang sedang naik daun (McComiskey 32). Dari karya Gorgias yang masih hidup, hanya Encomium dan Pertahanan yang diyakini ada secara keseluruhan. Sementara itu, ada pidato sendiri, retorika, politik, atau lainnya. Beberapa di antaranya dirujuk dan dikutip oleh Aristoteles , termasuk pidato tentang persatuan Hellenic, orasi pemakaman untuk orang-orang Athena yang gugur dalam perang, dan kutipan singkat dari Encomium on the Eleans. Terlepas dari pidato, ada parafrase dari risalah "On Nature atau Non-Existent."
Karya-karya ini adalah masing-masing bagian dari koleksi Diels-Kranz , dan meskipun akademisi menganggap sumber ini dapat diandalkan, banyak dari karya-karya yang termasuk adalah fragmentaris dan korup. Pertanyaan juga telah diajukan tentang keaslian dan keakuratan teks yang dikaitkan dengan Gorgias (Consigny 4).
Tulisan-tulisan Gorgias dimaksudkan untuk retoris (persuasif) dan performatif. Dia berusaha keras untuk menunjukkan kemampuannya membuat posisi yang absurd dan argumentatif tampak lebih kuat. Akibatnya, setiap karyanya mempertahankan posisi yang tidak populer, paradoks, dan bahkan absurd. Sifat performatif dari tulisan-tulisan Gorgi dicontohkan dengan cara ia bermain-main mendekati setiap argumen dengan perangkat gaya seperti parodi, figurasi buatan dan sandiwara (Consigny 149). Gaya argumentasi Gorgias
dapat digambarkan sebagai poetics-minus-the-meter ( poiêsis-minus-meter ). Gorgias berpendapat bahwa kata-kata persuasif memiliki kekuatan ( dunamis ) yang setara dengan kekuatan para dewa dan sekuat kekuatan fisik. Dalam Encomium , Gorgias menyamakan efek bicara pada jiwa dengan efek obat pada tubuh: "Sama seperti obat yang berbeda mengeluarkan berbagai humor dari tubuh - beberapa menghentikan penyakit, yang lain hidup - begitu juga dengan kata-kata : beberapa menyebabkan rasa sakit, yang lain kegembiraan, beberapa menyerang ketakutan, beberapa menggerakkan hadirin untuk keberanian, beberapa kebodohan dan menyihir jiwa dengan persuasi jahat "(Gorgias 32). The Encomium
"berpendapat untuk kekuatan total bahasa."
Gorgias juga percaya bahwa "mantra magisnya" akan membawa penyembuhan bagi jiwa manusia dengan mengendalikan emosi yang kuat. Dia memberikan perhatian khusus pada suara kata-kata, yang, seperti puisi, dapat memikat penonton. Gayanya yang florid dan berima seolah menghipnotis pendengarnya (Herrick 42).
Tidak seperti kaum Sofis lainnya, seperti Protagoras, Gorgi tidak mengaku mengajar arete (keunggulan, atau, kebajikan). Dia percaya bahwa tidak ada bentuk absolut arete , tetapi itu relatif terhadap setiap situasi. Misalnya, kebajikan pada seorang budak tidak sama dengan kebajikan dalam negarawan. Dia percaya bahwa retorika, seni persuasi, adalah raja dari semua ilmu pengetahuan, karena dia melihatnya sebagai teknik yang dengannya seseorang dapat membujuk audiens ke arah tindakan apa pun. Sementara retorika ada dalam kurikulum setiap sofis, Gorgias lebih menonjol daripada yang lainnya.
Banyak perdebatan tentang sifat dan nilai retorika dimulai dengan Gorgias. Dialog Plato , Gorgias, memberikan argumen tandingan terhadap pelukan retorika Gorgias, bentuknya yang elegan, dan sifat performatif (Wardy 2). Dialog tersebut bercerita tentang debat tentang retorika, politik, dan keadilan yang terjadi pada pertemuan makan malam antara Socrates dan sekelompok kecil kaum Sofis. Plato mencoba untuk menunjukkan bahwa retorika tidak memenuhi persyaratan untuk benar-benar dianggap sebagai teknik tetapi lebih merupakan
"bakat" yang agak berbahaya untuk dimiliki, baik untuk orator dan pendengarnya, karena memberikan kekuatan yang bodoh untuk tampak lebih berpengetahuan daripada seorang ahli ke grup.
L.
Aristoteles
Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung. Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat
a. Riwayat hidup
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia.Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato.Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia.
Saat Alexander berkuasa pada tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
b. Pemikiran
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisis kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).
Pemikiran lainnya adalah tentang gerak di mana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak di mana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusia (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, di mana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut dia juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
c. Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat
pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas pada abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.