• Tidak ada hasil yang ditemukan

filsafat toleransi beragama di indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "filsafat toleransi beragama di indonesia"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

'Filsafat Toleransi Beragama di Indonesia' dapat diselesaikan bersamaan dengan peringatan 70 tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Penulis menaruh harapan besar kepada pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo untuk menjaga pluralisme di Indonesia. Tugas berat ini bisa diatasi dengan mengambil contoh pembangunan rumah ibadah enam agama di setiap provinsi di Indonesia.

Hal ini dibuktikan dengan terjadinya konflik antara kelompok mayoritas dan minoritas yang hidup berdampingan dalam masyarakat, mengenai perilaku, keyakinan dan praktik kelompok minoritas yang ditandai berbeda, yang dipahami sebagai menebar ancaman terhadap tatanan adat. Apalagi di Indonesia banyak terjadi konflik antar agama. Namun di tengah konflik yang sedang marak di Indonesia, dalam Puja Mandala terdapat lima agama yang hidup rukun dan damai serta tidak pernah menimbulkan konflik besar. Kritik dan saran penulis sangat dinantikan untuk perbaikan, dalam penulisan selanjutnya untuk memahami, meneliti dan menjelaskan falsafah kehidupan beragama di Indonesia.

Kita harus mengacu pada pendirian agama-agama di Indonesia yang bersumber dari UUD 1945, yang diharapkan dapat menciptakan ruang kehidupan toleran dan menghargai umat beragama, dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menyadari adanya indikator interaksi negatif dan disintegrasi, maka perlu dipahami interaksi positif, toleransi dan integrasi terhadap terciptanya kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Journal of Multicultural and Multireligious Harmony menulis dengan judul, “Perennial Philosophical Perspective of Interfaith Harmony: Reconstructing the Thought of Frithjof Schuon”, dalam kesimpulannya yang dapat memberikan kontribusi bagi Indonesia, bahwa persoalan hubungan antaragama di Indonesia belum pernah terselesaikan. tentang toleransi dan penghormatan terhadap realitas agama yang majemuk.

Bahwa untuk menyelesaikan permasalahan klasik tersebut, perlu dilakukan rekonstruksi yang lebih serius dan pertimbangan yang mendalam agar pemikiran-pemikiran Schuon memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan umat lintas agama di Indonesia. Persoalan yang sepertinya belum pernah terselesaikan dalam hubungan antar umat beragama di Indonesia adalah toleransi dan penghormatan terhadap realitas pluralisme agama. Apa implikasi toleransi dalam kehidupan beragama di Puja Mandala Nusa Dua Bali terhadap kehidupan sosial masyarakat sekitar?

PENUTUP

Simpulan

Arti tambahan selain pendiri dan tujuan didirikannya Puja Mandala adalah; Terakhir, berupaya untuk hidup berdampingan dengan agama-agama lain di Indonesia, khususnya di Bali, yang berbeda keyakinan untuk mencapai perdamaian dalam menjalankan kewajiban agama masing-masing. Secara khusus kewajiban umat Hindu dalam Puja Mandala adalah dengan menggunakan konsep Trimandala, yaitu: Mandala Utama yang disebut Jeroan dianggap sebagai tempat yang paling suci, sebagai Stana Tuhan Yang Maha Esa yang dilambangkan dengan Acintya yang duduk di kursi. . Dengan sebutan itulah Tuhan dipanggil dengan berbagai nama seperti: Sanghyang Licin, Sanghang Widhi, Sanghyang Wenang Sanghyang Tunggal dan lain sebagainya.

Berdasarkan kepercayaan masing-masing agama, pada dasarnya mereka mempunyai keyakinan yang sama namun dalam pengertian yang berbeda. Umat ​​Hindu menyebutnya Sangyang Widhi, Kristen Katolik, dan Kristen Protestan menyebutnya Allah atau (terkadang Yesus adalah Tuhanku), namun yang mereka maksud adalah Tuhan itu sendiri. Implikasi Toleransi Dalam Kehidupan Beragama di Puja Mandala Nusa Dua Bali, bagi kehidupan sosial masyarakat Implikasi Toleransi dalam Kehidupan Beragama di Puja Mandala Nusa Dua Bali.

Sedangkan dalam kehidupan sosial masyarakat sekitar, budaya yang berbeda-beda saling berkaitan, masih diperbolehkan adanya batasan jumlah penambahan atau pengurangan, penyimpangan dalam standar kerja masih dapat diterima. Realisasi diri belum dapat dicapai secara sempurna ketika seseorang masih kecil, sehingga realisasi diri harus diterima seseorang ketika ia sudah dewasa; 3). Pengetahuan dirinya dibentuk oleh sistem pendidikan yang terstruktur, ia akan mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang boleh atau tidak boleh, apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan; 4).

Setiap orang wajib mendengarkan apa yang dibisikkan hatinya (diamonion), setiap orang dapat diajari untuk berbuat baik, dan segala tingkah laku yang jahat hanya didasari oleh cara berpikir yang salah; 5). Dalam realitas toleransi di Puja Mandala, Sultan Syarif Hidayatullah dapat menjadi contoh pada tahun 1652 abad ke-17 dengan membangun Vihara Avalokitesvara tidak jauh dari Masjid Agung Banten di Desa Pamaciran, Kabupaten Serang. Tidak hanya berupa peningkatan kesucian batin melalui keindahan lingkungan, hal ini dilakukan dengan melakukan tindakan preventif dengan belajar menjaga kebersihan dan penataan parkir yang selama ini dilakukan.

Bentuk toleransi banyak orang suci; Umat ​​​​Hindu, Islam, Budha, Kristen Katolik, dan Kristen Protestan mengadakan pertemuan tentang materi keagamaan universal dalam agama masing-masing. Demikian pula dalam bidang teater pada setiap agama, Hindu, Islam, Budha, Kristen Katolik, dan Kristen Protestan.

Saran

Hal ini hendaknya dilanjutkan oleh agama lain seperti Kristen Katolik, Budha, dan Islam. Agama Buddha, Katolik, Protestan, dan Konghucu sebagai aset negara untuk meningkatkan peradaban di tingkat nasional dan internasional. Dalam proses ini kita bisa hidup berdampingan melalui fasilitas yang disediakan pemerintah, karena perintah langsung dari Presiden Republik Indonesia (Soeharto), dengan perpanjangan tangan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Joop Ave, Menteri Pariwisata. Agama Tarmizi Taher, dan Gubernur Bali Ida Bagus Oka, serta Bupati Badung, didukung umat Hindu di BTC, dan juga Bupati Badung.

Perlu dibangun kembali untuk menambah tempat ibadah Agama Khonghucu, lengkap dengan area parkirnya. Dan menyediakan akomodasi bagi para pendeta/pemimpin/pemimpin Hindu serta pengurus di Puja Mandala, untuk melakukan pencatatan bagi pengunjung yang datang. Perlu adanya peningkatan pengajaran agama universal di Sekolah Minggu (di luar sekolah formal), yang dianut oleh semua agama yang diakui secara sah oleh pemerintah.

Menyukai; Umat ​​Hindu menyebutnya Sanghyang Widhi, Kristen Katolik, dan Kristen Protestan menyebutnya Allah atau (terkadang Yusus adalah Tuhanku), namun yang mereka maksud adalah Tuhan itu sendiri. Implikasinya agar umat beragama dapat hidup berdampingan dalam toleransi dalam Puja Mandala adalah budaya yang berbeda saling terhubung secara utuh, batasan ukuran penambahan dan pengurangan masih diperbolehkan, penyimpangan dalam standar kerja masih dapat diterima. Realisasi diri belum dapat tercapai dengan sempurna ketika seseorang masih kecil, sehingga realisasi diri harus diterima seseorang ketika sudah dewasa.

Pengetahuan dirinya dibentuk oleh sistem pendidikan yang terstruktur, ia akan mampu memilih mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang boleh atau tidak, apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Setiap manusia wajib mendengarkan apa yang dibisikkan hatinya (diamonion), setiap orang dapat diajarkan untuk berbuat baik, dan setiap perilaku buruk hanya didasari oleh pemikiran yang salah. Hal ini harus dipertahankan baik oleh umat Hindu, Islam, Budha, Katolik, Protestan, dan Konghucu, serta oleh Gubernur Bali, Bupati Badung, Kepala Desa Benoa, BTDC dan para bupati di Nusa Dua. .

Daftar Pustaka

Bali Post, 2013 tolak Miss Worldld dari Ketapang, FPI bersiap serang Bali, 500 polisi-TNI standby di Gilimanuk, Miss World di Bali sayang binatang, diterbitkan Bali Post pada 15 September 2013. Tohari, Wakil Presiden MPR RI mengutip Aridus ; “Harmoni dalam Beragama” diterbitkan oleh Bali Post pada tanggal 30 Juni 2013.

Referensi

Dokumen terkait