FATF (Financial Action Task Force on Money Laundering) merupakan lembaga internasional yang menerbitkan standar pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris, serta mengevaluasi negara-negara di dunia berdasarkan standar tersebut. Dorongan lahirnya FATF muncul pada tahun 1989, ketika isu pemberantasan pencucian uang mengemuka pada pertemuan negara-negara G7. FATF lahir sebagai respons terhadap kekhawatiran internasional mengenai risiko pencucian uang terhadap integritas sistem keuangan.
FATF juga telah mengeluarkan 40 rekomendasi mengenai pemberantasan pencucian uang dan pendanaan teroris, yang mencakup sistem peradilan pidana dan penegakan hukum, sistem dan peraturan keuangan, serta kerja sama internasional. Kajian ini dilakukan oleh negara lain atau organisasi internasional [Dana Moneter Internasional (IMF) dan/atau Bank Dunia] di bawah bendera Financial Action Task.
Eksternal
FKKSJK SATGAS APU PPTInternal
METODOLOGI PENILAIAN MER
THETECHNICAL COMPLIENCE
LEGAL AND INSTITUTIONAL
FRAMEWORK
THE EFFECTIVENESS ASSESMENT
IMPLEMENTATION OF THE FATF
RECOMMENDATIONS
Immediate Outcome 4
Core Issues IO4
How well do financial institutions and DNFBPs understand their ML/TF risks and AML/CFT obligations?
Uraian dan uraian hasil penilaian risiko TPPU/TPPT (Individual Risk Assessment) berdasarkan pelanggan, produk dan layanan, saluran distribusi, dan wilayah geografis. Hubungan hasil penilaian risiko TF/TF (Individual Risk Assessment) dengan NRA, SRA dan white paper. Kebijakan dan upaya PJK dalam memitigasi risiko PP/TPPT (misalnya pengawasan internal PJK terhadap a) peraturan OB, b) pelaksanaan KDK terkait transaksi tunai yang siap dalam jumlah tertentu dari PEP, dll).
Penyempurnaan kebijakan internal yang dilakukan FDV terkait penerapan program APU-PPT dan kebijakan sistem pengendalian internal dalam rangka menindaklanjuti hasil penilaian risiko TPPU/TPPT berdasarkan NRA, SRA dan white paper.
Konsep Jawaban (PJK)
Dokumen Pendukung (PJK)
Dokumen Pendukung (Asosiasi)
How well do financial institutions and DNFBPs understand their ML/TF risks and AML/CFT obligations?
Apakah LPP mempunyai kebijakan pelaksanaan pemantauan dan pengendalian terhadap PJK mengenai pemahaman hasil penilaian risiko TPPU dan TF berdasarkan dokumen NRA dan SRA. Jika ya, jelaskan mekanisme pemantauan dan pengendalian yang disebutkan dan jelaskan upaya LPP dalam hal penyedia jasa keuangan terkait tidak/belum memahami hasil penilaian risiko TPPU dan TF. Apakah PJK perlu mengidentifikasi, menilai dan memahami risiko pencucian uang dan pendanaan teroris di entitas PJK?
Menerbitkan pedoman LPP bagi PJK untuk mengidentifikasi, menilai dan memahami risiko TPPU dan TPPT di PJK. Jika iya, mohon sebutkan di ketentuan mana hal ini diatur dan apakah LPP telah memberikan pedoman terhadap pedoman yang dimaksud. Langkah internal PJK dalam mengidentifikasi risiko TPPU/TPPT pada empat faktor risiko (pelanggan, produk dan layanan, saluran distribusi, dan geografi).
Konsep Jawaban (Asosiasi) Konsep Jawaban (OJK)
How well do financial institutions and DNFBPs apply mitigating measures commensurate with their risks?
Bagaimana kebijakan dan upaya mitigasi risiko, serta rencana aksi PJK dalam menindaklanjuti hasil penilaian risiko TPPU dan TPPT berdasarkan dokumen NRA, SRA dan white paper. Kebijakan FDI, jika dilihat berdasarkan RBA/risk appetite, pengguna jasa dianggap berisiko tinggi. Kebijakan TPPU dan mitigasi risiko yang timbul dari tempat pembuangan sampah (dumping ground) yang berisiko tinggi (korupsi, narkoba dan pajak) dan seberapa efektif penerapan kebijakan tersebut disertai dengan penjelasan dan contoh penerapannya.
Apakah sumber daya dialokasikan sesuai dengan pendekatan RBA yang mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, aktivitas bisnis, dan profil risiko. Langkah-langkah dalam mempromosikan inklusi keuangan yang terkait dengan program PPT APU menghambat upaya inklusi keuangan ini. Contoh efektivitas penerapan mitigasi risiko TF/TPPU (misalnya formulir pembukaan rekening, formulir CDD/EDD, kasus penolakan/pemutusan hubungan bisnis berdasarkan hasil penilaian risiko, dan lain-lain).
Upaya LPP terhadap PJK yang belum memahami/belum memahami hasil penilaian risiko TPPU/TF (data kegiatan pelatihan/sosialisasi terkait RBA, pembinaan, sanksi, dll). Seberapa baik lembaga keuangan dan DNFBP menerapkan tindakan CDD dan pencatatan (termasuk informasi kepemilikan manfaat dan tindakan yang sedang berlangsung).
How well do financial institutions and DNFBPs apply the CDD and record- keeping measures (including beneficial ownership information and ongoing
Seberapa baik lembaga keuangan dan DNFBP menerapkan CDD dan langkah-langkah pendaftaran (termasuk informasi Beneficial Ownership dan langkah-langkah penyimpanan yang berkelanjutan (termasuk informasi Beneficial Ownership dan pemantauan berkelanjutan) PPT Contoh kasus pelanggaran kepatuhan program APU-PPT (kasus/tipologi yang dirangkum) Penyalahgunaan PJK sebagai media TPPU/TPPT).
Sejauh mana tingkat implementasi program APU PPT baik CDD, EDD atau tindakan spesifik lainnya sesuai dengan tingkat risikonya (FSP luar negeri dan FSP dalam negeri).
Konsep Jawaban (OJK)
Dokumen Pendukung (OJK)
PEPs
How well do financial institutions and DNFBPs apply the enhanced or specific measures for
Konsep Jawaban (PJK) 1. Kebijakan internal PJK terhadap nasabah PEPs
Contoh kasus pelanggaran kepatuhan program APU PPT (kasus sanitasi atau tipologi penyalahgunaan FSP sebagai media TPPU/TF).
Correspondent Banking
How well do financial institutions and DNFBPs apply the enhanced or specific measures for
Kebijakan internal terkait transfer bank secara umum (termasuk identifikasi, verifikasi dan penatausahaan dokumen oleh bank sebagai Penyedia pengirim, penerus dan penerima). Kebijakan dalam negeri mengenai wire transfer mencakup transaksi yang berasal dari atau ditujukan ke negara-negara berisiko tinggi (misalnya Iran dan DPRK).
Informasi yang mendukung core issue
To what extent do financial institutions and DNFBPs meet their reporting obligations on the suspected proceeds of crime and funds in support of terrorism?
Penggunaan hasil penilaian risiko PP dan TF berdasarkan NRA, SRA dan white paper oleh PJK dalam rangka identifikasi TKM. Penggunaan pedoman red flag, termasuk buletin PPATK yang diterbitkan dan diinformasikan oleh PPATK dan/atau LPP untuk PJK guna meningkatkan kualitas penyampaian laporan TKM kepada PPATK. Sejauh mana lembaga keuangan dan DNFBP memenuhi kewajiban pelaporannya atas dugaan hasil kejahatan dan pendanaan teroris.
Seberapa baik feedback yang diberikan dapat membantu PJK mendeteksi dan melaporkan transaksi mencurigakan? Apakah kebijakan internal PJK dan Grup mengenai kewajiban pelaporan kepada PPATK memungkinkan penilaian tepat waktu terhadap: (i) transaksi yang kompleks atau tidak biasa; (ii) potensi STR untuk pelaporan FIU; dan (iii) potensi positif palsu. Apakah LTKM yang dilaporkan memuat informasi yang lengkap, akurat dan memadai mengenai transaksi mencurigakan.
To what extent financial institutions and DNFBPs fulfill their reporting obligations on suspected proceeds of crime and funds in support of terrorism. liabilities for suspected proceeds of crime and funds in support of terrorism. Statistics data are data for use in TKM from high, medium, and low categories.
Konsep Jawaban (OJK dan PPATK) Dokumen Pendukung (OJK dan PPATK)
How well do financial institutions and DNFBPs apply internal controls and procedures (including at financial group level) to ensure compliance with
Mekanisme dan aktivitas pengendalian internal di FSP (termasuk pelaksanaan pelatihan APU PPT berkelanjutan, screening pra-karyawan dan pemantauan berkelanjutan terhadap karyawan). Tingkat kepatuhan PJK terhadap pelaksanaan kebijakan dan mekanisme internal didasarkan pada pengawasan internal (penjelasan dan data statistik contoh pelaksanaan).
Kebijakan pengendalian internal di PJK yang berkorelasi dengan hasil penilaian risiko TPPU/TF berdasarkan dokumen NRA, SRA, dan whitepaper. Pembatasan penerapan program APU-PPT (termasuk pada tingkat kelompok) berkaitan dengan peraturan yang berlaku (misalnya ketentuan kerahasiaan).
How well do financial institutions and DNFBPs apply internal controls and
Tingkat kepatuhan penyedia jasa keuangan terhadap penerapan pengendalian internal (misalnya baik, sedang, buruk) menurut jenis penyedia jasa keuangan.
Agenda Pertemuan Persiapan MER Indonesia oleh FATF Tahun 2019/2020
Penilaian Technical Compliance
Penilaian Immediate Outcome
FINDINGS
Understanding of ML/TF risks by FIs
IO.4; Rec.9-23
- Understanding of AML/CFT Obligations
- Implementation of Risk-based Approach (RBA)
- Beneficial Owner (BO)
- CDD and Record Keeping
- PEPs
- Wire Transfer Rules
- New Technologies
In general, financial institutions supervised by the OJK have a good understanding of the requirements of the OJK AML/CFT regulation, including CDD, EDD, PEP, STR and TFS. They have developed action plans to improve their policies and procedures to mitigate the risks identified in their own and/or NRO and SRA risk assessments (taking into account the results of the NRO and SRA). Conducted EDD for higher risk clients and transactions identified in NROs such as PEPs, non-profit organizations and housewives (typologies show that housewives are commonly used as a cover for money laundering).
Financing companies conduct a preliminary analysis of customers and transactions taking into account the highest risk violations and red flags identified in the NRA. Financing companies undertake risk mitigation measures, such as rejecting business relationships or filing an STR. Based on the surveillance results of OJK, FIs suspended transactions in case of any doubts about the BOs.
Finance companies have a policy of refusing business relationships with potential clients who are perpetrators of crimes, or who appear on the sanctions lists of terrorists, terrorist organizations or proliferation finance. All FIs have policies and procedures to retain all transaction records, CDD records and STR information for a minimum of five years. In cases of incomplete information about the originator or beneficiary, banks have policies and procedures to refuse the transaction(s).
Before launching the new technology or new product, banks have internal policies and procedures to conduct risk assessments, including ML/TF risk mitigation. The use of new technology in the insurance sector is e-app (online submission of application forms) and digital products. However, finance companies are still developing internal policies regarding new technology.
NBFIIO.4.4; R.15
- Targeted Financial Sanctions
- Higher-risk Countries
- Suspicious Transaction Reporting (STR) Obligation
- Internal AML/CFT Controls and Group-wide AML/CFT
Banks automatically screen against the DTTOT list, relevant UN sanctions lists and other sanctions lists (eg several of the largest banks have frozen funds from individuals or entities on the DTTOT list and have submitted freeze reports to the PPATK. However, this did not happen, before the 2015 Common Rules were implemented, and 20 of the Indonesian individuals or entities had been on the UN list for over 10 years before that.
While some Indonesian banks have indicated that they will not provide financial services to individuals or entities listed on the DTTOT list, there is no legal requirement to do so in Indonesia. These entities were more dependent on updates to the DTTOT list as they did not regularly check the relevant UN sanctions lists. Neither non-banking financial institutions nor DNFBP have frozen the assets of individuals or entities on the DTTOT list.
Other Indonesian FIs and DNFBPs have been less clear about their obligations regarding the provision of funds or other financial services to designated persons or entities, suggesting that banks did not do so for fear of enforcement action by the Indonesian authorities. FIs are generally aware of the risks associated with dealing with high-risk countries identified by the FATF and undertake a number of countermeasures in accordance with their AML/CFT policies and procedures. Some banks have their own country risk assessment, take action to terminate the business relationship with customers from high-risk countries and file STRs.
Although there was a decrease in the number of STRs submitted between 2015 and 2016 across all reporting groups, since 2014 there has been a year-on-year improvement in timeliness and quality of STR reporting as evidenced by verbal reports by PPATK and an increase in the number of STRs scoring high on automated STR pre-analysis criteria. Nevertheless, it is not clear whether there is satisfactory reporting among all banks in the sector. Banks have developed their own red flags, scenarios and alerts based on input from risk assessments (NRA, SRA); competent authorities such as PPATK, supervisors, law enforcement agencies; and other external and internal sources.
Internal AML/CFT Controls
REKOMENDASI PERBAIKAN