• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Fitokimia “Variasi Komposisi Eluen pada Isolasi Steroid dan Triterpenoid Alga Merah Eucheuma cottonii dengan Kromatografi Kolom Basah”

N/A
N/A
red gingseng

Academic year: 2023

Membagikan "Tugas Fitokimia “Variasi Komposisi Eluen pada Isolasi Steroid dan Triterpenoid Alga Merah Eucheuma cottonii dengan Kromatografi Kolom Basah”"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Fitokimia

“Variasi Komposisi Eluen pada Isolasi Steroid dan Triterpenoid Alga Merah Eucheuma cottonii dengan Kromatografi Kolom Basah”

Kekayaan alam di Indonesia untuk golongan alga tersebar luas di seluruh daerah dengan beberapa jenis serta variasi warna. Rumput laut memiliki toksisitas sehingga berpotensi sebagai antivirus, antibakteri dan antioksidan. Salah satu kekayaan biota laut yang dimanfaatkan dan dibudidayakan manusia adalah alga merah Eucheuma cottonii. Hal ini dikarenakan banyak kandungan zat-zat yang bermanfaat di dalamnya. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung E. cottonii adalah steroid dan triterpenoid. Senyawa steroid tersebut memiliki toksisitas terhadap

Artemia salina dan berpotensi sebagai antioksidan serta antimikroba. Adapun senyawa triterpenoid memiliki kemampuan sebagai zat yang mampu meningkatkan aktivitas rifampisin (antibiotik) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Pengujian dilakukan dengan menyiapkan sampel, yaitu alga merah Eucheuma cottonii . Alga merah yang digunakan sebanyak 75 kg, dicuci lalu diiris kecil-kecil. Kemudian dikeringkan pada suhu 38oC selama 24 jam di oven, lalu dihaluskan hingga didapat dalam bentuk serbuk.

Kemudian dilakukan penentuan kadar air terhadap serbuk alga merah. Selanjutnya dilakukan ekstraksi maserasi terhadap serbuk alga merah hingga diperoleh ekstrak pekat yang kemudian dihitung nilai rendemennya. Ekstrak pekat yang terbentuk dihidrolisis dengan HCl 2N. Kemudian hidrolisat yang diperoleh ditambahkan NaHCO3 sampai pH netral. Selanjutnya hidrolisat akan dipartisi dengan petroleum eter. Partisi dilakukan sebanyak tiga kali dengan pengulangan pelarut yang sama. Ekstrak kemudian dipekatkan dan diperoleh ekstrak pekat dan ditentukan rendemennya.

Kemudian, dilakukan uji steroid dan triterpenoid dengan reagen Lieberman Burchard terhadap ekstrak pekat yang diperoleh. Satu miligram ekstrak petroleum eter alga merah dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform. Selanjutnya, ekstrak ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrida dan 1-2 mL larutan H2SO4 pekat melalui dinding

(2)

tabung reaksi. Golongan senyawa steroid akan menunjukkan warna biru kehijauan dan senyawa triterpenoid akan menunjukkan cincin kecoklatan atau violet pada pembatas dua pelarut.

Setelah diuji, ekstrak yang menunjukkan positif steroid dan triterpenoid diisolasi menggunakan kromatografi kolom basah. Pada pengujian ini fase diam yang digunakan yaitu silika gel G60. Bubur silika dibuat dengan ditambahkan pelarut n-heksana:etil asetat (16:4; 17:3; 18:2) sampai silika terendam dan diaduk dengan magnetic stirer pada suhu ruang sampai terbentuk suspensi. Suspensi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan didiamkan selama 24 jam.

Setelah itu, sampel sebanyak 0,1 g yang sudah dilarutkan dalam 1 mL eluen n-heksana:etil asetat (16:4) dimasukkan dalam kolom kromatogafi. Perlakuan yang sama diulangi dengan untuk eluen dengan komposisi 17:3 dan 18:2. Kecepatan alir diatur 2 mL/menit dan eluat ditampung pada botol vial. Proses elusi dihentikan setelah semua senyawa steroid dan triterpenoid diperkirakan telah keluar dari kolom. Dari hasil pengujian, didapati penurunan ketinggian fase diam dari 8 cm menjadi 7,5 cm, hal ini menunjukkan fase diam sudah termampatkan dan dapat memisahkan senyawa dengan maksimal. Hasil isolat ditampung setiap 2 mL dalam vial. Hasil monitoring variasi komposisi eluen 16:4 diperoleh dua kelompok fraksi yaitu 1 fraksi steroid dan 1 fraksi triterpenoid (Tabel 1).

Hasil monitoring variasi komposisi eluen 17:3 diperoleh tiga kelompok fraksi yaitu 1 fraksi steroid dan 2 fraksi triterpenoid (Tabel 2).

(3)

Hasil monitoring variasi komposisi eluen 18:2 diperoleh lima kelompok fraksi yaitu 2 kelompok fraksi steroid dan 3 kelompok fraksi triterpenoid (Tabel 3). Jadi, dapat disimpulkan bahwa variasi komposisi eluen terbaik untuk isolasi steroid dan triterpenoid adalah 18:2 karena diperoleh hasil fraksi tunggal yang lebih banyak.

Selanjutnya, dilakukan Identifikasi fraksi hasil isolasi kromatografi kolom dilakukan dengan KLT analitik. Identifikasi dengan KLT analitik menggunakan fase diam plat silika gel GF254 dan eluen berupa pelarut campuran n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 17:3.

Sebelum digunakan, eluen dijenuhkan selama 1 jam, sedangkan plat silika gel diaktivasi dengan dioven pada suhu 110°C. Kemudian, fraksi ditotolkan pada silika gel yang telah diaktivasi, dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang berisi eluen jenuh, dan dielusi sampai tanda batas atas. Noda hasil pemisahan kemudian diamati di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366 nm dan dihitung faktor retensi (Rf) noda.

Senyawa hasil isolasi kemudian dilakukan identifikasi dengan menggunakan spektrofotometer FTIR. Isolat yang diperoleh dijadikan pelet KBr dengan cara digerus bersamaan dengan KBr mengguanakan mortar agate kemudian ditekan dengan tekanan 80 Torr. Selanjutnya,

(4)

sampel yang sudah berupa pelet dimasukkan ke dalam spektrofotometer FTIR untuk dianalisis gugus fungsi.

Dari keseluruhan pengujian dapat disimpulkan Fraksi pekat petroleum eter hasil hidrolisis ektrak metanol alga merah mengandung steroid dan terpenoid. Variasi komposisi eluen terbaik pada pemisahan senyawa steroid dan triterpenoid fraksi petroleum eter menggunakan kromatografi kolom basah adalah 18:2. Identifikasi gugus fungsi menggunakan FTIR pada steroid dan triterpenoid dengan eluen terbaik diperoleh 5 kelompok fraksi, yaitu 2 kelompok fraksi steroid dan 3 kelompok fraksi triterpenoid. Hasil identifikasi dari senyawa steroid menghasilkan serapan O- H, C-H sp3 , C=C, -C(CH3)2, sedangakan pada senyawa triterpenoid menghasilkan serapan O-H, C-H sp3 , C=O, C=C, C-O, -C(CH3)2. Adanya gugus gem dimetil merupakan ciri khas rantai samping senyawa steroid dan triterpenoid.

Ilustrasi proses pemisahan dengan kromatografi kolom

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Madjid, A.D.R., Rahmawati, D.A., Fasya, A.G. 2020. Variasi Komposisi Eluen pada Isolasi Steroid dan Triterpenoid Alga Merah Eucheuma cottonii dengan Kromatografi Kolom Basah. Alchemy: Journal Of Chemistry. 8(1): 35-40.

(6)

Tugas Fitokimia

“Variasi Komposisi Eluen pada Isolasi Steroid dan Triterpenoid Alga Merah Eucheuma cottonii dengan Kromatografi Kolom Basah”

Kekayaan alam di Indonesia untuk golongan alga tersebar luas di seluruh daerah dengan beberapa jenis serta variasi warna. Rumput laut memiliki toksisitas sehingga berpotensi sebagai antivirus, antibakteri dan antioksidan. Salah satu kekayaan biota laut yang dimanfaatkan dan dibudidayakan manusia adalah alga merah Eucheuma cottonii. Hal ini dikarenakan banyak kandungan zat-zat yang bermanfaat di dalamnya. Senyawa metabolit sekunder yang terkandung E. cottonii adalah steroid dan triterpenoid. Senyawa steroid tersebut memiliki toksisitas terhadap

Artemia salina dan berpotensi sebagai antioksidan serta antimikroba. Adapun senyawa triterpenoid memiliki kemampuan sebagai zat yang mampu meningkatkan aktivitas rifampisin (antibiotik) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Pengujian dilakukan dengan menyiapkan sampel, yaitu alga merah Eucheuma cottonii . Alga merah yang digunakan sebanyak 75 kg, dicuci lalu diiris kecil-kecil. Kemudian dikeringkan pada suhu 38oC selama 24 jam di oven, lalu dihaluskan hingga didapat dalam bentuk serbuk.

Kemudian dilakukan penentuan kadar air terhadap serbuk alga merah. Selanjutnya dilakukan ekstraksi maserasi terhadap serbuk alga merah hingga diperoleh ekstrak pekat yang kemudian dihitung nilai rendemennya. Ekstrak pekat yang terbentuk dihidrolisis dengan HCl 2N. Kemudian hidrolisat yang diperoleh ditambahkan NaHCO3 sampai pH netral. Selanjutnya hidrolisat akan dipartisi dengan petroleum eter. Partisi dilakukan sebanyak tiga kali dengan pengulangan pelarut yang sama. Ekstrak kemudian dipekatkan dan diperoleh ekstrak pekat dan ditentukan rendemennya.

Kemudian, dilakukan uji steroid dan triterpenoid dengan reagen Lieberman Burchard terhadap ekstrak pekat yang diperoleh. Satu miligram ekstrak petroleum eter alga merah dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dan dilarutkan dalam 0,5 mL kloroform. Selanjutnya, ekstrak ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrida dan 1-2 mL larutan H2SO4 pekat melalui dinding

(7)

tabung reaksi. Golongan senyawa steroid akan menunjukkan warna biru kehijauan dan senyawa triterpenoid akan menunjukkan cincin kecoklatan atau violet pada pembatas dua pelarut.

Setelah diuji, ekstrak yang menunjukkan positif steroid dan triterpenoid diisolasi menggunakan kromatografi kolom basah. Pada pengujian ini fase diam yang digunakan yaitu silika gel G60. Bubur silika dibuat dengan ditambahkan pelarut n-heksana:etil asetat (16:4; 17:3; 18:2) sampai silika terendam dan diaduk dengan magnetic stirer pada suhu ruang sampai terbentuk suspensi. Suspensi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan didiamkan selama 24 jam.

Setelah itu, sampel sebanyak 0,1 g yang sudah dilarutkan dalam 1 mL eluen n-heksana:etil asetat (16:4) dimasukkan dalam kolom kromatogafi. Perlakuan yang sama diulangi dengan untuk eluen dengan komposisi 17:3 dan 18:2. Kecepatan alir diatur 2 mL/menit dan eluat ditampung pada botol vial. Proses elusi dihentikan setelah semua senyawa steroid dan triterpenoid diperkirakan telah keluar dari kolom. Dari hasil pengujian, didapati penurunan ketinggian fase diam dari 8 cm menjadi 7,5 cm, hal ini menunjukkan fase diam sudah termampatkan dan dapat memisahkan senyawa dengan maksimal. Hasil isolat ditampung setiap 2 mL dalam vial. Hasil monitoring variasi komposisi eluen 16:4 diperoleh dua kelompok fraksi yaitu 1 fraksi steroid dan 1 fraksi triterpenoid (Tabel 1).

Hasil monitoring variasi komposisi eluen 17:3 diperoleh tiga kelompok fraksi yaitu 1 fraksi steroid dan 2 fraksi triterpenoid (Tabel 2).

(8)

Hasil monitoring variasi komposisi eluen 18:2 diperoleh lima kelompok fraksi yaitu 2 kelompok fraksi steroid dan 3 kelompok fraksi triterpenoid (Tabel 3). Jadi, dapat disimpulkan bahwa variasi komposisi eluen terbaik untuk isolasi steroid dan triterpenoid adalah 18:2 karena diperoleh hasil fraksi tunggal yang lebih banyak.

Selanjutnya, dilakukan Identifikasi fraksi hasil isolasi kromatografi kolom dilakukan dengan KLT analitik. Identifikasi dengan KLT analitik menggunakan fase diam plat silika gel GF254 dan eluen berupa pelarut campuran n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 17:3.

Sebelum digunakan, eluen dijenuhkan selama 1 jam, sedangkan plat silika gel diaktivasi dengan dioven pada suhu 110°C. Kemudian, fraksi ditotolkan pada silika gel yang telah diaktivasi, dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang berisi eluen jenuh, dan dielusi sampai tanda batas atas. Noda hasil pemisahan kemudian diamati di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366 nm dan dihitung faktor retensi (Rf) noda.

Senyawa hasil isolasi kemudian dilakukan identifikasi dengan menggunakan spektrofotometer FTIR. Isolat yang diperoleh dijadikan pelet KBr dengan cara digerus bersamaan dengan KBr mengguanakan mortar agate kemudian ditekan dengan tekanan 80 Torr. Selanjutnya,

(9)

sampel yang sudah berupa pelet dimasukkan ke dalam spektrofotometer FTIR untuk dianalisis gugus fungsi.

Dari keseluruhan pengujian dapat disimpulkan Fraksi pekat petroleum eter hasil hidrolisis ektrak metanol alga merah mengandung steroid dan terpenoid. Variasi komposisi eluen terbaik pada pemisahan senyawa steroid dan triterpenoid fraksi petroleum eter menggunakan kromatografi kolom basah adalah 18:2. Identifikasi gugus fungsi menggunakan FTIR pada steroid dan triterpenoid dengan eluen terbaik diperoleh 5 kelompok fraksi, yaitu 2 kelompok fraksi steroid dan 3 kelompok fraksi triterpenoid. Hasil identifikasi dari senyawa steroid menghasilkan serapan O- H, C-H sp3 , C=C, -C(CH3)2, sedangakan pada senyawa triterpenoid menghasilkan serapan O-H, C-H sp3 , C=O, C=C, C-O, -C(CH3)2. Adanya gugus gem dimetil merupakan ciri khas rantai samping senyawa steroid dan triterpenoid.

Ilustrasi proses pemisahan dengan kromatografi kolom

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Madjid, A.D.R., Rahmawati, D.A., Fasya, A.G. 2020. Variasi Komposisi Eluen pada Isolasi Steroid dan Triterpenoid Alga Merah Eucheuma cottonii dengan Kromatografi Kolom Basah. Alchemy: Journal Of Chemistry. 8(1): 35-40.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat steroid dari fraksi petroleum eter hasil hidrolisis ekstrak metanol Eucheuma spinosum dapat digunakan sebagai senyawa toksik dengan nilai

penelitian mengenai uji aktivitas antioksidan dan identifikasi menggunakan spektrofotometer uv-vis senyawa steroid fraksi petroleum eter hasil hidrolisis ekstrak metanol alga

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya yang selalu terlimpahkan

Pemisahan dengan metode Kromatografi Kolom Ekstrak pekat Fraksi n-heksana - disiapkan fasa diam kolom silika gel G-60 0,063-0,200 mm - dimasukkan sampel perbandingan sampel :

4.7 Monitoring Hasil Kromatografi Kolom dengan Metode KLT Analitik 4.7.1 Monitoring Hasil Fraksi Kolom Pembuatan Fasa Diam Cara Basah Hasil yang diperoleh dari kromatografi kolom

57 2.6.1 Pemisahan fraksi n-heksana dengan kromatografi kolom Ekstrak pekat Fraksi n-heksana - diambil 0,0667 g yang sudah dilarutkan ke dalam 1 ml n-heksana ; etil asetat 95 : 5

Pada penelitian ini, ekstrak etanol 95 % yang dihasilkan dari metode ekstraksi maserasi merupakan ekstrak aktif dari alga merah Eucheuma cootonii yang bersifat semi polar..

senyawa steroid/triterpenoid dapat diisolasi dari fraksi n-heksana daun gaharu dan isolat yang diperoleh dapat dikarakterisasi dengan spektrofotometri ultraviolet (UV)