• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIX LAPSUS PRAKONSEPSI RISKA

N/A
N/A
Ad Riska

Academic year: 2025

Membagikan "FIX LAPSUS PRAKONSEPSI RISKA"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

c

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI PADA TN. R DAN NY. A DENGAN ANEMIA SEDANG PADA WUS

DI UPT PUSKESMAS BUNTOK

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan

Praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Pranikah dan Prakonsepsi

Disusun Oleh:

Nama : Riska Diniar Pratiwi

NIM : PO.62.24.2.24.942

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2024

(2)

ASUHAN KEBIDANAN PRA KONSEPSI PADA TN. R DAN NY. A DENGAN ANEMIA SEDANG PADA WUS

DI UPT PUSKESMAS BUNTOK

Disusun oleh:

Nama : Riska Diniar Pratiwi NIM : PO.62.24.2. 24.942

Kelas : Pendidikan Profesi Bidan Angkatan VII Semester I

Tanggal Pemberian Asuhan: Kamis, 5 September 2024

Disetujui:

Pembimbing Lapangan Tanggal: 7 September 2024

Di: Buntok Marisa Taria, SST., Bdn., MM

NIP. 19890315 201001 2 006

Pembimbing Institusi

Tanggal: September 2024

Di: Palangka Raya Erina Eka Hatini, SST., MPH

NIP. 19800608 200112 2 001

ii

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Pranikah dan Prakonsepsi

Telah disahkan tanggal: September 2024

Mengesahkan, Pembimbing Institusi,

Erina Eka Hatini, SST., MPH NIP. 19800608 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan

Erina Eka Hatini, SST., MPH NIP. 19800605 200112 2 001

Koordinator MK. Praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada

Kesehatan Perempuan

Riny Natalina, SST., M.Keb NIP. 19791225 200212 2 002

iii

(4)

tepat waktu Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Pada Tn. R dan Ny. A dengan Anemia Sedang pada WUS di UPT Puskesmas Buntok.

Laporan Kasus ini disusun guna memenuhi persyaratan ketuntasan Praktik Kebidanan Komprehensif Pada Pranikah dan Prakonsepsi. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:

1. Ibu Erina Eka Hatini, SST., MPH selaku pembimbing institusi yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Kasus ini.

2. Ibu Marisa Taria, SST., Bdn., MM selaku pembimbing lahan yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Kasus ini.

3. Ibu Riny Natalina, SST., M.Keb selaku Koorditator Mata Kuliah Praktik Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Pranikah dan Prakonsepsi yang telah memberi pembekalan serta arahan dalam penyelesaian praktik ini.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dalam penyelesaian Laporan Kasus ini.

Dalam penyusunan Laporan Kasus ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kemajuan dan kesempurnaan Laporan Kasus ini. Penulis berharap Laporan Kasus ini bermanfaat bagi semua pihak.

Palangka Raya, September 2024

Riska Diniar Pratiwi

iv

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN... i

LEMBAR PENNGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan... 2

D. Manfaat... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Teori Asuhan Kebidanan yang diterapkan pada Prakonsepsi dengan Anemia Sedang pada WUS... 4

B. Teori Evidance Based Midwifery yang diterapkan pada Prakonsepsi dengan Anemia Sedang pada WUS... 16

BAB III TINJAUAN KASUS... 21

A. Judul Kasus... 21

B. Pelaksanaan Asuhan (hari, tanggal, tempat dan pemberi asuhan)... 21

C. Identitas Pasien... 21

D. Manajemen Asuhan Kebidanan... 21

BAB IV PEMBAHASAN... 27

BAB IV PENUTUP... 30

A. Kesimpulan... 30

B. Saran... 30 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v

(6)

Masa prakonsepsi merupakan masa penting bagi seorang wanita, karena erat kaitannya dengan kehamilan serta keadaan janin yang dikandungnya nanti.

Kesehatan wanita pada masa prakonsepsi merupakan langkah untuk melindungi kesehatan ibu dan anak yang mungkin terjadi di masa depan. Hal ini sejalan dengan teori LCT (Life Course Theory) yang berhipotesis bahwa output kelahiran dipengaruhi oleh interaksi jangka panjang dari biologis, perilaku, dan lingkungan (healthty food) dari wanita sebelum kehamilan (Dieny et al., 2019).

Masa prakonsepsi merupakan periode dalam siklus kehidupan yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi ibu (sebelum periode kehamilan) dalam kaitannya dengan dampak kehamilan yang buruk dan mengurangi risiko terjadinya masalah gizi ibu selama kehamilan, salah satunya anemia. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 37,1%.4 Tingginya angka ini menjadi salah satu alasan penting dilakukannya pencegahan dini sejak masa prakonsepsi. Selain itu, WHO telah melaporkan sebanyak 58% dari ibu hamil yang menderita anemia juga mengalami anemia sejak sebelum hamil (Dieny et al., 2019)

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi Wanita Usia Subur (WUS). Anemia sebagai suatu keadaan dimana rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit atau kehilangan darah yang berlebihan. Anemia pada WUS diketahui berdampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayinya. Anemia berperan pada peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan ibu dan bagi bayi dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi serta BBLR (Iskandar, Al Kautzar and Alza, 2022)

Faktor penyebab anemia pada wanita prakonsepsi yaitu kurangnya kesadaran, pengetahuan, status pendidikan, keadaan lingkungan, kurangnya

1

(7)

2

asupan zat besi dan mengenai nutrisi. Faktor lain yang mempengaruhi anemia antara lain, kurang memadainya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui dan kehilangan banyak darah.

Penanggulangan dan pencegahan anemia dapat dilakukan dengan strategi, pengobatan penyakit infkeksi yang memperbesar resiko anemia, penyediaan pelayanan yang mudah dijangkau oleh keluarga yang memerlukan tablet tambah darah dalam jumlah yang sesuai. Peran bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan ibu selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan seperti pemberian tablet zat besi, pengobatan, dan rujukan dari komplikasi tertentu (Iskandar, Al Kautzar and Alza, 2022)

Pemerintah telah melakukan upaya untuk melakukan skrining pra konsepsi pada wanita usia subur untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2021 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Skrining prakonsepsi yang dapat dilakukan pada calon pengantin minimal adalah pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan status gizi (Vicky Yulivantina, Gunarmi and Maimunah, 2022)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah pada laporan kasus ini adalah “bagaimana asuhan kebidanan pada pra konsepsi dengan anemia sedang pada wanita usia subur?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan pra konsepsi dengan anemia sedang pada wanita usia subur sesuai Evidence Based Midwifery di UPT.

Puskesmas Buntok.

(8)

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian data subyektif dan obyektif pada prakonsepsi pasangan usia subur menggunakan pendekatan holistik.

b. Menginterpretasi data dasar dengan berpikir kritis pada prakonsepsi dengan anemia sedang pada WUS.

c. Melakukan implementasi Asuhan Kebidanan Prakonsepsi dengan Anemia sedang pada WUS berdasarkan Evidence Based Midwifery.

D. Manfaat 1. Klien

Bagi PUS agar mengetahui dan menambah wawasan tentang perencanaan kehamilan yang sehat dan kondisi layak hamil, serta bagaimana cara mencegah dan pengobatan pada WUS dengan anemia sedang yang merencanakan kehamilan.

2. Mahasiswa

Bagi mahasiswa yaitu menjadi tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan prakonsepsi dengan anemia sedang pada WUS dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diterima pada saat bekerja.

3. Lahan praktik

Dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan acuan petugas pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan pada prakonsepsi agar dapat meningkatkatkan kesehatan pada masa sebelum hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Buntok.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Asuhan Kebidanan Yang Diterapkan Pada Prakonsepsi Dengan Anemia sedang pada WUS

1. Definisi Pra Konsepsi

Prakonsepsi terdiri dari dua kata, yaitu ‘pra’ dan ‘konsepsi’. ‘pra’

berarti sebelum, dan ‘konsepsi’ berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Dari dua kata terebut prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau sebelum hamil (Usman et al., 2023).

Masalah pra nikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah akan segera menjalani proses konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan outcome kehamilan (Yessy Mareta and Apriani, 2023).

Masa prakonsepsi merupakan periode dalam siklus kehidupan yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi ibu (sebelum periode kehamilan) dalam kaitannya dengan dampak kehamilan yang buruk dan mengurangi risiko terjadinya masalah gizi ibu selama kehamilan (Dieny et al., 2019)

Kesehatan prakonsepsi adalah kondisi kesehatan orang tua sebelum terjadi pembuahan. Kesehatan prakonsepsi harus tetap dioptimalkan sekalipun perempuan tidak merencanakan kehamilan mengingat banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa dirinya hamil padahal dirinya tidak merencanakan kehamilan. Kesehatan prakonsepsi harus mendapat perhatian dari usia 18 sampai 44 tahun (Yulivantina et al., 2021).

4

(10)

2. Persiapan Konsepsi

Menurut (Usman et al., 2023), Persiapan Prakonsepsi Dimulai dari:

a. masa remaja: kesehatan organ reproduksi, kebutuhan akan gizi seimbang dan perilaku hidup sehat dan sebagainya.

b. 6 Bulan Sebelum Kehamilan Tolak konsumsi makanan yang tidak mengandung variasi nutrisi. Perbanyak asupan sayuran, lauk pauk, dan buah- buahan. Cermati jumlah konsumsi. Hindari makanan berlebihan satu jenis makanan dan minuman tertentu, Kurangi konsumsi makanan olahan yang diawetkan, Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung zat antioksi dan Mulai minum asam folat

c. Cara Merencanakan Kehamilan yang sehat seimbang yaitu: Perkaya pengetahuan seputar kehamilan, kelahiran dan perawatan bayi dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet. Stop kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, kebiasaan pulang larut malam stress dan sebagainya. Perhatikan pola makan, Cek kesehatan Keseimbangan lahir dan bathin serta Menyiapkan diri menghadapi perubahan.

3. Pengertian Skrining Prakonsepsi

Skrining adalah pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui apakah seseorang beresiko lebih tinggi mengalami suatu masalah kesehatan.

Skrining prakonsepsi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk mengetahui risiko medis, perilaku, dan kondisi sosial kesehatan seorang perempuan atau luaran kehamilan melalui cara-cara tertentu secara medis (Usman et al., 2023).

4. Tujuan Skrining Prakonsepsi

a. Agar pasangan memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik terkait kesehatan sebelum kehamilan.

b. Agar calon ibu memasuki kehamilan dalam kondisi kesehatan yang optimal.

(11)

6

c. Untuk menurunkan risiko kehamilan yang tidak diharapkan dari riwayat kehamilan sebelumnya dengan melakukan persiapan sebelum kehamilan.

5. Manfaat Skrining Prakonsepsi

a. Bagi Seorang wanita. Skrining pra nikah dan prakonsepsi tidak hanya sekedar untuk merencanakan kehamilan, tetapi untuk menjaga dan memilih kebiasaaan untuk hidup sehat

b. Bagi seorang laki laki. Skrining pra nikah dan prakonsepsi berguna untuk memilih untuk menjaga tetap sehat dan membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama, dan sebagai mitra wanita berarti mendorong dan mendukung kesehatan pasangannya dan jika menjadi seorang ayah, ia akan melindungi anak-anaknya.

c. Bagi bayi. Skrining pra nikah dan prakonsepsi akan membuat orang tua melaksankan hidup sehat sebelum dan selama kehamilan sehingga akan melahirkan bayi tanpa cacat atau keadaaan yang tidak normal lainnya dan memberi kesempatan pada bayi untuk memulai kehidupannya dengan sehat.

d. Bagi keluarga. Skrining pra nikah akan menciptakan keluarga yang sehat dan akan menciptakan kualitas keluarga yang lebih baik dimasa yang akan datang

6. Pemeriksaan Skrining prakonsepsi

Pemeriksaan Fisik Yang Dilakukan Saat Skrining pra konsepsi

a. Pemeriksaan kadar gula darah, untuk mendeteksi penyakit diabetes mellitus

b. Pemeriksaan urin dan tinja lengkap, untuk mendeteksi penyakit pada ginjal atau yang berhubungan dengan saluran kemih

c. Pemeriksaan darah dan rhesus

d. Pemeriksaan hamatologi atau hemoglobin,untuk mendeteksi kelainan atau penyakit darah, pemeriksaan HBsAG, untuk mendeteksi peradangan hati

(12)

e. Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi/infeksi Menular Seksual seperti sifilis, gonorrhea, Human Immunodeviciency Virus (HIV) f. Pemeriksaan TORCH, untuk mendeteksi infeksi yang disebabkan oleh

parasite Toxoplasma, Virus Rubella dan Cytomegalo, yang mungkin menyerang wanita dimasa kehamilan

g. Melakukan vaksin TT (disertai penjelasan mengenai vaksin yang lain seperti HPV, Hepatitis B, dan Rubella)

h. Konseling mengenain kontrasepsi.

7. Skrining Layak Hamil bagi Pasangan Usia Subur (PUS) (Kepmenkes, 2023)

a. Sasaran : Untuk usia dewasa yang sudah menikah (PUS)

b. Tempat pelaksanaan skrining: Skrining layak hamil berupa pemeriksaan kesehatan terbatas Pasangan Usia Subur (PUS) di Pustu, dan pemeriksaan kesehatan secara lengkap di Puskesmas oleh tenaga Kesehatan. Pelaksanaan dan tindak lanjut skrining layak hamil dapat dilaksanakan secara terpadu dengan program lain, seperti: program gizi, penyakit menular (TBC, HIV, Sifilis dan Hepatitis B dll), penyakit tidak menular (Hipertensi, Diabetes Melitus, Talasemia dll), dan pelayanan kejiwaan.

c. Metode: Skrining layak hamil dapat dilakukan secara mandiri oleh pasangan usia subur maupun dibantu oleh kader saat kegiatan Posyandu, sehingga dapat diketahui status kesehatannya apakah dapat menjalani kehamilan secara sehat atau layak untuk menjalani kehamilan. Skrining dilaksanakan menggunakan aplikasi kescatin yang hasilnya kemudian diverifikasi dan ditindak lanjuti oleh petugas kesehatan atau manual dengan menggunakan formulir skrining layak hamil.

d. Interpretasi hasil: Skrining dilakukan untuk mengetahui kelayakan kondisi kesehatan Pasangan Usia Subur (PUS) sehingga dapat merencanakan kehamilan sehat. Bagi yang tidak layak hamil atau

(13)

8

berisiko dipastikan untuk menggunakan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan tidak diinginkan dan kehamilan risiko tinggi, disamping dilakukan tatalaksana terkait masalah kesehatannya.

Pasangan Usia Subur (PUS) memiliki kondisi ideal untuk hamil dengan kriteria:

a. Usia 20-35 tahun

b. Jumlah anak kurang dari 3 orang c. Jarak kehamilan lebih dari 2 tahun

d. Status gizi normal (IMT 18,5-24,9), Lingkar Lengan Atas (LiLA) lebih dari 23,5

e. Tidak memiliki riwayat kehamilan dengan komplikasi/penyulit. Jika memiliki riwayat komplikasi pada kehamilan sebelumnya, periksa terlebih dahulu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

f. Tidak memiliki permasalahan kesehatan. Jika memiliki permasalahan kesehatan, dianjurkan untuk mendapatkan intervensi dan tatalaksana terlebih dahulu.

Kondisi kesehatan yang perlu diperhatikan:

a. Kadar Hb

b. Penyakit menular (HIV, Sifilis, Hepatitis, TB, Malaria, Kecacingan) c. Penyakit tidak menular (Kanker, Hipertensi, DM, Jantung, Kanker,

Autoimun)

d. Penyakit genetik (Thalasemia, Hemofilia).

e. Masalah Kesehatan Jiwa f. Merokok/terpapar asap rokok

Intervensi lanjut dan tatalaksana sesuai hasil skrining layak hamil di Puskesmas :

a. PUS Layak hamil: konseling perencanaan kehamilan sehat.

b. Bagi yang berencana hamil dan ingin mengetahui kondisi kesehatannya lebih lanjut dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan secara lengkap.

(14)

c. Bagi yang tidak berencana hamil belum menggunakan KB: diberikan edukasi dan pelayanan untuk menggunakan kontrasepsi.

d. Bagi yang tidak berencana hamil sudah menggunakan KB:

mempertahankan penggunaan KB

e. PUS dapat hamil dengan pengawasan: dilakukan tatalaksana, konseling dan perencanaan kehamilan

f. PUS tidak layak hamil: konseling; tatalaksana dan pemasangan kontrasepsi

g. PUS 4T sudah menggunakan KB: mempertahankan penggunaan KB h. PUS 4T belum menggunakan KB: diberikan edukasi dan pelayanan

untuk menggunakan kontrasepsi

i. PUS ALKI sudah menggunakan KB: mempertahankan penggunaan KB

j. PUS ALKI belum menggunakan KB: diberikan edukasi dan pelayanan untuk menggunakan kontrasepsi, serta tatalaksana sampai kondisi kesehatannya sembuh atau terkontrol.

8. Anemia

a. Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya (KEMENKES RI, 2018).

b. Diagnosis Anemia

Penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor

(15)

10

37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. Rematri dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL.

c. Klasifikasi Anemia (KEMENKES RI, 2018)

Klasifikasi Anemia berdasarkan penyebab menurut (KEMENKES RI, 2018), adalah sebagai berikut:

a) Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi diakibatkan oleh kurangnya mineral fe atau zat besi dalam tubuh.

Kurangnya mineral fe atau zat besi diakibatkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung mineral fe atau zat besi, terjadi gangguan pada saat absorbsi iatau terjadi pengeluaran zat besi yang parah seperti pada saat remaja mengalami menstruasi atau pendarahan. Kekurangan gizi besi pada tahap awal mungkin tidak menimbulkan gejala anemia tapi sudah mempengaruhi fungsi organ. Penderita kekurangan gizi besi jumlahnya 2,5 kali lebih banyak dari jumlah penderita anemia kekurangan gizi besi.

b) Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastic merupakan anemia yang terjadi dikarenakan defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat.

Anemia ini sering muncul pada remaja putri yang tidak suka

(16)

mengonsumsi sayuran berwarna hijau segar atau mengonsumsi makanan dengan kandungan protein hewani yang tinggi.

c) Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik Merupakan anemia yang terjadi diakibatkan oleh hancurnya sel darah merah lebih cepat dibandingkan dengan pembuatannya.

d) Anemia Hipoplastik Anemia hipoplastik dan aplastik merupakan anemia yang terjadi dikarenakan gagalnya sumsum tulang belakang dalam memproduksi sel-sel darah yang baru.

Sepertiga kasus pada anemia hipoplastik dipicu oleh konsumsi obat atau zat kimia lain, adanya infeksi, radiasi, leukemia dan terjadi gangguan pada imunologis

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena kekurangan zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan sumber zat besi khususnya sumber pangan hewani (besi heme). Sumber utama zat besi adalah pangan hewani (besi heme), seperti: hati, daging (sapi dan kambing), unggas (ayam, bebek, burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber pangan hewani (besi heme) dapat diserap tubuh antara 20-30%. Pangan nabati (tumbuh- tumbuhan) juga mengandung zat besi (besi non- heme) namun jumlah zat besi yang bisa diserap oleh usus jauh lebih sedikit dibanding zat besi dari bahan makanan hewani. Zat besi non- heme (pangan nabati) yang dapat diserap oleh tubuh adalah 1-10%.

Contoh pangan nabati sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau tua (bayam, singkong, kangkung) dan kelompok kacang-kacangan (tempe, tahu, kacang merah). Masyarakat Indonesia lebih dominan mengonsumsi sumber zat besi yang berasal dari nabati. Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu (Kemkes, 2014) menunjukkan bahwa 97,7% penduduk Indonesia mengonsumsi beras (dalam 100gram beras hanya mengandung 1,8

(17)

12

mg zat besi). Oleh karena itu, secara umum masyarakat Indonesia rentan terhadap risiko menderita Anemia Gizi Besi (AGB).

Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus, sebaiknya mengonsumsi makanan kaya sumber vitamin C seperti jeruk dan jambu dan menghindari konsumsi makanan yang banyak mengandung zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam usus dalam jangka panjang dan pendek seperti tanin (dalam teh hitam, kopi), kalsium, fosfor, serat dan fitat (biji-bijian). Tanin dan fitat mengikat dan menghambat penyerapan besi dari makanan.

d. Gejala Anemia

Gejala anemia karena defisiensi zat besi bergantung pada kecepatan terjadinya anemia pada diri seseorang. Gejalanya dapat berkaitan dengan kecepatan penurunan kadar hemoglobin, karena penurunan kadar hemoglobin memengaruhi kapasitas membawa oksigen, maka setiap aktivitas fisik pada anemia defisiensi zat besi akan menimbulkan sesak napas.

Awalnya penderita anemia karena defisiensi zat besi akan mengeluhkan rasa mudah lelah dan mengantuk. Keluhan lainnya adalah sakit kepala, tinitus, dan gangguan cita rasa. Kadangkala antara kadar hemoglobin dan gejala anemia terdapat korelasi buruk. Semakin meningkatnya intensitas defisiensi zat besi, penderita anemia defisiensi zat besi akan memperlihatkan gejala pucat pada konjungtiva, lidah, dasar kuku, dan palatum mole.

Seseorang yang menderita anemia defisiensi zat besi yang sudah berlangsung lama dapat muncul gejala dengan ditemukannya atrofi papilaris pada lidah dan bentuk kukunya dapat berubah menjadi bentuk seperti sendok. Gejala anemia secara umum menurut Briawan (2014) adalah cepat lelah, pucat (kuku, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan), jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan, napas tersengal atau pendek saat melakukan aktivitas ringan, nyeri dada, pusing, mata berkunang, cepat marah (mudah rewel pada

(18)

anak), dan tangan serta kaki dingin atau mati rasa. Pucat merupakan manifestasi klinis akibat rendahnya kadar hemoglobin atau kurangnya jumlah sel darah merah pada tubuh kita.

e. Dampak Anemia

Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada rematri dan WUS, diantaranya:

1) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah terkena penyakit infeksi

2) Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya oksigen ke sel otot dan sel otak.

3) Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.

Dampak anemia pada rematri dan WUS akan terbawa hingga dia menjadi ibu hamil anemia yang dapat mengakibatkan:

1) Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), prematur, BBLR, dan gangguan tumbuh kembang anak diantaranya stunting dan gangguan neurokognitif.

2) Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya.

3) Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut menderita anemia pada bayi dan usia dini.

4) Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi f. Cara Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Pada Rematri dan

WUS (KEMENKES RI, 2018)

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan adalah:

1) Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi

Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme)

(19)

14

dalam jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat besi (besi non- heme), walaupun penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah- buahan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu.

Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh zat lain, seperti tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.

2) Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi

Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat gizi kedalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang sudah difortifikasi di Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan beberapa snack. Zat besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan di rumah tangga dengan bubuk tabur gizi atau dikenal juga dengan Multiple Micronutrient Powder.

3) Suplementasi zat besi

Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi.

Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada rematri dan WUS merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat

(20)

dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh.

Untuk meningkatkan penyerapan zat besi sebaiknya TTD dikonsumsi bersama dengan:

a) Buah-buahan sumber vitamin C (jeruk, pepaya, mangga, jambu biji dan lain-lain).

b) Sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas dan daging.

Hindari mengonsumsi TTD bersamaan dengan:

a) Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tanin yang dapat mengikat zat besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak dapat diserap.

b) Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, dapat menghambat penyerapan zat besi. Susu hewani umumnya mengandung kalsium dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat menurunkan penyerapan zat besi di mukosa usus.

c) Obat sakit maag yang berfungsi melapisi permukaan lambung sehingga penyerapan zat besi terhambat. Penyerapan zat besi akan semakin terhambat jika menggunakan obat maag yang mengandung kalsium.

B. Teori Evidence Based Midwifery (EBM) pada Prakonsepi dan Anemia 1. Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau Terhadap Perubahan Kadar

Hemoglobin Pada Ibu Prakonsepsi (Alazain, Ishak and Aprianti Hiola, 2020)

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap perubahan kadar hemoglobin pada ibu prakonsepsi di Puskesmas Telaga Biru. Penelitian ini menggunakan desain pre- eksperimental dengan penlitian one group pre-post test design. Sampel yang digunakan dengan cara purposive sampling.

Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan analisa data menggunakan analisis uji independent sample T dengan tingkat

(21)

16

kemaknaan 95% (α=0.05), didapatkan nilai p = 0.013 dan uji statistik melalui nilai IK 95% sebesar 10.9 yang artinya pemberian sari kacang hijau memiliki peluang 10.20 kali lebih besar untuk meningkatkan kadar hemoglobin. sehingga bisa dispimpulkan ada pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap perubahan kadar hemoglobin pada ibu prakonsepsi

Kacang hijau merupakan tanaman berbentuk semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau diduga berasal dari india, kemudian menyebar keberbagai social Asia tropis, termasuk ke Indonesia diawal abad ke-17. Di Indonesia, kacang hijau juga dikenal sebagai tanaman sayur semusim. Kacang hijau berasal dari social pabaceae alias polong polongan, kacang hijau dan kecambahnya banyak manfaat bagi kesehatan.

Kandungan proteinnya cukup tinggi dan merupakan sumber mineral penting seperti kalsium dan fospor dan sangat diperlukan tubuh.

Sementara itu kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh sehingga aman dikomsumsi oleh orang orang dengan masalah obesitas

Cara Meningkatkan kadar Hb secara farmakologi terapi oral yaitu dengan pemberian preparat besi berupa ferro sulfat, ferro gluconat atau Na- ferro bistrat. Pemberian preparat Fe 60 mg per hari dapat menaikan kadar Hemoglobin sebanyak 1g% perbulan. Adapun secara Non farmakologi Kacang hijau.mengandung zat besi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah sehingga dapat mengatasi efek penurunan Hemoglobin.

Kandungan zat besi dalam kacang hijau sebanyak 6,7 mg dalam 100gram kacang hijau. Mengonsumsi 2 cangkir kacang hijau setiap harinya berarti mengonsumsi 50% kebutuhan besi setiap hari yaitu 18 mg dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin selama 2 minggu.

Kacang hijau juga mengandung fitat sebesar 2,19% yang menghambat penyerapan zat besi sehingga dianjurkan merendam kacang hijau terlebih dahulu sebelum mengolahnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Ada pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap perubahan kadar hemoglobin pada ibu prakonsepsi.

(22)

2. Pengaruh Tablet Fe dan Pisang Ambon Terhadap Kadar Hemoglobin WUS pada Masa Prakonsepsi (Ramadani, Yessy Maretta and Andikhatias, 2024)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian tablet Fe dan pisang ambon terhadap kadar hemoglobin (Hb) pada WUS pada masa prakonsepsi. Metode penelitian dengan quasi eksperimen digunakan, yaitu pre-test post-test with control group design. Jumlah sampel 68 orang yang berpartisipasi dalam penelitian ini diambil dengan metode probability random sampling, random sampling ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok dan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney.

Sebagai hasil dari analisis Wilcoxon, yang menghasilkan nilai p- value 0,00, dan analisis Mann-Whitney, yang menghasilkan nilai p-value 0,044, menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam kadar Hb antara kelompok sebelum dan sesudah perlakuan. Sehingga, H₀ ditolak dan Hₐ diterima. Terdapat pengaruh tablet Fe dan pisang ambon terhadap kadar hemoglobin (Hb) pada WUS pada masa prakonsepsi

Faktor-faktor yang memengaruhi anemia WUS pada masa prakonsepsi sangat kompleks. Anemia karena menstruasi paling sering terjadi pada WUS pada masa prakonsepsi. Pasien anemia mempunyai risiko lebih tinggi mengalami keguguran, kematian janin, kelahiran prematur, pendarahan, serta kematian ibu dan bayi. Selain itu, anemia dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayi selama kehamilan dan setelah kelahiran.

Pisang ambon merupakan salah satu jenis pisang yang dapat memenuhi kebutuhan zat besi WUS. Pisang ambon adalah makanan pokok yang populer di daerah tropis dan mengandung banyak vitamin. Per 100gram pisang ambon mengandung 64 IU vitamin A (2%), 0,1 mg vitamin B6, 0,26 mg zat besi (2%), dan 8,7 mg vitamin C (15%). Dengan meningkatkan hemoglobin dalam darah, pisang ambon mencegah dan

(23)

18

mengobati anemia. Pisang ambon diperkaya dengan vitamin C dan zat besi.

Zat besi untuk membantu mengatasi kekurangan zat besi dan tubuh dapat menyerap hampir semua zat besi. Vitamin C diperlukan untuk mengubah zat besi yang berpindah dari transferin di plasma ke feritin yang ditemukan di hati. Menurut studi yang dilakukan oleh Garcia et al. (2015), 100gram pisang ambon mengandung 0,86 mg zat besi total; vitamin C (9 mg) menyerap zat besi non heme dari pisang ambon, membuat tubuh dapat menyerapnya dengan mudah. Sirkulasi darah, ikatan membentuk transferin, yang bergabung dengan porphyrin untuk membentuk heme, yang kemudian bergabung dengan globulin untuk membentuk hemoglobin Penelitian ini dimaksudkan sebagai referensi untuk pencegahan dan pengobatan Masyarakat yang meningkatkan kadar hemoglobin, seperti penggunaan tablet Fe dan pisang ambon.

3. Literature Review Pengaruh Asam Folat pada Kadar Hemoglobin Untuk Wanita Prakonsepsi dengan Anemia (Putri dan Moneca, 2021) Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh asam folat pada kadar hemoglobin wanita prakonsepsi dengan anemia. Metode penelitian studi literature review, menelaah 5 artikel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pencarian melalui Google Scholar, Garuda, dan Pubmed, kata kunci yang iron folic acid, asam folat, dan anemia in preconception.

Dari 5 artikel yang ditelaah didapatkan adanya pengaruh asam folat terhadap kadar hemoglobin pada wanita prakonsepsi. Kadar hemoglobin pada wanita prakonsepsi salah satunya dipengaruhi oleh tingkat kecukupan asam folat. Sehingga defisiensi asam folat berpengaruh pada kejadian anemia pada wanita prakonsepsi.

Sejak tahun 2013, World Health Organization (WHO) mulai menekankan pentingnya intervensi gizi dan pelayanan kesehatan pada periode prakonsepsi, yaitu dengan merekomendasikan adanya pelayanan kesehatan prakonsepsi (preconception care) dalam sistem pelayanan

(24)

kesehatan. Wanita dan pria harus mempersiapkan kehamilan sebelum menjadi aktif secara seksual atau setidaknya tiga bulan sebelum hamil.

Beberapa persiapan prakonsepsi seperti berhenti merokok, mencapai berat badan yang ideal dan mengonsumsi 0,4 hingga 0,8 mg asam folat setiap hari (WHO, 2019). folat tidak hanya dibutuhkan pada saat hamil tetapi juga sebelum hamil, sehingga tiga bulan sebelum hamil sebaiknya wanita mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,6 mg per hari (Putri dan Moneca, 2021)

4. Long Bean Leaf Extract for Improving Haematological Status of Female Adolescent with Anemia that Gets Fe Supplementation (Nurjanah, Hadisaputro and Fatmasari, 2020)

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh ekstrak daun kacang panjang terhadap perubahan status anemia pada remaja putri yang diberi suplementasi Fe. Desain penelitian quasy experiment dengan pretest posttest with control group design. Pengambilan data dilakukan selama 14 hari dengan jumlah responden sebanyak 38 orang. Kelompok perlakuan diberi ekstrak daun kacang panjang 200 mg/hari dan suplemen Fe, sedangkan kelompok kontrol diberi suplementasi Fe. Kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit diukur sebelum dan sesudah intervensi. Analisis data menggunakan uji t sampel berpasangan dan uji t sampel independen.

Hasil penelitian menunjukkan pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit masing-masing sebesar 1,45 gr/dL (p:0,02), 3,61% (p:0,019) dan 0,53 x 106/μl (p:0,013).

Daun kacang panjang (Vigna sinensis L.) salah satu cara mengatasi anemia yang mudah untuk diperoleh masyarakat dan sering dikonsumsi.

Kandungan dalam daun kacang panjang adalah vitamin A, B, C dan fosfor.

Nilai Fe kacang panjang per 100gram adalah 0,7 mg sedangkan Daunnya 6,2 mg. Daun kacang panjang yang mengandung Fe bisa meningkatkan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan jumlah eritrosit dan vitamin Kandungan C dapat membantu memudahkan pengurangan zat besi besi

(25)

20

(Fe3+) menjadi besi (Fe2+) sehingga menjadi mudah diserap di usus.

Farmakologis dan non-metode farmakologis dapat digabungkan dengan konsumsi tablet Fe dan kacang panjang ekstrak daun untuk mempercepat penyerapan Fe. Daun kacang panjang segar mempunyai kandungan zat besi sebesar 6,2mg/100gr. Berdasarkan Hasil Penelitian Pemberian kacang panjang 200 mg ekstrak daun per hari selama 14 hari pada wanita anemia yang diberi suplementasi Fe membaik status hematologi (hemoglobin, hematokrit dan kadar eritrosit).

5. Group 1st of Non-pharmacological Therapy that Most Effective to Increase Hemoglobin in Pregnancy (Abdullah et al, 2024)

Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat efektivitas terapi nonfarmakologis untuk meningkatkan hemoglobin pada kehamilan.

Metode penelitian dengan systematic review menggunakan metode PRISMA dan PICO. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jurnal internasional dan jurnal nasional terakreditasi sinta 1-6 yang berjumlah 87 artikel. Sampel sebanyak 23 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari artikel penelitian pada database yang meliputi Google, GoogleScholar, Research Gate, NCBI, Science Direct, SAGE, Elsevier, dan Sinta. Analisis yang digunakan adalah analisis tematik. Hasil: Kelompok 1 terapi non farmakologi yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin yaitu biji labu kuning, buah pepaya, sari daun pepaya, sari buah alpukat, sari bayam merah, rebusan daun ubi jalar, jambu biji merah, teh rosella, lele goreng, sari kacang hijau, telur ayam rebus, susu kedelai, madu, kelompok 2 yaitu ekstrak daun kelor, kacang arab, kurma, sari terong belanda, pisang ambon, kelompok 3 yaitu daun katuk, bit, titik akupunktur SP3, LR3, KI3, rumput laut merah, buah naga merah. Kesimpulan: Terapi nonfarmakologi yang paling efektif untuk meningkatkan hemoglobin pada kehamilan adalah terapi nonfarmakologi pada kelompok 1.

(26)

Asuhan kebidanan prakonsepsi pada Tn. R dan Ny. A dengan anemia sedang pada WUS di UPT. Puskesmas Buntok

2. Pelaksanaan Asuhan

Hari dan Tanggal Pengkajian: Kamis, 05 – 09- 2024 Waktu Pengkajian : 09.00 WIB

Tempat Pengkajian : UPT. Puskesmas Buntok Pemberi Asuhan : Riska Diniar Pratiwi

3. Identitas Pasien a. Data Subjektif

4. Manajemen Asuhan Kebidanan 1) Subjektif (S)

- Tn. R dan Ny. A mengatakan ingin merencanakan kehamilan,

- Tn. R dan Ny. A menikah 3 bulan yang lalu, pernikahan ini merupakan pernikahan pertama, dan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun, siklus haid teratur dan tidak ada keluhan saat haid. Haid terakhir pada tanggal 25-08-2024.

21

Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. R

Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun

Suku/Bangsa : Dayak/ Indonesia Suku/Bangsa : Banjar/ Indonesia Agama : Kristen Protestan Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Swasta

Alamat Rumah : Jl. P. Batur Alamat rumah : Jl. P. Batur

(27)

22

- Ny. A mengeluh 2 bulan terakhir sering pusing dan mata berkunang – kunang serta mengatakan sulit tidur pada malam hari

- Tn. R dan Ny. A tidak memiliki Riwayat penyakit menurun dan menular

- Tn. R dan Ny. A berhubungan seksual secara aktif dengan frekuensi 3 - 5 kali dalam seminggu.

- Ny. A makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit nasi, sering makan sayur. Ny. A pernah diet ketat serta minum obat pelangsing sebelum pernikahan.

2) Objektif (O)

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TD : 98/72 mmHg

N : 78x/m

S : 36,5ºC BB Sekarang : 52 kg

TB : 155 cm

LiLA : 25 cm

IMT : 21,6 kg/m2

Muka : tampak pucat, tidak ada odema Konjungtiva : tampak Pucat, skelera: tidak ikterik

Payudara : tidak teraba benjolan/massa, tidak nyeri tekan Abdomen : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan Ekstremitas : tampak pucat

Pemeriksaan penunjang: Hemoglobin: 10,9 gr/dl Pemeriksaan penunjang lainnya :

- Self Reporting Questionnaire (SRQ-20): terdapat 2 Jawaban Ya (nilai

<5, tidak ditemukan adanya masalah pada Kesehatan jiwa.

- Skrining Layak Hamil dengan Aplikasi Kescatin: 1 peringatan masalah Kesehatan (Hb < 12gr/dl atau anemia)

(28)

3) Assesment (A)

Diagnosa : Tn. R Usia 26 tahun dan Ny. A Usia 24 Tahun Prakonsepsi dengan Anemia Sedang pada WUS

Masalah : Cepat lelah, sering pusing dan sulit tidur, kondisi kesehatan yang belum ideal untuk hamil

Kebutuhan : KIE mengenai anemia sedang dan cara mengatasi masalah, KIE perencanaan kehamilan sehat.

4) Penatalaksanaan (P)

1. Melakukan komunikasi teraupeutik. Klien merespon dengan baik.

Rasional: Komunikasi terapeutik merupakan asuhan kesehatan, agar terciptanya hubungan yang baik antara tenaga kesehatan dan klien sehingga berpengaruh oleh proses penyembuhan kesehatan klien.

Sehingga klien merasa bahwa ia dihargai dan dipedulikan, puas dengan pelayanan yang diberikan (Nofriandi, 2021).

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan terkait tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah, dan memberitahukan bahwa ibu mengalami anemia sedang. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

Rasional: Hak pasien sebagai penerima pelayanan medis adalah mendapatkan informasi pelayanan medis untuk mengetahui hasil pemeriksaan/diagnosa yang telah dilakukan oleh tim medis dan berhak mengetahui tindakan apa yang harus diterima oleh pasien (Triana et al., 2023).

3. Menjelaskan pada klien bahwa keluhan lemas, pusing dan sulit tidur disebabkan anemia sedang yang dialami klien. Klien mengerti tentang kondisinya.

Rasional: Anemia ditandai gejala Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lunglai (5L), sering pusing dan mata berkunang-kunang, pucat, rasa mudah lelah dan mengantuk. Anemia sedang pada WUS tidak hamil yaitu apabila kadar Hb 8,0 – 10,9gr% (Kemenkes, 2021).

(29)

24

4. Melakukan KIE dan menjelaskan kepada ibu tentang hasil skrining layak hamil, dimana kondisi ibu yang saat ini mengalami anemia sedang sehingga dikhawatirkan belum dapat menjalani kehamilan secara sehat. Dampak anemia pada ibu hamil sangat berpengaruh pada 1.000 hari pertama kehidupan, dan mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat, bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi lahir sebelum waktunya, bayi mengalami kelainan bawaan, anemia pada bayi yang dilahirkan, resiko stunting pada anak dan risiko perdarahan saat melahirkan. Sehingga disarankan untuk menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi Pil atau kondom sampai kondisi anemia teratasi (ideal untuk hamil). Ibu dan suami mengerti penjelasan yang diberikan.

Rasional: Skrining dilakukan untuk mengetahui kelayakan kondisi kesehatan Pasangan Usia Subur (PUS) sehingga dapat merencanakan kehamilan sehat. Bagi yang tidak layak hamil atau berisiko dipastikan untuk menggunakan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan tidak diinginkan dan kehamilan risiko tinggi, disamping dilakukan tatalaksana terkait masalah kesehatannya (Kepmenkes RI No.HK.01.07/MENKES/2015/2023). Berdasarkan Buku Panduan pelaksanaan pendampingan keluarga oleh BKKBN Tahun 2021, PUS baru yang belum layak hamil untuk menunda kehamilan menggunakan kontrasepsi Pil atau Kondom sampai kondisinya ideal/aman untuk hamil (BKKBN, 2021).

5. Memberikan edukasi tentang sumber makanan untuk mengatasi anemia dan untuk persiapan kehamilan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang diperlukan tubuh terutama zat besi, vitamin C dan asam folat, seperti:

o Telur ayam rebus. Telur mengandung zat besi 2,7 mg/butir. Kuning telur terbukti kaya akan zat besi, kalsium, seng, vitamin B6, asam folat, dan vitamin B12 yang bermanfaat untuk peningkatan kesuburan.

(30)

o Sayur bayam rebus. Bayam yang dimasak mengandung zat besi 8,3mg/100gram. Bayam hijau juga mengandungan vitamin C yang sebesar 80 mg/100gram dan asam folat 194 mcg/100gram.

Kandungan zat besi dalam bayam berperan dalam pembentukan hemoglobin.

o Buah jeruk, yang merupakan sumber vitamin C, dapat membantu menstabilkan ovulasi dan mendorong pelepasan sel telur, dan memaksimalkan penyerapan zat besi dalam tubuh.

o Buah Pepaya, memiliki komposisi yaitu vitamin C (78 mg/100 gram) dan zat besi, kandungan vitamin C sendiri dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.

Rasionalis : Pemberian edukasi dinilai dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pola asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sebagai satu hal yang penting dalam upaya pencegahan anemia maupun penyakit metabolik lainnya (Natasha et al., 2023).

6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sari kacang hijau dengan takaran 2 cangkir kacang hijau setiap harinya selama 2 minggu. Ibu bersedia mengikuti anjuran yang dberikan.

Rasional: Kandungan zat besi dalam kacang hijau sebanyak 6,7 mg dalam 100gram kacang hijau. Mengonsumsi 2 cangkir kacang hijau setiap harinya berarti mengonsumsi 50% kebutuhan besi setiap hari yaitu 18 mg dan dapat meningkatkan kadar hemoglobin selama 2 minggu (Alazain et al, 2020).

7. Memberikan tablet tambah darah (TTD) dengan dosis 2 tablet perhari untuk pengobatan anemia sedang. Untuk memaksimalkan penyerapan dapat diminum bersamaan sumber makanan yang mengandung Vitamin C seperti jeruk dan buah papaya. Disarankan untuk menghindari mengonsumsi TTD bersamaan dengan teh dan kopi, Tablet Kalsium (kalk) dosis yang tinggi, susu, obat sakit maag karena menghambat penyerapan zat besi. Serta menjelaskan efek dari obat TTD seperti

(31)

26

nyeri/perih di ulu hati, mual, muntah, dan tinja berwarna hitam namun itu tidak berbahaya dan untuk mengurangi efek tersebut sangat dianjurkan minum TTD setelah makan atau malam sebelum tidur. Klien bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.

Rasional: Berdasarkan Kepmenkes RI tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, tatalaksana pengobatan anemia sedang pada remaja putri dengan memberikan TTD 2 tablet perhari. Tablet Tambah Darah yang diberikan yaitu tablet dengan dosis 60 mg elemental besi dan 400 mcg asam folat.

8. Menganjurkan klien untuk kembali memeriksakan diri ke Puskesmas dalam 2 sampai 4 minggu untuk pemeriksaan klinis dan pemeriksaan Hb ulang. Kepatuhan klien dalam minum obat TTD selama 2-4 minggu diharapkan dapat meningkatkan kadar Hb 1-2gr/dl sehingga anemia klien teratasi dan dapat merencanakan kehamilan sehat. Klien mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.

Rasional: Berdasarkan Kepmenkes RI tahun 2023 tentang Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, tatalaksana pengobatan anemia selanjutnya yaitu dengan Follow up dalam 2 -4 minggu (klinis dan pemeriksaan hb). Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu sebelum hamil. Waktunya adalah antara 3 – 6 bulan sebelum hamil (BKKBN, 2014)

9. Melakukan dokumentasi asuhan yang telah dberikan. Asuhan sudah didokumentasikan.

Rasional: Dokumentasi kebidanan merupakan suatu catatan otentik dalam pemberian asuhan kebidanan yang dapat dijadikan bukti untuk melihat kualitas asuhan dan sebagai aspek legal suatu asuhan bila ada persoalan hukum (Pitriani & Andriyani, 2021).

(32)

Pada BAB ini penulis menjelaskan tentang analisa kesesuaian atau ketidaksesuaian temuan kasus Tn. R Usia 26 tahun dan Ny. A Usia 24 Tahun Prakonsepsi dengan Anemia Sedang pada WUS dengan kajian teori dan jurnal penelitian Evidence Based in Midwifery (EBM BAB II).

a) Dari data subjektif, Tn. R dan Ny. A datang memeriksakan diri ke Puskesmas, karena ingin merencanakan kehamilan akan tetapi Ny. A memiliki keluhan sering pusing dan mata berkunang–kunang sulit tidur pada malam hari.

Berdasarkan teori menurut (KEMENKES RI, 2018), anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Anemia ditandai gejala Lesu, Letih, Lemah, Lelah, Lunglai (5L), sering pusing dan mata berkunang-kunang, pucat, rasa mudah lelah dan mengantuk. Berdasarkan hasil anamensa yang dilakukan, keluhan yang dialami oleh klien merupakan gejala anemia sesuai dengan teori yang dikemukakan, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan.

b) Data Objektif yang ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan hasil KU: Baik, kesadaran: composmentis, TD: 98/72 mmHg, N: 78x/m, S:

36,5º C, TB: 155 cm, BB: 52 kg, LILA: 25 cm, IMT: 21,6kg/m2. Muka:

tampak pucat, tidak ada odema. Konjungtiva: tampak Pucat, skelera: tidak ikterik. Ekstrimitas tampak pucat. Pemeriksaan penunjang didapatkan kadar hemoglobin 10,9 gr/dl. Berdasarkan teori dari Kemenkes (2021), Anemia sedang pada WUS tidak hamil yaitu apabila kadar Hemoglobin 8,0 – 10,9gr/dl (Kemenkes, 2021). Hemoglobin merupakan salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Pucat atau anemia merupakan manifestasi klinis akibat rendahnya kadar hemoglobin atau kurangnya jumlah

27

(33)

28

sel darah merah pada tubuh kita. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan, tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan.

c) Assesment dalam kasus ini yaitu Tn. R Usia 26 tahun dan Ny. A Usia 24 Tahun prakonsepsi dengan Anemia Sedang pada WUS, pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah yang benar terhadap diagnosa dan masalah serta kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data dari hasil anamnesa yang dikumpulkan. Data yang sudah dikumpulkan diidentifikasi sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

Bidan mendiagnosa Ny. A dengan Anemia sedang. Sesuai dengan keluhan dari klien serta pemeriksaan penunjang laboratorium dengan hasil Hb;

10,9gr/dl. Hal ini sejalan dengan teori (KEMENKES RI, 2018), Penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.

Rematri dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL. Anemia sedang yaitu apabila kadar Hb 8 – 10,9gr/dl. Sehingga tidak ada kesenjangan yang ditemukan antara teori dan kasus yang ditemukan.

d) Pada Asessment ditemukan masalah potensial kondisi ibu belum ideal untuk hamil. Hal ini didapatkan dari skrining layak hamil yang dilakukan dengan menggunakaan aplikasi Kescatin. Hb ibu yang <12gr/dl (Anemia) akan sangat beresiko mengalami kehamilan tidak sehat yang mempunyai dampak terhadap Kesehatan ibu dan janin. Sehingga pada penatalaksanaan Bidan menyarankan untuk menunda kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi sampai kondisi ibu ideal/aman untuk kehamilan. Berdasarkan teori, Skrining dilakukan untuk mengetahui kelayakan kondisi kesehatan Pasangan Usia Subur (PUS) sehingga dapat merencanakan kehamilan sehat. Bagi yang tidak layak hamil atau berisiko dipastikan untuk menggunakan kontrasepsi untuk menghindari kehamilan tidak diinginkan dan kehamilan risiko tinggi, disamping dilakukan tatalaksana terkait masalah kesehatannya (Kepmenkes

(34)

RI No.HK.01.07/MENKES/2015/2023). Berdasarkan Buku Panduan pelaksanaan pendampingan keluarga oleh BKKBN Tahun 2021, PUS baru yang belum layak hamil untuk menunda kehamilan menggunakan kontrasepsi Pil atau Kondom sampai kondisinya ideal/aman untuk hamil (BKKBN, 2021). Dalam hal ini, Bidan telah melaksanakan asuhan sesuai dengan Pedoman dan Program yang telah ditetaapkan oleh pemerintah.

e) Pada penatalaksanaan Bidan memberikan edukasi tentang asupan nutrisi ibu untuk mengatasi anemia dan untuk persiapan kehamilan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang diperlukan tubuh Menurut (Natasha et al., 2023), Pemberian edukasi dinilai dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pola asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sebagai satu hal yang penting dalam upaya pencegahan anemia maupun penyakit metabolik lainnya dengan pemberian edukasi, klien dapat mengetahui asupan nutrisi yang baik untuk kondisinya. Selain edukasi, terapi nonfarmakologis juga dianjurkan kepada NY. A yaitu dengan mengkonsumsi sari kacang hijau selama 2 minggu (Alazain et al, 2020). Pemberian sari kacang hijau merupakan evidenced based midwifery (EBM) yang diterapkan pada Ny. A. Terapi farmakologi yang diberikan yaitu tablet tambah darah dengan dosis 2 tablet perhari sesuai dengan alogaritma tatalaksana pengobatan anemia sedang pada remaja putri.

Tablet Tambah Darah yang diberikan yaitu tablet dengan dosis 60 mg elemental besi dan 400 mcg asam folat. Berdasarkan data yang ditemukan, tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi dilapangan. Bidan telah melakukan penatalaksanaan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah dibuat. Untuk pencegahan terjadinya Anemia berat, bidan memberitahukan kepada klien untuk kembali memeriksakan diri ke Puskesmas setelah pemberian TTD selama 2-4 minggu untuk mengetahui efektivitas terapi yang diberikan dan deteksi dini penyebab lain anemia jika tidak ada perbaikan setelah pemberian terapi.

(35)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asuhan kebidanan Prakonsepsi pada PUS dilakukan secara utuh dan berkesinambungan, pengkajian data subyektif dikuatkan dengan hasil pengkajian data obyektif, sehingga ditemukan diagnosa Anemia Sedang pada WUS.

2. Data dasar diinterpretasikan dengan berpikir kritis, didapat masalah Anemia pada WUS dan PUS yang merencanakan kehamilan dengan kondisi belum layak hamil. Sehingga dilakukan asuhan secara komprehensif untuk mengatasi masalah anemia sedang dan merencanakan kehamilan yang sehat dengan menunda kehamilan sampai Hb ibu normal.

3. Evidence Based Midwifery yang di implementasikan pada kasus prakonsepsi dengan anemia pada WUS ini dengan edukasi tentang sumber makanan untuk mengatasi anemia dan untuk persiapan kehamilan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang diperlukan tubuh terutama zat besi, vitamin C dan asam folat dan terapi non farmakologis yaitu dengan konsumsi sari kacang hijau.

B. Saran

1. Kepada WUS disarankan agar selalu mencari tahu tentang kesehatan pra konsepsi melalu media online atau datang secara langsung ke petugas Kesehatan.

2. Mahasiswa Agar terus menerapkan asuhan yang sesuai dengan Evidence Based Midwifery (EBM) yang sesuai dengan ketersediaan, kemudahan akses dan sesuai dengan kasus di tempat bekerja.

3. Lahan praktik Asuhan yang diberikan dilahan praktik diharapkan untuk juga sesuai dengan Evidence based midwifery (EBM) agar kualitas pelayanan dapat ditingkatkan.

30

(36)

Health Promotion and Health Education Vol. 12 Issue 1 SP, January 2024, 219-226 doi: 10.20473/jpk.V12.I1SP.2024.219-226

Alazain, Z., Ishak, F. and Aprianti Hiola, F.A. (2020) ‘Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Prakonsepsi Di Puskesmas Telaga Biru’, Madu Jurnal Kesehatan Indonesia , (x), pp. 2775–9423.

BkkbN dan Kehamilan, M. (2014) ‘Modul pengajaran’.

BKKBN. (2021). Panduan Pelaksanaan Pendampingan Keluarga Dalam Upaya Percepatan Penurunan Stunting Di Tingkat Desa/Kelurahan

Dieny, F.F. et al. (2019) ‘Asupan Zat Gizi Dan Kadar Hemoglobin Wanita Prakonsepsi Di Kabupaten Semarang’, Indonesian Journal of Human Nutrition, 6(2), pp. 70–83.

Iskandar, I., Al Kautzar, A.M. and Alza, N. (2022) ‘Manajemen Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Ny “N” Dengan Anemia Pada Wanita Prakonsepsi Di Rsud Labuang Baji Makassar’, Jurnal Midwifery, 4(2), pp.

14–24.

Kepmenkes RI No.HK.01.07/MENKES/2015/2023 tentang Petunjuk Teknis Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer.

KEMENKES RI (2018) Buku Pedoman Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS).

Natalia, K. et al. (2020) ‘Effect of Green Spinach Leaves Giving against Hemoglobin Levels Increased in Pregnant Women with Mild Anemia’, Health Informatics and Medical Application Technology, pp. 28–35.

Natasha Ayu Shafira, N. et al. (2023) ‘Asesmen Dan Edukasi Pola Asupan Nutrisi Sebagai Upaya Pencegahan Anemia Pada Wanita Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Duren Jambi’, MEDIC, 6(2).

Nurjanah, F.W., Hadisaputro, S. and Fatmasari, D. (2020) ‘Long Bean Leaf Extract for Improving Haematological Status of Female Adolescent with Anemia that Gets Fe Supplementation’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 16(1), pp.

81–87.

Oktavia, Y. et al. (2022) ‘Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dengan Flour Albus Reproductive Health Midwifery Care with Flour Albus’, 3(2), pp.

123–130.

Pitriani, R. and Andriyani, R. (2021) ‘Penerapan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dengan Metode S-O-a-P Pada Praktik Bidan Mandiri’, Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(3), pp. 544–547.

31

(37)

32

Putri dan Moneca. (2021). Literature Review Pengaruh Asam Folat pada Kadar Hemoglobin Untuk Wanita Prakonsepsi dengan Anemia. Journal of Holistics and Health Sciences Vol. 3, No. 2

Ramadani, D., Yessy Maretta, M. and Andikhatias, Y.R. (2024) ‘Pengaruh Tablet Fe dan Pisang Ambon Terhadap Kadar Hemoglobin WUS pada Masa Prakonsepsi The Effect of Fe Tablets and Ambon Bananas on Hemoglobin Levels in WUS During the Preconception Period’, JURNAL KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG, 12(1), p. 114.

Ramdani, M.I. (2019) ‘Pemenuhan Hak Pasien Atas Informasi Penyakit &

Tindakan Medis Dalam Upaya Mengurangi Risiko Tuntutan Pasien Di Rumah Sakit Tmc Tasikmalaya’, Aktualita (Jurnal Hukum), 2(2), pp. 544–

556.

Usman, A. et al. (2023) BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PRA-NIKAH DAN PRA-KONSEPSI. 1st edn. Edited by A. Primus. Parepare: Fatima Press.

Vicky Yulivantina, E., Gunarmi and Maimunah, S. (2022) ‘Urgensi Preconception Care Sebagai Persiapan Kesehatan Sebelum Hamil: Sistematik Review’, Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional (SIKesNas) [Preprint].

Yessy Mareta, M. and Apriani, A. (2023) ‘Pengaruh Pemberian Asam Folat Sebagai Upaya Perawatan Prakonsepsi Terhadap Kepatuhan Calon Pengantin Mengkonsumsi Tablet Asam Folat Di Uptd Puskesmas Bulu Sukoharjo’, MIDWIFERY STUDY PROGRAM GRADUATE PROGRAM KUSUMA HUSADA [Preprint].

 

Referensi

Dokumen terkait