MAKALAH TAFSIR TEMATIK (AYAT-AYAT TARBAWI)
“METODE PEMBELAJARAN”
Dosen Pengampu: Mutmainnah, M. Th.I
Disusun Oleh: Kelompok 7
Nur‟aeni (200601066)
Asmawan Jayani (200601084)
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022/2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya penulis sampaikan shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. pada keluarganya, sahabatnya, dan kita sebagai umatnya.
Makalah ini bertemakan tentang “Metode Pembelajaran” secara khusus membahas tentang metode-metode pembelajaran yang menyesuaikan dengan dalil-dalil dalam Al-Qur‟an.
Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Tafsir Tarbawi sebagai pengetahuan dan penambah wawasan untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudah- mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam mencari ilmu dan untuk para pembaca semua dalam menambah pengetahuan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.
Ampenan, 25 Februari 2023
Kelompok 7
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 1
C. Tujuan Masalah ... 1
BAB II PEMBAHASAN ... 2
A. Pengertian Metode Pembelajaran ... 2
B. Dalil – Dalil Al-Qur‟an dan tafsirannya ... 2
C. Macam-macam Metode Pembelajaran ... 8
D. Prinsip-prinsip Penentuan Metode Pembelajaran ... 11
BAB III PENUTUP ... 12
A. Kesimpulan ... 12
B. Saran ... 12
DAFTAR PUSTAKA ... 13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan pembelajaran dikenal berbagai istilah yang dilekatkan dengan keputusan pendidik dalam melaksanakana pembelajaran. Diantaranya yaitu: pendekatan, metode, teknik dan lain-lain. Pendidik tidak hanya dituntut untuk memahami atau menguasai sejumlah materi yang akan disajikan kepada peserta didik tetapi ia harus menguasai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi materi pelajaran.
Dalam memformulasi metode pendidikan islam langkah-langkah yang harus diperhatikan sebagai faktor yang mempengaruhinya meliputi tujuan pendidikan islam, peserta didik, situasi, fasislitas, pribadi pendidik.1 Adapun kedudukan metode dalam dunia pendidikan dan pengajaran yaitu:
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, yaitu sbagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar peserta didik.
b. Metode sebagai strategi pengajaran yakni menguasai teknik-teknik penyajian dalam mengajar sehingga berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan.
Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih pentingdaripada materi itu sendiri. Oleh sebab itu, pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. Pemilihan metode yang tidak tepat akan berdampak buruk pada pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, interaksi pembelajaran yang tidak efektif, respon peserta didik menjadi rendah, dan mungkin tidak tercapai tujuan pengajaran.
Pembahasan pada latar belakang masalah di atas menjadi isu sentral dalam mengkaji metode pembelajaran. Maka dari itu pada makalah kali ini, pemateri akan memaparkan terkait metode pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari metode pembelajaran?
2. Apa saja macam-macam metode pembelajaran?
3. Dalil-dalil al-Qur‟an yang terkait dengan metode pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan nya yaitu untuk mengetahui maksud dari metode pembelajaran itu sendiri, macam-macamnya serta dalil-dalil al-Qur‟an yang membahas mengenai metode pembelajaran dan prinsip-prinsip penentuan metode al-Quran.
1Winarno Surakhmad, Dasar dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1973), h. 19- 93
2 BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN
Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti yang dilalui dan hodos yang berarti jalan, jadi metode bermakna jalan yang harus dilalui. Kemudian secara harfiah, metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.2
Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, di antaranya pengertian yang dikemukakan Surakhmad, bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.3
Metode sebagai sebuah keputusan yang diambil oleh pendidik dalam mengatur cara-cara pelaksanaan daripada proses pembelajaran atau soal bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.4
Adi Sasono menjelaskan bahwa pada prinsipnya metode pembelajaran adalah pendekatan atau tata cara penyampaian materi.5 Secara sederhana, metode dirancang dan dipilih sebagai upaya transferring informasi dan ilmu pengetahuan sehingga peserta didik merespon dengan baik, penuh minat dan motivasi yang mewujukan proses internalisasi dan eksternalisasi. Kedua proses tersebut didorong untuk memicu perkembangan positif potensi peserta didik.
Oleh karena itu, metode pembelajaran merupakan sebuah rencana menyeluruh umtuk sebuah penyajian materi agama Islam yang tersusun rapi, baik dari susunan dan urutan materi sesuai dengan ruang lingkup setiap ketentuan yang merupakan asumsi dasar agama Islam. Hal yang urgen dalam pemilihan metode pembelajaran perlu dikonsolidasikan dengan beberapa komponen lainnya seperti tujuan atau kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai, situasi dan kondisi lingkungan kelas dan sosial, kemampuan pendidik dan peserta didik, bahan ajar dan sumber ajar, dan sebagainya.
B. DALIL-DALIL AL-QURAN DAN TAFSIRANNYA 1. QS. Al-Maidah ayat 67
اَه ُّي َ ؤََٰي
ُُل ْىطَّسلا
ُْغ ِ ّلَب
َُلِص ْهُأ آ َم
َُكْي َ ل ِإ
ُْن ِم
ُ َك ِ ّبَّز
ُْن ِإَو
ُْمَّل
ُْلَع ْفَج ام َف
َُتْغ ِ ّلَب
ُ ُهَتَلا َط ِز
َُك ُم ِصْعَي ُه ّٰللاَو
َُن ِم
ُ ِضاَّنلا
ُّن ِإ
َُهلَّلا
َُل
َُم ْى َق ْ لا ِدْه َي نْيِسِف َٰكْلا
Artinya: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya.
2Soegarda Poerwakatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 56
3Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar (Bandung: Tarsito 1998), h. 96
4B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 148
5Adi Sasono, dkk., Ulusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan, Dakwah), (Jakarta: Gema Insani, 1998), h. 92
3
Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.
Tafsir Jalalain:
Pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan lansung dari Allah maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah sebgai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah.
Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir”. Sehingga Allah berfirman sebagai penegasan dukungan keselamatan : ((ai agag(hiaaa uaah aaah l al hall = ِساهنلا َنِم َكُمِصْعَي ُ هاللََّو aalhnha
2. QS. Al-A’raf ayat 176-177
ُْى ل َو َ انْئ ِش
ُُهَنْع َفَس ل َ ا َه ِب
ُُهَّن ِك ل َو َ
َُدَل ْخ َ أ ى َ
ل ِإ
ُ ِضْز الْ َ ْ
َُعَبَّتلا َو
ُُهُلَث َم َف ۚ ُهًَٰ َىَه
ُ ِل َثَمَك
ُ ِب ْلَكْلا
ُْن ِإ
ُْل ِم ْح َج
ُِهْي َلَع َُي
ُْث َهْل
ُْو َ أ
ُُه ْكُرْتَج
ُ ث َهْلَي
َُكِل َذ
ُُلَث َم
ُِمْى َقْلا
َُنْي ِر َّلا
ُْاىُب َّر َك
ُ اَنِتَٰي َ ؤِب
ُ ِصُص ْقاَف
َُص َص َق لا ْ
ُْم ُهَّلَع ل َ
َُّفَتَي
َُن ْوُس َّك
ُ ًلَث َم َءآ َط
َُن ْى ُم ِل ظَي ا ْىُهاَك ْم ُه َظ ُفْه ْ َ
أ َو اَنِتَٰياَئِب اْىُب َّرَك َنْي ِرَّلا ُمْىَقلا
Artinya: (176) dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanl;ah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. (177) (Amat buruklah) amat jeleklah (perumpamaan suatu kaum) yaitu perumpamaan kaum itu (yaitu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat lalim) dengan mendustakan ayat-ayat itu.6
Tafsir Jalalain dan Tafsir kemenag
176. (Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan dia) kepada derajat para ulama (dengan ayat-ayat itu). seumpamanya Kami memberikan taufik/kekuatan kepadanya untuk mengamalkan ayat-ayat itu (tetapi dia cenderung) yaitu lebih menyukai (kepada tanah) yakni harta benda dan duniawi (dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah) dalam doa yang dilakukannya, akhirnya Kami balik merendahkan derajatnya. (Maka perumpamaannya) cirri khasnya (seperti anjing jika kamu menghalaunya) mengusir dan menghardiknya (diulurkannya lidahnya) lidahnya menjulur (atau) jika (kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga) sedangkan sifat seperti itu tidak terdapat pada hewan-hewan selain anjing. Kedua jumlah syarat
6https://tafsirweb.com/2630-surat-al-araf-ayat-176.html diakses pada 27 Februari 2023 pukul 23.24
4
menjadi hal, ia menjulurkan lidahnya dalam keadaan terhina dalam segala kondisi. Maksudnya penyerupaan/tasybih ini ialah mengumpamakan dalam hal kerendahan dan kehinaan dengan qarinah adanya fa yang memberikan pengertian tertib dengan kalimat sebelumnya, yakni kecenderungan terhadap duniawi dan mengikuti hawa nafsu rendahnya, juga karena adanya qarinah/bukti firman-Nya, (Demikian itulah) perumpamaan itulah (perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu) kepada orang-orang Yahudi (agar mereka berpikir) agar mereka mau memikirkannya hingga mereka mau beriman.
177. Sangat buruk perumpamaan keadaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami karena mereka mengabaikan tuntunan pengetahuannya, bahkan berbuat zalim. Dengan mengingkari kebenaran, mereka sebenarnya tidak lain telah menzalimi diri mereka sendiri. Begitulah, seburuk-buruk manusia adalah orang yang mempunyai pengetahuan keesaan Allah dan agama- Nya, tetapi karena didorong oleh hawa nafsu duniawi, dia meninggalkan ilmunya dan berubah menjadi kafir kepada AllahAllah tidak meninggikan derajat siapa yang yang dibicarakan keadaannya oleh ayat-ayat yang lalu, karena yang bersangkutan enggan memanfaatkan petunjuk Allah yang telah diraihnya, sehingga Allah pun tidak memberinya kemampuan untuk mengamalkan petunjuk itu.7
3. QS. Ibrahim ayat 24 dan 27
ُِّي َ
ط ًت َم ِل َك ًلَثَم ُهَّللٱ َبَسَط َفْيَك َسَج ْمَلَأ ء ٓ
ا َم َّظلٱ ى ِف اَهُعْس َفَو ٌتِباَث اَهُلْصَأ ٍتَبِّيَط ٍةَسَج َشَك ًتَب
Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, Tafsir kemenag
Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, seperti "La ilaha illallah"
atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama: (1) menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan (2) menopang tegaknya pohon. Apabila akar tidak dapat lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik. Dahannya rimbun menjulang ke langit. Hadis Nabi saw: Dari Abdullah bin Umar r.a., ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda, "Di antara jenis pohon, ada suatu pohon yang tidak pernah gugur daunnya. Pohon itu adalah perumpamaan bagi orang Islam. Beritahukan aku, apakah pohon itu? Orang-orang mengira pohon itu adalah pohon yang tumbuh di hutan. Kata Abdullah, "Sedangkan menurut
7https://tafsirweb.com/2631-surat-al-araf-ayat-177.html diakses pada 27 Februari 2023 pukul 23.27
5
saya pohon itu adalah pohon kurma. Tetapi saya malu untuk berkata. Kemudian para sahabat berkata, "Beritahulah kami pohon apa itu, hai Rasulullah!" beliau menjawab, "Pohon itu adalah pohon kurma." (Riwayat al-Bukhari)
Artinya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.
Tafsir kemenag
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menjelaskan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang mukmin dengan ucapan-ucapan yang baik dan teguh, baik dalam kehidupan di dunia ini, maupun di akhirat. Dengan demikian, ada hubungan timbal balik antara iman dengan ucapan yang baik dan teguh. Iman mendorong seseorang untuk senantiasa menggunakan ucapan yang baik dan teguh.
Sebaliknya, ucapan yang baik itu dapat memelihara keteguhan iman seseorang. Dalam ayat ini selanjutnya, Allah ﷻ menegaskan bahwa Dia membiarkan sesat orang-orang yang zalim dan yang suka berbuat menurut kehendaknya sendiri, tanpa mengabaikan peraturan yang benar, antara lain ialah mengucapkan kata-kata yang buruk yang mengajak kepada kekafiran, kemusyrikan, kemaksiatan, dan sebagainya.
4. QS. Yusuf ayat 3 dan 101
َُني ِل ِف ََٰغْلٱ َنَِلَ ۦِهِلْبَق نِم َتنُك نِإَو َناَءْسُقْلٱ اَرََٰه َكْيَلِإ ٓاَنْيَحْوَأ ٓاَمِب ِصَصَقْلٱ َن َظْحَُأ َكْيَلَع ُّصُقَه ُنْحَه
Artinya: Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.
Tafsir kemenag
Pada ayat ini, Allah mengkhususkan firman-Nya kepada Nabi Muhammad saw dan tentu saja untuk diperhatikan oleh orang Arab dan umat manusia seluruhnya. Para mufasir mengatakan bahwa surah Yusuf ini adalah salah satu surah dalam Al-Quran yang diturunkan untuk menghibur dan menggembirakan hati Nabi Muhammad saw di kala beliau menderita tekanan- tekanan yang berat dari kaum Quraisy berupa cemoohan, hinaan, pembangkangan, dan tindakan kekerasan sehingga beliau terpaksa hijrah bersama Abu Bakar ke Medinah. Memang demikianlah halnya karena kisah Nabi Yusuf ini adalah suatu kisah yang menarik sekali, dikisahkan dengan cara terperinci, tiap babak mengandung hikmah yang dalam dan pelajaran yang besar manfaatnya bagi orang yang memperhatikannya, apalagi bila dilihat dari segi keindahan susunan bahasa dan isi ceritanya yang belum dikenal seluruhnya baik oleh Nabi Muhammad saw sendiri maupun oleh kaum Quraisy dan orang Arab pada umumnya.
6
Kisah ini selain menceritakan keadaan Nabi Yakub a.s. beserta anak-anaknya yang masih hidup dengan cara kehidupan orang-orang Badui, menceritakan pula bagaimana kehidupan dalam masyarakat yang telah maju dan berkebudayaan tinggi, bagaimana kehidupan para penguasa yang penuh dengan kemewahan serta kesenangan dan bagaimana pula cara mereka mengendalikan pemerintahan dan mengatur perekonomian negara. Benarlah firman Allah yang mengatakan bahwa kisah Nabi Yusuf a.s. yang akan dikisahkan berikut ini adalah kisah yang paling baik, menarik, dan yang paling indah penggambarannya.
ُ ِّبَز
ُْد َق
ُْي ِن َتْيَجاَء
َُن ِم
ُ ِك ْلُ ْلَا ى ِن َتْمَّلَعَو
ُْن ِم
ُ ِلْيِو ْ
ُ ِثْي ِدا َح الْ َ ْ ؤَج
َُس ِطا َف
ُ ِث َٰى َٰم َّظلا
ُ ِضْز الْ َو َ ْ
َُتْه َ
ُِّيل َو أ ى ِف اَيْه ُّدلا
ُِةَس ِخ الْو َ ْ
ى ِن َّفَىَج ا ًم ِل ْظ ُم ى ِن ْق ِح ْلَأَو
َُنْي ِح ِل ّٰصلاِب
Artinya: Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.
Tafsir kemenag
Ayat ini adalah pernyataan dan doa yang diucapkan Yusuf a.s. sesudah Allah ﷻ menyelamatkannya dari dalam sumur, membebaskan dari fitnah istri al-Aziz dan perempuan- pereman lainnya, membebaskan dari penderitaan dalam penjara, dan menganugerahinya pangkat dan kedudukan sesudah bebas dari semua tuduhan yang ditujukan kepadanya. Yusuf segera berdoa memohon kepada Allah ﷻ supaya dilipatgandakan pahalanya di akhirat kelak sebagaimana dilipatgandakan karunia yang diterimanya di dunia. Yusuf berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah menganugerahkan kepadaku kedudukan dan kekuasaan, mengajarkan kepadaku takbir mimpi, dan memberitahukan kepadaku hal-hal yang akan terjadi di kemudian hari dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalam wahyu-Mu. Ya Allah! Engkaulah Pencipta langit dan bumi ini, menciptakan keduanya dengan baik dan teratur, kokoh dan rapi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, melindungiku dari maksud jahat orang-orang yang memusuhiku dan orang-orang yang ingin berbuat jahat kepadaku. Ya Allah Yang Mahakuasa!
Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, sesuai dengan wasiat leluhurku yang berbunyi:
Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub, "Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (al-Baqarah/2: 132) Yusuf melanjutkan doanya dengan mengatakan, "Ya Allah Ya Tuhanku! Masukkanlah aku ke dalam kelompok orang-orang yang saleh dari leluhur kami seperti Nabi Ibrahim, Ismail, dan Ishak, begitu pula dengan para nabi dan rasul sebelumnya. Engkaulah Maha Pengasih, Maha Pemurah, dan Mahakuasa atas segala sesuatu."
7 5. QS. An-Nahl ayat 75-76 dan 125
َُبَس َط
ُُهّٰللا
ًُلَث َم ا ًدْبَع اًكْىُل ْم َّم
ُ َّل
ُُز ِد ْقَي ى َٰل َع
ٍُء ْى َ ش َُو
ُْن َم َُّز
ُُهَٰنْق َش اَّن ِم ا ًق ْشِز اًن َظ َح
َُى ُه َف
ُُق ِفْنُي
ُُهْن ِم اًّس ِط َُو
َُج
ُْهًُ
سُ ا
َُه
ُْل َُي
ُْظ
َُت
ُُى
ُْو
ُ َن ا
ُ ْ ل
َُح
ُْم
ُِلُ ُُد
ّٰلُ ِه
َُب
ُْل
َ ُ أُْك
ُ َ ثُُر
ُُه
ُْم
ُ َ ل
َُي
ُْع
َُلُُم
ُى
َُن
َُو
َُبَس َط
ُُهّٰللا
ًُلَث َم َُّز
ُُج
َُلُْي
ُ ِن
َ ُ أ
َُح
ُُد
ُُه
ٓ َُمُ
ا
ُ َ أُْب
َُك
ُُم
ُ َ
ُُز ِد ْقَي ل ى َٰلَع
ٍُء ْى َ ش َُو
ُُه
َُى َُك
ُ ل
َُع
َُٰل ى
َُم
ُْىَُٰل
ُُه
َ ُ أُْي
َُن
َُما ُُي
ُِّج َُى ه
ُُّه ل َُي
ُ ْ
ُ ِث ؤ ُِب
ُْيُ ٍر َُخ
َُه
ُْل َُي
ُْظ
َُت
ُى
ُي
ُُه
َُى َُو َُم
ُْن َُي
ُ ْ ؤُُم ُِبا ُُس
ُ ْ ل
َُع
ُ ِل ُْد
َُو
ُُه
َُى
َُع
َُٰل
ُ ِص ى
ُ ٍط َُٰس ُُّم
ُْظ
ُِقي َُت
ٍُم
Artinya: Allah membuat perumpamaan seorang hamba sahaya di bawah kekuasaan orang lain, yang tidak berdaya berbuat sesuatu, dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik, lalu dia menginfakkan sebagian rezeki itu secara sembunyi-sembunyi dan secara terang-terangan.
Samakah mereka itu? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?.
Tafsir Ibnu Katsir 75
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa hal ini adalah suatu perumpamaan yang dibuat oleh Allah, menggambarkan perihal orang kafir dan orang mukmin. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Qatadah, dan dipilih oleh Ibnu Jarir; bahwa hamba sahaya yang tidak mampu berbuat sesuatu adalah perumpamaan orang kafir, sedangkan orang yang diberi rezeki yang baik, lalu menafkahkan sebagian darinya baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang- terangan adalah perumpamaan orang mukmin. Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa hal ini merupakan perumpamaan yang dibuat untuk menggambarkan berhala dan Tuhan Yang Hak, maka apakah yang satu sama dengan yang lainnya? Mengingat perbedaan di antara keduanya sangat mencolok dan jelas, tiada yang buta mengenainya kecuali hanya orang yang bodoh, maka disebutkan oleh firman-Nya: Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (An-Nahl: 75).
Tafsir kemenag ayat 76
Dan selain perumpamaan itu, Allah juga membuat perumpamaan yang lain, yaitu mengenai dua orang laki-laki yang seorang dari keduanya bisu dan tidak dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta tidak pula dapat memberi maupun menerima informasi. Dan di samping itu, dia menjadi beban bagi penanggungnya. Ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya dan apa pun yang diminta olehnya, dia sama sekali tidak dapat melaksanakannya dan tidak pula dapat mendatangkan suatu kebaikan pun. Samakah orang yang bisu itu dengan orang yang memiliki pikiran sehat, bijaksana dalam ucapan, dapat bertindak baik sesuai keinginannya, tidak menjadi beban bagi orang lain, dapat menyuruh orang lain berbuat
8
keadilan, dan dia berada di jalan yang lurus dengan mematuhi aturan Allah' tentu tidak sama.
Lalu bagaimana mungkin kamu, wahai kaum musyrik, menyamakan berhala yang bisu, tuli, dan tidak berkuasa apa pun dengan Allah yang maha melihat, maha mendengar, dan mahakuasa'dan hanya milik Allah-lah apa saja yang tersembunyi di langit dan di bumi, termasuk di dalamnya perihal kiamat. Kiamat adalah hal gaib, tetapi niscaya terjadi. Hanya Allah yang tahu kapan dan bagaimana kiamat terjadi. Urusan kejadian kiamat itu bukanlah hal yang sulit baginya.
Kejadiannya begitu cepat, hanya seperti sekejap mata atau lebih cepat lagi, dalam perkiraan dan pemikiran kamu. Bagi Allah, tidak ada perhitungan waktu dalam kejadian hari kiamat karena sesungguhnya Allah mahakuasa atas segala sesuatu.8
ٱ
ُْد ُِإُ ُُع
َ لى
ُِبُْي َُط
ُ ِل
َُزُِّب ُِبا َُك
ُ ْ
ُِح ل
ُْك
ُِت َُم
َُو
ْ اَُ
لَ
ُِع ُْى
ُ َ
ُِت ظ
ْ اُ
ل
َُح
َُظ
ُ ِت َُن
َُو
ُِدُ َُٰج
ْ لُُه ُِبا ُْم
َُّلُِت
ُِه ي
َُي
ُ َ أ
ُْح
ُ ُن َُظ
ُِإَُّن َُز
َُّب
َُك
ُُه
َُى
َ ُ أ
ُْع
َُل ُِب ُُم
َُم
ُْن
َُط
ُّل
َُع ن
ُِبُْيُِل َُط
ُ ه
َُو
ُُه
ُُى
َ ُ أ
ُْع
َُل ُِبا ُُم
ُُ ْ لَ
ُْهَُت
ُِدي
َُن
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tafsir kemenag
Usai menyebut keteladanan nabi ibrahim sebagai imam, nabi, dan rasul, dan meminta nabi Muhammad untuk mengikutinya, pada ayat ini Allah meminta beliau menyeru manusia ke jalan Allah dengan cara yang baik, wahai nabi Muhammad, seru dan ajak-lah manusia kepada jalan yang sesuai tuntunan tuhanmu, yaitu islam, dengan hikmah, yaitu tegas, benar, serta bijak, dan dengan pengajaran yang baik. Dan berdebatlah dengan mereka, yaitu siapa pun yang menolak, menentang, atau meragukan seruanmu, dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu yang maha memberi petunjuk dan bimbingan, dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dan menyimpang dari jalan-Nya, dan dialah pula yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk dan berada di jalan yang benar. Ayat ini memberi tuntunan kepada nabi Muhammad tentang tata cara berdakwah dan membalas perbuatan orang yang menyakitinya, dan jika kamu membalas terhadap siapa pun yang telah menyakiti atau menyiksamu dalam berdakwah, maka balas dan hukum-lah mereka dengan balasan yang sama, yakni setimpal, dengan siksaan atau kesalahan yang ditimpakan kepadamu; jangan kaubalas mereka lebih dari itu. Tetapi jika kamu bersabar dan tidak membalas apa yang mereka lakukan kepadamu, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar.9
C. MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran pada pendidikan umum yang biasa diaplikasikan senantiasa bersifat partikularistik, metode tersebut prioritas utama berkolaborasikan langsung dengan ranah kognitif
8 Referensi : https://tafsirweb.com/4424-surat-an-nahl-ayat-76
9 Referensi : https://tafsirweb.com/4473-surat-an-nahl-ayat-125.html
9
dan ranah psikomotorik bila dibandingkan dengan ranah afektif. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudarman Danim, dengan membagi metode pembelajaran, yakni:
a. Metode ceramah yaitu proses penyampaian pesan atau informasi dengan jalan mengekslarasi atau menuturkan materi secara lisan. Metode ini cocok digunakan apabila jumlah peserta didik cukup banyak, perkenalan mata pelajaran baru, peserta didik dapat menerima penjelasan dengan kata-kata, diselingi dengan gambar dan alat visual lainnya, dan seterusnya.
b. Metode tugas yakni, materi tambahan yang harus dipenuhi oleh peserta didik.
c. Metode Inkuiri (latihan) yakni, proses mempersiapkan kondisi agar peserta didik siap menjawab teka-teki yang diberikan.
d. Metode diskusi yakni, proses penyampaian materi dengan feed back atau branstorming.
e. Metode karyawisata yakni, strategi mengajar dengan memperlihatkan secara langsung daerah atau obyek yang berhubungan dengan pelajaran.
f. Metode seminar yakni, metode mengajar yang dilakukan secara terbuka.
Metode pendidikan Islam lebih menarik karena bersifat holistik dalam menilai materi-materi ke-Islaman dan lebih menekankan pada penghayatan, sebagaimana yang dikemukakan A. Sadali membagi metode dalam penyampaian pelajaran kepada peserta didik yakni: (1) Metode diakronik; (2) Metode sinkronik; (3) Metode pemecahan masalah; dan (4) Metode empiris.10 Metode ini cocok diterapkan bagi disiplin ilmu agama Islam dan bercorak induktif.
Metode diakronik adalah mengajar agama Islam dengan menonjolkan aspek kesejarahan, metode sinkronik yakni metode pendidikan Islam yang memberikan kemampuan analitis, kritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan mental intelek, metode pemecahan masalah yakni menitikberatkan pada persoalan latihan yang diperhadapkan dengan berbagai masalah untuk mendapatkan alternatif pemecahannya, sedangkan metode empiris adalah suatu proses mengajar yang memungkinkan peserta didik untuk mempelajari ilmu agama melalui proses atau aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial.
Selanjutnya, di dalam Al-Qur‟an dan Hadis dapat ditemukan berbagai metode yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa dan membangkitkan semangat. Menurut Al-Nahlawi yang dikutip oleh Ahmad Tafsir,11 bahwa metode yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Metode Hiwar (percakapan) Qurani dan Nabawi
Metode ini hampir sama dengan metode dialog atau tanya jawab atau diskusi, namun metode hiwar berlandaskan dalam al-Qur‟an dan Rasulullah. Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Metode dialog dapat dijadikan instrument untuk mendiagnosa perkembangan belajar peserta didik.
b. Metode kisah Qurani dan Nabawi
10A Sadali, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h. 161-163
11Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Cet III; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h.
135
10
Metode ini menggambarkan salah satu media signifikan pada reaksi gagasan panca indera yang berbeda dengan arus sentimental dan situasi-situasi yang berpengaruh secara emosional.12 Metode ini mendidik dengan menceritakan kisah-kisah tokoh, sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan perbuatan buruk sebagai dampak dari kisah itu. Metode kisah dapat bermanfaat bagi anak- anak umur PAUD dan SD, bagi peserta didik yang mendapat bencana, peserta didik yang optimis untuk memacu motivasinya, dan sebagainya.
c. Metode Amtsal (perumpamaan) Qurani dan Nabawi
Menurut Najib Khalid Al-Amin, fungsi dari metode perumpamaan adalah memberikan ilustrasi; menginformasikan segi positif agar menarik minat atau menginformasikan yang negatif agar menjauhinya; dan menajamkan nalar serta mendinamiskan potensi berpikir atau meningkatkan kecerdasan.13
Perumpamaan dilakukan oleh Rasulullah sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat. Metode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah selalu syarat dengan makna, sehingga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sasuatu yang sangat jelas.
d. Metode Keteladanan
Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar dimata peserta didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena peserta didik akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru memberikan teladan yang baik.
e. Metode pembiasaan
Metode ini membiasakan peserta didik berfikir, bersikap dan bertindak. Inti pembiasaan adalah pengulangan, karena pembiasaan berisikan pengulangan dan metode ini berguna untuk menguatkan hafalan.
f. Metode ibrah (penyampaian dengan penuh keyakinan) dan Mau’izah (nasihat lemah lembut)
Metode ini merupakan esensi dasar dalam membangun motivasi dan rangsangan pikiran dan perasaan peserta didik di dalam pembelajaran. Metode ini dapat menciptkan interaksi pembelajaran yang menyenangkan karena pendidik dengan sifat santun dan lugas dalm menyajikan materi pelajaran.
g. Metode targhib (janji) dan tarhib (ancaman)
Janji dan ancaman merupakan metode pembelajaran yang dapat memberikan motivasi dalam belajar dan juga bertindak preventif terhadap perilaku negatif. Janji dan ancaman dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar yang kurang disiplin.
12Abdul Hamid al-Hasyimi, “Ar-Rasulu al‟Arabiyyu al-Murabbi”, diterjemahkan oleh Ibn Ibrahim dengan judul Mendidik ala Rasulullah, (Cet. I, Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 266
13Najib Khalid Al-Amin, Tarbiyah Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 139-141
11
Sanksi yang diberikan kepada peserta didik tentunya selalu mengandung aspek edukasi, sehingga peserta didik tidak merasa dihukum, tetapi diberi ganjaran akibat perbuatannya.
Imam al-Ghazali berpendapat bahwa metode pendidikan yang harus dipergunakan untuk para pendidik adalah yang berprinsip pada Child Centered, metode demikian dapat diwujudkan dalam berbagai macam metode antara lain: metode contoh tauladan, metode guidance dan konseling, metode cerita dan motivasi, metode reinforcement (mendorong semangat) dan sebagainya.14 Menurut Ibnu Sina, bahwa dalam pendidikan Islam aspek akhlak peserta didik yang utama dan metode yang diperlukan dalam mendidik akhlak peserta adalah metode pembiasaan, pperintah-perintah, larangan, pemberian suasana (metode situasional), uswatun hasanah (contoh tauladan) serta memberi motivasi atau dorongan, pemberian hadiah dan hukuman serta metode persuasif.
D. PRINSIP-PRINSIP PENENTUAN METODE PEMBELAJARAN Prinsip-prinsip penentuan metode pembelajaran, adalah:
a. Berpusat kepada peserta didik (student oriented) b. Belajar dengan melakukan (learning by doing) c. Mengembangkan kemampuan sosial
d. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi
e. Mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.
Prinsip-prinsip tersebut menegaskan bahwa dalam memilih metode, pendidik dituntut menjadikan peserta didik sebagai mainstream pembelajaran. Metode yang diterapkan dapat membawa pada pengalaman, baik secara personal maupun sosial.
14Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam…, h. 104
12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
1. Metode pembelajaran merupakan suatu kebijakan atau keputusan yang diambil oleh pendidik mengenai cara penyajian materi ajar kepada peserta didik di dalam kelas.
2. Metode pembelajaran sebagai cara penyajian materi ajar dapat berupa metode ceramah, demonstrasi, inkuiri, diskusi, eksperimen, sosiodrama, seminar, empiris, hiwar, amtsal, targhib, tarhib, keteladanan, pembiasaan, dan lain-lain.
3. Prinsip-prinsip penentuan metode pembelajaran yaitu berpusat kepada peserta didik, belajar dengan melakukan (learning by doing),mengembangkan kemampuan sosial, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah.
4. Efektivitas penggunaan metode pembelajaran perlu dipertimbangkan keadaan peserta didik yang mencakup tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan ini\dividu lainnya, tujuan yang hendak dicapai, situasi yang mencakup kelas dan lingkungan, dan lain sebagainya.
5. Tujuan metode pembelajaran yaitu untuk pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien, membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan kognisi, afeksi, dan skill, serta membantu pendidik dalam menjalankan tugasnya secara profesional dan menyenangkan.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami mengaharapkan kepada pembaca untuk membaca lebih banyak lagi sumber-sumber ilmu tentang qira‟at lainnya agar wawasan menjadi lebih luas.
13
DAFTAR PUSTAKA
Najib Khalid al-Amin, Tarbiyah Rasulullah (Jakarta: Gema Insani Pers, 1994)
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang: CV< Adi Grafika, 1994) Abdul Hamid al Hasyimi, “Ar-Rasulu al-„Arabiyyu al-Murabbi”, diterjemahkan oleh Ibn Ibrahim
dengan judul Mendidik ala Rasulullah (Cet. I, Jakarta: Pustaka Azzam,2001)
“Surat An-Nahl Ayat 75 Arab, Latin, Terjemah, dan Tafsir | Baca di TafsirWeb” dalam https://tafsirweb.com/4423-surat-an-nahl-ayat-75.html diakses pada 26 Februari 2023 pukul 14.06
Muhammad Naim, dkk, Esensi Metode Pembelajaran Perspektif Pendidikan Islam (Universitas Muhammadiah Parepare, 2020)