• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN SUNGAI BELAWAN KECAMATAN PANCUR BATU DAN KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

N/A
N/A
Deva Mahendra

Academic year: 2023

Membagikan "KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTOS SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN SUNGAI BELAWAN KECAMATAN PANCUR BATU DAN KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Identifikasi Masalah

Ruang Lingkup Masalah

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Sungai

Organisme yang hidup dan banyak dijumpai di kawasan ini antara lain: ikan, udang, dan plankton. Daerah ini mempunyai dasar perairan yang lebih dalam dan menerima lebih sedikit sinar matahari dibandingkan daerah pesisir dan limnetik. Sebagai kawasan peralihan, zona ini dihuni oleh berbagai jenis organisme bentik dan juga organisme temporal yang datang untuk mencari makan.

Penetrasi sinar matahari ke dalam perairan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: tingkat kekeruhan/kekeruhan, intensitas sinar matahari itu sendiri, kepadatan fitoplankton dan sudut datangnya sinar matahari. Di daerah tropis, zona perairan tanpa cahaya hanya terdapat pada perairan yang sangat dalam atau perairan hipertrofik. Tidak adanya tumbuhan sebagai produsen primer akibat tidak adanya sinar matahari menyebabkan daerah ini rendah oksigen (DO rendah). Kondisi tersebut mempengaruhi biota yang hidup di zona tersebut.

Bagian perairan yang berada di antara zona fotik dan afotik disebut zona gelap. Sebagai zona ekotonik, kawasan ini menjadi tempat berburu organisme yang hidup di zona afotik, begitu juga dengan organisme yang hidup di zona fotik.

Pencemaran Sungai

Barus, 2004) Sungai dapat diartikan sebagai tempat dan wadah serta jaringan aliran air, mulai dari mata air hingga muara, dibatasi di kanan dan kiri serta sepanjang aliran oleh garis-garis yang bersesuaian. Dari segi hidrologi, sungai berfungsi sebagai jalur transportasi aliran permukaan yang mampu mengangkut berbagai jenis bahan dan zat. Sungai merupakan habitat berbagai jenis organisme perairan yang memberikan gambaran mengenai kualitas dan kuantitas hubungan ekologi yang terkandung di dalamnya, termasuk perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia.

Ekosistem sungai terdiri dari komponen-komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur, dan tidak ada satupun komponen yang dapat berdiri sendiri melainkan secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan komponen-komponen lain, baik besar maupun kecil.

Makrozoobentos

  • Keberadaan Makrozoobentos
  • Komunitas Makrozoobentos
  • Cara Makan Makrozoobentos
  • Klasifikasi Makrozoobentos
  • Makrozoobentos Sebagai Bioindikator
  • Peranan Makrozoobentos
  • Faktor-faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Makrozoobentos
  • Kerangka Pikir

Berdasarkan keberadaannya di perairan, makrozoobentos tergolong dalam kelompok epifauna, yaitu hewan bentik yang menempel di permukaan air, sedangkan makrozoobentos yang hidup di dasar perairan disebut infauna. Lebih lanjut disebutkan bahwa epifauna adalah hewan yang hidup di dasar, sedangkan infauna hidup di antara partikel sedimen. Benthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan dan hidup di dalam atau di atas sedimen dasar perairan.

Komunitas bentik juga dapat dibedakan berdasarkan pergerakannya, yaitu kelompok hewan bentik yang hidupnya menetap (sesile) dan kelompok hewan bentik yang hidupnya nomaden (motil). Berdasarkan cara makannya, makrobentos dikelompokkan menjadi 2, yaitu: Filter feeder yaitu zoobenthos yang mengambil makanan dengan cara menyaring air; Deposit feeder yaitu hewan bentik yang memakan substrat dasar. Rosenberg dan Resh (1993) menyatakan makrozoobentos adalah organisme yang tertahan dalam saringan besar yang setara dengan 200 hingga 500 mikrometer.

Hewan ini umumnya hidup di laut, ada juga yang ditemukan di sungai dan danau (air tawar) dan ada pula yang ditemukan di darat (terestrial). Apabila makroinvertebrata terdiri atas campuran indikator dari kelas yang berbeda, maka berlaku ketentuan sebagai berikut. Air tergolong tercemar ringan apabila mengandung campuran organisme indikator dari kelas 1 dan 2, atau dari kelas 1, 2 dan 3.

Perairan dikategorikan tercemar ringan jika mengandung campuran organisme indikator dari kelas 2 dan 3 atau dari kelas 2, 3 dan 4. Perairan dikategorikan tercemar jika mengandung campuran organisme indikator dari kelas 3 dan 4 atau kelas 3, 4 dan 5. Benthos yang mati akan membusuk dan meninggalkan unsur hara yang digunakan kembali oleh tumbuhan air dan hewan lain dalam rantai makanan.

Seperti halnya biota lainnya, sebaran spesies dan populasi komunitas bentik ditentukan oleh sifat fisik, kimia, dan biologi perairan, seperti pasang surut air laut, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan atau kejernihan, substrat dasar, dan suhu air. Oleh karena itu, kedalaman secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan fauna tanah yang hidup di sana. Air dengan pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme yang hidup di dalamnya (Odum, 1993).

Aktivitas warga yang memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, mencuci, memancing, dan membuang sampah ke sungai dapat mempengaruhi kehidupan organisme di lingkungan sekitar. Dampak dari kegiatan tersebut terhadap organisme di aliran Sungai Sebukhas, seperti hewan makrozoobentos yang populasinya dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia.

Tabel 2.1 Sistematika yang merupakan bagian dari Kelas pelecypoda
Tabel 2.1 Sistematika yang merupakan bagian dari Kelas pelecypoda

METODE PENELITIAN

  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Populasi dan sampel Penelitian
  • Desain dan Variabel Penelitian
  • Instrumen Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan dengan menggunakan jaring sumber yang ditempatkan pada dasar sungai pada posisi hulu. Sampel yang diperoleh disortir dengan cara penyortiran manual, kemudian dibersihkan dengan air, kemudian dimasukkan ke dalam botol penampung yang mengandung alkohol 70% sebagai pengawet, kemudian diberi label dan diidentifikasi. Di kawasan ini terdapat kawasan pemukiman untuk pemancingan, tempat pemandian, stasiun I tidak ditumbuhi pepohonan sehingga sinar matahari dapat masuk (kontrol).

Substrat pada stasiun ini berupa pasir berbatu dan terdapat vegetasi berupa Araceae, Arecaceae, Malvaceae, Poaceae dan Pteridophyta. Di kawasan ini terdapat area pemancingan dan berenang. Stasiun II tidak ditumbuhi pepohonan sehingga sinar matahari dapat masuk. Substrat pada stasiun ini berupa pasir berbatu dan terdapat vegetasi berupa Araceae, Asteraceae, Malvaceae, Moraceae, Musaceae, Piperaceae dan Poaceae.

Kawasan ini merupakan kawasan rekreasi dan resor tepi laut bagi warga. Stasiun III tidak ditumbuhi pepohonan sehingga memungkinkan sinar matahari masuk. Substrat pada stasiun ini berupa pasir berbatu dan terdapat vegetasi berupa Asteraceae, Moraceae, Musaceae, Piperaceae dan Poaceae. Di kawasan ini terdapat kegiatan PDAM Tirtanadi, tempat pembuangan sampah rumah tangga seperti babas, tempat warga mandi dan mencuci, stasiun IV tidak ditumbuhi pepohonan sehingga sinar matahari dapat masuk.

Substrat pada stasiun ini berupa pasir berbatu dan berlumpur serta terdapat vegetasi berupa Amaranthaceae, Anacardiaceae, Araceae, Asteraceae, Malvaceae, Musaceae dan Poaceae. Di kawasan ini terdapat kegiatan industri pabrik, tempat pembuangan sampah domestik, tempat pemancingan ikan, tempat pembuangan sampah, Stasiun V tidak ditumbuhi pepohonan sehingga sinar matahari dapat masuk. Substrat pada stasiun ini berupa lumpur berpasir dan berbatu serta terdapat vegetasi berupa Araceae, Asteraceae, Malvaceae, Musaceae dan Poaceae.

Sampel hewan makrozoobentos diambil pada setiap lokasi dan titik dengan menggunakan tabung parlon diameter 6 cm dan panjang 1,5 m. Parameter kimia yang diukur adalah keasaman (pH), kebutuhan oksigen biokimia (BOD) dan kebutuhan oksigen kimia. (IKAN KOD). 1) Pengukuran derajat keasaman (pH). Setelah diambil sampel air dari lima titik pengambilan sampel (tengah dan tepi sungai) dengan menggunakan gayung, kemudian dicampur dalam ember, lalu keluarlah kira-kira. 100 ml dalam botol kaca dan mengawetkannya dengan menutup rapat seluruh bagiannya. dari botol dengan.

Tahapan pengujian BOD adalah, isi botol BOD dengan air sampel yang telah diencerkan dan diamkan selama 5 hari, kemudian tambahkan 2 ml larutan MNSO4 lalu kocok, tambahkan 2 ml larutan Regan O2, kocok dan diamkan selama 10 menit, tambahkan 2 ml larutan Regan O2, kocok dan diamkan selama 10 menit. ml H2SO4 kemudian dikocok hingga tidak ada endapan dan didiamkan selama 10 menit, ambil 50 ml larutan no 4, pindahkan ke dalam tabung elemeyer dan tambahkan 3 tetes kanji (cairan berubah warna kuning menjadi biru), kemudian dititrasi dengan menggunakan Tiosulfat (perhatikan hasil titrasi yang sebelumnya diberi warna biru hingga menjadi warna asli sampel) lalu dilakukan perhitungan. 3) Pengukuran kebutuhan oksigen kimia (COD). Indeks keanekaragaman (H') menggunakan keadaan populasi organisme secara matematis untuk memudahkan menganalisis pembentukan jumlah individu setiap jenis dalam suatu komunitas.

Gambar 3.2 Lokasi Penelitian Stasiun I  b. Stasiun II
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian Stasiun I b. Stasiun II

Gambar

Tabel 2.1 Sistematika yang merupakan bagian dari Kelas pelecypoda
Tabel 2.2 Sistematika yang merupakan bagian dari kelas Crustacea  No  Ordo / Sub Ordo  Famili   Contoh Spesies
Tabel 2.3 Sistematika yang Merupakan bagian dari kelas Hirudinae  No  Ordo / Sub Ordo  Famili  Contoh Spesies
Tabel 2.4 Makrozoobentos indikator untuk menilai kualitas air  Tingkat Cemaran   Makrozoobentos Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

To draw attention to oneself appears as the most frequent function to occur in Alpha dog movie because it can represent the speaker’s intention of using taboo words