Forensik Video Pada CCTV Menggunakan Framework Generic Computer Forensics Investigation Model (GCFIM)
Imam Riadi1, Anton Yudhana2, Rachmad Verry Ananda Saputra3,*
1Program Studi Magister Teknik Informatika, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
2Program Studi Teknik Elektro, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
3Program Studi Teknik Informatika, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
Email : 1[email protected], 2[email protected], 3,*[email protected] Email Penulis Korespondensi: [email protected]
Submitted 27-02-2023; Accepted 25-04-2023; Published 30-04-2023 Abstrak
Tingkat kejahatan yang terekam kamera CCTV (Closed Circuit Televison) terus mengalami peningkatan, pelaku kejahatan yang terbukti melakukan tindak pidana tertentu akan dihukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Permasalahannya, adalah bagaimana sebuah kasus yang terekam pada kamera CCTV dapat dijadikan sebagai alat bukti digital pada saat persidangan. Dan bagaimana penanganannya apabila ada barang bukti yang sudah dilakukan manipulasi ataupun dilakukan perubahan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab guna menghilangkan jejak bukti digital. Bukti digital berkaitan erat dalam memastikan keamanan, privasi dan integritas data saat mengikuti tahapan proses identifikasi digital forensik [1]. Model identifikasi menggunakan Framework Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM) digunakan untuk tahapan investigasi dalam mencari informasi terkait metadata rekaman video pada kamera CCTV, agar dapat memberikan informasi yang terstruktur dan valid untuk dapat diterima dalam persidangan sebagai barang bukti digital. Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi proses pengujian data dengan menggunakan framework Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM) dan untuk proses analisa metadata menggunakan dua tools yakni exiftool dan mediainfo. Pengujian dilakukan pada video asli dan video tempering. Mengenai metadata video asli dan video tempering yakni adanya perbedaan yang sangat signifikan pada size video asli 4.6Mb sedangkan video tempering 4.2Mb, durasi video asli 38s untuk video tempering 32s dan modification date/time untuk video asli 2020:03:21 sedangkan video tempering 2022:08:04. Untuk Create/Modify Track & Media data video asli 2020:03:21 10:05:47 sedangkan untuk video editan tidak teridentifikasi yakni 0000:00:00 00:00:00. Format setting/reference setting memiliki kesamaan yakni 1 frame. Stream size terdapat perbedaan dari video asli 4.15Mib (90%) sedangkan video tempering 3.15Mib (84%). Dapat disimpulkan bahwa exiftool dan mediainfo dapat dimanfaatkan untuk memperoleh informasi metadata dari suatu data, dengan tujuan untuk memperkuat alat bukti digital pada saat persidangan mengenai keabsahan data tersebut.
Kata Kunci: Forensik; Video; CCTV; GCFIM; Keabsahan Video Abstract
The level of crime recorded by CCTV (Closed Circuit Televison) cameras continues to increase, criminals who are proven to have committed certain criminal acts will be punished in accordance with statutory regulations. The problem is how a case recorded on a CCTV camera can be used as digital evidence at trial. And how to handle it if there is evidence that has been manipulated or changed by irresponsible parties to eliminate traces of digital evidence. Digital evidence is closely related to ensuring the security, privacy and integrity of data when following the stages of the forensic digital identification process. The identification model using the Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM) Framework is used for the investigation stage in finding information related to video recording metadata on CCTV cameras, in order to provide structured and valid information to be accepted in court as digital evidence.
The results of this study obtained information on the data testing process using the Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM) framework and for the metadata analysis process using two tools, namely exiftool and mediainfo. Testing is done on the original video and tempering video. Regarding the metadata of the original video and tempering video, there is a very significant difference in the size of the original video 4.6Mb while the tempering video is 4.2Mb, the duration of the original video is 38s for the tempering video 32s and the modification date / time for the original video 2020:03:21 while the tempering video is 2022:08:04. It can be concluded that exiftool and mediainfo can be utilized to obtain metadata information from data, with the aim of strengthening digital evidence at the time of trial regarding the validity of the data.
Keywords: Forensics; Video; CCTV; GCFIM; Video Legitimacy
1. PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia dari awal tahun 2019 saat ini sudah melandai, termasuk di Indonesia. Meskipun demikian, dampak negatif dari pandemi tersebut masih dapat dirasakan. Salah satu dampak negative yang masih dapat dirasakan sampai saat ini adalah, jumlah pengangguran yang masih tinggi. Peningkatan pengangguran pada masa pandemi merupakan imbas dari pemberlakuan pembatasan mobilitas masyarakat sebagai bentuk antisipasi pemerintah agar tidak terjadi penularan virus yang semakin meluas, namun pada kenyataannya hal tersebut berimbas pada pertumbuhan ekonomi nasional salah satunya peningkatan angka pengangguran [2]. Saat ini kondisi pandemi sudah memasuki fase endemic, namun jumlah pengangguran masih belum turun secara signifikan. Hal ini disebabkan karena industri-industri yang belum sepenuhnya pulih, sehingga daya serap angkatan kerja masih cukup rendah. Permasalahan tersebut menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya peningkatan angka tindak kejahatan di Indonesia. Berbagai modus kejahatan seperti pencurian, perampokan, penipuan semakin marak terjadi.
Dalam penyelesaian kasus-kasus kejahatan, pihak berwajib tentunya membutuhkan barang bukti sebagi petunjuk untuk menemukan pelaku dan memberikan sanksi hukum kepada pelaku. Barang bukti dapat berupa fisik ataupun dapat berupa dokumen digital. Sesuai dengan pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Jo Undang-undang
berbagai tindak criminal [6]. Kamera CCTV juga memiliki kemampuan untuk merekam keadaan sekitar secara realtime [7]. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, sebagian orang menyalahgunakan kemajuan teknologi tersebut untuk melakukan manipulasi terhadap barang bukti kejahatan guna menghilangkan jejak kejahatan yang telah dilakukan.
Dalam menghadirkan barang bukti berupa hasil rekaman CCTV, tentunya diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga keutuhan dan keasliannya [8], hal tersebut dikarenakan semua bentuk perubahan barang bukti dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah dan bukti tidak dapat diterima [9]. Pada alat bukti berupa rekaman CCTV dibutuhkan kemampuan untuk menggunakan aspek multimedia dalam menganalisis alat bukti digital metadata rekaman CCTV [10]. Dalam hal ini pihak berwajib perlu menerapkan ilmu digital forensik yang merupakan metode ilmiah untuk melestarikan, mngoleksi, validasi, identifikasi, analisis, interpretasi, dokumentasi, dan presentasi digital untuk tujuan memfasilitasi atau merekonstruksi peristiwa tindak kriminal, atau membantu untuk mengantisipasi tindakan yang tidak sah atau terbukti menganggu proses perencanaan operasi [11]. Dalam Bahasa Inggris Forensic berarti yang berhubungan dengan kehakiman atau peradilan. Digital forensik adalah suatu ilmu pengetahuan dan keahlian untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis dan menguji bukti-bukti digital yang menjadi kasus untuk ditangani [12]. Proses digital forensik salah satunya dapat menggunakan analisis metadata guna mengetahui keabsahan dari barang bukti tersebut.
keaslian sebuah video dapat diidentifikasi dari metadata yang terlihat setelah proses pengecekan dilakukan.
Penelitian sebelumnya dengan judul “Analisis Digital Forensik Rekaman Video CCTV dengan Menggunakan Metadata dan Hash” yang ditulis oleh Gregorius HAK, dkk [13]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa video yang tidak diubah akan menghasilkan hash yang valid, sementara video yang telah diubah tidak akan menghasilkan hash yang valid berdasarkan pengujian yang dilakukan. Penelitian dengan judul “Analisis Forensik Deteksi Keaslian Metadata Video Menggunakan Exiftool” yang ditulis oleh Alifiansyah IP, dkk [14]. Penelitian ini fokus pada proses pengujian metadata video dengan menggunakan exiftool, dengan analisis hasil metadata sebagai tahapan akhirnya. Penelitian dengan judul
“Analisis Keasliah Citra dengan Menggunakan Exif Metadata” yang ditulis oleh Alma A, dkk [15]. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa algoritma exif metadata dapat melihat detail dari metadata gambar dan jumlah metadata dari hasil gambar yang di manipulasi menghasilkan lebih banyak jumlah metadata. Penelitian dengan judul “Analisis Forensik untuk Mendeteksi Keaslian Citra Digital Menggunakan Metode NIST” yang ditulis oleh Khairunnisak NI, dkk [16]. Hasil dari penelitian ini yakni metode National Institute of Standards and Technology (NIST) dapat diterapkan sebagai salah satu standar acuan dalam investigasi untuk memperoleh bukti digital. Penelitian dengan judul “Analisis Forensics untuk Mendeteksi Pemalsuan Video” yang ditulis oleh Alfiansyah IP, dkk [17]. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ditemukan perbedaan pada metadata, hash, dan kontras antara video asli dan video yang telah dimanipulasi selama penelitian.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa metode dan alat yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data digital, termasuk video dan gambar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam proses maupun metode dalam investigasi untuk mendapatkan bukti digital. Metode verifikasi keaslian data saat ini semakin maju. Salah satu model investigasi forensik yang memiliki kelebihan adalah Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM), dan metode ini yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi keabsahan data video CCTV. Metode GCFIM memiliki suatu proses iteratif yang tidak terdapat pada metode yang lain. Proses iteratif ini memungkinkan seorang penyidik untuk kembali ke tahapan sebelumnya dan melakukan perubahan pada analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga, proses tersebut memungkinkan penyidik untuk melakukan eksplorasi yang lebih teliti dan komprehensif terhadap data forensik yang telah diperoleh [18], [19].
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Alur Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM)
Secara umum, aktifitas digital forensik dilakukan dengan mengacu pada tahap-tahap prosedur tertentu Model investigasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM). Alur dalam proses investigasi dapat dilihat di gambar 1.
Gambar 1. Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM)
Gambar 1 menggambarkan secara umum urutan dan kerangka kerja yang dipakai untuk melakukan investigasi digital. Setiap tahap terkait erat dengan seluruh tugas yang perlu dilakukan sebelum memulai kegiatan investigasi, seperti pengumpulan data resmi. Investigasi juga mencakup tugas-tugas lain seperti memperoleh, mengumpulkan, dan menganalisis data dari bukti digital, dengan tujuan memastikan keaslian, keabsahan, dan keamanan data. DFRWS framework memiliki serangkaian tahapan kerja yang perlu diikuti, yang meliputi:
a. Pre-Process
Fase 1 GCFIM dikenal sebagai Pra Proses. Tugas-tugas yang dilakukan dalam fase ini berhubungan dengan semua pekerjaan yang perlu dilakukan sebelum investigasi actual dan pengumpulan data resmi. Diantara tugas yang harus dilakukan adalah mendapatkan persetujuan yang diperlukan dari otoritas terkait, menyiapkan dan menyiapkan alat yang akan digunakan untuk menyimpan sebuah barang bukti digital agar aman dan tetap terjaga keabsahannya.
b. Acquisition dan Preservation
Fase 2 GCFIM dikenal sebagai akuisisi dan pelestarian. Tugas yang dilakukan dalam fase ini terkait dengan mengidentifikasi, memperoleh, mengumpulkan, mengangkut, menyimpan dan melestarikan data. Secara umum, fase ini adalah saat semua data yang relevan ditangkap, disimpan, dan tersedia untuk dilanjutkan ke fase berikutnya.
c. Analysis
Fase 3 GCFIM dikenal sebagai analisis. Fase ini adalah fase pokok dalam model GCFIM dimana dilakukan pemeriksaan, proses investigasi dan analisa dari hasil proses ekstraksi file rekaman video CCTV. Analisis dilakukan untuk memperoleh dan mengidentifikasi ada tidaknya manipulasi atau membuktikan keabsahan barang bukti digital dalam penelitian ini adalah file rekaman video CCTV yang akan digunakan sebagai barang bukti dari suatu tindak kejahatan.
d. Presentation
Fase 4 GCFIM dikenal sebagai presentasi. Temuan dari tahap analisis didokumentasikan dan diajukan kepada otoritas. Fase ini sangat penting karena data harus disajikan dengan baik agar mudah dipahami oleh pihak yang dihadirkan, juga harus didukung dengan bukti yang memadai dan dapat diterima. Output utama dari fase ini adalah untuk membuktikan atau menyangkal dugaan tindak pidana.
e. Post Process
Fase 5 GCFIM dikenal sebagai Post Proses. Fase ini berkaitan dengan penutupan investigasi. Bukti digital dan fisik perlu dikembalikan dengan benar kepada pemilik yang sah dan disimpan di tempat yang aman. Peninjauan terhadap proses investigasi harus dilakukan agar temuan dapat dipelajari dan digunakan untuk perbaikan penyelidikan masa depan.
2.2 Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada proses dalam fase 3 GCFIM yakni Analysis. Dimana proses analisis untuk pengujian keabsahaan video CCTV dilakukan dengan alur sebagai berikut:
Gambar 2. Analisis metadata dengan menggunakan Exiftool
Dari gambar 2 dan gambar 3 menggambarkan bahwa dalam penelitian ini menggunakan dua tools guna mengetahui dan menganalisis metadata pada video, yakni menggunakan Exiftool dan Mediainfo. Proses inti dari analisis metadata dimulai dengan mempersiapkan file rekaman CCTV, upload video, proses ekstraksi dengan Exiftool dan Mediainfo, analisis metadata, dan diakhiri dengan penyajian data. Informasi dari metadata dapat digunakan untuk memberikan penjelasan komprehensif secara terstruktur serta dapat dijadikan acuan pengelolaan informasi data sehingga hasil investigasi digital forensik yang didapat dapat dipertanggungjawabkan [20][21].
Pengecekan metadata video dapat dilihat pada semua jenis file video. Metadata setiap file dibagi menjadi tiga bagian, yakni: 1) metadata general yang terdiri dari lokasi file, nama file, type file, owner dan computer; 2) metadata detail yang terdiri dari creation time, last access time, last modified time, is directory, is other, is regular file, is symbolick link dan size; 3) metadata checksum terdiri dari nilai MD5 dan SHA-256 [22].
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap analysis (analisa) dalam Generic Computer Forensic Investigation Model (GCFIM), pemeriksaan dengan menggunakan metode teknis digunakan agar nantinya didapatkan barang bukti digital berupa rekaman CCTV yang layak digunakan dalam persidangan. Proses analisis forensik rekaman kamera CCTV menggunakan tools forensik. Digunakan dua tools yakni Exiftool dan Mediainfo. Dari penggunaan tools tersebut didapatkan informasi tentang isi kamera CCTV berupa data atau yang sering disebut sebagai metadata yang dapat menjelaskan informasi dari sebuah data video, menggambarkan informasi yang terstruktur dari sumber data agar dapat dipahami informasi tersebut pada file yang diperoleh dari rekaman kamera. Proses alur analisa dilakukan sesuai dengan yang tergambar pada gambar 2 dan gambar 3 pada sub bab sebelumnya. Secara lebih rinci pelaksanaan alur analisa data sebagai berikut:
a. Tahap 1–Video, memulai proses dengan mempersiapkan file rekaman CCTV yang akan diuji metadatanya.
Menggunakan dua rekaman CCTV yang berbeda yakni video asli dan video tampering.
b. Tahap 2–Upload Video, memasukkan data rekaman CCTV ke aplikasi/tools yang digunakan.
c. Tahap 3–Process, ekstraksi file rekaman CCTV dengan menggunakan dua tools yakni Exiftool dan Mediainfo d. Tahap 4–Analysis, menganalisis metadata hasil ekstraksi file rekaman CCTV dari dua tools yang berbeda yakni
Exiftool dan Mediainfo
e. Tahap 5–Show Data , menyajikan data hasil pengujian metadata rekaman CCTV
Proses pengujian data rekaman CCTV untuk mendapatkan informasi data yang didapat dari metadata. Dilakukan menggunakan tools forensik Exiftool dan Mediainfo. Informasi isi file berada pada header yang terdapat banyak byte, sedangkan yang terletak terakhir sebelum adanya informasi yaitu footer. Metadata pada bagian header video CCTV berisikan file signature data yang bisa digunakan untuk memverifikasi dan mengidentifikasi data dari sebuah file yang terdapat metadata mengenai informasi umum. Selain mendapatkan informasi dari metadata video, forensik metadata rekaman kamera CCTV didapatkan informasi live data menggunakan ExifTool yang berupa informasi timestamps [23].
tentang catatan waktu kejadian sebuah file dibuat dan kapan terakhir waktu terjadi nya proses perekaman.
Untuk melakukan pengujian dan memperoleh informasi metadata, terdapat beberapa informasi yang menjadi dasar dalam menganalisisnya, antara lain create date dan modify date. Informasi ini menyajikan informasi waktu pembuatan dan waktu terakhir perubahan pada video yang menjadi acuan penting dalam analisis metadata. Sehingga dengan menganalisa dari informasi create date dan modify date, kita dapat mengetahui kapan video dibuat dan kapan terakhir kali diubah. Pada gambar 4 dibawah menunjukkan hasil pengujian untuk mendapatkan informasi metadata dari rekaman video CCTV dengan data yang asli/original menggunakan tools Exiftool.
Gambar 4. Hasil Metadata Video Asli (Exiftool)
Pengujian dengan menggunakan tools Exiftool dari gambar 4 diatas memperlihatkan dari hasil pengekstrakan tools forensik Exiftool yang berisi tentang informasi metadata dengan nama file Asli.mp4, size 4.6Mb, file modification date/time 2020:03:21 pukul 17:05:47, untuk keterangan create date, modify date, track create date, track modify date, media create date dan media modify date mempunyai informasi waktu yang sama yakni 2020:03:21 pukul 10:05:47.
Dalam pengujian menggunakan tools Exiftool, ditemukan bahwa informasi create date dan modify date pada file Asli.mp4 memiliki nilai yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan atau pengeditan yang dilakukan pada file tersebut setelah dibuat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa file Asli.mp4 masih merupakan file asli atau original yang tidak mengalami perubahan signifikan sejak dibuat. Informasi ini dapat digunakan untuk menentukan keaslian video dan membantu dalam investigasi atau manajemen file yang membutuhkan data yang akurat. Oleh karena itu, hasil pengujian menggunakan tools Exiftool dapat menjadi dasar yang penting dalam analisis metadata pada video.
Setelah melakukan pengujian dengan menggunakan tools Exitool pada rekaman video CCTV dengan data yang asli/original. Selanjutnya pengujian menggunakan tools Mediainfo guna mendapatkan informasi metadata yang terkandung pada file video CCTV. Hasil pengujian menampilkan informasi metadata yang diambil dari rekaman video CCTV asli. Informasi metadata ini dapat digunakan untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap rekaman video CCTV tersebut, seperti menentukan waktu kejadian dan lokasi kejadian. Untuk hasil pengujian guna mendapatkan informasi metadata dari rekaman video CCTV dengan data yang asli menggunakan Mediainfo dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Hasil Metadata Video Asli (Mediainfo)
Gambar 6. Hasil Metadata Video Edit/Tempering (Exiftool)
Gambar 6 memperlihatkan hasil pengekstrakan menggunakan Exiftool pada file bernama Editan.mp4 dengan ukuran 4.2 Mb. Pada hasil pengekstrakan tersebut, dapat dilihat bahwa file modification date/time terakhir kali diubah pada tanggal 2020:08:04 pukul 12:25:51. Namun, untuk informasi create date, modify date, track create date, track modify date, media create date, dan media modify date tidak ditemukan informasi waktu yang tercatat pada metadata file tersebut, melainkan hanya muncul nilai 0000:00:00 00:00:00. Hal ini mungkin terjadi karena file tersebut belum tersimpan setelah proses pembuatan atau pengeditan sehingga informasi tanggal dan waktu tidak tersimpan di dalam metadata.
Meskipun informasi waktu tidak tersedia, informasi metadata lainnya masih dapat diambil menggunakan Exiftool untuk analisis lebih lanjut.
Gambar 7. Hasil Metadata Video Edit/Tempering (Mediainfo)
Gambar 7 menunjukkan informasi metadata dari sebuah video dengan nama file Asli.mp4, dengan ukuran file sebesar 4.16 Mb, durasi video 32s dan 107ms, overall bit rate sebesar 1.088 kb/s, format setting/reference setting menunjukkan 1 frame, dan stream size 3.15 Mb (84%). Informasi metadata tersebut berhasil diekstraksi menggunakan tools forensik Mediainfo dan informasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 8. Perbandingan hasil metadata
4. KESIMPULAN
Dari hasil ekstraksi metadata video asli, informasi yang diperoleh adalah terdapat beberapa perbedaan data dari dua tools yang digunakan. Perbedaan data terletak pada size , durasi, dan overall rate, dimana dari pengujian menggunakan exiftool didapatkan informasi size dan durasi yang sedikit lebih besar dibandingkan informasi yang diperoleh dari pengujian menggunakan mediainfo. Namun perbedaan tersebut tidak merubah isi informasi yang ada pada rekaman video CCTV.
Untuk exiftool informasi size dan durasinya dibulatkan, sedangkan untuk mediainfo size dan durasi ditampilkan lebih terperinci. Sementara untuk informasi overall rate pada exiftool tidak teridentifikasi. Untuk hasil ekstraksi metadata video tempering menggunakan exiftool dan mediainfo juga menunjukkan adanya perbedaan size, durasi, modification date/time dan overall rate. Dimana pada hasil ekstraksi dengan mediainfo didapatkan informasi yang lebih terperinci namun untuk informasi modification date/time pada hasil ekstraksi mediainfo tidak teridentifikasi. Penggunaan framework Generic Computer Forensics Investigation Model (GCFIM) adalah sebuah upaya menghasilkan bukti digital dan menganalisa informasi dari metadata sebuah rekaman CCTV agar bisa memperkuat alat bukti dalam persidangan. Dan hasil informasi metadata dari video asli dan video tempering yakni ukuran file video asli dan video tempering hampir sama, yaitu sekitar 4,6 Mb dan 4,2 Mb. Namun, terdapat perbedaan durasi pada kedua file tersebut, dimana video asli memiliki durasi 38 detik sedangkan video tempering memiliki durasi 32 detik. Untuk Create/Modify Track & Media data video asli 2020:03:21 10:05:47 sedangkan untuk video editan tidak teridentifikasi yakni 0000:00:00 00:00:00. Format setting/reference setting memiliki kesamaan yakni 1 frame. Stream size terdapat perbedaan dari video asli 4.15Mib (90%) sedangkan video tempering 3.15Mib (84%). Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa Exiftool dan Mediainfo dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi metadata dari sebuah data. Informasi metadata tersebut dapat digunakan untuk memperkuat alat bukti digital dalam suatu persidangan dengan tujuan untuk menunjukkan keabsahan dari data tersebut. Oleh karena itu, Exiftool dan Mediainfo dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan informasi metadata terkait keabsahan sebuah file dan memperkuat alat bukti digital dalam suatu persidangan.
REFERENCES
[1] M. R. Setyawan, A. Yudhana, and A. Fadlil, “Identifikasi Bukti Digital Skype Di Smartphone Android Dengan Metode National Institute Of Justice ( NIJ ),” Semnastek, pp. 565–570, 2019.
[2] Y. Teguh, A. Fikri, and I. A. Gopar, “Analisis Peningkatan Angka Pengangguran akibat Dampak Pandemi Covid 19 di Indonesia,” Indones. J. Bus. Anal., vol. 1, no. 2, pp. 107–116, 2021, [Online]. Available: https://journal.yp3a.org/index.php/ijba [3] “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.” 2016.
[4] W. A. Mukti, S. U. Masruroh, and D. Khairani, “Analisa dan Perbandingan Bukti Forensik Aplikasi Media Sosial Facebook dan Twitter pada Smartphone Android,” J. Tek. Inform., 2017.
[5] W. Abraham, H. Firmansyah, S. Alat, and B. Petunjuk, “Analisis Pembuktian Alat Bukti Closed Circuit Television (CCTV) Sebagai Alat Bukti Petunjuk Hery Firmansyah,” J. Huk. Adigama, vol. 1, no. 2, 2018, doi:
https://doi.org/10.24912/adigama.v1i2.2741.
[6] T. Primono, U. Ma’ruf, and S. E. Wahyuningsih, “Peran Laboratorium Forensik Polri sebagai Pendukung Penyidikan secara Ilmiah dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia,” J. Huk. Khaira Ummah, vol. 13, no. 1, p. 13, 2018.
[7] A. Iswardani and N. Arif, “Forensic Readiness Analysis of CCTV System in Surakarta,” Int. J. Comput. Appl., vol. 177, no. 30, pp. 36–38, Jan. 2020, doi: 10.5120/ijca2020919786.
[8] E. Casey, “Interrelations between digital investigation and forensic science,” Digital Investigation, vol. 28. Elsevier Ltd, pp. A1–
A2, Mar. 01, 2019. doi: 10.1016/j.diin.2019.03.008.
[9] T. Rochmadi, “Deteksi Bukti Digital pada Adrive Cloud Storage Menggunakan Live Forensik,” CyberSecurity dan Forensik Digit., vol. 2, no. 2, pp. 65–68, 2019, doi: DOI : https://doi.org/10.14421/csecurity.2019.2.2.1455.
[10] D. Mualfah and R. A. Ramadhan, “Analisis Forensik Metadata Kamera CCTV Sebagai Alat Bukti Digital,” Jl. Kaharudin Nst, vol. 113, no. 2, p. 678267, doi: 10.31849/digitalzone.v11i2.5174ICCS.
[11] A. S. Putra and H. L. H. S. Warnars, “Intelligent Traffic Monitoring System (ITMS) for Smart City Based on IoT Monitoring,”
NIST,” J. Resist., vol. 3, no. 2, pp. 72–81, 2020, doi: DOI : https://doi.org/10.31598.
[17] R. Umar, A. Fadlil, A. I. Putra, A. Dahlan Yogyakarta, I. Jalan, and S. H. Soepomo, “Analisis Forensics Untuk Mendeteksi Pemalsuan Video,” 2019. [Online]. Available: http://tunasbangsa.ac.id/ejurnal/index.php/jsakti
[18] M. H. Akbar, S. Sunardi, and I. Riadi, “Steganalysis Bukti Digital pada Media Storage Menggunakan Metode GCFIM,” JISKA (Jurnal Inform. Sunan Kalijaga), vol. 5, no. 2, pp. 96–106, Sep. 2020, doi: 10.14421/jiska.2020.52-04.
[19] I. Riadi, A. Yudhana, and G. M. Zamroni, “Mobile forensic tools evaluation for digital crime investigation,” Int. J. Adv. Sci.
Eng. Inf. Technol., vol. 8, no. 3, pp. 949–955, 2018, doi: 10.18517/ijaseit.8.3.3591.
[20] D. Mualfah and R. A. Ramadhan, “Analisis Digital Forensik Rekaman Kamera CCTV Menggunakan Metode NIST (National Institute of Standards Technology),” IT J. Res. Dev., vol. 5, no. 2, pp. 171–182, Nov. 2020, doi:
10.25299/itjrd.2021.vol5(2).5731.
[21] I. Riadi, A. Yudhana, G. Pramuja, and I. Fanani, “Comparative Analysis of Forensic Software on Android-based MiChat,” J.
RESTI (Rekayasa Sist. dan Teknol. Informasi), vol. 5, no. 158, pp. 286–292, 2023, doi: OI:
https://doi.org/10.29207/resti.v7i2.4547.
[22] M. Subli, B. Sugiantoro, and Y. Prayudi, “Metadata Forensik untuk Mendukung Proses Investigasi Digital,” Data Manaj. dan Teknol. Inf., vol. 18, no. 1, pp. 44–50, 2017.
[23] A. Putra Justicia, “Analysis of Forensic Video in Storage Data Using Tampering Method,” Int. J. Cyber-Security Digit. Forensics, vol. 7, no. 3, pp. 328–335, 2018, doi: 10.17781/P002471.