• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN TALAS (Colocasia esculenta L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA KULIT TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS SALEP EKSTRAK ETANOL DAUN TALAS (Colocasia esculenta L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II PADA KULIT TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan, antimikroba dan juga dapat sebagai antiinflamasi pada luka bakar (Kusumawardhani et al., 2015). Colocasia esculenta L.) terhadap penyembuhan luka bakar derajat II pada kulit tikus putih (Rattus norvegicus) jantan.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat penelitian

LANDASAN TEORI

  • Tinjauan Tentang Talas (Colocasia esculenta L.)
  • Tinjauan Tentang Hewan Uji
  • Ekstrak
  • Tinjauan Tentang Kulit
  • Tinjauan Tentang Luka Bakar
  • Proses Penyembuhan Luka Bakar
  • Perlakuan Terhadap Hewan Uji
  • Tinjauan Tentang Salep
  • Studi Penelitian Yang Relevan

EFEKTIVITAS SALEP EKSTRA ETANOL DAUN SOYOGIK (Sauraia bracteosa DC) TERHADAP BAKAR TIKUS WISTAR (Rattus Norvegicus) JANTAN. EFIKASI EKSTRAK ETANOL DAUN LUKA BAKAR SENGGANI (Melastoma malabathricum L.) PADA TIKUS GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) Jantan.

Gambar 2. 2 Lapisan-lapisan dan apendiks kulit (Mescher., 2010)
Gambar 2. 2 Lapisan-lapisan dan apendiks kulit (Mescher., 2010)

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Kerangka Konseptual

H1 : Terdapat pengaruh pemberian ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) terhadap penyembuhan luka bakar derajat II pada kulit tikus wistar putih (Rattus norvegicus) jantan. Ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) merupakan ekstrak daun talas dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. 2 Pengaruh Salep Ekstrak Etanol Daun Talas (Colocasia esculenta L) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Kerangka Operasional.

3 Skema pengujian pengaruh pemberian Salep Ekstrak Etanol Daun Talas (Colocasia esculenta L) terhadap penyembuhan luka bakar derajat II pada kulit. Uji efektivitas penyembuhan luka bakar salep ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) terhadap penyembuhan luka bakar akibat logam panas dan diamati selama 9 hari. Perbedaan konsentrasi salep ekstrak daun talas menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam penyembuhan luka bakar.

POTENSI EKSTRAK ETANOL DAUN TALAS (Colocasia esculenta [L]) SEBAGAI OBAT ALTERNATIF LUKA PADA KULIT KELINCI (Oryctolagus cuniculus).

Hipotesais Penelitian

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Desain Penelitian

Variabel

Waktu penyembuhan luka bakar hingga penutupan luka bakar derajat dua pada kulit tikus putih jantan galur Wistar.

Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Alat dan Bahan

Definisi Operasional

Prosedur Penelitian

Ekstrak dibuat dengan perbandingan 1:10, dimana 1 adalah serbuk simplisia daun talas dan 10 adalah pelarut etanol 70%. Masukkan 1 ml ekstrak daun talas ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan bubuk magnesium secukupnya dan 10 tetes asam klorida pekat. Masukkan 1 ml ekstrak daun talas ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan air suling dan kocok kuat-kuat selama 1 menit.

Masukkan 1 ml ekstrak daun talas ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 20 tetes kloroform, kocok, lalu tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Kemudian ditambahkan metilparaben dan dihaluskan kembali hingga homogen, setelah salep yang sudah jadi dengan ekstrak daun talas dihomogenkan, dipindahkan ke dalam toples salep (Ulfa., 2015). Pada pengujian ini diamati bentuk, warna dan bau salep ekstrak daun talas (Paju et al., 2013). b) uji homogenitas.

Pada pengujian ini masing-masing salep ekstrak daun talas ditimbang 1 gram kemudian diencerkan dengan 10 ml akuades kemudian pH salep diukur dengan pH meter (Paju et al., 2013).

Tabel 4. 1. Formulasi Salep Ekstrak Daum Talas
Tabel 4. 1. Formulasi Salep Ekstrak Daum Talas

Analisis Data

Skema Kerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh salep daun keladi etanol (Colocasia esculenta L.) terhadap penyembuhan luka bakar derajat II pada kulit tikus jantan (Rattus norvegicus). Salep 2,5% dengan ekstrak daun talas Homogen dan tidak terbentuk gumpalan Salep 5% dengan ekstrak daun talas Homogen dan tidak muncul. Hasil uji pH salep ekstrak daun talas berkisar antara 5,7 sampai 7,5 yang menunjukkan bahwa salep ekstrak daun talas memenuhi persyaratan.

Dari hasil pengamatan patologi anatomi proses penyembuhan luka bakar pada hewan coba pada kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol netral), kelompok perlakuan dengan basis salep (kontrol negatif), kelompok perlakuan dengan MEBO (kontrol positif) dan kelompok perlakuan dengan Salep ekstrak daun talas ( Colocasia esculenta L dan 7 ,5 %, sedangkan pada kelompok perlakuan salep ekstrak daun talas ( Colocasia esculenta L kontrol negatif dan kontrol netral tidak menunjukkan pertumbuhan rambut hingga hari ke-11. Hasil scan 9 hari menunjukkan bahwa bekas luka sudah mulai hilang pada ekstrak daun talas kelompok 7,5% (Colocasia esculenta L.), dan kelompok perlakuan MEBO mulai menghilang.

Berdasarkan grafik penyajian rerata pengurangan diameter luka bakar didapatkan bahwa salep dengan ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan konsentrasi 7,5% dan salep MEBO sebagai kontrol positif memiliki nilai terbesar. pengurangan diameter.

Gambar 4. 2 Kerangka Operasional Pengaruh Pemberian Sedian Salep Ekstrak Etanol  Daun Talas (Colocasia esculenta L) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat II
Gambar 4. 2 Kerangka Operasional Pengaruh Pemberian Sedian Salep Ekstrak Etanol Daun Talas (Colocasia esculenta L) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat II

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Determinasi Tanaman

Selanjutnya identifikasi tumbuhan dilakukan di Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNIVERSITAS PALANGKA RAYA guna memperoleh identitas tumbuhan yang diteliti dan memberikan kepastian tentang kebenaran tumbuhan tersebut.

Pengumpulan Bahan dan Pengelolahan Bahan

Kemudian simplisia daun talas dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran dan mikroba, tetapi tidak untuk menghilangkan zat aktif daun talas (Rivai et al., 2014). Proses penjemuran daun talas tidak dengan cara dilipat atau dilakukan di bawah sinar matahari langsung, melainkan bagian atasnya ditutup dengan kain hitam tebal agar senyawa yang terkandung di dalamnya tidak terdegradasi oleh sinar matahari. Daun talas kering ditandai dengan kerapuhannya saat dihancurkan dengan tangan (Emilan et al., 2011).

Tujuan proses pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air dan mencegah pembusukan akibat bakteri atau jamur (Tanaman Obat Tradisional Sulawesi Utara Volume II., 2011). Berdasarkan Farmakope Jamu Indonesia (FHI), susut kering ekstrak yang baik tidak boleh melebihi 10% (BPPK Depkes RI., 2008). Setelah disortir kering, simplisia akan dihaluskan dengan blender dan diayak dengan ayakan 40 mesh untuk mendapatkan serbuk halus, dan disimpan dalam plastik klip yang dilengkapi silika gel untuk mencegah tumbuhnya jamur dan kerusakan serbuk simplisia.

Standarisasi Simplisia Daun Talas

Penentuan kadar air bertujuan untuk mengetahui sisa air setelah mengalami proses koagulasi atau pengeringan dan memberikan batasan kadar air bahan untuk menghindari pertumbuhan mikroba yang cepat. Hal ini menandakan bahwa kadar air yang terkandung dalam ekstrak telah memenuhi syarat agar kadar air dapat terjaga dalam waktu yang lama.

Ekstraksi Serbuk Simplisia Daun Talas

Pengentalan dilakukan untuk menghilangkan 70% ekstrak cair yaitu etanol dalam ekstrak cair.

Hasil Skrining Fitokimia

Ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) positif mengandung senyawa flavonoid, ditandai dengan munculnya warna hitam kemerahan setelah penambahan serbuk mg dan HCL pekat, hal ini terjadi akibat reduksi dengan asam klorida pekat dan magnesium (A'yun dkk, 2015). Dari hasil uji saponin ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) menunjukkan hasil positif dengan ditandai terbentuk buih setelah dikocok kuat dan tidak hilang dalam waktu kurang dari 10 menit. Penelitian yang dilakukan oleh Khairany (2015) menunjukkan bahwa senyawa tersebut berperan penting dalam proses penyembuhan luka bakar, flavonoid berperan sebagai zat antibakteri yang dapat mencegah penyebaran bakteri pada luka yang terbentuk, berperan sebagai stimulasi regenerasi kulit pada proses epitelisasi dan sebagai anti inflamasi.

Senyawa saponin berfungsi sebagai pembentuk kolagen dan antikoagulan yang dapat menghambat pembekuan darah, serta senyawa alkaloid yang bersifat racun bagi bakteri menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri bahkan dapat membunuh bakteri.

Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Talas

Sebelum mencampurkan semua bahan, panaskan lesung dan alu dengan menambahkan air panas, setelah lesung dan alu panas, masukkan lanolin ke dalam lesung dan haluskan hingga meleleh, lalu tambahkan vaseline kuning ke dalam lesung yang telah ditumbuk lanolin sampai itu homogen. Setelah membentuk dasar salep, tambahkan ekstrak daun talas sedikit demi sedikit dan haluskan hingga homogen dan semua ekstrak tercampur dengan dasar salep, terakhir tambahkan metilparaben yang sudah dihaluskan hingga homogen (Paju et al. ., 2013).

Hasil Uji Sifat Fisik Sediaan Salep

Uji sebar bertujuan untuk melihat kemampuan salep menyebar dengan baik atau tidak pada permukaan kulit (Naibaho et al., 2013). Hasil uji sebar minyak ekstrak daun talas adalah 5-6 cm yang menunjukkan bahwa salep ekstrak daun talas telah memenuhi persyaratan sebar sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm (Ulaen et al., 2012). Hasil uji daya lekat salep ekstrak daun talas adalah 5-6 detik yang menunjukkan bahwa salep ekstrak daun talas memenuhi persyaratan daya lekat sediaan topikal yaitu tidak boleh kurang dari 4 detik (Ulaen et al., 2012).

Pengujian pH suatu sediaan salep bertujuan untuk mengetahui kandungan asam dalam suatu sediaan salep agar tidak terjadi iritasi selama penggunaan (Mappa et al., 2013). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, kisaran pH suatu sediaan topikal berkisar antara 4,5-8, jika pH terlalu basa akan menyebabkan kulit bersisik dan jika pH terlalu asam akan menyebabkan iritasi (Swastika et al., 2013). .

Tabel 5. 7 Hasil Uji Homogenitas
Tabel 5. 7 Hasil Uji Homogenitas

Hasil Uji Pengaruh Salep Terhadap Luka Bakar

Setelah dilakukan observasi pada kelompok perlakuan dengan salep ekstrak daun talas 7,5% (Colocasia esculenta L.), tumbuh bulu pada tepi luka pada hari ke-9 dan pada kelompok perlakuan MEBO (kontrol positif) bulu bibir. luka pada hari ke 9. 11. Dari hasil presentasi penyembuhan luka bakar terbukti salep ekstrak talas (Colocasia esculenta L.) konsentrasi 7,5% yang dioleskan pada luka bakar lebih cepat dalam menutup luka. luka dengan presentasi penyembuhan 32,08%, sedangkan di MEBO. presentasi salep penyembuhan adalah . Salep ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan konsentrasi 5% menunjukkan rata-rata nilai presentasi penyembuhan luka sebesar 13,72% hampir mencapai rata-rata presentasi kontrol positif, ada kemungkinan salep ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan konsentrasi 5% memiliki potensi dan efektivitas yang sama dengan kontrol positif.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kandungan senyawa kimia pada ekstrak daun talas yang memiliki kemampuan untuk memperkecil diameter luka bakar. Sedangkan salep ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan konsentrasi 2,5% memiliki rata-rata nilai presentasi penyembuhan luka bakar sebesar 5,47%, hal ini menunjukkan bahwa nilai presentasi salep ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan konsentrasi sebesar 2,5% jauh dari rata-rata nilai penyajian kontrol positif, namun salep ekstrak daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan konsentrasi 2,5% masih memiliki potensi dan khasiat yang hampir sama dengan kontrol positif. Sedangkan salep ekstrak 5% dan salep ekstrak 7,5% menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Aplikasi salep yang mengandung ekstrak etanol daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan konsentrasi 7,5% menunjukkan efek penutupan luka bakar yang lebih cepat dibandingkan dengan salep yang mengandung ekstrak etanol daun talas (Colocasia esculenta L.) dengan konsentrasi 2,5%. dan 5%.

Tabel 5. 11 Hasil Pengamatan Penutupan Diameter Luka Bakar
Tabel 5. 11 Hasil Pengamatan Penutupan Diameter Luka Bakar

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Pengaruh Pemberian Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol 70% Herba Pegagan Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus Putih Jantan. Pengaruh sediaan mikroemulsi ekstrak herba Kelakai (Stenochlaena Paluris (Burm.f) Bedd) terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada tikus putih (induksi atrium nitrit (NaN02)). Formulasi Salep Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dan Uji Khasiat Penyembuhan Luka Terbuka pada Kelinci.

Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Pacar (Lawsonia inermis Linn) serta penentuan kadar fenol total dan uji aktivitas antioksidan. Formulasi gel ekstrak daun Sasaladahan (Pperomia pellucida L.) dan uji efektivitasnya pada luka bakar pada kelinci. Pengaruh salep berbasis formulasi salep ekstrak daun kemangi (Ocinum sanchum L.) pada kulit dorsal kelinci Dibuat dengan infeksi Staphylococcus aureus.

Uji khasiat salep ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus. Potensi Ekstrak Etanol Herbal Lampasau (Diplazium esculentum SWART) sebagai penyembuh luka sayatan pada kulit tikus. Skrining aktivitas antibakteri ekstrak etanol 70% beberapa daun tumbuhan di Indonesia terhadap bakteri Shigella Sonnei dan bioautografinya.

Lampiran 7. Gambar proses pengumpulan bahan hingga pembuatan simplisia kering
Lampiran 7. Gambar proses pengumpulan bahan hingga pembuatan simplisia kering

Gambar

Gambar 2. 2 Lapisan-lapisan dan apendiks kulit (Mescher., 2010)
Gambar 2. 3 Lapisan-lapisan epidermis kulit tebal (Mescher., 2010)
Gambar 2. 4 Skematik dan gambar klinis luka bakar derajat I  b)  Derajat 2 : luka bakar derajat 2 terdapat 2 macam, yaitu :
Gambar 2. 5 Skematik dan gambar klinis luka bakar derajat IIa ii.  Derajat 2 dalam (deep)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji ANOVA dua arah menunjukkan bahwa hari dan kelompok berpengaruh signifikan terhadap penyembuhan luka diabetes, kelompok perlakuan yang memiliki efek