Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Formulasi Sabun Mandi Padat Menggunakan Minyak Kelapa Sawit Dengan Bahan Aktif Ekstrak Tumbuhan Sereh Putih (Cymbopogon citratus DC. Stapf)” bukanlah sebagian atau seluruhnya karya ilmiah orang lain, kecuali dalam bentuk sitasi dimana disebutkan sumbernya. Dan pada tahun 2018, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Cendekia Medika Pangkalan Bun dengan melanjutkan Program Studi S1 Farmasi.
Latar Belakang Masalah
Namun penggunaan antijamur kimia dapat menimbulkan resistensi dan dapat menimbulkan efek samping (Masloman, et al., 2016). Serai merupakan bahan alami dengan kandungan kimia yang kaya yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan antijamur (Silva, et al., 2008).
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, serai mengandung zat antijamur dan antibakteri yang dapat menghambat bahkan membunuh bakteri dan jamur sehingga pemilihan sabun mandi padat sesuai dengan kandungan tanaman serai, selain itu pemilihan sabun mandi padat juga karena padat. sabun merupakan sediaan kosmetika farmasi yang banyak digunakan oleh masyarakat agar kulit tubuh dapat dibersihkan dari kotoran setiap hari.
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
Meningkatkan pengetahuan pembuatan sabun padat berbahan dasar minyak sawit dengan bahan aktif ekstrak tumbuhan serai wangi (Cymbopogon citratus). Setelah diperoleh ekstrak serai wangi (Cymbopogon citratus) dari metode maserasi, dibuat formulasi sabun padat dengan penambahan ekstrak serai wangi (Cymbopogon citratus) yaitu dengan bahan aktif ekstrak serai wangi (Cymbopogon citratus) sebanyak 1 gram. . , 3 gram dan 5 gram. . Setelah pembuatan sediaan sabun padat dengan kandungan ekstrak serai wangi (Cymbopogon citratus) yang berbeda dilakukan uji mutu sabun yang meliputi uji organoleptik, uji kadar air, kadar asam lemah, alkali bebas/asam lemak bebas, lemak tidak tersaponifiabel (metode) . titrasi), minyak mineral dan keasaman (pH).
Formulasi sediaan sabun dibuat dengan menggunakan 3 ekstrak serai yang berbeda kandungannya yaitu 1 gram, 3 gram dan 5 gram. Pembuatan sabun mandi padat ekstrak serai wangi (Cymbopogon citratus) menggunakan metode panas yang melibatkan perendaman air. Dalam pengujian sediaan sabun mandi padat ekstrak tumbuhan Sereh (Cymbopogon citratus) mengacu pada Standar Nasional Indonesia tahun 1994 dan Standar Nasional Indonesia tahun 2016.
Berdasarkan hasil penelitian formulasi sabun mandi padat menggunakan minyak kelapa sawit dengan penambahan ekstrak tumbuhan serai wangi (Cymbopogon citratus DC. Stapf) dapat disimpulkan. Formulasi sabun mandi padat menggunakan minyak sawit dengan penambahan ekstrak tumbuhan serai wangi (Cymbopogon citratus DC. Stapf) dapat diformulasikan menjadi sediaan sabun mandi padat. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang manfaat sabun mandi padat menggunakan minyak sawit dengan penambahan ekstrak tumbuhan serai wangi.
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai formulasi sabun mandi padat menggunakan minyak sawit melalui penambahan ekstrak tumbuhan serai wangi.
Tinjauan Umum Tanaman Serai (Cymbopogon citratus)
Sabun
Lemak tak tersaponifikasi yang masih terdapat pada hasil uji asam lemak bebas/basa disaponifikasi dengan KOH alkohol berlebih. Hasil titrasi blanko KOH dengan jumlah yang digunakan dikurangi dengan hasil titrasi KOH sisa setelah disabunkan, yaitu jumlah KOH yang telah bereaksi dengan lemak yang tidak tersaponifikasi sesuai dengan sampel uji yang diperiksa.
Kulit
Melalui mitosis, sel-sel ini terus diperbarui, secara bertahap sel-sel di lapisan basal bermigrasi ke permukaan epitel (Kalangi, 2013).
Simplisia dan Metode Penyarian
Bahan simplisia yang digunakan harus bersih, artinya tidak tercampur dengan kerikil, rumput, akar, daun, tanah, batang atau kotoran yang rusak atau rusak, baik serangga maupun zat lain (Emilan, et al., 2011). Tingkat kehalusan serbuk biasa meliputi sangat halus, halus, agak kasar, kasar dan sangat kasar, kecuali ditentukan lain (Rivai, et al., 2014). Berdasarkan bahan obat tradisional, diperlukan pengeringan hingga kadar airnya tidak lebih dari 10% (Emilan, et al., 2011).
Pengeringan simplisia dilakukan dengan cara tidak dijemur di bawah sinar matahari langsung pada suhu ruangan atau udara (Rivai, et al., 2014). Bahan pengemas yang cocok dan baik untuk simplisia adalah kantong plastik dan karung goni karena bahan ini mudah disimpan dan juga cukup menjamin dan melindungi simplisia (Emilan, et al., 2011). Untuk mendapatkan simplisia yang sempurna, arsip simplisia harus dilakukan sebagai pembanding atau standar internal (Emilan, et al., 2011).
Ekstraksi dan Ekstrak
Proses maserasi dilakukan dengan cara merendam bahan baku dalam wadah dengan pelarut yang sesuai pada suhu ruang dan sesekali diaduk untuk mempercepat proses ekstraksi. Proses perkolasi ini dilakukan dengan cara melarutkan bahan yang akan diekstrak menggunakan senyawa metabolit dengan cairan pelarut yang tepat. Proses ini berlangsung terus menerus, akibatnya sampel terus-menerus terpapar pada efek mekanis dan kimiawi pelarut, yang membuat proses ekstraksi lebih efisien dan lebih cepat.
Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi merupakan pelarut yang baik untuk bahan aktif, sehingga senyawa tersebut dapat dipisahkan dari senyawa dan bahan lain dan ekstrak hanya memiliki kandungan penyusunnya saja. Namun, peraturan dan kebijakan pemerintah di bidang ini juga membatasi pelarut yang diizinkan dan tidak dapat diterima. Sampai saat ini, aturannya adalah pelarut yang diperbolehkan adalah etanol (alkohol) dan air serta campuran di dalamnya.
Skrining fitokimia
Jenis pelarut serupa seperti metanol dll. hidrokarbon alifatik), diencerkan dengan toluena. hidrokarbon aromatik), kloroform (dan jenisnya), aseton umumnya digunakan sebagai pelarut pada tahap fraksinasi dan pemisahan. Khususnya pada metanol dihindari karena toksisitasnya yang akut dan kronis, namun sebenarnya metanol merupakan pelarut yang baik dibandingkan dengan etanol jika terdapat residu pelarut negatif pada ekstrak yang diuji (DepKes RI, 2000).
Keaslian Penelitian
Dalam kerangka konseptual dijelaskan bahwa peneliti akan meneliti formulasi sabun mandi padat menggunakan minyak sawit dengan bahan aktif ekstrak tumbuhan serai wangi (Cymbopogon citratus) sebagai antibakteri pada kulit. H1: Ekstrak sereh wangi (Cymbopogon citratus) dengan bahan baku minyak sawit dapat diformulasikan menjadi sabun. H1 : Terdapat formulasi sabun mandi padat ekstrak sereh wangi (Cymbopogon citratus) dengan bahan baku minyak sawit yang memenuhi sifat sebagai sabun mandi padat.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan sampel yang diambil adalah bagian batang tanaman serai wangi (Cymbopogon citratus) yang masih segar. Tanaman serai wangi (Cymbopogon citratus) diambil dari kebun pribadi di Desa Sukamakmur, Kecamatan Seruyan Tengah, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. 22-06-2022 Proses pengeringan cacahan tanaman serai wangi dengan oven pada suhu 70oC selama 48 jam.
Kerangka Konseptual
Tanaman serai wangi (Cymbopogon citratus) yang terkumpul dibersihkan dan dicacah, kemudian dikeringkan dalam oven dan dihaluskan, kemudian diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut metanol, dan juga dilakukan skrining fitokimia. Bahan pembuatan sabun adalah asam stearat, minyak sawit, NaCl, air suling, NaOH, gula pasir, etanol, gliserin dan coco-DEA.
Hipotesis penelitian
- Waktu dan Tempat
- Desain Penelitian
- Variabel
- Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling
- Alat Dan Bahan
- Definisi Operasional
- Prosedur Penelitian
- Analisis Data
- Skema Kerja
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak serai wangi (Cymbopogon citratus) dengan bobot yang berbeda yaitu 1 gram, 3 gram dan 5 gram yang digunakan untuk menguji sifat sabun batangan. Untuk penelitian yang dilakukan, populasinya meliputi tanaman serai wangi (Cymbopogon citratus) yang berasal dari desa Sukamakmur, Seruyan Tengah, Seruyan, Kalimantan Tengah yang berumur lebih dari 5 bulan setelah tanam. Ekstrak tanaman serai adalah ekstrak yang diperoleh dari tanaman serai yang diekstraksi dengan metode maserasi dan pelarut yang digunakan adalah metanol.
Pengujian kadar air sediaan sabun yaitu cawan petri yang dibiarkan kering dalam oven pada suhu 105°C selama 30 menit ditimbang, kemudian sampel sabun ditimbang sebanyak 5 gram ke dalam cawan petri. Panaskan sampel dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam, kemudian dinginkan dalam desikator hingga suhu ruang, kemudian timbang dan hitung hasilnya. Cairan pencuci dituangkan ke atas kertas saring, residu pada kertas saring dicuci dengan etanol netral hingga bebas sabun, kemudian kertas saring dan residu dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 3 jam.
Pengambilan sampel dilakukan dalam waktu 2 hari dan diperoleh berat basah total tanaman serai wangi yaitu 2,5 kg. Untuk kadar air simplisia tanaman serai wangi yang ditentukan diperoleh hasil kadar air sebesar 7,91%, sehingga dapat disimpulkan kadar air simplisia telah memenuhi syarat. Ekstrak serbuk simplisia dari tanaman serai wangi dalam wadah menggunakan pelarut metanol, dengan perbandingan simplisia:pelarut 1:5 dimana 300 gram serbuk simplisia berada dalam 1500 ml metanol.
Berdasarkan data hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa simplisia tanaman serai wangi dengan kedua pelarut tersebut memiliki kandungan senyawa terlarut yang tinggi. Penentuan derajat keasaman (pH) simplisia serai wangi dilakukan dengan cara menyiapkan larutan sampel simplisia dengan konsentrasi 1% yaitu dengan menimbang 1/2 gram sampel simplisia dan melarutkannya dalam 50 ml akuades. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui keberadaan berbagai komponen bioaktif pada tanaman serai wangi” (Riris, et al, 2020).
Kandungan senyawa minyak sereh dapur (Cymbopogon citratus)
- Syarat mutu sabun mandi
- Pemanenan bahan baku simplisia
Hasil rendemen ekstrak tanaman sereh dapur
- Hasil parameter standarisasi spesifik simplisia tanaman sereh dapur
- Hasil parameter non-spesifik simplisia tanaman sereh dapur
Hasil skrining fitokimia ekstrak dengan metode uji reaksi
Pengujian yang dilakukan untuk tahap penapisan fitokimia dengan metode uji reagen ini meliputi: uji saponin, uji tanin, uji alkaloid dan uji flavonoid. Berdasarkan hasil Tabel 5.5, senyawa alkaloid (+) terbentuk endapan jingga dan endapan kuning kecoklatan, senyawa flavonoid (+) terbentuk warna jingga kemerahan, sedangkan senyawa saponin (+) terbentuk akibat terbentuknya buih yang berlangsung selama 10 menit dan tidak hilang bila terdapat tetesan senyawa HCl 2N dan tanin (+) berwarna hitam. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Afrina, dkk (2017) menjelaskan hasil uji fitokimia yaitu ekstrak serai mengandung tanin, terpenoid dan alkaloid.
Hasil uji sediaan sabun dengan penambahan ekstrak tanaman sereh dapur
- Alur pembuatan simplisia
- Alur pembuatan ekstrak
- Alur pembuatan sabun mandi padat
- Alur uji karakteristik sediaan sabun
- Tanaman Sereh Dapur (Cymbopogon citratus)
- Struktur kimia saponin
- Struktur kimia tanin
- Struktur kimia alkaloid
- Struktur kimia flavonoid
- Struktur kimia fenol
- Sabun mandi padat
Uji mutu bahan tidak larut etanol menurut SNI mencapai 5,0%, dan hasil pengujian untuk formulasi 1 gram adalah 4,6%, formulasi 3 gram adalah 4,6% dan formulasi 5 gram adalah 5,9%. Dari hasil pengujian pada formulasi 1 gram dan 2 gram tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan tidak melebihi mutu SNI, namun pada formulasi 5 gram hasil pengujian yang diperoleh melebihi mutu yaitu dengan hasil sebesar 5,9%, jauh lebih banyak. faktor yang mempengaruhi proses pengujian bahan tidak larut dalam etanol salah satunya adalah penambahan ekstrak kental tanaman serai wangi yang lebih banyak dari formulasi 1 gram dan formulasi 3 gram, sehingga hasil formulasi 5 gram dapat meningkatkan kualitas SNI. Rita, formulasi penelitian Wiwik Susanah tahun 2018 berjudul “Formulasi sabun mandi padat minyak atsiri serai (Cymbopogon citratus DC.) sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus” tidak membahas uji bahan tidak larut etanol karena penelitiannya mengacu pada SNI-1994 sedangkan pengujian bahan tidak larut etanol masuk dalam SNI-2016.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian asam lemak bebas atau alkali bebas dimana pengujian ini dapat menentukan kadar pH sabun, pH yang baik untuk sabun badan padat adalah 9-11 atau bersifat basa (SNI-1994). Uji alkali bebas adalah alkali bebas dalam sediaan sabun padat yang tidak terikat sebagai senyawa. Alkali bebas pada sabun padat berlebih dapat terjadi karena konsentrasi alkali yang berlebih atau pekat selama proses saponifikasi, sabun dengan kandungan alkali bebas yang tinggi sering digunakan pada sabun cuci (Rizky, Nadya Dwi, et al., 2013).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa formulasi 1 gram adalah 0,4%, formulasi 3 gram adalah 0,4% dan formulasi 5 gram adalah 0%, dengan mutu standar nasional Indonesia yaitu maksimal 0,5%. Formulasi sabun padat dengan minyak atsiri lemon (Cymbopogon citratus DC.) sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Struktur kulit