• Tidak ada hasil yang ditemukan

Full Text - Universitas Muhammadiyah Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Full Text - Universitas Muhammadiyah Makassar"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses Collaborative Governance dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di Kabupaten Luwu Utara. Hasil kajian menunjukkan bahwa proses kolaborasi melalui dialog tatap muka masih lemah karena kurangnya intensitas dialog antar pemangku kepentingan. Membangun kepercayaan ditunjukkan dengan adanya saling pengertian dan kesadaran terhadap tugas masing-masing pemangku kepentingan dalam bekerja sama mengelola ruang terbuka hijau. Keterlibatan dalam proses ditunjukkan dengan keterbukaan satu sama lain, mengingat dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas masing-masing pemangku kepentingan, pemahaman bersama ditunjukkan dengan saling menawarkan solusi atas permasalahan yang timbul dalam proses kolaboratif pengelolaan ruang terbuka hijau. , Hasil antara, hal-hal yang perlu dicapai dalam kerja sama ruang terbuka hijau, yaitu menjadikan ruang terbuka hijau sebagai tempat masyarakat melakukan berbagai aktivitas dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses Collaborative Governance dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di Kabupaten Luwu Utara.

Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan hidayah Allah SWT, sehingga skripsi yang berjudul: “Manajemen Koperasi Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Di Kabupaten Luwu Utara” dapat terselesaikan.

Latar Belakang

Di Kabupaten Luwu Utara terdapat lima titik RTH, salah satunya RTH Taman Sulikan. Dalam pengelolaan RTH Taman Sulikan ini melibatkan beberapa instansi pemerintah yang bekerja sama dan juga pihak swasta. Upaya yang dilakukan dalam pengelolaan RTH di Kabupaten Luwu Utara adalah berupa konservasi dan peningkatan RTH.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengelolaan kolaboratif dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di Kabupaten Luwu Utara”.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Administrasi Publik

  • Old Public Administration
  • New Public Management
  • New Public Service dan Governance

Pada dasarnya konsep manajemen publik baru mengacu pada prinsip mekanisme pasar dan terminologi di sektor publik. Pelayanan publik baru berbeda dengan konsep administrasi publik lama dan administrasi publik baru. Ide dasar pelayanan publik baru dibangun melalui beberapa konsep, yaitu: (1) teori kewarganegaraan demokratis, (2) model komunitas dan masyarakat sipil, (3) organisasi humanistik, (4) ilmu administrasi publik postmodern.

Keempat konsep tersebut membangun pengembangan ilmu administrasi publik pada bagian ketiga yang disebut pelayanan publik baru (Thoha, 2010).

Konsep Collaborative Governance

  • Pengertian Collaborative Governance
  • Proses Collaborative Governance
  • Ukuran Keberhasilan Collaborative Governance
  • Faktor Yang Mempengaruhi Collaborative Governance

Konsep tata kelola kolaboratif sebagaimana dijelaskan di atas mengarah pada suatu bentuk kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dan. Pihak-pihak yang terlibat merupakan bagian terpenting dalam proses kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama dan menyelesaikan permasalahan publik. Selain itu, kompromi juga dilakukan untuk mencapai kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses kerja sama.

Donahue dan Zeckhauser (Irawan, 2017) juga menyatakan bahwa Collaborative Governance dianggap sebagai bentuk hubungan kerjasama antara pemerintah sebagai regulator dan pihak swasta sebagai pelaksana. Mengacu pada pengertian tersebut, maka Collaborative Governance pada dasarnya ada karena adanya hubungan saling ketergantungan dan saling membutuhkan yang terjalin antara pihak-pihak yang bekerja sama, tidak hanya pihak swasta sebagai pelaksana, namun penyelenggara publik juga menjadi pelaksana dalam proses pencapaian tujuan bersama. jika kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama lintas batas negara di sektor publik. Newma, Barnes dkk (2004) dalam Sururi (2018) bahwa tata kelola kolaboratif memerlukan partisipasi masyarakat. Mengenai kerjasama dalam proses pembangunan daerah, mereka mengatakan bahwa; Selain dukungan pemerintah, hal ini juga memerlukan partisipasi masyarakat dan swasta agar manfaat langsung dapat dirasakan oleh pengguna sumber daya.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa unsur terpenting dalam Collaborative Governance adalah partisipasi semua pihak yang terlibat atau terkena dampak kerjasama dalam pengelolaan sumber daya daerah. Banyak pihak yang terlibat dalam kerja sama di bidang pemerintahan. Secara umum dikatakan bahwa Collaborative Governance melibatkan tiga sektor, yaitu pemerintah, masyarakat, dan swasta. Berdasarkan berbagai definisi tentang Collaborative Governance yang telah disebutkan di atas, maka Collaborative Governance secara umum menggambarkan suatu hubungan kolaboratif antara berbagai pihak.

Bahwa proses Collaborative Governance memerlukan sinergi berbagai aktor, mendekatkan diri dengan masyarakat guna meningkatkan partisipasi masyarakat, di samping memperluas kerja sama dengan pihak lain, dalam hal ini swasta, untuk memenuhi sumber daya bagi pembangunan. Salah satu hal terpenting dalam tata kelola kolaboratif adalah ketersediaan barang dan jasa yang akan digunakan dalam proses pembangunan (Sururi, 2018.

Ruang Terbuka Hijau

  • Pengertian Ruang Terbuka Hijau
  • Fungsi Ruang Terbuka HIjau
  • Jenis Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau di perkotaan merupakan bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang dipenuhi tanaman dan vegetasi untuk menunjang manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika (Rawung, 2015). Zoeraini dalam Tahir (2017) menyatakan bahwa ruang terbuka hijau merupakan elemen penting bagi sebuah kota. Pasalnya RTH ini menyeimbangkan kondisi ekologi suatu kawasan sehingga terjadi keseimbangan antara ekosistem dan pembangunan di era modern.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau pada Di perkotaan, yang dimaksud dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu kawasan yang diperluas/jalur dan/atau gabungan yang pemanfaatannya lebih terbuka, tempat tumbuhnya tanaman, baik tanaman yang tumbuh secara alami maupun yang sengaja ditanam. Selain mempunyai fungsi ekologis dan sosial, ruang terbuka hijau juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan.

Kegiatan pembelajaran di ruang terbuka hijau merupakan salah satu alternatif untuk mengenalkan dan mengeksplorasi lingkungan sekitar (Marmi, 2016). Ruang Terbuka Hijau Publik (RTH) adalah Ruang Terbuka Hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah kota/kabupaten yang digunakan. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 berikut jenis ruang terbuka hijau yang disediakan untuk umum.

Ruang terbuka hijau pada jalur hijau jalan menggambarkan keberadaan tumbuhan atau pepohonan di sepanjang jalan, baik pada jalur pejalan kaki, ruang pada bagian bawah jalan layang, maupun pada area perantara jalan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara No. 7 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan menjelaskan 2 jenis RTH diantaranya.

Bagan Kerangka Pikir

Jalur hijau berupa jalur darat terbuka yang meliputi taman, lapangan olah raga, taman monumen, dan makam yang pembangunan, pengelolaan, dan pengendaliannya dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan rencana kota. Sehingga segera seluruh kawasan dan kawasan hijau bisa dijadikan ruang terbuka hijau. antar pemangku kepentingan, c) komitmen terhadap proses sebagai upaya untuk menjamin keselarasan dan keseimbangan dalam kolaborasi, d) pemahaman bersama sebagai upaya membangun pemahaman antar pemangku kepentingan, dan e) hasil antara (intermediate outcome) sebagai hasil dari proses kolaboratif.

Fokus Penelitian

Deskripsi Fokus Penelitian

METODE PENELITIAN

Jenis dan Tipe Penelitian

Sumber Data

Tugas dan fungsi perangkat daerah dalam pemeliharaan ruang terbuka hijau di Kabupaten Luwu Utara antara lain: a. Hal ini penting dilakukan dalam proses kolaboratif pengelolaan ruang terbuka hijau di Kabupaten Luwu Utara. Bentuk komunikasi yang dilakukan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau adalah: komunikasi langsung dan tidak langsung.

Di bawah ini juga hasil wawancara dengan SATPOL PP terkait tugas mereka terkait pengamanan yang dilakukan dalam pengelolaan ruang terbuka hijau. Kegiatan atau tugas yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup berkaitan dengan pengelolaan ruang terbuka hijau. Beberapa hasil wawancara di atas menunjukkan komitmen pemangku kepentingan terhadap kerja sama pengelolaan ruang terbuka hijau.

Di bawah ini adalah hasil wawancara dengan Dinas Perlindungan Lingkungan Hidup mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam koperasi pengelolaan kawasan terbuka hijau. Proses ini penting khususnya dalam pengelolaan bersama ruang terbuka hijau di Kabupaten Luwu Utara. Kemudian merujuk pada indikator kesepahaman bersama dalam pengelolaan ruang terbuka hijau secara kooperatif di Kabupaten Luwu Utara.

Asalkan kinerja dalam menjalankan tugas kolaboratif pengelolaan ruang terbuka hijau terlaksana secara maksimal. Setiap pemangku kepentingan mengetahui tugas dan fungsinya dalam proses kolaboratif pengelolaan ruang terbuka hijau. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa pemangku kepentingan memahami dan menyadari peran masing-masing SKPD dalam pengelolaan ruang terbuka hijau.

Adat atau budaya memelihara hewan ternak menjadi permasalahan nyata dalam pengelolaan bersama ruang terbuka hijau.

Informan Penelitan

Teknik Pengumpulan Data

Melaksanakan kegiatan tanya jawab yang penulis lakukan kepada informan penelitian mengenai proses Collaborative Governance dalam pengelolaan ruang terbuka hijau. Penulis melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen, foto dokumenter dan dokumen arsip lainnya yang sesuai atau berkaitan dengan proses Collaborative Governance dalam pengelolaan ruang terbuka hijau.

Pengabsahan Data

Teknik Analisis Data

  • Face to face dialogue
  • Trust Building
  • Commitment to Process
  • Shared Understanding
  • Intermediate Outcome

Bagian Umum Sekretariat Daerah mempunyai tugas melakukan pemeliharaan fasilitas penerangan ruang terbuka hijau publik. B. Pengelolaan Kolaboratif dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Pengelolaan ruang terbuka hijau memerlukan kerjasama atau kolaborasi untuk menjaga dan menjamin kualitas ruang terbuka hijau. Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa bentuk rasa saling percaya dibangun melalui saling pengertian dan kesadaran terhadap tugas masing-masing SKPD dalam pengelolaan ruang terbuka hijau.

Hasil wawancara menjelaskan bahwa masyarakat sekitar taman masih kurang peduli terhadap ruang terbuka hijau. Hingga saat ini, SKPD yang membidangi pengelolaan kawasan hijau telah menjalankan tugasnya sesuai dengan tugasnya. Berikut hasil wawancara dengan Bagian Umum Sekretariat Provinsi yang menangani pemeliharaan penerangan di kawasan terbuka hijau.

Meskipun hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dalam proses kerjasama pengelolaan ruang terbuka hijau berlangsung sesuai dengan tugas masing-masing pemangku kepentingan. Hal ini juga karena mereka sudah memahami tugasnya dalam menjaga ruang terbuka hijau. Berikut hasil wawancara serupa dengan SATPOL PP terkait gangguan ternak di area terbuka hijau taman.

As-Zhifa 222 tentang permasalahan komunikasi yang dihadapi di lapangan dalam pemeliharaan fisik ruang terbuka hijau. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau dimanfaatkan oleh masyarakat seperti sebagai tempat bermain anak-anak.

Pembahasan

Hasil wawancara menunjukkan bahwa SKPD yang terlibat dalam pengelolaan ruang terbuka hijau jarang mengadakan rapat koordinasi. Logikanya, hal ini menjadikan kurangnya partisipasi masyarakat menjadi faktor penghambat proses kolaboratif pengelolaan ruang terbuka hijau. Jangan sampai meninggalkan begitu saja tugasnya di bidang pelestarian ruang terbuka hijau tanpa memperhatikan hasil pencapaiannya.

Bentuk kepentingan negara terkait lingkungan hidup adalah dengan adanya kebijakan mengenai pengelolaan ruang terbuka hijau. Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa kebijakan terkait pengelolaan ruang terbuka hijau seharusnya menjadi faktor pendukung. Faktor pendukung pengelolaan ruang terbuka hijau selain kebijakan adalah tersedianya fasilitas pemeliharaan ruang terbuka hijau.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa keberadaan peralatan pemeliharaan ruang terbuka hijau dapat menunjang pemeliharaan ruang terbuka hijau. Wawancara di atas menunjukkan bagaimana pengendalian hewan ternak yang mengganggu dan merusak ruang terbuka hijau. Berikut juga hasil wawancara dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan terbuka hijau taman tersebut, sebagai berikut.

Jadi kerjasama berdasarkan 5 indikator tersebut menunjukkan bahwa tugas koperasi dalam kerjasama pengelolaan ruang terbuka hijau belum maksimal. Dalam pengelolaan ruang terbuka hijau perlu lebih ditingkatkan kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat.

Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan Ruang

  • Faktor Pendukung Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
  • Faktor Penghambat Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Dari hasil analisis dan wawancara terhadap SKPD yang terlibat dalam pengelolaan ruang terbuka hijau, perlu banyak melakukan sosialisasi untuk meningkatkan motivasi dan kesadaran sehingga menghasilkan partisipasi masyarakat. Prospek dan permasalahan pengembangan ruang terbuka hijau sebagai pengurangan dampak dan adaptasi pemanasan lokal. Penyediaan hutan kota dan taman kota sebagai ruang terbuka hijau (RTH) publik sesuai preferensi masyarakat di kawasan pusat Kota Tangerang.

Model pengelolaan kolaboratif dalam pengelolaan perbatasan internasional di Provinsi Kepulauan Riau menggunakan metode Partial Least Squares. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Jumlah Informan

Referensi

Dokumen terkait