• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI PUSKESMAS CARINGIN

Yulitha Naihely1, Maidartati2 Sri Hayati3

1 Universitas BSI, [email protected]

2 Universitas BSI, [email protected]

³ Universitas BSI, [email protected]

ABSTRAK

Pemberian ASI Eksklusif selama bayi berusia 0 - 6 bulan sangat penting. Jumlah Ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif masih rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yaitu:

Pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, kesehatan ibu, pendapatan keluarga, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan iklan susu formula. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian adalah deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah semua Ibu - ibu yang memiliki bayi 0 - 6 bulan dengan jumlah 100 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik probability sampling dengan pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa presentase. Hasil penelitian membuktikan bahwa Sebagian besar responden (64 %) tidak memberikan ASI Eksklusif. Sebagian besar responden ( 55 %), berpendidikan tinggi dengan jumlah pemberian ASI eksklusif sebesar (37 %). Hampir seluruhnya responden ( 89 % ) berstatus sebagai ibu tidak bekerja dengan jumlah pemberianASI Eksklusif sebesar (62 %). Seluruhnya responden (100 %) sehat, yang memberikan ASI eksklusif (64 %). Separuhnya responden (50%) berpendapatan sedang dengan pemberian ASI eksklusif sebanyak (33 %). Hampir seluruhnya responden ( 96%) berpengetahuan baik, dengan jumlah pemberian ASI Eksklusif (62 %). Hampir seluruhnya responden dengan dukungan keluarga baik (83 %), dengan jumlah ASI eksklusif (54 %). Hampir seluruhnya responden (90 %) dengan dukungan petugas kesehatan baik, dengan jumlah ASI eksklusif sebanyak (57 %). Sebagian besar responden (63 %) tidak tertarik dengan iklan susu formula, jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif sebesar (10 %). Saran untuk Puskesmas adalah mempertahankan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan cara melakukan penyuluhan.

Kata Kunci: ASI Eksklusif, Faktor – faktor yang berhubungan dengan ASI ABSTRACT

Exclusive breastfeeding for babies aged 0 - 6 months is very important. The number of mothers who breastfeed their babies exclusively is still low. Many factors influence exclusive breastfeeding : education, employment status, knowledge, maternal health, family income, family support, health care support and formula milk advertising.. The purpose of this study was to determine the factors associated with exclusive breastfeeding. This type of research is descriptive. The sample in this study were all mothers who had babies 0 – 6 month with a total of 100 people. The sampling technique used is probability sampling technique with sampling using simple random sampling. Data collection using a questionnaire. Data analysis used in this study is percentage analysis. The results of the study prove that most respondent (64 %) didi not provide exclusive breastfeeding. Most of the respondent (55 %) were highly educated with an exclusive breastfeeding amount of (37 ). Almost all respondent ( 89 %) working as mothers with exclusive breastfeeding amount (62 %). All respondent (100 %) were healthy, give exclusive breastfeeding (64 %).

Half of the respondents (50%) were middle income with exclusive breastfeeding (33%). Almost all respondents (96%) were well-informed, with the number of exclusive breastfeeding (62%). Almost all respondents with good family support (83%) with an exclusive breastfeeding (54%). Almost all respondents (90%) with the support of good health workers, the number of exclusive breastfeeding was (57%). Some respondents (63%) were not interested in formula milk advertising, the number of respondents who gave

(2)

exclusive breastfeeding was (10 %). Suggestions for are to maintain maternal knowledge of exclusive breastfeeding by conducting counseling.

Keywords: Exclusive breastfeeding, related factors of Exclusive breastfeed

PENDAHULUAN

Menurut Motee et al (2013) Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi 0 - 6 bulan.

Faktor pelindung dan nutrisi yang terkandung dalam ASI memastikan status gizi yang baik dan mengarah pada penurunan morbiditas dan mortalitas anak (Motee & Jeewon, 2014). Air Susu Ibu merupakan salah satu makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sugiarti, 2011).

Menurut Haryono (2014), faktor - faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif antara lain : pendidikan, pengetahuan, kesehatan ibu, dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan, pendapatan keluarga. Penyebab yang paling banyak untuk penghentian ASI adalah dikarenakan ASI tidak keluar, hal ini bisa disebabkan karena kurang pengetahuan atau kurangnya informasi tentang ASI eksklusif sehingga menyebabkan keengganan untuk menyusui dan susu formula menjadi alternatifnya. Ada juga karena ibu bekerja, sebagai seorang pekerja ibu dituntut untuk bisa membagi waktu antara pekerjaan dan memberikan ASI pada bayi, tetapi biasanya pada ibu bekerja lebih memilih susu formula daripada memompa ASI sendiri dengan alasan tidak ada waktu. Selain itu pendidikan ibu juga berpengaruh di mana semakin tinggi pendidikan seorang ibu maka semakin bagus pemahaman tentang ASI eksklusif.

Faktor yang berikutnya adalah dukungan keluarga dan dukungan petugas kesehatan.

Dukungan – dukungan ini berupa penyaluran informasi dan motivasi agar ibu lebih semangat dalam menyusui. Sedangkan faktor – faktor yang lainnya berupa kesehatan ibu yang sangat berpengaruh dan juga maraknya iklan susu formula yang membuat ibu lebih memilih susu formula tanpa mempertimbangkan kandungannya.

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, dan masih di bawah target (80 %). Provinsi dengan cakupan ASI eksklusif terendah adalah Provinsi Jawa Barat dengan presentase 21,8 %, Papua Barat dengan presentase 27,3 % dan Sumatera Utara dengan presentase 37,6 % merupakan tiga provinsi dengan capaian terendah (Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014). Data yang

diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bandung (2014) mengenai cakupan ASI eksklusif pada tahun 2014 dari 21.849 bayi, sebesar 11.536 orang (52,80%) di beri ASI eksklusif. Melihat angka tersebut maka cakupan pemberian ASI untuk kota Bandung masih di bawah target yaitu 75%. Puskesmas Caringin berada di presentase rendah yaitu 23,12% (Dinas Kesehatan Kota Bandung, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 17 April 2018 terhadap 10 responden yang memiliki bayi 0 – 6 bulan dengan teknik wawancara di Puskesmas Caringin didapatkan data 8 orang responden memberikan susu formula kepada bayinya karena bekerja. Alasan lainnya karena ASI tidak keluar dan ada responden yang memberikan susu formula karena nyeri pada puting susu. Sedangkan 2 orang responden memberikan ASI eksklusif kepada bayi dan tidak setuju dengan pemberian susu formula.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Caringin, Kecamatan Babakan Ciparay.

Rumusan masalahdalam penelitian ini adalah: Faktor – Faktor Apa Saja Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Caringin?

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Caringin, Kecamatan Babakan Ciparay.

KAJIAN LITERATUR

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi esensial yang mengandung sel – sel darah putih, immunoglobulin, enzim, hormon dan protein spesifik serta zat gizi lainnya yang diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang kehidupan bayi (Sherwood, 2013). Menurut Ballard (2013), ASI eksklusif sangat penting bagi kelangsungan hidup bayi. ASI mengandung growth factor dan zat antibodi. Growth factor dalam ASI berperan dalam membantu proses pematangan organ dan hormon, sedangkan zat antibodi berfungsi membantu proses pematangan sistem imun.

Proses pematangan sistem imun sangat penting karena sistem imun bayi baru lahir belum sempurna. dan hormon, sedangkan zat antibodi

(3)

berfungsi membantu proses pematangan sistem imun. Proses pematangan sistem imun sangat penting karena sistem imun bayi baru lahir belum sempurna (Bracci. R, 2012). Salah satu kandungan ASI yang sangat penting bagi bayi adalah kolostrum.

Menurut Sherwood (2013), kolostrum adalah susu yang diproduksi selama lima hari pertama setelah persalinan, mengandung sedikit lemak dan laktosa tetapi dengan komponen – komponen imunoprotektif yang tinggi. Semua bayi maunsia memerlukan imunitas pasif selama gestasi oleh antibodi yang menembus plasenta dari ibu kepada janinnya. Namun, antibodi – antibodi ini berumur pendek dan tidak dapat menetap hingga bayi dapat membentuk sendiri pertahanan imunologis. Menurut Haryono (2014), faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain:

pendidikan, pengetahuan, status pekerjaan, dukungan keluarga, kesehatan ibu, dukungan petugas kesehatan, iklan susu formula, pendapatan keluarga.

1. Pendidikan

Menurut Notoadmodjo (2010), Pendidikan akan mempengaruhi seseorang untuk mencari tahu informasi yang dibutuhkannya.

Pendidikan ibu yang tinggi akan lebih mudah menerima suatu ide baru, sehingga promosi dan informasi mengenai ASI mudah diterima dan diterapkan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kemudahan seseorang untuk dimotivasi kearah yang lebih baik, sehingga yang diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka mempunyai motivasi yang baik dalam mengambil keputusan untuk menyusui bayinya. Seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menerima intoleransi, sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat penafsiran informasi seseorang terhadap objek – objek yang diperkenalkan (Aini, 2015).

2. Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2012), Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya. Pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh jumlah perhatian dan persepsi terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan yang dimiliki manusia diperoleh melalui mata dan juga telinga. Pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya

dengan pendidikan, Maka diharapkan bahwa pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu positif dan negatif.

Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang.

3. Status pekerjaan

Prasetyono (2012) mengatakan faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif adalah karena ibu bekerja di luar rumah sehingga tidak dapat memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada bayinya.

Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh kaum laki – laki tetapi juga perempuan tidak terkecuali ibu menyusui.

Jumlah keaktifan ibu menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui.

4. Dukungan keluarga

Dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya, seorang ibu yang kurang mendapatkan dukungan suami, ibu, adik atau bahkan ditakut - takuti, dipengaruhi untuk beralih ke susu formula (Proverawati, 2010).

Menurut Friedman (2013) sumber dukungan keluarga terdiri dari berbagai macam bentuk seperti :

1. Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah bentuk dukungan dimana keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.

2. Dukungan penilaian atau penghargaan Dukungan penilaian adalah keluarga yang bertindak membimbing dan mempengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

3. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat.

4. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang

(4)

diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.

5. Kesehatan Ibu

Kesehatan ibu mempengaruhi kemampuan ibu dalam menyusui. Ibu yang dalam keadaan sehat dapat memberikan ASI secara optimal tanpa khawatir dapat menularkan penyakit kepada bayinya. Menurut Prasetyono (2012), jika ibu menderita penyakit yang cukup serius, ibu mungkin enggan menyusui atau meyakini bahwa menyusui tidaklah aman bagi bayi. Bila ingin berhenti menyusui selama minum obat, hendaklah ibu memompa payudara agar suplai ASI tetap terjaga. Jika ibu batuk, pilek, flu, sebenarnya bayi telah terkena infeksi saat ibu mulai menunjukkan gejalanya. Intinya, ibu harus terus – menerus menyusui agar bayi memperoleh banyak antibodi dari ASI. Bila ibu diare atau muntah – muntah karena keracunan makanan, hendaknya ibu tetap menyusui bayinya, kecuali ibu sangat lemah dan perlu minum antibiotik.

Sebab jika ibu berhenti menyusui secara tiba – tiba maka akan mengakibatkan pembesaran payudara dan terkena mastitis.

6. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan sangat penting. Hal ini sesuai dengan peran dan wewenang bidan, yang mengacu pada Keputusaan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900 / Men.

Kes / SK /VII / 2002 yang berisi tentang registrasi dan praktek bidan. Dalam keputusan tersebut diharapkan semua bidan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu hamil, melahirkan, dan menyusui, senantiasa berupaya memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif sejak pemeriksaan kehamilan (Prasetyono,2012).

Dukungan petugas kesehatan yang profesional dapat memberikan penyuluhan tentang ASI dan manfaatnya sehingga ibu lebih termotivasi untuk menigkatkan pemberian ASI terhadap bayi.

7. Iklan Susu Formula

Bagi para ibu, menggunakan susu formula dianggap lebih mendatangkan semacam kelonggaran, karena mereka tidak perlu selalu siap sedia memberikan ASI kepada anak.

Fenomena lain yang lebih tragis sebagai akibat iklan susu adalah banyaknya ibu yang beranggapan bahwa susu formula bukanlah sekedar makanan, tetapi juga sebagai obat bagi anak. Anggapan ini muncul setelah mencermati keterangan yang tertera pada pembungkus susu formula, atau yang dijelaskan dalam iklan susu tersebut. Iklan ini menerangkan bahwa susu formula diperkaya oleh berbagai vitamin dan zat – zat penting lainnya, yang konon sangat

dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Iklan itu seolah – olah menjelaskan bahwa kandungan gizi dalam susu formula lebih banyak daripada ASI dan kualitasnya lebih baik ketimbang ASI (Prasetyono, 2012).

8. Pendapatan keluarga

Menurut Novianti (2009), bila kebutuhan energi perempuan usia reproduksi sebesar 2100 kcal / hari, maka ibu menyusui memerlukan asupan rata – rata 2700 kcal dalam kesehariannya.

Tambahan sebesar 500 – 700 kcal tersebut untuk keperluan biosintesisi ASI. Sekitar 200 kcal telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang telah dibentuk dimulainya proses kehamilan. Sisa 300 – 500 kcal / hari adalah yang diperoleh dari intake makanan keseharian sang ibu. Ibu dengan status gizi yang baik akan melancarkan produksi ASI sehingga dapat memberikan ASI secara optimal kepada bayi.

Status gizi yang baik tergantung pada pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga yang baik cenderung mengkonsumsi makanan dengan kandungan gizi yang baik dan seimbang.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmodjo, 2010).

Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu – ibu yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan di Puskesmas Caringin dengan jumlah 995 orang.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih sebagai anggota sampel.

Teknik probability sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah simple random sampling.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Arikunto (2010), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10- 15% atau 20-25% atau lebih. Untuk menentukan jumlah sampel dapat digunakan rumus:

n = 10 % x N

= 10 % x 995 100 0rang Keterangan:

n = besar sampel N = besar populasi

(5)

Pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel bebas atau independen yang meliputi:

pendidikan, pengetahuan, status pekerjaan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, kesehatan ibu, pendapatan keluarga dan iklan susu formula. Sedangkan variabel terikat meliputi pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan.

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan tentang pengertian ASI eksklusif dan faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

Menurut Arikunto (2010), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan. suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.

Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Kaidah keputusannya adalah jika r hitung > r tabel maka valid. Jika r hitung < r tabel maka tidak valid. Alat ukur dikatakan valid jika memiliki r ≥ 0 , 3 dan jika r

≤ 0 , 3 maka pernyataan tidak valid. Uji validitas yang digunakan adalah Pearson Product Moment dengan rumus:

rxy

  

   









  









  

  

N N

N y x xy

y y

x

2

x

2 2 2

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi

x= Jumlah skor item

y= Jumlah skor total N = Jumlah responden

Uji validitas dalam penelitian ini akan dihitung dengan menggunakan program komputer. Setelah dilakukan uji validitas didapatkan hasil r tabel dari ke – 6 variabel yaitu : pengetahuan ibu nilai uji validnya (0,4), Ibu bekerja dengan nilai uji validnya (0,4), dukungan keluarga dengan nilai uji validnya (0,4) dukungan petugas kesehatan,dengan nilai uji validnya (0,4), kesehatan ibu dengan nulai uji validnya (0,4), iklan susu formula dengan nilai uji validnya (0,4).

Nilai koefesien dari keenam variabel berada diatas 0 ,3 sehingga butir pertanyaan pada kuesioner ini dinyatakan valid.

Uji reliabilitas adalah sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk dapatnakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai cornbach’ s alpha (χ) apabila lebih besar dari 0,6 (Sugiyono, 2010).

Rumus cornbach’ s alpha adalah :

 

 

 

 

 

  

2 2

11

1

1

t

b

V k

r k

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 = jumlah varian butir/item

2

Vt = varian total

Untuk uji reliabilitas diolah dengan menggunakan program komputer. Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai cornbach’ s alpha > 0 , 7 yaitu pengetahuan (0,920), ibu bekerja (0, 916), dukungan keluarga (0, 921), dukungan petugas kesehatan (0, 827), kesehatan ibu (0, 966), iklan susu formula (0, 945) sehingga kuesioner ini dinyatakan reliabel.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa presentase. Untuk pengukurannya digunakan rumus:

p = 𝒙

𝒚 x 100 % Keterangan:

p = Presentase

x = jumlah jawaban responden y = jumlah skor total

Selanjutnya hasil tersebut diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2010):

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Persentase Kategori 0% Tidak Satupun 1% - 30% Sebagian Kecil 31% - 49% Hampir Separuhnya 50% Separuhnya 51% - 80% Sebagian Besar 81% - 99% Hampir Seluruhnya

(6)

100% Seluruhnya (Arikunto, 2010)

PEMBAHASAN

Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 1 ASI Eksklusif

F (%)

ASI Eksklusif

Tidak 64 55%

Ya 36 45%

Total 100 100

Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden (64 %) tidak memberikan ASI Eksklusif, dan hampir separuhnya responden ( 36

%) memberikan ASI Eksklusif.

Pendidikan

Tabel 2 Pendidikan F (%)

ASI Eksklus if

Tidak Eksklus if Pendi

dikan

Tinggi 55 55 37% 18%

Renda

h 45 45 27% 18%

Total 100 100 64 36

Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden ( 55 %), berpendidikan tinggi dengan rincian : (37 %) responden memberikan ASI eksklusif dan (18 %) responden tidak memberikan ASI eksklusif. Sebagian besar responden ( 45 %) berpendidikan rendah dengan rincian : (27 %) responden memberikan ASI eksklusif dan (18 %) responden tidak memberikan ASI ekskluisf.

Status Pekerjaan

Tabel 3 Status Pekerjaan F (%)

ASI Eksklusi f

Tidak Eksklu sif Status

Peker jaan

Tidak

Bekerja 89 89 62% 27%

Bekerja 11 11 2% 9%

Total 100 100 64% 36%

Tabel 3 menunjukkan hampir seluruhnya responden ( 89 % ) berstatus sebagai ibu tidak bekerja dengan rincian : responden yang memberikan ASI Eksklusif sebesar (62 %) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar (11 %). Sebagian kecil responden ( 11 % ) bekerja dengan rincian : yang memberikan ASI Eksklusif sebesar (2 %) dan yang tidak memberiakn ASI Eksklusif sebesar (9 %).

Kesehatan Ibu

Tabel 4 Kesehatan Ibu F (%) ASI

Eksklusif

Tidak Eksklusif Kes.

Ibu

Sehat 100 100 64 % 36 %

Sakit 0 0 0 % 0 %

Total 100 100 64 % 36 %

Tabel 4 menunjukkan seluruhnya responden (100 %) sehat, tetapi hampir separuhnya responden (37 %) tidak memberikan ASI secara eksklusif dan sebagian besar responden (64 %) memberikan ASI secara eksklusif.

Pendapatan Keluarga

Tabel 5 Pendapatan Keluarga F (%) ASI

Eksklusif

Tidak Eksklusif Sangat

tinggi

5 5 2 % 3 %

Tinggi 19 19 11 % 8 % Sedang 50 50 33 % 17 % Rendah 26 26 18% 8 % Total 100 100 64 % 36 %

Tabel 5 menunjukkan separuhnya responden (50%) berpendapatan sedang dengan responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak (33 %), sedangkan sebagian kecil responden (26 %) berpendapatan rendah dengan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak (18 %), dan sebagian kecil responden (19%) berpendapatan tinggi dengan

(7)

jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak (11%), selanjutnya, sebagian kecil responden (5%) berpendapatan sangat tinggi dengan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif adalah (2 %).

Pengetahuan

Tabel 6 Pengetahuan F (%) ASI

Eksklusif

Tidak Eksklusif Baik 96 96 60% 34%

Cukup 2 2 2% 0%

Kurang 2 2 2% 0%

Total 100 100 64% 34 %

Tabel 6 menunjukkan hampir seluruhnya responden ( 96%) berpengetahuan baik, dengan jumlah responden yang memberikan ASI Eksklusif (60 %) dan yang tidak memberikan ASI ekskluisif berjumlah (34 %). sebagian kecil responden (2 %) berpengetahuan cukup dan sebagian kecil responden (2%) berpengetahuan kurang, dengan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif masing – masing berjumlah (2 %).

Dukungan Keluarga

Tabel 7 Dukungan Keluarga F (%) ASI

Eksklusif

Tidak Eksklusif Baik 83 83 51% 32%

Cukup 8 8 7% 1%

Kurang 9 9 6% 3%

Total 100 100 64% 36%

Tabel 7 menunjukkan hampir seluruhnya responden (83 %) dengan dukungan keluarga baik, sebagian kecil responden (9 %) dengan dukungan keluarga kurang dan sebagian kecil responden (8%) dengan dukungan keluarga kurang. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan dukungan keluarga baik (83 %) dengan jumlah yang memberikan ASI eksklusif (54 %) dan yang tidak memberikan

ASI eksklusif sebesar (32 %).

Dukungan Petugas Kesehatan

Tabel 8 Dukungan Petugas Kesehatan F (%)

ASI Eksklusif

Tidak Eksklusif Baik 90 90 57% 32%

Cukup 4 4 2% 2%

Kurang 6 6 4% 2%

Total 100 100 64% 36%

Tabel 8 menunjukkan hampir seluruhnya responden (90 %) dengan dukungan petugas kesehatan baik, sebagian kecil responden (6 %) dengan dukungan petugas kesehatan kurang dan sebagian kecil responden (4 %) dengan dukungan petugas kesehatan cukup. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu mendapatkan dukungan petugas kesehatan dengan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak (57 %) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar (33 %).

Iklan Susu Formula

Tabel 9 Iklan Susu Formula F (%)

ASI Eksklusi f

Tidak Ekskl usif Iklan

Susu Form ula

Tertarik 37 37 10% 27%

Tidak

tertarik 63 63 53% 10%

Total 100 100 63% 37%

Tabel 9 menunjukkan sebagian besar responden (63 %) tidak tertarik dengan iklan susu formula dan hampir separuhnya responden (37

%) tertarik dengan iklan susu formula. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak tertarik dengan iklan susu formula yang ditandai dengan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif sebesar (53 %).

Kesimpulan

(8)

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian pada 100 responden tentang gambaran faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Caringin didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden (64 %) tidak memberikan ASI Eksklusif, dan hampir separuhnya responden ( 36 %) memberikan ASI Eksklusif.

2. Sebagian besar responden ( 55 %), berpendidikan tinggi dengan rincian : (37 %) responden memberikan ASI eksklusif.

3. Hampir seluruhnya responden ( 89 % ) berstatus sebagai ibu tidak bekerja dengan rincian : responden yang memberikan ASI Eksklusif sebesar (62 %) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar (11 %).

4. Seluruhnya responden (100 %) sehat, tetapi hampir separuhnya responden (37 %) tidak memberikan ASI secara eksklusif dan sebagian besar responden (64 %) memberikan ASI secara eksklusif.

5. Separuhnya responden (50%) berpendapatan sedang dengan responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak (33 %).

6. Hampir seluruhnya responden ( 96%) berpengetahuan baik, dengan jumlah responden yang memberikan ASI Eksklusif (62 %) dan yang tidak memberikan ASI ekskluisif berjumlah (34 %).

7. Hampir seluruhnya responden (83 %) dengan dukungan keluarga baik, dengan jumlah yang memberikan ASI eksklusif (54 %) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar (32

%).

8. Hampir seluruhnya responden (90 %) dengan dukungan petugas kesehatan baik, dengan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak (57 %) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar (33 %).

9. Sebagian besar responden (63 %) tidak tertarik dengan iklan susu formula dengan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif sebesar (10 %) dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar (27 %).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diberikan beberapa saran kepada pihak yang terkait :

1. Bagi Puskesmas Caringin

Diharapkan Puskesmas dapat mempertahankan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan cara melakukan penyuluhan secara berkala setiap enam bulan sekali sebagai penyegaran misalnya tentang makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI, pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif, pendidikan tentang perawatan payudara.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar penelitian lanjutan tentang ASI eksklusif, dan menjadi data dasar untuk penelitian hubungan faktor – faktor tersebut dengan pemberian ASI eksklusif.

REFERENSI

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Ballard O, Morrow AL. (2013). Human milk composition: Nutrients and bioactive factors. Pediatr Clin North

Bracci R, Weindling M. Buonocore G, (2012).

Neonatology: A practical approach to neonatal diseases. Milan: Springer Dinas Kesehatan Kota Bandung. (2014).

Cakupan ASI Eksklusif Kota Bandung.

Bandung: Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Guyton, A.C dan Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:

EGC

Hargono R, Kurniawati D (2014). Faktor determinan yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Mulyorejo wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Jurnal Promkes.

Haryono, Rudi. (2014). Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta:

Pustaka Baru Press

(9)

Lestari, Rizki Rahmawati. (2017). Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tapung. Jurnal Obesesi. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas PahlawanTuanku Tambusai.

Mabud, Nurma I. (2014). Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Tugas Akhir. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado Mamonto T. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabangun Kecamatan Kotabagu Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat

Motee, A., Ramasawmy, D., Pugo-Gunsam, P.,

& Jeewon, R. (2013). An Assessment of The Breastfeeding Practices and Infant Feeding Pattern Among Mothers in Mauritius. Journal of Nutrition and Metabolism

Motee, A. & Jeewon, R. (2014). Importance of exclusive breast feeding and complementary feeding among infants.

Current Research in Nutrition and Food Science

Notoadmodjo, (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta ___________, (2012). Metode Penelitian

Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Novianti, Ratih. (2009). Menyusui Itu Indah.

Yogyakarta : Octopus

Pasaribu, Prisniade. (2017). Hubungan Status Sosial Ekonomi Orangtua Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Kota Manado. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Prasetyono, Dwi Sunar. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Press

Profil Kesehatan Indonesia (2014) diakses pada tanggal 19 februari 2018

Proverawati, A. (2010). Kapita Seleksi ASI &

Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika Putri, Rismaina. (2016). Faktor Yang

Berhubungan dengan Pemberian Asi Eksklusif di Desa Randuagung Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.

Journal of Issues in Midwifery. Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya,

Rahmawati, AN. (2011).Hubungan ketertarikan iklan susu formula dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu Desa Kemudo Prambanan Klaten. Klaten. Jurnal Involusi Kebidanan.

Sherwood, L. (2013). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Sugiarti .(2011) Dalam Jurnal Kesehatan hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan tindakan ASI Eksklusif.

Swartz, S. Kruger, H. S dan Dolman, S. C (2011).

Factors Affecting mothers choice of breastfeeding vs Formula : Feeding in the Lower Umfolozi distric war memorial hospital. KwaZulu – Natal. Journalof interdisciplinary Healt Science.

Taradisa, Nadia Ulfa. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kota Bandar Lampung. Jurnal Keperawatan. Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Vitasari, Diah. (2017). Hubungan Status Pekerjaan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta.

Skripsi. Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

BIODATA PENULIS

Penulis pertama adalah Yulitha Naihely, S.Kep., merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung .

Penulis kedua, Maidartati, S. Kep.

Ners., M. Kep adalah sebagai Pembimbing I serta staf akademika Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung

Penulis ketiga, Sri Hayati., S.Kp.,M.

Kep adalah sebagai Pembimbing II serta staf akademika Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung

(10)

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk 10

Referensi

Dokumen terkait

Data yang peneliti dapat dari salah satu petugas kesehatan di desa Tangkil, pada tahun 2008 yaitu pemberian ASI eksklusif pada bayi 104, hanya 43 orang (41,35%) diberi ASI

Penelitian ini menunjukkan bah- wa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, namun tidak berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif, hal ini kemungkinan

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irnawati (2011) yang menemukan adanya hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI

Paritas ibu yang memberikan ASI Eksklusif 67,7% pada ibu paritas tidak berisiko (paritas 2-3) dan yang tidak memberikan ASI Eksklusif 58,7% pada ibu paritas berisiko

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa untuk lama kerja responden &gt;7 jam sebanyak 24 responden (80%) memberikan ASI eksklusif sedangkan sebanyak 6

Hasil tabulasi silang antara efikasi diri dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan bahwa yang mempunyai efikasi diri yang cukup terdapat sebesar 71,4% yang memberikan

HASIL PENELITIAN Tabel 1 Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Baiturrahman Berdasarkan tabel 1: menunjukkan presentase responden dengan

Faktor Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif Ibu Menyusui di wilayah Puskesmas Buhit Samosir Tahun 2023 Berdasarkan tabel 4 dijelaskan bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif