• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Prevalensi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gambaran Prevalensi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sains dan Aplikasi April 2023 eISSN 2656 – 8446

27

Gambaran Prevalensi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh

Iziddin Fadhil1, Satria Safirza2, Ratih Ayu Atika3, Meri Lidiawati4, Elmiyati5

1,2,3,4,5Departemen Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama

*)email korespondensi : ratihayuatika_fk@abulyatama.ac.id

ABSTRAK

Hypertension is a very dangerous non-communicable disease (NCD) (Silent Killer).

The definition of hypertension itself is a condition in which there is an increase in systolic blood pressure reaching a number above equal to 140 mmHg and diastolic above equal to 90 mmHg. Based on data from the World Health Organization (WHO), around the world, around 972 million people or 26.4% of the world's inhabitants suffer from hypertension. In Indonesia alone, the prevalence of hypertension reaches 31.7%

and around 60% of people with hypertension end in stroke. In the province of Aceh the incidence of hypertension is 21.5%. Purpose to provide information about (1) cases of hypertension at Cempaka Lima General Hospital Banda Aceh, (2) cases of hypertension based on age, (3) cases of hypertension based on the number of drugs consumed. This study used a cross-sectional design with a total sample of 40 people, sampling was taken by total sampling. Based on the results of the study, the prevalence of hypertension in one month was 40 people. The highest rate of hypertension in Cempaka Lima General Hospital inpatients was in the female sex with the age of ≥61 years as many as 10 people (25%), and the highest hypertension sufferers were in the male sex with the age of ≥61 as many as 8 people (20%). And the highest number of cases used a single drug as many as 35 cases (87.5%).

Keywords : Prevalence, Hypertension

ABSTRACT

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang sangat berbahaya (Silent Killer). Definisi hipertensi sendiri ialah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan tekanan darah sistolik mencapai angka diatas sama dengan 140 mmHg dan diastolik diatas sama dengan 90 mmHg. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi. Di Indonesia sendiri, prevalensi hipertensi mencapai 31,7% dan sekitar 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke, Di provinsi Aceh angka kejadian hipertensi sebesar 21.5%. Tujuan penelitian ini adalah memberi informasi tentang (1) kasus hipertensi di Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh, (2) kasus hipertensi berdasarkan usia, (3) kasus hipertensi berdasarkan jumlah obat yang dikonsumsi. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang, pengambilan sampel diambil dengan cara total sampling.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan prevalensi hipertensi dalam satu bulan sebanyak 40 orang. Angka tertinggi hipertensi di rawat inap rumah Sakit Umum Cempaka Lima yaitu pada jenis kelamin perempuan dengan usia ≥61 tahun sebanyak 10 orang (25%), dan penderita hipertensi tertinggi pada jenis kelamin laki-laki dengan usia ≥61 sebanyak 8 orang (20%). Dan jumlah kasus tertinggi menggunakan obat tunggal sebanyak 35 kasus (87.5%).

(2)

28

Kata Kunci : prevalensi, hipertensi

PENDAHULUAN

Hipertensi sering dikenal sebagai Non Communicable Dease/Penyakit Tidak Menular, yang dapat menimbulkan terjadinya komplikasi seperti stroke dan penyakit jantung. Agar dapat mencegah terjadinya komplikasi pengawasan dan pengelolaan penyakit yang baik sangat di perlukan. Hipertensi sering di artikan dengan kondisi dimana meningkatnya tekanan darah secara parah yang terjadi dalam rentang waktu lama dan penderita dapat merasakan sakit dapat menyebabkan kematian. Penderita dapat dikatakan mengidap penyakit hipertensi jika tekanan darah Sistolik > 140 mmHg dan Diastolik > 90 mmHg. Jika tekanan darah dari penderita selalu tinggi dan tidak melakukan pemeriksaan ke layanan kesehatan, maka akan sangat beresiko terjadinya penyakit Degeneratif hingga dapat menyebabkan kematian (Fitria, 2022).

Hipertensi menjadi topik pembicaraan yang hangat dan menjadi salah satu prioritas masalah kesehatan di Indonesia maupun di seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang berlangsung kronik akan menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler dan renovaskuler. Analisis Kearney dkk, memperlihatkan bahwa peningkatan angka kejadian hipertensi sungguh luar biasa: pada tahun 2000, lebih dari 25% populasi dunia merupakan penderita hipertensi, atau sekitar 1 miliar orang, dan dua pertiga penderita hipertensi ada di negara berkembang. Bila tidak dilakukan upaya yang tepat, jumlah ini akan terus meningkat, dan pada tahun 2025 yang akan datang, jumlah penderita hipertensi diprediksi akan meningkat menjadi 29%, atau sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia (Tedjasukmana P., 2012).

Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berkisar 6-15%4 dan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan. Sementara itu, di Amerika Serikat, data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) memperlihatkan bahwa risiko hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Data NHANES 2005-2008 memperlihatkan kurang lebih 76,4 juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi. Walau upaya, tindakan sudah banyak dilakukan dan tersedia banyak obat untuk mengatasi hipertensi, tata laksana hipertensi masih jauh dari berhasil (Tedjasukmana P., 2012).

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Di provinsi Aceh angka kejadian hipertensi sebesar 21.5% (Andika FF, Safitri F., 2019).

Di provinsi Aceh, berdasarkan data yang diperoleh dari dinas provinsi Aceh Tahun 2015 penyakit hipertensi banyak dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi. Salah satunya adalah karena gaya hidup yang gemar mengkonsumsi junk food dan juga kurangnya berolahraga.

Selain itu, karena banyaknya warung kopi di Aceh menyebabkan seringnya masyarakat mengkonsumsi kafein yang dapat meningkatkan tekanan darah (Andika FF, Safitri F., 2019). Data dari rumah RSUD dr. Zainoel Abidin terdapat kasus hipertensi pada tahun 2015 sebanyak 10% dengan rawat jalan dan 87 % yang rawat inap. Sedangkan pada tahun 2017 pasien hipertensi rawat jalan sebanyak 29 % dan 90 pasien rawat inap dengan 2 pasien meninggal dunia (Fitria, 2022).

Tekanan darah pada usia lanjut (lansia) akan cenderung tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko terkena hipertensi (tekanan darah tinggi). Bertambahnya umur mengakibatkan tekanan darah meningkat, karena dinding arteri pada usia lanjut (lansia) akan mengalami penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,

(3)

Jurnal Sains dan Aplikasi April 2023 eISSN 2656 – 8446

29 sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Novitaningtyas T, Puspowati SD, Purwani E., 2014).

Menurut Cortas (2008), mengatakan prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Den sity Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45 - 55 tahun sebelum lanjut usia. Pada umur lebih dari 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria yang diakibatkan faktor hormonal (Kusumawaty J, Hidayat N, Ginanjar E., 2016).

Terdapat beberapa variasi dalam pemilihan terapi awal pada hipertensi primer.

Sebelumnya guideline JNC VII merekomendasikan thiazide dosis rendah. JNC VIII saat ini merekomendasikan ACE-inhibitor, ARB, diuretic thiazide dosis rendah, atau CCB untuk pasien yang bukan ras kulit hitam. Terapi awal untuk ras kulit hitam yang direkomendasikan adalah diuretic thiazide dosis rendah atau CCB. Di lain pihak guideline Eropa terbaru merekomendasikan 5 golongan obat sebagai terapi awal yaitu ACE-inhibitor, ARB, diuretic thiazide dosis rendah, CCB atau βblocker berdasarkan indikasi khusus (Kandarini Y., 2016).

Rumah Sakit Umum Cempaka lima merupakan salah satu rumah sakit swasta yang operasionalnya baru berjalan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. rumah sakit ini menjadi harapan baru bagi masyarakan Aceh untuk membantu mengatasi berbagai penyakit termasuk hipertensi.

Berdasarkan dengan fenomena yang terjadi di atas peneliti merasa tertarik melakukan penelitian menilai karakteriskan prevalensi hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cempaka Lima.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik. Dengan desain pendekatan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitin ini Populasi dalam penelitian ini sebanyak 40 orang dalam waktu 1 bulan.

Penelitian ini menggunakan teknik pemilihan sample dengan cara pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling yaitu dengan mengunakan total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Pengambilan data diperoleh dari data sekunder, yaitu dengan menggunakan rekam medik.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Cempaka Lima terhadap prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil seperti tertera dalam Tabel 1. berikut;

(4)

30

Tabel 1.Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah %

Laki-laki 20 50

Perempuan 20 50

Total 40 100

Berdasarkan tabel 1. di atas, diperoleh data kejadian hipertensi terdapat jumlah yang sama antara lak-laki dan perempuan sebanyak 20 orang (50%).

Hasil penelitian terhadap Hipertensi berdasarkan usia diperoleh hasil seperti tertera dalam Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Usia

Laki-laki % Perempuan %

30-40 3 7.5 1 2.5

41-50 4 10 3 7.5

51-60 5 12.5 6 15

≥61 8 20 10 25

Total 20 50 20 50

Berdasarkan table 2 di atas, diperoleh data angka tertinggi hipertensi pada jenis kelamin perempuan dengan usia ≥61 tahun sebanyak 10 orang (25%), dan penderita hipertensi tertinggi pada jenis kelamin laki-laki dengan usia ≥61 sebanyak 8 orang (20%).

Hasil penelitian prevalensi hipertensi beradsarkan jumlah obat hipertensi diperoleh data seperti tertera dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jumlah Obat hipertensi Jumlah %

Tunggal 35 87.5

Kombinasi 5 12.5

Total 40 100

Berdasarkan tabel 3 di atas, diperoleh data paling banyak pasien yang menggunakan obat tunggal hipertensi sebanyak 35 orang (87.5%), sedangkan yang menggunakan obat kombinasi adalah sebanyak 5 orang atau 12,5%.

PEMBAHASAN

Prevalensi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini terdapat jumlah yang sama antara lak-laki dan perempuan yang mengalam hipertensi di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cempaka Lima masing-masing sebanyak 20 orang (50%). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Ikhwan dkk (2010) yang menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki- laki sebanyak 45 orang (57,7%).

Prevalensi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh Berdasarkan Usia

Dari hasi penelitian diperoleh data angka tertinggi hipertensi pada jenis kelamin perempuan dengan usia ≥61 tahun sebanyak 10 orang (25%), dan penderita hipertensi

(5)

Jurnal Sains dan Aplikasi April 2023 eISSN 2656 – 8446

31 tertinggi pada jenis kelamin laki-laki dengan usia ≥61 sebanyak 8 orang (20%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nita Widjaya dkk (2018) yang mengatakan bahwa hasil penelitian yang didapatkan dari 115 responden yaitu rata-rata usia pada rentang usia 18-40 tahun (61,7%), perempuan sebanyak (50,4%).

Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Hasil penelitian Anggara pada tahun 2013 didapatkan penderita hipertensi paling tinggi ditemukan pada kelompok usia >65 tahun. Hipertensi merupakan penyakit multifakor yang disebabkan oleh interaksi berbagai faktor resiko yang dialami seseorang. Pertambahan usia menyebabkan adanya perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding uteri akibat adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan menjadi kaku dimulai saat usia 45 tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik serta kurangnya sensititvitas baroreseptor (pengatur tekanan darah dan peran ginja, aliran darah dan laju filtrasi glomerulus) (Nita Widjaya dkk 2018).

Pada penelitian ini, perempuan lebih beresiko terjadinya hipertensi dibandingkan laki-laki pada usia ≥61, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permana (dalam Nita Widjaya, 2016) yang mengatakan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia lebih besar pada perempuan (8,6%) dibandingkan laki-laki (5,8%). Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada perempuan lebih meningkat dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor hormonal.

Prevalensi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Cempaka Lima Banda Aceh Berdasarkan Jumlah Obat Hipertensi Yang Dikonsumsi.

Dari hasil penelitian ini, diperoleh data paling banyak pasien yang menggunakan obat tunggal hipertensi sebanyak 35 orang (87.5%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pande Made Rama Sumawa (2018), yang mengatakan bahwa pasien hipertensi memperoleh jenis terapi tunggal sebanyak 32 resep (82,05%) sedangkan jenis terapi kombinasi sebanyak 7 resep (17,95%).

Kombinasi dua obat dosis rendah direkomendasikan untuk kondisi TD diatas 200/100 mmHg diatas target dan tidak terkontrol dengan monoterapi. Secara fisiologi komsep kombinasi dua obat (dual terapi) cukup logis, karena respon terhadap obat tunggal sering dibatasi oleh mekanis counter aktivasi (Kandarini Y., 2016).

SIMPULAN

Berdasarakan hasil penelitian dapat disimpulkan, jumlah pasien hipertensi di rawat inap rumah sakit umum Cempaka Lima antara lak-laki dan perempuan adalah sebanyak 20 orang (50%). Angka tertinggi hipertensi di rawat inap Rumah Sakit Umum Cempaka Lima yaitu pada jenis kelamin perempuan dengan usia ≥61 tahun sebanyak 10 orang (25%), dan penderita hipertensi tertinggi pada jenis kelamin laki-laki dengan usia ≥61 sebanyak 8 orang (20%). Jumlah pasien hipertensi di rawat inap Rumah Sakit Umum Cempaka Lima berdasarkan jumlah obat tertinggi pada katagori penggunaan obat tunggal hipertensi sebanyak 35 orang (87.5%).

DAFTAR PUSTAKA

Andika FF, Safitri F., 2019. Faktor risiko kejadian hipertensi di rumah sakit umum Daerah dr. Zainoel Abidin Provinsi Aceh. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia.

(6)

32

2019;6(1):21.

Fitria L, Yarmaliza Z., 2022. Evaluasi Perilaku Masyarakat Terhadap Faktor Resiko Kejadian Hipertensi Desa Purwodadi Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

2022;8(1):72-82.

Ikhwan M, dkk., 2017. Hubungan Faktor Pemicu Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi.

Jurnal Kesehatan. 2017;10(2):8-18.

Kandarini Y., 2016. Tatalaksana Farmakologi Terapi Hipertensi. Denpasar: FK Universitas Udayana.

Kusumawaty J, Hidayat N, Ginanjar E., 2016. Hubungan Jenis Kelamin dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lakbok Kabupaten Ciamis.

Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2016;16(2):46-51.

Novitaningtyas T, Puspowati SD, Purwani E., 2014. Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan makamhaji kecamatan kartasura kabupaten sukoharjo: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.

Sumawa PM., 2015. Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Januari-Juni 2014. Pharmacon. 2015;4(3):126-33

Tedjasukmana P., 2012. Tata laksana hipertensi. CDK-192. 2012;39(4):251-5.

Widjaya N, Anwar F, Sabrina RL, Puspadewi RR, Wijayanti E., 2018. Hubungan Usia Dengan Kejadian Hipertensi di Kecamatan Kresek dan Tegal Angus, Kabupaten Tangerang. Jurnal Kedokteran YARSI. 2018;26(3):131-8.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul skripsi yang saya ajukan adalah “Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, dan Return On Equity terhadap Return Saham pada Perusahaan Sektor