• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geologi Daerah Penelitian

N/A
N/A
064@Ali

Academic year: 2023

Membagikan "Geologi Daerah Penelitian"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Geologi Daerah Penelitian a. Geologi

Daerah penelitian adalah daerah prospek panas bumi yang berada di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan. Peta geologi daerah penelitian dibuat berdasarkan analisis DEM (Digital Elevation Mode). Berdasarkan analisis ini diketahui bahwa daerah Kabupaten Sidrap dikelompokkan dalam 13 satuan batuan yang terdiri atas 2 satuan endapan permukaan, 10 satuan batuan vulkanik, dan 1 satuan batuan sedimen. Endapan permukaan tersebut terdiri dari satuan endapan danau dan satuan batuan aluvial, sedangkan batuan-batuan vulkaniknya diperkirakan merupakan produk dari aktivitas gunung api berumur Tersier (Miosen-Pliosen) yang salah satu satuan batuan merupakan produk dari erupsi Gunung Kalampae yang diperkirakan berumur Pliosen, selain itu juga terdapat satuan vulkanik yang terdiri dari hasil gunung api kubah yang diperkirakan berumur Pliosen-Plistosen, dan satuan batuan sedimen endapan sedimen laut Formasi Walanae yang diperkirakan berumur Miosen (Tim Survei, 2008).

Struktur geologi berdasarkan hasil penelitian, analisis peta DEM (Digital Elevation Mode), dan peta topografi, serta terhadap kelurusan lembah dan punggungan, kekar-kekar, bidang sesar, dan zona hancuran batuan, daerah ini didominasi oleh sesar normal yang berarah barat laut-tenggara dan utara- selatan yang mengontrol penyebaran manifestasi panas bumi di daerah penelitian (Widodo & Zarkasy, 2006). Sesar utama di daerah penelitian adalah sesar normal Walanae yang berarah barat laut-tenggara. Selain sesar utama, juga terdapat sesar yang berarah yang sama yaitu sesar dextral Kalampee. Sesar normal berarah relatif utara-selatan yaitu sesar Alakuang dan sesar Massepe. Serta sesar sinistral yang berada di bagian barat daya daerah penelitian berarah timur laut-barat daya yaitu sesar Bulu Baka (Tim Survei, 2008).

b. Manifestasi Panas Bumi

Manifestasi geothermal pada wilayah Massepe ditandai dengan adanya 7 mata air panas yang tersebar di sepanjang Sungai Massepe dan di pinggir jalan utama Pangkajene- Sidenreng-Sopeng. Seluruh mata air panas berlokasi pada barat laut ke tenggara sesuai dengan sesar regional yang membentang dari Sungai Sadang melalui area geothermal Sulili, berlanjut ke Kali Tempe dan berakhir pada Sungai Canrana. Sumber panas ini kemungkinan berhubungan dengan intrusi di bawah permukaan (Radja, 1970).

Manifestasi geothermal pada wilayah penelitian didominasi pemunculan mata air panas yang tersebar pada bagian tengah daerah penelitian. Selain mata air panas, terdapat juga batuan alterasi di sekitar Desa Tolere dan pada bagian barat dan daerah penyelidikan yang semuanya adalah alterasi lampau. Berikut adalah rincian detailnya :

 Mata air panas

- Mata air panas Pajalele-1

Berupa mata air panas dijumpai pada tepi Sungai Jampanua, Kelurahan Pajalele, muncul pada satuan batuan sedimen Walanae. Nilai temperatur air panas adalah 40,1 – 41,8 ℃ dengan pH = 7,4 dan laju aliran/debit mata air ± 0,5 liter/detik. Mata air panas keruh, terdapat bualan gas yang tidak menerus, berbau belerang, dan tidak terdapat sinter di sekitar manifestasi.

(2)

- Mata air panas Pajalele-2

Berupa sumur air kecil berdiameter 70 cm dijumpai di belakang rumah penduduk dan dijumpai endapan travertine di sepanjang dinding sumur, berupa lapisan travertine tipis berwarna putih. Nilai temperatur mata air panas adalah 58,8 – 59,3 ℃ dengan pH = 6,90. Sumur memperlihatkan aliran air yang menerus. Pemunculan manifestasi diperkirakan dikontrol oleh sesar Massepe berarah relatif utara-selatan.

- Mata air panas Pajalele-3

Berupa kelompok rembesan air panas bekas dari pemboran air tanah, sepanjang saluran airnya ditumbuhi lumut, muncul pada satuan batuan sedimen Walanae. Nilai temperatur mata air panas adalah 67,3 – 68 ℃ dengan pH = 7,20. Mata air panas jernih, berbau gas H2S lemah, dan terdapat sinter karbonat (travertin).

Pemunculan manifestasi diperkirakan dikontrol oleh sesar Massepe yang berarah realtif utara-selatan.

- Mata air panas Tolere

Berupa mata air panas yang digunakan sebagai sumber mata air bagi masyarakat, terletak di Kampung Tolere di lereng selatan Gunung Kalampee. Nilai temperatur mata air panas adalah 29 ℃ dengan pH = 6,85 dan laju aliran/debit mata air mencapai 2 liter/detik. Mata air panas jernih, tidak berbau gas, terdapat oksida besi berwarna coklat, tidak ditemui endapan travertin di sekitar mata air panas. Mata air panas ini keluar melalui rekahan pada satuan lava Gunung Kalampee.

- Mata air panas Warede

Berupa mata air panas yang berada di lereng timur laut Gunung Kalampee. Nilai temperatur mata air panas adalah 31,6 ℃ dengan pH = 6,76 dan laju aliran/debit mata air ± 0,2 liter/detik. Mata air panas jernih, tidak tercium bau gas H2S , dan banyak terdapat oksida besi di sekitarnya dan sedikit endapan travertin.

- Mata air panas Alakuang

Mata air panas berada di sebalah utara daerah penyelidikan. Nilai temperatur mata air panas adalah 45,3 ℃ dengan pH = 7,10 dan laju aliran/debit mata air mencapai ± 1,5 liter/detik. Mata air panas jernih, sedikit tercium bau gas H2S , dan terdapat endapan tipis travertin di sekitarnya. Mata air panas ini diperkirakan dikontrol oleh sesar Massepe yang berarah relatif utara-selatan.

 Batuan alterasi

Batuan yang terubah karena aktivitas hidrotermal ini terdapat di sebelah barat daya daerah penelitian, di daerah barat dan barat laut. Batuan alterasi yang terjadi berupa silisifikasi dan argilitisasi dengan tingkat alterasi sedang hingga sangat kuat, tekstur batuan asal sudah tidak terlihat. Silisifikasi sangat intensif di sebelah barat, sedangkan argilitisasi lebih dominan di sebelah barat laut.

(3)

Distribusi unsur Hg dipengaruhi oleh karakteristik tanah seperti pH, kandungan lempung, dan unsur organik, tetapi aktivitas geothermal menghasilkan jumlah Hg yang cukup untuk mengatasi variasi latar belakang lokal (Klusman, 1977); (Klusman & Landress, 1978).

Oleh karena itu, anomali Hg berada di tengah daerah penyelidikan mengindikasikan terdapatnya aktivitas panas bumi yang diperkirakan dikontrol oleh sesar normal, yaitu mata air panas di Pajalele dan Alakuang (Joni & Wahyuningsih, 2019); (Tim Survei, 2008). Untuk anomali Hg di sebelah barat daya daerah penelitian atau di luar daerah manifestasi dapat disebabkan oleh kondisi litologi yang pada dasarnya mengandung kadar Hg yang tinggi (Widiyarti dkk., 2021).

Referensi :

Tim survei terpadu wilayah Massepe, 2008. Survei terpadu geologi, geokimia dan geofisika daerah panas bumi Massepe, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan. Laporan. Pusat Sumber Daya Geologi.

Widodo, Sri., Zarkasy, Ahmad. 2006. Anomali Prospek Panas Bumi Daerah Massepe Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan Berdasarkan Survei Geolistrik dan Head On. Proceeding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan, Pusat Sumber Daya Geologi.

Radja, V. (1970). Geothermal energy prospects in South Sulawesi, Indonesia. Geothermics, 2, 136-149. doi: 10.1016/0375-6505(70)90016-7

Klusman, R. W. et al., 1977. Preliminary evaluation of secondary controls on Hg in soils of geothermal districts. Geothermics, Volume 6, pp. 1-8.

Klusman, R. W. & Landress, R. A., 1978. Secondary controls on mercury in soils of geothermal areas.. J. Geochem. Explor , Volume 9, pp. 75- 91.

Widyarti, M., Indarwati, D., Akbar, R. M. 2021. Analisis Geostatistika Unsur Hg Tanah dan CO2 Udara-Tanah dalam Menentukan Zona Permeabilitas Daerah Panas Bumi Maritaing, Alor Timur, Nusa Tenggara Timur.

(4)

Joni, W., Wahyuningsih, R. 2019. Pemodelan Inversi 2-D dan 3-D Menggunakan Data Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Massepe Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol 14 No. 2

Referensi

Dokumen terkait

Автор раскрывает аспекты негативного влияния некоторых норм права на процесс формирования социальной национальной безопасности Республики Казахстан на примере правовой