Pada masa kolonial, Indonesia mendapat pengaruh barat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk juga dalam bidang kebudayaan. Pengaruh tersebut dapat dilihat dalam bentuk kota maupun bangunan yang ada. Kota Malang juga dibangun menjadi kota berkarakter kolonial Belanda. Hal tersebut dilakukan untuk memperkuat dominasi mereka secara politik, sosial, dan ekonomi atas rakyat negara jajahan. Sama seperti bangunan masa kolonial laainnya di Kota Malang yang dibangun dengan dominasi karakter arsitektur kolonial. Gereja Hati Kudis dibanguan dengan ciri khas arsitektur kolonial yang mewakili eksistensi pemerintahan kolonial
Belanda dan gaya gothic yang merupakan khas gereja katolik pada masa itu.
Gereja Hati Kudus merupakan salah satu bangunan di Kota Malang yang memiliki perjalanan sejarah panjang sejak didirikan pada tahun 1905.
Selain itu, bangunan ini memiliki ciri khas arsitektur yang menarik dan unik.
Terdapat ciri khas arsitektur kolonial dan gothic, serta bangunan gereja ini juga memiliki konsep lokal sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi yang ada.
Jika hal tersebut dicermati, maka bangunan Gereja Hati Kudus memiliki potensi- potensi yang dapat dipertimbangkan untuk menjadikan Gereja Hati Kudus sebagai objek
pelestarian. Namun belum ada peraturan pemerintah yang mengatur tentang keberadaan bangunan Gereja Hati Kudus sebagai bangunan bersejarah yang dilestarikan.
Dalam upaya untuk menjaga kelestarian bangunan- bangunan bersejarah yang ada di Kota Malang, maka perlu adanya kajian terhadap potensi dan kelayakan sebuah bangunan untuk dilestarikan. Potensi dan kelayakan Gereja Hati Kudus sebagai salah satu bangunan kolonial juga perlu untuk dikaji sebagai salah satu upaya untuk merekomendasikan Gereja Hati Kudus menjadi objek pelestarian. Dengan adanya analisis terhadap potensi bangunan bersajarah, maka dapat dinilai apakah sebuah bangunan layak dan berpotensi untuk menjadi objek pelestarikan dan dapat diputuskanupaya pelestarian apa yang dinilai tepat untuk diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian.
Dengan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Apa saja potensi arsitektural dan tolok ukur kriteria pelestarian pada bangunan Gereja Hati Kudus Yesus? Kemudian tujuan dari studi ini adalah menganalisis potensi arsitektural dan tolok ukur kriteria pelestarian pada bangunan Gereja Hati Kudus Yesus.
PELESTARIAN ARSITEKTUR
Lata r
belakang
Gereja hati k udus yesus k ota malang
Dinding dengan banyak
Setback pada bangunan Lucarn pada atap bangunan. Lebihan kolom pada fasade.
Pembimbing:
Prof. Ir. Antariksa, MEng., PhD Ema Yunita Titisari, ST., MT Noviani Suryasari, ST., MT
Jendela-jendela kaca patri pada gereja.
Anisa i.e.p 0410650008 Dyah k.w. 0410650033 Ika s. 0410650047 Retrisuci y. 0410650060
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Motif lantai pada Data yang digunakan berupa
data primer yang didapat langsung dari pengamatan fakta empirik di lapangan maupun data sekunder yang didapat melalui studi kepustakaan yang mendukung.
Data primer berupa data pokok yang diperoleh secara langsung dari pengamatan lapangan di dapatkan melalui studi lapangan meliputi lingkungan sekitar, eksterior dan interior bangunan dan wawancara pada pihak-pihak yang dinilai dapat memberikan informasi yang dapat menambah data-data dan bermanfaat dalam proses analisa data. Data sekunder merupakan data penunjang yang berkaitan dengan data primer. Data sekunder berfungsi sebagai bahan pertimbangan dalam proses analisis. Data sekunder yang digunakan meliputi teori-teori yang
k e l a y a k a n n y a . P a d a t a h a p selanjutnya setelah data-data dianggap valid dan dapat digunakan dalam studi, maka data- data tersebut dianalisis. Dari proses analisis akan didapatkan hasil analisis yang selanjutnya dikaitkan dengan kepustakaan dan teori-teori yang ada.
Dalam tahapan ini, hasil yang didapat mengenai potensi-potensi bangunan dikaitkan dengan kriteria dan syarat pelestarian yang ada.
Hasil yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan dalam m e n e n t u k a n k e l a y a k a n rekomendasi objek sebagai benda pelestarian.
PA G E 2
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas seperti, spesifikasi mengenai gereja katolik, arsitektur gothic, neo gothic dan kolonial serta rancangan arsitektur gereja katolik.
Data yang telah dikumpulkan pada proses pengumpulan data selanjutnya diperiksa, dibandingkan dan diinterpretasikan untuk
m e n e n t u k a n r e l e v a n s i d a n
GE R E J A H A T I K U D U S Y E S U S K O T A M A L A N G
Metode
penelitian
Perkembangan Gereja Hati Kudus Yesus
Sumber: www.spotmalang.com; www.malangtempoedoeloe.com
1916 1934 2008
Ruang altar dan ruang jemaat
Ruang Paduan Suara Ruang Jemaat
Pintu pada ruang Tangga Menuju Ruang
Jendela kaca Hall
Pembesaran pada
bagian bawah kolom
Ciri khas Gothic pada interior
berikut :
1. Tolok ukur nilai sejarah, bangunan gereja ini sendiri merupakan gereja Katolik pertama dan tertua di Kota Malang yang sejak awal dibangun sampai dengan sekarang keasliannya masih terjaga.
2. Tolok ukur umur, bangunan Gereja Hati Kudus Yesus ini dibangun pada tahun 1905, sehingga umur bangunan 102 tahun dan memenuhi persyaratan umur bangunan sebagai benda cagar budaya yang minimal berumur 50 tahun.
3. Tolok ukur keaslian, bangunan Gereja Hati Kudus Yesus ini sejak awal dibangun sampai dengan sekarang, keasliannya masih terjaga. Bentuk dari bangunan masih sama seperti awal dibangun. Renovasi hanya sebatas perawatan bangunan tanpa memberi perubahan yang berarti pada bentuk bangunan.
4. Tolok ukur tengeran atau landmark, bangunan Gereja Hati Kudus Yesus ini menjadi titik pandang yang penting di kawasan
komplek Kayu Potensi arsitektur yang dimiliki
Gereja Hati Kudus Yesus ini adalah kualitas arsitektur bangunan yang tinggi. Mengingat Gereja Hati Kudus Yesus ini dibangun dengan perpaduan antara gaya kolonial, gaya neo-gothic, dan adaptasi bangunan terhadap iklim lokal. Gaya kolonial sendiri merupakan gaya yang berkembang pada kawasan komplek kayu tangan pada masa itu.
Hal ini dilakukan oleh untuk mencipta- kan Malang sebagai kota yang berkarakter Belanda. Sementara neo- gothic sendiri adalah gaya gereja yang berkembang di Belanda pada saat itu.
Gaya kolonial sendiri ditunjukkan den- gan penggunaan gable, tower, dan dormer di atap. Langgam neo-gothic ditunjukkan dengan penggunaan lan- cet, tracery, rose window, pointed arch dan menara khas neo-gothic. Di Gereja Hati Kudus Yesus ini juga terdapat adaptasi bangunan pada iklim lokal yang tampak dari penggunaan atap pelana pada bangunan.
Potensi-potensi yang dimiliki Gereja Hati Kudus Yesus memenuhi tolok ukur-tolok ukur sebuah bangunan sebagai benda cagar budaya.
Tolok ukur tersebut adalah sebagai
Tangan. Bahkan Gereja Hati Kudus Yesus ini merupakan salah satu dari landmark Kota Malang selain Toko Oen.
Gereja Hati Kudus Yesus ini menjadi titik pandang yang penting mengingat letaknya di persimpangan antara Jalan Basuki Rachmad dengan Jalan Soegio Pranoto.
5. Tolok ukur arsitektur, Gereja hati Kudus Yesus ini sendiri memiliki nilai arsitektural yang tinggi.
Berdasarkan tolok ukur-tolok ukur yang telah dipenuhi oleh Gereja Hati Kudus, maka bangunan ini layak untuk direkomendasikan sebagai objek pelestarian, dengan penggolongan sebagai berikut: Lingkungan dari bangunan Gereja Hati Kudus ini termasuk Golongan II, dan lingkungan telah mengalami perubahan namun masih memiliki beberapa unsur keaslian; Bangunan Gereja Hati Kudus ini sendiri merupakan bangunan cagar budaya golongan C, dan bangunan cagar budaya golongan C ini memenuhi kriteria umur dan arsitektur.
PA G E 3
Hasil studi
AN I S A I.E.P 0 4 1 0 6 5 0 0 0 8