80 |
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/bagimunegeriGERAKAN PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GADING REJO
Dzul Istiqomah Hasyim1, Nurwinda Saputri2, Andri Yulianto3
1,2,3Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Email : [email protected]1
Abstrak : Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemberian Asi Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Gading Rejo. Tingginya angka kejadian stunting menjadi perhatian pemerintah. Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dari harapan. Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 61,33%. Namun, angka ini belum mencapai dari target cakupan ASI eksklusif yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 80% (Kemenkes, 2018). Tujuan pengabdian: Dengan terselenggaranya kegiatan ini dapat memberdayakan peran masyarakat dalam pemberian asi eksklusif guna pencegahan stunting pada balita di puskesmas gading rejo pringsewu Metode : Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan memberikan edukasi kepada ibu yang mempunyai balita akan pemberian asi eksklusif bisa mencegah kejadian stunting pada balita Hasil: Hasil dari proses pengabdian didapatkan meningkatnya pengetahuan responden akan pencegahan stunting dengan memberikan asi eksklusif. Simpulan: Hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan adalah adanya peningkatan pengetahuan dan informasi terkait materi yang dapat dilihat dari perbandingan hasil pre-test dan post-test.
Kata Kunci : Stunting, Asi Esklusif
Pendahuluan
Stunting merupakan masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan gizi dalam waktu lama pada masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yang merupakan masa kritis. sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Keadaan stunting ini ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (indeks TB/U) < -2 SD berdasarkan standar WHO . Di Indonesia kejadian stunting pada balita masih tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Republik Indonesia tahun 2018 menunjukkan sekitar 30,8% balita mengalami stunting. Angka ini menjadikan stunting di Indonesia sebagai masalah berat karena rekomendasi WHO untuk kejadian stunting pada anak ialah kurang dari 20%, apabila prevalensi stunting sebesar 30- 39% maka dikategorikan dalam masalah berat.
Tingginya angka kejadian stunting menjadi perhatian pemerintah. Beberapa penyebab stunting itu sendiri adalah kurangnya asupan yang diserap oleh tubuh mulai dari masih didalam kandungan sampai dengan setelah lahir, kurangnya akses ke pelayanan kesehatan, kurangnya akses air bersih dan sanitasi.Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan stunting dengan perbaikan pola makan, pola asuh dan sanitasi.
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dari harapan. Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 61,33%. Namun, angka ini belum mencapai dari target cakupan ASI eksklusif yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu 80% (Kemenkes, 2018). Di Kota Mamasa khususnya di Kecamatan Buntu Malangka persentasepemberian ASI eksklusif hanya mencapai 17,0%.
Hal ini dikarenakan kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif, bayi yang sudah diberi makanan tambahan sebelum umur 6 bulan serta kurangnya gizi dari ibu menyusui sehingga produksi ASI menurun.
81 |
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/bagimunegeriMenurut penelitian Rohmatun (2014), pada analisis bivariatnya menghasilkan p < 0.05 dengan nilai signifikasi 0.45 yang berarti signifikan atau bermakna. Hal ini berarti ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Desa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Penelitian ini Sejalan dengan Indrawati (2016) dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang dalam kategori sangat pendek tidak mendapatkan ASI eksklusif yaitu 10 responden (7,7%). Responden dalam kategori pendek sebagian besar mendapatkan ASI eksklusif yaitu 18 responden (13,8%). Responden yang dalam kategori normal sebagian besar mendapatkan ASI eksklusif yaitu 92 responden (70,8%). Dimana diperoleh pvalue = 0.000 (0.000 <
0.05). Maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita 2-3 tahun. Sedangkan menurut penelitian Lidia Fitri (2018) ada hubungan yang bermakna antara ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada Balita di Puskesmas Lima Puluh.
Berdasarkan uraian diatas, menunjukkan bahwa salah satu faktor kejadian stunting yaitu tidak diberikannya ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengetahui dan memahami bagaimana hubungan pemberian ASI eksklusif yang diberikan oleh ibu kepada balita yang menderita stunting, Oleh sebab itu sebagai salah satu tugas dosen dalam melaksanakan Catur dharma perguruan tinggi, maka kami akan melakukan pengabbdian kepada masyarakat dengan judul Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemberian Asi Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Gading Rejo.
Metode
1. Persiapan kegiatan meliputi :
a. Pengurusan izin untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu (surat keterangan kegiatan terlampir).
b. Pembuatan leafleat pencegahan stunting (terlampir).
c. Koordinasi dengan Puskemas Gading rejo, Bidan Desa dan Kader Posyandu Melati d. Penyusunan kuesioner pre-test dan post-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
(kuesioner terlampir).
2. Pelaksanaan Kegiatan :
a. Kegiatan bertempat di Posyandu Latifah Wilayah Kerja Puskesmas Gadingrejo, dengan jumlah peserta 55 ibu yang mempunyai balita berusia 2 bulan – 5 Tahun.
b. Kegiatan diawali dengan perkenalan dan menjelaskan tujuan pengabdian kepada masyarakat oleh ketua tim pengabdian dan anggota tim pengabdian.
c. Kegiatan pre-test dilakukan sebelum disampaikannya materi tentang “pencegahan stunting dengan pemberian asi eksklusif”. Ibu-ibu diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan (kuesioner) yang terkait dengan materi yang dibagikan kemudian ibu-ibu diminta untuk mengisi dan kemudia dikumpukan kembali kepada panitia/anggota pengabdian.Terdapat sepuluh pertanyaan yang diajukan kepada responden, yaitu : 1) Apakah Ibu mengetahui apa itu stunting?
2) Apakah ibu mengetahui apa penyebab anak stunting?
3) Apakah ibu mengetahui ciri-ciri anak stunting?
82 |
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/bagimunegeri 4) Apakah ibu mengetahui faktor penyebab anak stunting?5) Apakah menerapkan pola hidup sehat dan konsumsi makanan bergizi merupakan salah satu kiat mencegah stunting?
6) Apakah ibu mengetahui dampak stunting pada anak?
7) Apakah stunting dapat dicegah sedari anak di dalam kandungan?
8) Apakah ibu hamil yang menderita kekurangan energi kronik merupakan salah satu faktor penyebab stunting pada anak?
9) Apakah penyakit infeksi berhubungan dengan stunting?
10) Apakah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berisiko stunting?
Gambaran
d. Penyampian materi mengenai stunting dan pencegahan stunting disampaikan oleh ketua tim pengabdian dibantu oleh anggota tim pengabdian dengan menggunakan alat bantu lembar balik dan media leafet. Anggota kegiatan cukup antusias dengan materi yang disampaikan, hal ini terlihat dari beberapa pertanyaan yang diajukan dan beberapa responden juga ikut membagikan informasi kesehatan yang didapatnya diakun media sosialnya masing-masing. Setelah dilakukan tanya jawab maka dilakukan kegiatan post test dengan membagikan kuisioner yang sama dengan pada saat pre-test.
83 |
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/bagimunegeriHasil Dan Pembahasan
a. Gambaran karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dan Pendidikan : Tabel 2. Karaktersitik responden berdasarkan pekerjaan dan pendidikan
Karakteristik Jumlah
f %
Pekerjaan 51 95,2
Ibu Rumah Tangga
Ibu Pekerja 4 2,8
Pendidikan 3 14,3
Pendidikan Rendah
Pendidikan Tinggi 52 85,7
Berdasarkan table 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan ibu adalah sebagai Ibu Rumah Tangga (95,2%). Selain itu juga diketahui bahwa sebagian besar (85,7%) ibu berpendidikan tinggi (SMA dan S1/PT).
b. Gambaran karakteristik status gizi balita
Tabel 3. Distribusi frekuensi status gizi balita
Status gizi f %
Underweight 4 18,2
Normal 51 81,8
Total 55 100
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa sebagian besar balita (81,8%) yaitu sebanyak 46 orang balita memiliki status gizi normal.
c. Tingkat pengetahuan responden yang ikut dalam kegiatan pengabdian dapat diketahui melalui beberapa pertanyaan yang diajukan. Pengetahuan ibu dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu pengetahuan baik dan pengetahuan kurang. Pengetahuan baik apabila ibu dapat menjawab pertanyaan betul sebanyak ≥ 7 pertanyaan dan pengetahuan kurang apabila ibu menjawab pertanyaan betul sebanyak < 7 pertanyaan. Hasil kegiatan pre- test dan post-test menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan ibu terkait stunting, dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Grafik tingkat pengetahuan responden berdasarkan kegiatan pre-test dan post-test
Hasil Jumlah
f %
Pres-Test
Kurang 34 61,9
Baik 21 38,1
Post-Test
Kurang 3 4,8
Baik 52 95,2
84 |
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/bagimunegeriBerdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan pengetahuan ibu terkait materi yang duberikan saat melakukan kegiatan pre-test dan post-test. Pada saat pre-test tingkat pengetahuan ibu dengan kategori kurang adalah sebanyak 34 orang (61,9%), sedangkan dengan kategori baik adalah sebanyak 21 orang (38,1%). Pada saat post-test tingkat pengetahuan ibu dengan kategori kurang adalah sebanyak 3 orang (4,8%) dan dengan kategori baik adalah sebanyak 52 orang (95,2%). Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa pengetahuan ibu meningkat setelah diberi edukasi terkait stunting. Bertambahnya pengetahuan ibu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran ibu untuk menerapkan pemberian asi eksklusif, pola makan yang baik, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) untuk mencegah terjadinya stunting, sehingga proses tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat seperti yang dilakukan oleh pengabdi melalui kerjasama antar institusi kesehatan, salah satunya dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu dan Puskesmas merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, terkhususnya para ibu untuk mencegah terjadinya stunting. Pemahaman tentang manfaat pemberian asi eksklusif, pola makan yang baik dan penerapan PHBS melalui kegiatan promosi gizi diharapkan lebih efektif sehingga meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu untuk mencegah stunting. Beberapa keterbatasan yang ditemukan dalam kegiatan pengabdian ini antara lain adalah pada saat kegiatan berlangsung tidak semua responden bisa focus kepada isi materi yang disampaikan karena disambi dengan menyusui anak, anak rewel dan lain-lain. Namun keterbatasan ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pengabdi untuk lebih aktif dalam menyampaikan materi.
Simpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
1. Kegiatan terlaksana dan berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan.
2. Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan yang meliputi pre- test, penyampaian materi terkait stunting, diskusi tanya jawab dan post-test.
3. Responden dalam kegiatan ini menunjukkan respon yang baik dan antusias dengan kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini terlihat dari antusias responden untuk bertanya bertanya setelah penyampaian materi dan beberapa responden membagikan informasi yang diperoleh di media sosialnya.
4. Hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan adalah adanya peningkatan pengetahuan dan informasi terkait materi yang dapat dilihat dari perbandingan hasil pre-test dan post-test.
85 |
https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/bagimunegeri B. Saran1. Kegiatan ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh kader ataupun tenaga gizi puskesmas dengan baik.
2. Kegiatan ini sebaiknya dilaksanakan secara langsung, sehingga komunikasi antar pemateri dengan responden dapat berjalan dengan baik
Daftar Rujukan
Kemenkes. (2016). Situasi Balita Pendek. Jakarta Selatan: Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi.
Kemenkes. (2018a). Cegah Stunting itu Penting. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes. (2018b). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta.
Kemenkes. (2018c). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta Selatan: Kemenkes RI Pusat Data dan Informasi.
Indrawati, Sri and Warsiti, Warsiti (2017) HUBUNGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 2-3 TAHUN DI DESA KARANGREJEK WONOSARI GUNUNGKIDUL. Skripsi thesis, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
Lidiafitri (2018) HUBUNGAN BBLR DAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING DI PUSKESMAS LIMA PULUH PEKANBARU. Akademi Kebidanan Helvetia Pekanbaru
Rohmatun, N. (2014). Hubungan tingkat pendidikan ibu dan pemberian asi eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Desa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.