PROPOSAL PENELITIAN
STUDI KARAKTER TRUSS MORPHOMETRICS DAN MERISTIK IKAN KARANG (Pterocaesio chrysozona) DI TPI ASEMDOYONG PEMALANG
Oleh
SAMUEL GIVEN PIDIE BARUS B1A018012
Diajukan sebagai Pedoman Penelitian pada Tugas Akhir Jurusan Biologi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO
2024
Lembar Pengesahan
ii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...2
1.3 Tujuan Penelitian...2
1.4 Manfaat Penelitian...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3
2.1 Ikan Karang (Pterocasio chrysozona)...3
2.2 Morfometrik dan meristik...4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...7
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...7
3.2 Alat dan Bahan...7
3.3 Prosedur Penelitian...7
3.4 Cara Kerja...8
3.5 Analisis Data...12
DAFTAR PUSTAKA...13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ikan karang (Pterocaesio chrysozona) merupakan salah satu biota yang hidup pada ekosistem terumbu karang dan hidupnya sangat bergantung pada kondisi terumbu karang (Rondonuwu et al., 2013). Ikan karang merupakan salah satu komoditi unggulan perikanan, maka perlu dilakukan pengawasan agar stok ikan di alam masih dapat terjaga dengan lestari (Utomo et al., 2013). Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Asemdoyong Pemalang merupakan salah satu tempat pendaratan berbagai spesies ikan hasil tangkapan nelayan di pesisir bagian utara Pulau Jawa,.
Ikan karang merupakan salah satu komoditi ikan yang didaratkan di TPI tersebut. Menurut Rembet et al (2011) ikan karang dimasukkan dalam familia ikan Caesionidae. Ikan famili Caesionidae termasuk dalam kelompok ikan target yaitu ikan yang merupakan target untuk penangkapan atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomi penting dan juga termasuk dalam kelompok ikan mayor yaitu ikan yang berperan dalam rantai makanan. Susanto et al. (2015) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara maritim yang mempunyai habitat terumbu karang yang luas serta terdapat lebih dari 500 jenis terumbu karang. Sumber daya ini memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan ekologi, estetika, ekonomi, dan fungsi budidaya khususnya pada ikan karang (Maragos et al., 1996).
Ikan Pterocaesio chrysozona mempunyai ciri-ciri antara lain, hidup pada terumbu karang di kedalaman 2-25 m, mempunyai badan yang memanjang, sirip punggung dengan 10 atau 11 duri dan 14-16 jari lunak, 64- 69 sisik gurat sisi, satu baris kuning cerah memanjang di bawah gurat sisi, sirip ekor merah muda dengan ujung hitam. Ikan karang tidak memiliki ciri yang dapat membedakan antara jantan dan betina secara signifikan (Studi pendahuluan, Given 2023).
Perbedaan bentuk tubuh antara ikan jantan dan betina merupakan faktor penting untuk membedakan jenis kelamin dalam satu spesies maupun antar spesies ikan. Morfometrik merupakan salah satu cara untuk mendeskripsikan spesies ikan berdasarkan ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh. Karakter morfometrik dapat dipelajari melalui pendekatan teknik morfometrik standard dan truss morphometrics.
Menurut Turan (2004), metode trus morphometrics mampu mengidentifikasi perbedaan morfologi organisme antar spesies yang mempunyai hubungan kekerabatan dekat dan dapat mengidentifikasi intra spesies. Meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tubuh, misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan jari-jari lemah pada sirip (Katili, 2011).
4
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa truss morphometrics dan meristik dapat digunakan untuk membedakan individu jantan dan betina. Penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakter truss morphometrics dan meristik individu jantan dan betina telah dilakukan pada beberapa spesies ikan laut, antara lain pada ikan Donkey Croaker (Pennahia anea) untuk menentukan karakter truss morphometrics dan meristik yang dapat membedakan Donkey Croaker jantan dan betina (Utarini et al., 2022). Karakter truss morphometrics yang dapat digunakan untuk membedakan ikan layang-layang Alepes klenii individu jantan dan betina adalah jarak dari pangkal rahang bawah ke depan ujung moncong, pada ikan betina jaraknya lebih panjang dibandingkan dengan ikan jantan (Suryaningsih et al., 2022).
Sejauh penulusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian tentang performa morfologi, truss morphometrics dan meristik pada ikan karang belum pernah dilakukan. Penelitian ikan karang yang pernah dilakukan adalah morfometrik dan genetika pada ikan Pterocaesio chrysozona di pasar ikan modern Muara Baru, DKI Jakarta (Setiawan & Maduppa, 2020). Ikan karang tidak memiliki ciri yang dapat membedakan antara jantan dan betina secara signifikan, oleh karena itu penelitian kali ini perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan karakter antara jantan dan betina, dikarenakan belum ada penelitian yang menjelaskan tentang perbedaan morfologi antara jantan dan betina.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji yaitu:
1) Bagaimana performa morfologi, truss morphometrics dan meristik ikan karang jantan dan betina.
2) Apakah terdapat bagian tubuh tertentu dari performa morfologi, truss morphometrics dan meristik yang dapat digunakan untuk membedakan antara ikan karang jantan dan betina.
2. Tujuan Penelitan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1) Mengetahui performa morfologi, truss morphometrics dan meristik ikan karang (Pterocaesio chrysozona) jantan dan betina.
2) Mendapatkan informasi performa morfologi, truss morphometrics dan meristik yang dapat dijadikan sebagai pembeda antara ikan karang (Pterocaesio chrysozona) jantan dan betina.
3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang performa morfologi, truss morphometrics dan meristik sebagai data base ikan karang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Karang (Pterocasio chrysozona)
Ikan karang merupakan salah satu biota yang hidup pada ekosistem terumbu karang dan hidupnya sangat bergantung pada kondisi terumbu karang (Rondonuwu et al., 2013). Ikan karang merupakan salah satu komoditi unggulan perikanan, maka perlu dilakukan pengawasan agar stok ikan di alam masih dapat terjaga dengan lestari (Utomo et al., 2013). Menurut English et al. (1998) Ikan terumbu karang dapat juga dikelompokkan dalam 3 kelompok berdasarkan tujuan pengelolaan, yaitu :
Ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya ikan-ikan ini menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan daerah asuhan. Ikan-ikan terget ini diwakili oleh famili serranidae, Nemipteridae (ikan kurisi), Lutjanidae (ikan kakap), Caesionidae (ikan ekor kuning).
Ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesehatan terumbu karang diwakili family Chaetodontidae.
Ikan utama (major) merupakan jenis ikan berukuran kecil 5-25 cm, dengan karateristik warna yang beragam yang Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh family Apogonidae dan Pomacentridae.
Pterocaesio chrysozona merupakan spesies ikan karang dari Familia Caesionidae yang hidup bergerombol di sekitar terumbu karang kedalaman antara 0-25 meter. Ciri morfologi ikan Pterocaesio chrysozona yakni memiliki warna tubuh agak kemerahan dengan ciri strip kuning yang terdapat di bawah linea lateralis. Terdapar bintik kecoklatan pada ujung sirip kaudal dan memiliki panjang maksimal 14,2 cm.
6
Gambar 2.1 Ikan Pterocaesio chrysozona (Dokumentasi Pribadi, 2023) Adapun taksonomi dari ikan Pterocaesio chryozona adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Caesionidae Genus : Pterocaesio
Spesies : Pterocaesio chrysozona
Karakter morfologi (morfometrik dan meristik) telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga banyak membantu dalam menyediakan informasi untuk pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi dalam tingkat intra spesies (ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
Pembentukan fenotip dari ikan memungkinkan ikan dalam merespon secara adaptif perubahan dari lingkungan melalui modifikasi fisiologi dan kebiasaan. Lingkungan mempengaruhi variasi fenotip, walau bagaimanapun karakter morfologi telah dapat memberikan manfaat dalam identifikasi stok khususnya dalam suatu populasi yang besar (Turan, 1999).
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran biasanya dinyatakan dalam milimeter atau centimeter, ukuran ini disebut ukuran mutlak. Tiap
spesies akan mempunyai ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh umur, jenis kelamin dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud misalnya makanan, suhu, pH dan salinitas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjadi tanda dari spesies (Affandi, et al., 1992).
Menurut Affandi, et al., (1992) ada 26 karakter morfometrik yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan diantaranya panjang total, panjang baku, panjang kepala, panjang bagian depan sirip punggung, panjang dasar sirip punggung dan sirip dubur, panjang batang ekor, tinggi badan, tinggi batang ekor, tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan, tinggi sirip punggung dan sirip dubur, panjang sirip dada dan sirip perut, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah, panjang hidung, panjang ruang antar mata, lebar mata, panjang bagian kepala di belakang mata, tinggi di bawah mata, panjang antara mata dengan sudut preoperkulum, tinggi pipi, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, dan lebar bukaan mulut.
8
Teknik truss morphometrics mampu memberikan gambaran bentuk tubuh yang tepat dan konsisten berdasarkan titik-titik patokan. serta teknik truss ini memiliki tingkat kesalahan yang sangat kecil (Khayyami et al., 2015). Pengukuran dengan teknik truss morphometrics lebih kompleks dibandingkan dengan morfometrik standar karena adanya titik-titik patokan yang dihubungkan dengan pola diagonal sehingga diperoleh jarak truss yang lebih rinci. Jarak truss tersebut dari ujung moncong sampai premaksila, ujung moncong sampai sirip dorsal, ujung moncong sampai operkulum atas, premaksila sampai sirip dorsal premaksila sampai ujung operkulum, premaksila sampai sirip dada, premaksila sampai sirip perut sirip dorsal sampai ujung operkulum, sirip dada sampai ujung operkulum, sirip dada sampai sirip perut, sirip dorsal sampai sirip perut, sirip dorsal sampai sirip anal, sirip perut sampai sirip anal, sirip dorsal sampai puncak sirip ekor, sirip dorsal sampai bagian bawah sirip ekor, sirip anal sampai puncak sirip ekor, sirip anal sampai dasar sirip ekor dan sirip dorsal sampai sirip perut (Mojekwu et al., 2015; Darlina et al, 2011).
Teknik truss morphometrics telah dilakukan oleh Golani & Brenda (2010) dalam penelitiannya tentang karakter morfometrik pada Terapon jarbua jantan dan betina di pantai Mediteranian yang menunjukkan adanya perbedaan panjang kepala dengan panjang rahang bawah, panjang total dengan tinggi badan dan tinggi badan dengan tinggi kepala. Im et al (2016) pada spesies ikan Marine Medaka (Oryzias dancena) jantan dan betina dimana terdapat 5 perbedaan mencolok yaitu pada jarak antara pangkal depan sirip dorsal dengan pangkal depan sirip anal, jarak antara pangkal belakang sirip dorsal dengan pangkal depan sirip anal, jarak antara pangkal depan sirip dorsal dan pangkal belakang sirip anal, panjang sirip dorsal, dan panjang sirip anal. Penelitian truss morphometris yang dilakukan Wijayanti et al., (2016) pada ikan Kemprit (Ilisha megaloptera) jantan dan betina terdapat perbedaan yang terletak pada jarak antara pangkal depan sirip punggung dengan pangkal depan sirip ventral jarak antara pangkal belakang sirip dorsal dengan pangkal depan sirip anal. Sukmaningrum et al. (2020) pada penelitiannya menunjukkan bahwa ikan selar bengol betina secara umum mempunyai badan yang lebih kecil dibandingkan ikan selar bengol jantan sedangkan ikan selar bengol jantan mempunyai pangkal ekor yang lebih tinggi dibanding ikan selar bengol betina.
Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari- jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjadi tanda dari spesies (Affandi, et al., 1992). Menurut Golani & Brenda (2010) perbedaan karakter meristik dapat menunjukkan sifat dari suatu spesies tertentu, yang mungkin dapat berubah karena tekanan lingkungan dan sumberdaya perairan.
Karakter meristik setiap ikan dihitung dari jumlah jari-jari sirip dorsal pertama, jumlah jari-jari sirip dorsal kedua, jumlah jari-jari sirip lunak pectoral, jumlah jari-jari sirip ventral, jumlah jari-jari sirip anal, jumlah tapis insang pada bagian epibranchial dari lengkung insang pertama bagian kiri dan jumlah sisik pada garis lateral. Perbedaan dalam jumlah meristik menunjukkan bahwa lokasi dan lingkungan yang berbeda memiliki dampak yang cukup besar pada karakter meristik, dimana terjadi interaksi antara lingkungan dan genetik (Sley et al., 2016). Menurut Saanin (1984) perbedaan kondisi lingkungan perairan dapat berdampak terhadap pola adaptasi ikan, antara lain adaptasi dalam bentuk tubuh dan ukuran atau jumlah beberapa bagian tubuh. Menurut Effendie (1997) perbedaan karakter meristik juga dapat menunjukkan kematangan sifat suatu spesies tertentu, yang mungkin dapat berubah karena seleksi habitat atau tekanan-tekanan pengelolaan terhadap sumberdaya perairan itu.
2.2 Morfometrik dan meristik
Karakter morfologi (morfometrik dan meristik) telah lama digunakan dalam biologi perikanan untuk mengukur jarak dan hubungan kekerabatan dalam pengkategorian variasi dalam taksonomi. Hal ini juga banyak membantu dalam
menyediakan informasi untuk pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi dalam tingkat intra species (ras) adalah variasi fenotip yang tidak selalu tepat dibawah kontrol genetik tapi dipengaruhi oleh perubahan lingkungan.
Pembentukan fenotip dari ikan memungkinkan ikan dalam merespon secara adaptif perubahan dari lingkungan melalui modifikasi fisiologi dan kebiasaan. Lingkungan mempengaruhi variasi fenotip, walau bagaimanapun karakter morfologi telah dapat memberikan manfaat dalam identifikasi stok khususnya dalam suatu populasi yang besar (Turan, 1999).
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran biasanya dinyatakan dalam milimeter atau centimeter, ukuran ini disebut ukuran mutlak. Tiap spesies akan mempunyai ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh umur, jenis kelamin dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud misalnya makanan, suhu, pH dan salinitas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan. Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri pada sirip, jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies (Affandi, et al., 1992).
Menurut Affandi, et al., (1992) ada 26 karakter morfometrik yang biasa digunakan dalam mengidentifikasi ikan diantaranya panjang total, panjang ke pangkal cabang sirip ekor, panjang baku, panjang kepala, panjang bagian di depan sirip punggung, panjang dasar sirip punggung dan sirip dubur, panjang batang ekor, tinggi badan, tinggi batang ekor, tinggi kepala, lebar kepala, lebar badan, tinggi sirip punggung dan sirip dubur, panjang sirip dada dan sirip perut, panjang jari-jari sirip dada yang terpanjang, panjang jari-jari keras dan jari-jari lemah, panjang hidung, panjang ruang antar mata, lebar mata, panjang bagian kepala di belakang mata, tinggi di bawah mata, panjang antara mata dengan sudut preoperkulum, tinggi pipi, panjang rahang atas, panjang rahang bawah, dan lebar bukaan mulut. Dalam Priyanie (2006) dan Julita (2006) dirincikan menjadi 34 karakter morfometrik yang dihitung.
Tabel 2.1 karakter morfometrik (Priyanie dan Julita, 2006).
No. Karakter
Morfometrik Penjelasan
1. Panjang Total Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung sirip caudal yang paling belakang
2. Panjang Kepala Jarak antara ujung terdepan dari hidung hingga ujung terbelakang dari keeping tutup indang
3. Panjang Batang Ekor Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan pangkal jari-jari tengah sirip caudal
4. Panjang kepala di depan mata
Jarak antara pinggiran depan dari rongga mata sampai bagian terdepan dari kepala
5. Panjang standar Jarak antar ujung bagian kepala terdepan dengan pangkal ekor
6. Panjang sirip ekor Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip belakang jari-jari terakhir
7. Panjang sirip anal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip dibelakang jari-jari terakhir
8. Panjang sirip dada Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip dada
9. Panjang sirip perut Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip perut
10. Tinggi batang ekor Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah
11. Tinggi sirip dorsal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip dorsal
12. Lebar badan Jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan 13. Lebar mata Panjang garis tengah rongga mata (diameter)
14. Lebar bukaan mulut Jarak antara kedua sudut mulut jika bulu dibuka selebar-lebarnya
Tabel 2.2 karakter meristik (Priyanie dan Julita, 2006)
No. Karakter Meristik Penjelasan
1. Jumlah jari-jari sirip dorsal
Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal 2. Jumlah jari-jari sirip
anal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal 3. Jumlah jari-jari sirip
ventral Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip ventral 4. Jumlah jari-jari sirip
pectoral
Jumlah jari-jari sirip pectoral 5. Jumlah jari-jari sirip
caudal
Jumlah jari-jari sirip caudal
3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di TPI Asemdoyong Kabupaten Pamalang Jawa Tengah pada minggu pertama bulan Februari. Untuk pengamatan sampel dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan Fakultas Biologi Universitas Jendral Soedirman pada bulan Februari – Maret 2024.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah jangka sorong digital dengan ketelitian 0,01 mm, milimeter blok, sterofoam, jarum pentul, gunting bedah, bak preparat, penggaris, mikroskop cahaya, object glass, cover glass, pinset, pipet tetes, timbangan elektrik dengan tingkat ketelitian 0,01 gr, ice box, loop, alat tulis dan kamera digital
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan Karang (Pterocaesio chryzosona) jantan dan betina, kertas label, plastik, es batu, dan tisu
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Teknik Sampling
Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei. Sampel dipilih dengan teknik purposive random sampling karena sampel dipilih secara khusus sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel ikan karang diperoleh dari TPI Asemdoyong Kabuypaten Pemalang Jawa Tengah sebanyak 30 ekor.
Ikan didaratkan di TPI Asemdoyong kemudian disimpan dalam ice box.
Identifikasi ikan dilakukan dengan panduan Saanin (1984), White et al. (2013), FAO (2001), dan Fishbase (2017). Pengamatan performa morfologi, truss morphometrics
5
dan meristik ikan serta analisis data dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.
3.3.2 Variabel dan Parameter Penelitian
Variabel yang akan diamati pada penelitian ini yaitu peforma morfologi, truss morphometrics dan meristik ikan. Parameter peforma biologi yang diamati adalah bentuk tubuh ikan, posisi mulut ikan, tipe sisik ikan, bentuk sisik caudal dan warna ikan (Affandi et al., 1992). Parameter pada Truss Morphometrics adalah perbandingan antara jarak truss yang sudah ditentukan sebanyak 12 titik dengan panjang standar (Erdugen & Turan, 2005). Karakter meristik yang dihitung yaitu jumlah jari-jari keras dan lunak pada sirip dorsal, anal, ekor, ventral dan pectoral, jumlah sisik diatas dan dibawah garis rusuk, jumlah finlet, dan jumlah keel (Haryono et al., 2017)
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel Ikan
1. Sampel ikan diambil dari TPI Asemdoyong. Ikan yang didapat dari TPI Asemdoyong selanjutnya dibersihkan dengan menggunakan air kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan disimpan ke dalam ice box.
2. Sampel ikan yang diperoleh dibawa ke Laboratorium Taksonomi Hewan Unsoed untuk dilakukan pengamatan dan identifikasi dengan bantuan penerangan, loop dan mikroskop.
3.4.2 Identifikasi Ikan
Ikan diidentifikasi dengan panduan Saanin (1984), FAO (2001), dan Fishbase (2017).
3.4.3 Penentuan Karakter Morfologi
Ikan diletakkan di atas kertas milimeter blok yang telah dilaminating dan diberi dasar sterofoam dengan posisi ikan diatur menghadap ke kiri dengan bagian ventral menghadap ke bawah (Erguden & Turan, 2005).
1. Pengamatan performa morfologi pada ikan dilakukan secara langsung untuk mengamati bentuk tubuh ikan, bentuk dan posisi mulut ikan, bentuk sirip caudal, dan warna tubuh ikan (Affandi et al., 1992).
2. Hasil pengamatan performa morfologi kemudian dicatat 3.4.4 Pengukuran ikan dengan teknik truss morphometrics
Ikan diletakkan di atas milimeter blok yang telah dilaminating, yang diberi dasar styrofoam, dengan posisi ikan diatur menghadap ke kiri. Pengukuran panjang standar dilakukan dari ujung depan moncong sampai pangkal sirip ekor ikan, sebagai pembanding jarak Truss Morphometrics. Empat belas Titik-titik patokan truss morphometrics tersebut adalah: A) Ujung terdepan moncong, B) Batas kepala dan badan bagian dorsal, C) Pangkal depan sirip dorsal, D) Ujung belakang sirip dorsal, E) pelipatan ekor bagian dorsal, F) Ujung belakang ekor, G) pelipatan ekor bagian ventral, H) ujung belakang sirip anal, I) pangkal depan sirip anal, J) Ujung belakang sirip ventral, K) Pangkal depan sirip ventral, L) batas kepala dan badan bagian ventral.
Titik-titik tersebut ditandai dengan menancapkan jarum ke preparat hingga menembus sterofoam. kemudian diukur jaraknya sesuai dengan pedoman pengukuran truss morphometrics menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm. Titik patokan truss morphometrics tersebut adalah (Gambar 3.1 dan Tabel 3.1).
Gambar 3.1 letak titik-titik dan jarak truss morphometrics ikan Karang (Pterocaesio chrysozona) (Erdugen & Turan, 2005) dengan modifikasi
7 3
Tabel 3.1 Jarak truss morphometrics yang digunakan didalam penelitian
Bidang Kode Deskripsi Jarak
Kepala 1 (A-B) Jarak ujung terdepan moncong – Batas kepala dan badan bagian dorsal 2 (A-L) Jarak ujung terdepan moncong – Batas kepala dan badan bagian ventral 3 (B-L) Jarak batas kepala dan badan bagian dorsal – batas badan dan badan
bagian ventral Tubuh
Bagian Anterior
4 (B-C) Jarak batas kepala dan badan bagian dorsal – pangkal depan sirip dorsal 5 (L-K) Jarak batas kepala dan badan bagian ventral – pangkal depan sirip
ventral
6 (C-L) Jarak pangkal depan sirip dorsal – batas kepala dan badan bagian ventral 7 (B-K) Jarak batas kepala dan badan bagian dorsal – pangkal depan sirip vental 8 (C-K) Jarak pangkal depan sirip dorsal – pangkal depan sirip ventral
Tubuh Bagian Posterior
9 (C-D) Jarak pangkal depan sirip dorsal – ujung belakang sirip dorsal 10 (K-J) Jarak pangkal depan sirip ventral – ujung belakang sirip ventral 11 (C-J) Jarak pangkal depan sirip dorsal - ujung belakang sirip ventral 12 (K-D) Jarak pangkal depan sirip ventral – ujung belakang sirip dorsal 13 (J-D) Jarak ujung belakang sirip ventral – ujung belakang sirip dorsal 14 (J-I) Jarak ujung belakang sirip ventral – ujung pangkal depan sirip anal 15 (C-I) Jarak pangkal depan sirip dorsal – ujung pangkal depan sirip anal 16 (D-I) Jarak ujung belakang sirip dorsal – ujung pangkal depan sirip anal 17 (I-H) Jarak pangkal depan sirip anal – ujung belakang sirip anal
18 (D-H) Jarak ujung belakang sirip dorsal – ujung belakang sirip anal
Ekor 19 (D-E) Jarak ujung belakang sirip dorsal – ujung pelipatan ekor bagian dorsal 20 (H-G) Jarak ujung belakang sirip anal – ujung pelipatan ekor bagian ventral 21 (H-E) Jarak belakang sirip anal – ujung pelipatan ekor bagian dorsal
22 (D-G) Jarak ujung belakang sirip dorsal – ujung pelipatan ekor bagian ventral 23 (E-G) Jarak ujung pelipatan ekor bagian dorsal – ujung pelipatan ekor bagian
ventral
24 (E-F) Jarak ujung pelipatan ekor bagian dorsal – ujung belakang ekor 25 (G-F) jarak pelipatan ekor bagian ventral – ujung belakang ekor
3.4.5 Perhitungan Karakter Meristik
Karakter meristik yang diamati adalah perhitungan jumlah jari-jari sirip anal, sirip dorsal, sirip pectoral, jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk, jumlah tapis insang, jumlah sisik yang mengelilingi batang ekor dan jumlah filamen pada sirip dada (Rosidah & Zidni, 2017) (Gambar 3.2). Cara kerja perhitungan karakter meristik adalah sebagai berikut:
a. Perhitungan Jari-Jari Sirip
1. Jari-jari sirip ikan dibersihkan dari lendir dan air.
Lanjutan Tabel 3.1
2. Jari-jari diamati dengan seksama menggunakan lampu dan kaca pembesar.
3. Jumlah jari-jari keras dan lemah dari masing-masing sirip dihitung dengan bantuan jarum pentul.
4. Jumlah jari-jari keras dan lemah kemudian dicatat.
b. Perhitungan Sisik
1. Perhitungan jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk dapat dilakukan dengan cara membuat garis tegak lurus dari permukaan sirip punggung pertama sampai ke pertengahan dasar perut dan menghitung jumlah sisik- sisik yang tidak dilalui oleh garis sisi.
2. Perhitungan jumlah sisik garis rusuk (linea latelaris) yaitu dengan cara menghitung jumlah sisik sepanjang garis rusuk. Garis rusuk dapat ditarik suatu garis dari bagian tengah operculum sampai ke pertengahan sirip ekor.
c. Perhitungan jumlah insang
Perhitungan jumlah insang yang penting untuk identifikasi adalah jumlah tapis insang yang terletak pada bagian atas lengkung insang yang pertama pada satu sisi badan.
Gambar 3.2 Karakter meristik yang dihitung pada ikan karang (Pterocaesio chrysozona) (Shelley et al., 2017) dengan modifikasi
Keterangan :
1) Jumlah jari jari sirip dorsal 9
2) Jumlah jari jari sirip anal 3) Jumlah jari jari sirip pectoral 4) Jumlah sisik garis rusuk 5) Jumlah sisik garis rusuk
6) Jumlah sisik dibawah gaeis rusuk 7) Jumlah sisik yang mengelilingi batang
3.5 Analisis Data
Data hasil penentuan performa morfologi dan meristic ikan dianalitis secara deskriptif sedangkan data pengukuran karakter truss morphometrics antara ikan karang jantan dan betina dilakukan analisis statistik dengan uji “t” menggunakan program SPSS 22.0.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., Sjafei, DS., Rahardjo, MF. & Sulistiono. (1992). Iktiologi Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor: Institut Pertanian Bogor
English, S., C. Wilkinson dan V. Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources.
Townsville, Australia. Townsville Australia: Australian Institute of Marine Science.
Erdugen, D. & Turan, C. (2005). Examination of Genetic and Morphologic Structure of Sea- Bass (Dicentrarchus labrax L., 1758) Population in Turkish Coastal Waters. Turk J Vet Anim Sci. 29 (1) : 727-733.
Haryono, Rahardjo, M.F., Affandi, R. & Mulyadi. (2017). Karakteristik Morfologi dan Habitat Ikan Brek (Barbonymus balleroides Val. 1842) di Sungai Serayu Jawa Tengah. Jurnal Biologi Indonesia. 13(2) : 223-232
Julita, N. (2006). Ciri Morfometrik Meristik dan Pertumbuhan Ikan Kakap Laut Dalam (Panakol bedug) Aprion virescens, Valenciennes Di Perairan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Priyanie, M. M. (2006). Pertumbuhan dan Karakter Morfometrik-Meristik Ikan Kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) Di Perairan Laut Dalam Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Rondonuwu, A. B., Rembet, U. N., Moningkey, R. D., Tombokan, J. L., Kambey, A. D., &
Wantasen, A. S. (2013). Coral Fishes the Famili Chaetodontidae in Coral Reef Waters of Para Island Sub District Tatoareng, Sangihe Kepulauan Regency. Jurnal Ilmiah PLATAX, 1(4), 210-215
Rosidah & Zidni, I., 2017. Buku Petunjuk Praktikum Ikhtiologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Univesitas Padjadjaran.
Saanin, H. (1984). Taksonomi & Kunci Identifikasi Ikan, Jilid I dan II. Bandung : Bina Cipta Setiawan, M. A. & Madduppa, H. (2020). Morfometrik Dan Genetika Pada Ikan Pterocaesio
Chrysozona Di Pasar Ikan Modern Muara Baru, Dki Jakarta. Jurnal Kelautan. 13 (2) : 100 – 107.
Shelley, W., Aurelien, D., & Matthewm, L.F., 2017. A Revision of the Frunter Genus Syncomistes (Telosteim Teraponidae, Syncomistes) with Descriptions of Seven New Species from the Kimberley Region, Northwestern Australia. Zootaxa. 4367(1): 001-103.
Suryaningsih, S. Lis A. Rismawati, Sukmaningrum, S. 2022. Sexual dimorphism in Razorbelly scad (Alepes kleinii) based on morphology, meristic and truss-morphometric characters.
AACL Bioflux, 2022, Volume 15, Issue 2. http://www.bioflux.com.ro/aacl
Susanto, H. A., Suraji & Tokeshi, M. (2015). Management of coral reef ecosystems in Indonesia:
past, present, and the future. Coasacal ecosystems. 2(1): 21 – 41.
Turan, A. (1999). Note on The Examination of Morphometric Differentiation Among Fish Population. the Truss System. Journal of Zoology. 3(1): 259 – 263.
Turan C, Denis E, Turan F, Erguden M. 2004. Genetic and morphometric structure of Liza abu (Heckel, 1843). Population from the Rivers Orontes. Eupharates and Tigris. Turk. J Vet Anim Sci. 28(1):729–734.
Utarini, A. A., Suryaningsih, S., Nuryanto, A. 2021. Truss Morphometric and Meristic Characters of Male and Female Donkey Croaker (Pennahia anea (Bloch 1793)) Taken from Asemdoyong Auction Center Pemalang, Central Java. Jurnal Biota Vol. 7(2): 2460- 7746. 118 |ISSN: 2460-7746 (online); ISSN: 2528-262X (print)
Utomo, S. P. R., & Ain, C. (2013). Keanekaragaman Jenis Ikan Karang di Daerah Rataan dan Tubir pada Ekosistem Terumbu Karang di Legon Boyo, Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Management of Aquatic Resources Journal, 2(4), 81-90.
Rembet, U. N., Boer, M., Bengen, D. G., & Fahrudin, A. (2011). Struktur komunitas ikan target di terumbu karang Pulau Hogow dan Putus-Putus Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan dan
11
Kelautan Tropis, 7(2): 60-65.
Wijayanti, T., Suryaningsih S. dan Sukmaningrum 2017. Analisis Karakter Truss Morphometrics Pada Ikan Kemprit (Ilisha megaloptera Swainson,1839) Familia Pristigasteridae. Jurnal Scripta Biologica 4(2):109-112.