Hadis Tentang Gambaran Surga dan Neraka
1.
تيأرف ةنجلا يف تعلطا» :لاق يبنلا نع ،نيصح نب نارمع نع ،ءاجر وبأ انثدح :ريرز نب ملس انثدح :ديلولا وبأ انثدحﷺ يراخبلا هاور) .«ءاسنلا اهلهأ رثكأ تيأرف رانلا يف تعلطاو ،ءارقفلا اهلهأ رثكأ) Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Salm bin Zarir, telah menceritakan kepada kami Abu Raja’, dari Imran bin Hushain, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Aku melihat-lihat di surga, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang- orang fakir. Dan aku melihat-lihat di neraka, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita." (HR. Bukhari)
Syarhnya:
Ibnu Baththal berkata, "Redaksi, ءارقفلا اهلهأ رثكأ تيأرف ةنجلا يف تعلطا (Aku melihat-lihat ke dalam surga, lalu aku melihat mayoritas penghuninya adalah orang-orang miskin) mengesankan bahwa orang miskin lebih utama daripada orang kaya. Namun makna yang sebenarya, bahwa orang miskin di dunia lebih banyak daripada orang kaya. Oleh karena itu, beliau mengabarkannya seperti Anda mengatakan, 'Mayoritas penduduk bumi adalah golongan miskin.' Hal ini sebagai bentuk pemberitahuan tentang kondisi saat ini. Jadi, bukan kemiskinan itu yang memasukkan mereka ke dalam surga, tetapi karena keshalihan mereka walaupun mereka itu miskin. Sebab, orang miskin yang tidak shalih tentu saja tidak utama."
Saya (Ibnu Hajar) katakan, zhahir hadits menunjukkan anjuran untuk tidak berlapang-lapang dalam hal keduniaan, dan juga menunjukkan agar kaum wanita senantiasa memelihara agama agar tidak masuk neraka, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan tentang keimanan dalam hadits, (Bersedekahlah kalian [kaum wanita], karena sesungguhnya aku melihat kalian menjadi mayoritas penghuni neraka. Lalu ada yang bertanya, "Karena apa?" Beliau menjawab, "Karena keingkaran mereka." Lalu ada yang bertanya lagi, "Apakah mereka ingkar kepada Allah?" Beliau menjawab, "Mereka mengingkari kebaikan.")
2.
:ا لاق» : ا لوسر لاق :لاق هنع ا يضر ةريره يبأ نع جرعلا نع ،دانزلا وبأ انثدح :نايفس انثدح :يديمحلا انثدحﷺ يفخأ ام سفن ملعت لف} :متئش نإ اؤرقاف .«رشب بلق ىلع رطخ لو تعمس نذأ لو تأر نيع ل ام :نيحلاصلا يدابعل تددعأ :ةدجسلا] {نيعأ ةرق نم مهل 17
يراخبلا هاور) [ )
Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abu Zinad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Allah berfirman, 'Aku menyiapkan untuk hamba-hamba-
Ku yang shalih apa yang tidak pernah dilihat oleh mata. tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam pikiran seorang manusia'. Bacalah jika kalian mau, 'Seseorang tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka (berupa macam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata' (Qs. As-Sajdah [32]: 17)." (HR. Bukhari)
Syarhnya:
Firman Allah, نيعأ ةرق نم مهل يفخأ ام سفن ملعت لف ["Seorangpun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata."] Mayoritas ulama membacanya ukhfiya (disembunyikan), yakni dalam bentuk pasif.
Sementara Hamzah membacanya ukhfiy (aku sembunyikan), yakni dalam bentuk kata kerja pada masa sekarang dan akan datang yang disandarkan kepada orang yang berbicara. Bacaan ini dikuatkan oleh qira'ah Ibnu Mas'ud nukhfiy (kami sembunyikan). Muhammad bin Ka'ab membacanya akhfaa (dia sembunyikan), yakni dalam bentuk aktif untuk subjek, yaitu Allah.
Serupa dengannya qira'ah A'masy, yaitu akhfaitu (aku sembunyikan).
Imam Bukhari menyebutkan pada akhir bab bahwa Abu Hurairah membacanya, "qurraati a'yun"
yakni dalam bentuk jamak. Demikian juga qira'ah Ibnu Mas'ud dan Abu Ad-Darda'. Abu
Ubaidah berkata, "Aku melihatnya dalam Mushaf yang disebut sebagai 'Al-Imam' dengan lafazh,
"qurratu", dan ini adalah qira'ah para ulama di berbagai negeri.
يدابعل تددعأ :ا لاق (Allah berfirman, "Aku menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku".). Dalam Hadits lain disebutkan tentang latar belakang hadits ini, yaitu Musa bertanya kepada Tuhannya tentang penghuni surga yang paling mulia kedudukannya? Maka Allah berfirman, "Aku menanam kemuliaan mereka dengan tangan-Ku, lalu Aku menutupinya, tidak ada mata yang pemah melihatnya, tidak ada telinga yang pernah mendengarnya, dan tidak pernah terbetik dalam hati seorang manusia."
Imam Muslim dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Asy-Sya'bi, aku mendengar Al Mughirah bin Syu'bah di atas mimbar berkata -seraya menisbatkannya kepada Nabi SAW- bahwa Musa bertanya kepada Tuhannya..." lalu disebutkan hadits secara panjang lebar dan di dalamnya disebutkan pernyataan di atas. Kemudian pada bagian akhir disebutkan, "Pembenaran untuk hal itu terdapat dalam kitab Allah, 'Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata'."
رشب بلق ىلع رطخ لو (Tidak terbetik dalam hati seorang manusia). Ibnu Mas'ud menambahkan dalam haditsnya, (Tidak juga diketehui oleh malaikat yang didekatkan dan nabi yang diutus).
Riwayat ini dikutip Ibnu Abi Hatim. Hal ini menolak perkatan mereka yang mengatakan bahwa penggunaan kata 'manusia' pada hadits itu menunjukkan kernungkinan ia terbetik dalam hati malaikat. Namun, yang lebih utama adalah memahami penafian secara umum.
3.