Namun Asy-Sya'rawi membatasi hak ekonomi perempuan dalam kaitannya bekerja di luar rumah. Pandangan lain mengatakan bahwa perempuan mempunyai kebebasan untuk berperan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Pembatasan Penelitian
- Kegunaan Penelitian
- Telaah Pustaka
- Metode Penelitian
- Jenis Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Pengolahan Data
- Teknik Analisis Data
- Sistematika Pembahasan
Bagaimanakah Sayyid Quthb dan Muhammad Mutawalli Asy-Sya‟rawi mentafsirkan ayat-ayat tentang hak ekonomi wanita. Jelaskan tafsiran Sayyid Quthb dan Muhammad Mutawalli Ash-Sya‟rawi tentang ayat-ayat hak ekonomi wanita.
HAK-HAK PEREMPUAN
Definisi Hak Perempuan
Oleh karena itu, hak asasi manusia bersifat individual: (Manusia yang terisolasi pada prinsipnya mempunyai hak asasi manusia).4. 3 Firdaus Arifin, Teori, Pembangunan dan Regulasi Hak Asasi Manusia, Thafa Media Penerbit : (Yogyakarta: Thafa Media, cet.I, 2019), 13.
Kedudukan Perempuan dalam Islam
Perbedaan biologis dengan laki-laki bukanlah alasan untuk segera menjadikan mereka manusia kasta kedua. Perempuan tidak lagi dipandang sebagai makhluk kelas dua, namun setara dan setara keberadaannya dengan laki-laki.
Hak-Hak Perempuan
- Hak Pendidikan
Dalam Islam, ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslimin dan muslimat. Penghormatan terhadap ilmu dan kepada ulama yang memilikinya jelas dalam ayat berikut: 18 Allah SWT berfirman:.
Jika suaminya tidak mampu memberinya ilmu tersebut, maka menurut Islam perempuan wajib mencarinya.17. Oleh karena itu ilmu pengetahuan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur'an dan wajar jika banyak ulama yang mendapat apresiasi yang besar dalam Al-Qur'an.
لا َكُّة
لاِة َم َّ
لا َم َّ
Hak Ekonomi
ذلِل ْم ُ كِدا َ
ك َ للّٰا ه َّ
ةي ٰ
Hak Konstitusi
للّٰا َ
لا َكِٕىٰۤلوُ
Pandangan Sayyid Quthb terhadap Hak-Hak Perempuan 1. Biografi Sayyid Quthb
- Penafsiran Sayyid Quthb tentang Ayat Hak-Hak Perempuan dalam Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an
Tafsir Fī Ẓīlal Al-Qur'ān ditulis oleh Sayyid Qutb antara tahun 1952 dan 1965 saat ia berada di penjara. Yang terpenting, keselarasan pemahaman dan penjabaran permasalahan melalui metode penafsiran Al-Quran versinya. Dalam kata pengantarnya, ia memberikan kesan bagaimana ia hidup di bawah naungan Al-Quran.
Dalam kata pengantar dikemukakan tafsirnya sebagai renungan yang melatar belakangi penulisan: (1) hidup di bawah Al-Qur'an. Ridlwan Nasir, Pemahaman Al-Qur'an, Perspektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin, (Surabaya: CV. Indra Media. 11 Heri Junaidi, Sistem Ekonomi Sayyi Qutb (Kajian Tematik Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an), ed.
13 Heri Junaidi, Sistem Ekonomi Sayyid Quthb (Kajian Tematik Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an), ed. Tafsir Sayyid Quthb terhadap ayat hak wanita dalam Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an.
لا٤
لا٥
Allah mendidik manusia melalui kalam, yaitu ilmu yang paling lengkap dan abadi dalam kehidupan manusia. Kemudian manusia, dengan pengetahuannya tentang rahasia alam semesta dan kehidupan, mengembangkannya untuk generasi berikutnya.16. Kemudian jika mereka dengan senang hati memberikan sebagian dari mahar tersebut, makanlah (ambil) hadiah tersebut (sebagai makanan) yang nikmat dan membawa dampak baik (Q.s. al-Nisâ [4]: 4).
Sayyid Qutbi menyatakan bahwa ayat ini memberikan hak yang jelas kepada perempuan dan hak maharnya. Contoh yang lain adalah nikah Sighar, dimana wali mengawinkan perempuan yang berada di bawah perwaliannya dengan laki-laki lain, dengan syarat laki-laki tersebut mengawinkan perempuan yang berada di bawah perwaliannya (tanpa mahar), sebagai jual beli antara dua wali. Islam mewajibkan mahar dan memastikan bahwa itu dimiliki oleh perempuan sebagai kewajiban dari laki-laki yang tidak dapat ditolak.
Bila kemudian istri menyerahkan mahar itu seluruhnya atau sebagian kepada suaminya, maka istri mempunyai hak penuh atasnya dengan senang hati dan kemauan, dan suami dapat menerimanya dengan senang hati. Sayyid Qutb menjelaskan, dengan aturan seperti Islam akan menghilangkan sisa-sisa sistem jahiliah mengenai urusan perempuan dan maharnya, hak-haknya terhadap dirinya dan harta bendanya, kehormatan dan.
ذلِل ْم ُ كِدا َ
ك َ للّٰا ه١١
Maka tidak ada dien bagi orang yang tidak mau menerima aturan hidup yang datangnya dari Allah.20. Sayyid Qutb menjelaskan, apabila almarhum tidak mempunyai ahli waris kecuali anak-anaknya, laki-laki atau perempuan, maka mereka berhak atas segala harta benda. Namun ketentuan ini menunjukkan keseimbangan dan keadilan karena adanya perbedaan beban tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan berkeluarga dan dalam sistem sosial Islam.
Sebabnya, apabila seorang laki-laki menikah, maka ialah yang memikul tanggung jawab dalam segala hal yang menyangkut kehidupan keluarga dan anak-anaknya, sedangkan isterinya hanya menemaninya dan bebas dari tanggung jawab itu. Oleh karena itu, dalam pembagian warisan yang masuk akal ini, tampak adanya keadilan dan keselarasan antara beban tanggung jawab dan perolehannya. Sayyid Qutb juga menjelaskan, jika yang meninggal tidak mempunyai anak laki-laki, hanya dua anak perempuan atau lebih, maka dia menerima dua pertiga dari harta warisan.
Kemudian sisanya diberikan kepada keturunan terdekat dari keluarga laki-laki yaitu ayah atau kakek, saudara tiri, saudara ipar. Berikanlah kepada kedua anak perempuan Sa'ad sepertiga bagiannya, dan ibu mereka seperdelapan bagiannya, dan sisanya kepadamu.'
لاِة َ ه
Pandangan Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi terhadap Hak-Hak Perempuan
- Biografi Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi
Pada usia 10 tahun, Sya'rawi telah pun menghafal al-Quran dan didaftarkan di Madrasah Ibtida'iyyah (institusi pendidikan asas) al-Azhar, Zaqaziq pada tahun 1926 Masihi. Syeikh Muhammad Mutawalli Sya'rawi masuk fakulti bahasa Arab pada tahun 1937, beliau tamat pada tahun 1941. Asy-Sya'rawi dalam penafsiran al-Quran berdasarkan susunan surah-surah dalam mushaf, sehingga dapat dikategorikan Tafsir al. - Sha'rāwy menggunakan kaedah tahlīlī.
Tetapi apabila melihat contoh tafsir asy-Sya'rawi terhadap al-Qur'an Surah Ali Imran ayat 33, beliau mengulas. Syeikh Muhammad Mutawalli Ash-Sya‟rawi mempunyai banyak karya, tetapi yang paling popular ialah Tafsīr al-Sha‟rāwy. Asy-Sya‟rawi menjelaskan bahawa dalam ayat ini Allah menyuruh Rasul-Nya membaca, bukan tulisan manusia.
43 Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi, Tafsir al-Sha'rāwy (Refleksi Kitab Suci Al-Qur'an), trans. Asy-Sya'rawi juga menjelaskan bahwa Allah mengajari semua manusia karena Dialah yang memberikan sarana ilmu agar ilmu dapat diperoleh manusia.
ا ْ لا
للّٰا١١
Asy-Sya'rawi menjelaskan, ayat ini mempelajari pembagian harta warisan (faraid) agar ayah dan anak saling mencintai dan merawat. Makna ayat ini adalah hendaknya manusia selalu menjaga anak yatim, orang miskin dan juga sanak saudaranya. Dan skala yang digunakan untuk mengukur pembagian warisan adalah laki-laki sebagaimana tercantum dalam an-nisa' ayat 11. 52.
Asy-Sya'rawi menjelaskan, ini adalah sistem yang menimpa perempuan karena menginginkan kesetaraan dalam pembagian warisan. Asy-Sya'rawi menjelaskan, yang dimaksud dengan “dan wajib tinggal di rumah” adalah perempuan diperintahkan untuk tetap berada di rumah dan tidak sering keluar rumah. Wanita tidak boleh keluar rumah dengan tabarruj, yaitu berdandan dan memamerkan perhiasan serta memperlihatkan lekuk tubuh.
54 Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi, Tafsir al-Sha‟rāwy (Refleksi Kitab Suci Al-Qur‟an), jilid 11, 4. Walaupun ayat ini membincangkan wanita, ia diakhiri dengan lelaki liyudhhiba „ankum dan wayuṭahhirukum bukan „ ankunna (kamu perempuan) kerana perempuan itu tertutup. 58.
للّٰا
Persamaan Penafsiran Ayat Hak-Hak Perempuan
Sayyid Quthb dan ash-Sya‟rawi sama-sama menggunakan kaedah tahlīlī dalam mentafsir ayat-ayat al-Quran. Dalam tafsirnya ash-Shya'rawi menggunakan penaakulan saintifik walaupun beliau turut memetik ayat-ayat atau hadis-hadis lain dalam tafsiran ayat-ayat al-Quran. Kemudian manusia dengan ilmunya tentang rahsia alam semesta dan kehidupan mengembangkannya untuk generasi yang akan datang 8 Manusia diberi akal untuk belajar dan berfikir serta tiada sempadan antara lelaki dan perempuan untuk menuntut ilmu.
9 Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi, Tafsiral-Sha‟rāwy (Refleksi Kitab Suci Al-Qur‟an), jld. Asy-Sya‟rawi menjelaskan dalam tafsirnya bahawa lelaki dan perempuan adalah berpasangan, mereka mencari keseronokan bersama dalam hubungan rumah tangga dan juga keinginan untuk mendapatkan zuriat. Sayyid Quthb menjelaskan, apabila si mati tidak mempunyai waris kecuali anak-anaknya, baik lelaki atau perempuan, maka mereka berhak atas seluruh harta pusakanya.
Ketentuan ini menunjukkan keseimbangan dan keadilan, karena adanya perbedaan beban tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan keluarga dan sistem sosial Islam. Asy-Sja'rawi menjelaskan pengertian munafik laki-laki dan perempuan, ada pula yang berbeda yaitu munafik laki-laki dan perempuan semuanya sama dan tingkah lakunya berdasarkan pengikut dan tradisi yaitu semuanya jahat.
Perbedaan Penafsiran Ayat Hak-Hak Perempuan
Kenyataan Sayyid Quthb tentang kebolehan wanita keluar rumah disokong oleh riwayat wanita pada zaman Rasulullah yang keluar rumah. Wanita keluar rumah untuk solat dengan menutup aurat dan tidak menampakkan anggota badan yang menimbulkan fitnah. 20. Manakala pandangan ash-Sya‟rawi tentang hak wanita untuk bekerja, beliau mengatakan bahawa wanita diperintahkan untuk tinggal di rumah dan tidak sering keluar rumah.
Peneliti menganalisis pandangan Sayyid Qutb bahwa perempuan boleh keluar rumah untuk beribadah atau bekerja, dengan syarat menutup aurat agar tidak menimbulkan fitnah terhadap lawan jenis. 21 Lihat: Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi, Tafsir al-Sha'rawy (Refleksi Al-Qur'an), vol.11, 4-5. Tafsir Sayyid Qutb lebih mendalami bidang sastra dan fokus pada sosial kemasyarakatan, sedangkan Asy-Sya’rawi lebih mengutamakan rasionalitas dan hanya melihat pada satu tempat, yaitu provinsi Dimyat di Mesir.
Sayyid Quthb berada dalam penjara ketika beliau menulis kitab tafsir, manakala Asy-Sya‟rawi tidak menulis kitab tafsir secara langsung. Kitab Tafsir ash-Sya‟arawi merupakan himpunan khutbah beliau yang memuatkan renungan terhadap al-Quran yang ditulis oleh sebahagian muridnya.
Kesimpulan
Keduanya menggunakan pola bil matsur dan bil ra'yi, serta keduanya menggunakan metode tahlīlī. Kesamaan lainnya terdapat pada penafsiran ayat-ayat tentang hak-hak perempuan, antara lain hak atas pendidikan, hak ekonomi (hak atas mahar dan hak waris), dan hak konstitusional. Sedangkan perbedaan keduanya terletak pada salah satu gaya yang digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an.
Sayyid Quthb dalam tafsiran Fī Ẓīlal Al-Qur'an menggunakan corak al-Adabi al-Ijtimā'i (sastera, budaya dan masyarakat).
Saran
Agesna, Widya, 'Kedudukan Pemimpin Perempuan Dalam Perspektif Hukum Islam', Al Imarah: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam. Yunus, Tafsir Asy-Sya'rawi: Tinjauan Sumber, Metode dan Ittijah, (Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009) B, Nurhayati dan Mal Al Fahnum, „Hak-Hak Perempuan Menurut Al-Perspektif. Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), 'Pendidikan Perempuan Dalam Perspektif Islam Dalam Islam' Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI An-Nadwah Kuala Tungkal', Aktualita.
Dudi, Asep, 'Hak-Hak Perempuan dalam Perspektif Gender Islam (Perspektif Landasan Paradigma Pendidikan Perempuan)', Mimbar, XIX.3 (2003). Junaidi, Heri, Sistem Ekonomi Sayyi Qutb (Kajian Tematik Tafsir Fi Zhilal Al-Qur'an), ed. Rina, Rinrin, “Hak Pendidikan Perempuan di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi Manusia”, FIKRI: Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya, 2.1.
Afhandling Mela Anggraini UIN Sukthan Thaha Saifuddin Jambi, 'The Role of Women in Surah Al-Ahzab: 33 (Tafsir Fi Dzilalil Qur'an and Tafsir Al-Mishbah)', 2020. Speciale Mohamad Lukman UIN Sunan Kali Jaga, 'Women's Rights in' Islamisk lov (Studie af tankerne hos Sayyid Qutb og Asghar Ali Engineer)', 2004.