PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Anak haram atau anak haram adalah anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang sah. Misalnya, anak luar nikah masih belum mempunyai kejelasan status hak asuh, nafkah, dan warisan. Merujuk pada Undang-Undang Perkawinan 1974, jelas bahwa anak di luar nikah hanya berhak atas ibu dan keluarga ibu.
Hakim Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa anak luar kawin mempunyai hubungan perdata dengan bapaknya dan keluarga bapaknya apabila menurut hukum dapat dibuktikan secara ilmu pengetahuan atau alat bukti lain bahwa mereka adalah saudara sedarah. Salah satu titik balik kasus anak haram adalah kasus yang menimpa Machica Mohtar. Namun tidak tepat bila kita menetapkan bahwa anak luar kawin mempunyai hubungan hanya dengan ibunya saja.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pendirian tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah mengenai penetapan hak waris anak luar nikah pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010. Permasalahan anak luar nikah merupakan permasalahan penting dalam hukum perdata yang berkaitan dengan hak anak dalam memenuhi hak penghidupan, pendidikan, dan warisan.
Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk membahas pandangan tokoh NU dan Muhammadiyah mengenai hak waris anak di luar nikah dan telah menulis skripsi yang berjudul “HAK WISATA ANAK YANG TIDAK MENIKAH SETELAH PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/ 2010-VIII (KAJIHAN PANDANGAN Tokoh NU DAN MUHAMMADIYAH DI KABUPATEN PONOROGO)”.
Tujuan Penelitian
Untuk menjelaskan implikasi penetapan hak waris anak di luar nikah pasca putusan Mahkamah Konstitusi no.
Manfaat Penelitian
Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan baru dan menjadi referensi dalam menyelesaikan permasalahan serupa. Bagi mahasiswa dan masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu hukum, sehingga dapat memperkaya pemahaman keilmuan baik bagi masyarakat umum maupun mahasiswa sebagai bahan rujukan di bidang hukum dalam menyelesaikan permasalahan yang sama.
Telaah Pustaka
Undang-Undang Nomor 46/PUU-VIII/2010 tentang Kedudukan Anak Luar Negeri Mengenai Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Madiun dalam memutus perkara? Skripsi, Mira Purwaningsih, Hak waris anak di luar nikah dan akibat hukumnya (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/Puu-Viii/2010). 46-PUU/VIII/2010 Tentang Status Anak Belum Kawin Mengenai Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Madiun, Tesis PhD (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2020).
Hasil penelitian ini adalah akibat dari hukum perkawinan yang mewajibkan adanya hak waris bagi anak di luar nikah. 8 Mira Purwaningsih, Hak waris anak luar nikah dan akibat hukumnya (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/Puu-Viii/2010), Skripsi (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2021). Stevi Loho, Hak waris anak luar nikah sah Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII-2010, Rumusan masalah (1) Bagaimana mengatur hak waris anak luar nikah setelahnya.
9 Ahmad Tirmidhi, Hak Waris Anak Luar Negeri Hans Kelsen Perspektif Keadilan Hukum dan Kesesuaiannya dengan Hukum Waris Sunni (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010), skripsi (Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim , 2022). mengeluarkan putusan Mahkamah Konstitusi no. 46/PUU-VIII/2010. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pewarisan anak haram tertutup terhadap perolehan harta warisan karena para ulama telah menyetujuinya.
Metode Penelitian
- Jenis Dan Pendekatan Penelitian
- Kehadiran Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Data dan Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Analisis Data
- Pengecekan Data
- Tahapan Penelitian
46/PUU-VIII/2010 di Kabupaten Ponorogo dan Implikasi Penetapan Hak Waris Anak Luar Negeri Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. Pandangan Tokoh NU dan Muhammadiyah tentang Penetapan Hak Waris Anak Belum Kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. Namun pada umumnya anak luar nikah adalah anak yang lahir dari perkawinan tidak sah.
Pandangan Tokoh NU dan Muhammadiyah Terhadap Implikasi Hak Waris Bagi Anak Belum Kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 di Kabupaten Ponorogo. Dilihat dari angka NU tentang akibat penetapan hak waris bagi anak di luar nikah menurut putusan MK nomor 46/PUU-VIII/2010. Analisis Pandangan NU dan Muhammadiyah Tentang Hak Waris Anak Belum Kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 di Kabupaten Ponorogo.
Kalaupun dapat dibuktikan bahwa hubungan biologis anak di luar perkawinan itu tidak mempunyai hubungan perdata dengan bapaknya. Hak waris anak luar nikah dan akibat hukumnya (Studi Kasus Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/Puu-Viii/2010).
Sistematika Penulisan
KONSEP WARIS HUKUM ISLAM
Konsep Waris Menurut Hukum Islam
- Pengertian Waris
- Dasar Hukum Waris
- Rukun Waris
- Syarat Waris
- Sebab-Sebab Mewarisi Menurut Hukum Islam
- Hal-Hal Yang Menghalangi Waris Menurut Hukum Islam
Manakala kata farāiḍ ialah bentuk jamak dari kata fariḍāh yang bermaksud bahagian yang telah ditentukan untuk ahli waris. Pewasiat tidak boleh menghalang ahli waris dari haknya atas harta pusaka, dan ahli waris berhak atas harta pusaka. Undang-undang pusaka Islam bertujuan untuk membahagikan harta pusaka kepada seramai mungkin ahli waris dengan memberikan bahagian tertentu kepada beberapa ahli waris.
Misalnya ahli waris adalah ayah, ibu, suami atau istri dan anak, maka semuanya berhak mewaris. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa waris adalah hukum yang mengatur mengenai peralihan hak milik atas bagian warisan dari ahli waris, yang menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa besar bagian yang dimiliki masing-masing. Yang dimaksud dengan ahli waris adalah seorang muslim yang dinyatakan meninggal dunia dan meninggalkan ahli waris serta harta bendanya.
Manakala yang dimaksudkan dengan ahli waris ialah orang yang mempunyai pertalian darah atau perkahwinan dengan ahli waris, beragama Islam dan tidak dihalang oleh undang-undang untuk mendapatkan harta ahli waris. Dalam syariat Islam, perkara berkaitan pemindahan harta pusaka telah diselesaikan secara lengkap dan teliti daripada ahli waris kepada waris atau waris. Asas individu dalam undang-undang pusaka ialah harta pusaka yang dibahagikan kepada ahli waris untuk dimiliki secara individu.
Dalam pengertian ini, setiap ahli waris berhak menuntut harta warisan itu sendiri-sendiri, tetapi juga berhak untuk tidak melakukannya. Dalam sistem waris Islam, harta warisan yang diterima oleh ahli waris pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari tanggung jawab ahli waris terhadap keluarganya. Ahli waris adalah orang yang pada waktu meninggalnya beragama Islam atau yang dinyatakan meninggal dunia oleh pengadilan, meninggalkan ahli waris dan harta warisan.
Ahli waris adalah orang yang mempunyai hak untuk mewarisi, baik karena adanya hubungan yang jelas berdasarkan keturunan maupun perkawinan. 33. nikahi ahli warisnya, dia muslim, dan hukum tidak menghalangi dia untuk menjadi ahli waris. Ahli waris yang akan mewarisi harta warisan itu jelas masih hidup apabila orang yang menerima harta warisan itu meninggal dunia, sekalipun umurnya pendek.
Kedudukan Hak Waris Anak Di Luar Kawin
- Menurut Hukum Islam
- Menurut Kuh Perdata
- Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/Puu-Viii/2010
- Fatwa Mui Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Kedudukan Anak Hasil
Taraf anak tak sah taraf, jika anak itu lahir dari perkahwinan agama, maka jelaslah ia mempunyai nasab. Agus Muhammad Ulin Nuha Khoirun Nawa berkata: "Menurut negara, anak tidak sah taraf ialah anak yang lahir hasil daripada perkahwinan yang tidak sah mengikut negeri. Secara sah, anak luar nikah ialah anak yang dilahirkan oleh pasangan yang belum berkahwin.
Secara sah, anak luar nikah ialah anak yang dilahirkan oleh pasangan bercinta yang belum berkahwin. Anak luar nikah ialah anak yang dilahirkan oleh pasangan kekasih tanpa ikatan perkahwinan, sama ada agama atau negara, atau anak zina. Sudah menjadi risiko apabila anak zina atau anak luar nikah hanya mempunyai keturunan ibu dan keluarga ibunya.
Pandangan Muhammadiyah muncul mengenai implikasi penetapan hak keturunan anak luar nikah selepas keputusan MK No. 46/PUU-VIII/2010. Tokoh NU dan Muhammadiyah juga berpendapat bahawa anak luar nikah atau anak zina tidak mempunyai pertalian keturunan, anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya. Maksud “anak luar nikah” yang penulis maksudkan ialah anak luar nikah yang termasuk anak hasil zina.
Nah, dari uraian berbagai pendapat di atas, anak haram adalah anak yang lahir dari perkawinan yang batal. Saya setuju dengan penetapan Mahkamah Konstitusi bahwa anak di luar nikah mempunyai hubungan perdata dengan bapaknya, karena kepentingan anak harus dilindungi. Menurut Ayyub Ahdiyan Syams, anak haram atau anak hasil zina tidak mempunyai keturunan atau hubungan keperdataan dengan ayahnya.
Analisis Posisi Tokoh NU dan Muhammadiyah Terhadap Implikasi Penetapan Hak Waris Anak Belum Kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor.46/PUU-VIII/2010 di Kabupaten Ponorogo. Dimana anak yang tidak sah mempunyai hubungan keperdataan dengan bapaknya dan keluarga bapaknya, yang terbukti secara biologis. Hubungan keperdataan anak haram dengan ayah kandungnya hanyalah sekedar nafkah, jaminan hidup sampai perkawinan.
Dengan diakuinya anak luar kawin, maka terjalinlah hubungan keperdataan antara anak tersebut dengan ayah atau ibunya.” 46-PUU/VIII/2010 Tentang Kedudukan Anak yang Belum Kawin Atas Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Madiun.